Cari Blog Ini

Taisirul 'Allam - Hadits ke-178

الۡحَدِيثُ الثَّامِنُ وَالسَّبۡعُونَ بَعۡدَ الۡمِائَةِ 

١٧٨ - عَنۡ عَائِشَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يُدۡرِكُهُ الۡفَجۡرُ وَهُوَ جُنٌبٌ مِنۡ أَهۡلِهِ. ثُمَّ يَغۡتَسِلُ وَيَصُومُ. 
178. Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk waktu fajar dalam keadaan junub karena menggauli istrinya, kemudian beliau mandi dan berpuasa.[1]

الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي: 

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ بُجَامِعُ فِي اللَّيۡلِ، وَرُبَمَا أَدۡرَكَهُ الۡفَجۡرُ وَهُوَ جُنُبٌ لَمۡ يَغۡتَسِلۡ، وَيُتِمُّ صَوۡمَهُ وَلَا يَقۡضِي. 
وَهَٰذَا الۡحُكۡمُ فِي رَمَضَانَ وَغَيۡرِهِ، وَهَٰذَا مَذۡهَبُ جُمۡهُورِ الۡعُلَمَاءِ، وَلَمۡ يُخَالِفۡهُمۡ إِلَّا قَلِيلٌ مِمَّنۡ لَا يُعۡتَدُّ بِخِلَافِهِمۡ، وَقَدۡ حَكَى بَعۡضُهُمُ الۡإِجۡمَاعَ عَلَى هَٰذَا الۡقَوۡلِ. 

Makna secara umum: 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggauli istrinya di malam hari. Terkadang beliau memasuki waktu fajar dalam keadaan junub belum mandi. Lalu beliau menyempurnakan puasanya dan tidak mengada. Hukum ini berlaku di bulan Ramadan dan bulan lainnya. Ini adalah mazhab jumhur ulama. Tidak ada yang menyelisihi mereka kecuali sedikit orang yang tidak dianggap penyelisihan mereka. Bahkan sebagian mereka telah mengisahkan adanya ijmak pada pendapat ini. 

مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ: 

١ - صِحَّةُ صَوۡمِ مَنۡ أَصۡبَحَ جُنُبًا، مِنۡ جِمَاعٍ فِي اللَّيۡلِ. 
٢ - يُقَاسُ عَلَى الۡجِمَاعِ الۡاحۡتِلَامُ بِطَرِيقِ الۡأَوۡلَى، لِأَنَّهُ إِذَا كَانَ مُرَخَّصًا فِيهِ مِنَ الۡمُخۡتَارِ، فَغَيۡرُهُ أَوۡلَى. 
٣ - أَنَّهُ لَا فَرۡقَ بَيۡنَ الصَّوۡمِ الۡوَاجِبِ وَالنَّفۡلِ، وَلَا بَيۡنَ رَمَضَانَ وَغَيۡرِهِ. 
٤ - جَوَازُ الۡجِمَاعِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ، وَلَوۡ كَانَ قُبَيۡلَ طُلُوعِ الۡفَجۡرِ. 
وَأَخَذَ بَعۡضُهُمۡ جَوَازَ الصِّيَامِ مِنَ الۡجُنُبِ مِنۡ قَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿أُحِلَّ لَكُمۡ لَيۡلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمۡ﴾ [البقرة: ١٨٧] لِأَنَّ الۡآيَةَ تَقۡتَضِى جَوَازَ الۡجِمَاعِ فِي لَيۡلِ الصِّيَامِ كُلِّهِ. وَمِنۡ جُمۡلَتِهِ، الۡجُزۡءُ الَّذِى قُبَيۡلُ الۡفَجۡرِ. بِحَيۡثُ لَا يَتَّسِعُ لِلۡغُسۡلِ، فَمِنۡ ضَرُورَتِهِ الۡإِصۡبَاحُ جُنُبًا، وَهَٰذِهِ دَلَالَةُ الۡإِشَارَةِ عِنۡدَ الۡأُصُولِيِّينَ. 
٥ - فَضۡلُ نِسَاءِ النَّبِيِّ ﷺ وَإِحۡسَانُهُنَّ إِلَى الۡأُمَّةِ. 
فَقَدۡ نَقَلۡنَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ مِنَ الۡعِلۡمِ الشَّيۡءَ الۡكَثِيرَ النَّافِعَ، لَا سِيَّمَا الۡأَحۡكَامَ الشَّرۡعِيَّةَ الۡمَنۡزِلِيَّةَ الَّتِي لَا يَطَّلِعُ عَلَيۡهَا إِلَّا هُنَّ مِنۡ أَعۡمَالِ النَّبِيِّ ﷺ. فَرَضِيَ اللهُ عَنۡهُنَّ وَأَرۡضَاهُنَّ. 

Faedah hadis ini: 

  1. Sahnya puasa orang yang masuk waktu subuh dalam keadaan junub karena berjimak di malam hari. 
  2. Mimpi basah dikiaskan kepada jimak karena jika orang yang masuk waktu subuh dalam keadaan junub karena jimak saja puasanya sah, apalagi junub karena mimpi basah. Karena jika penyebab yang memiliki tingkatan lebih saja diberi keringanan, maka penyebab lainnya tentu lebih pantas diberi keringanan. 
  3. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara puasa wajib dengan puasa sunah dan tidak ada perbedaan antara bulan Ramadan dengan bulan lainnya. 
  4. Bolehnya berjimak di malam hari bulan Ramadan walaupun beberapa saat sebelum terbit fajar. Sebagian mereka mengambil hukum bolehnya puasa dari orang yang junub dari firman Allah taala (yang artinya), “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kalian.” (QS. Al-Baqarah: 187). Karena ayat ini memberi konsekuensi hukum bolehnya jimak di seluruh waktu di malam hari bulan puasa. Termasuk di dalam keumuman waktu malam adalah bagian waktu sejenak sebelum fajar yang tidak memungkinkan untuk sempat mandi. Jadi dapat dipastikan dia akan memasuki waktu subuh dalam keadaan junub. Ini adalah dalalah isyarah (pendalilan dari konsekuensi hukum pada suatu nas) menurut ulama ahli ushul fikih. 
  5. Keutamaan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan baik mereka kepada umat. Karena mereka telah menukilkan ilmu yang banyak dan bermanfaat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkhusus hukum-hukum syariat berupa amalan-amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam rumah tangga yang tidak terlihat kecuali oleh mereka. Maka, semoga Allah meridai mereka dan membuat mereka rida. 

[1] HR. Al-Bukhari nomor 1926 dan Muslim nomor 1109. Juga diriwayatkan oleh Malik dalam Al-Muwaththa` (1/291), At-Tirmidzi nomor 779, dan An-Nasa`i (1/108).