Syekh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan--hafizhahullah--berkata:
﷽
الۡحَمۡدُ لِلهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصۡحَابِهِ أَجۡمَعِينَ.
Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta. Semoga Allah senantiasa curahkan
selawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan sahabat
beliau seluruhnya.
قَالَ اللهُ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡىِۦٓ أَن
يَضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوۡقَهَا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ ۖ وَأَمَّا
ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلًا ۘ
يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًا وَيَهۡدِى بِهِۦ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ
إِلَّا ٱلۡفَـٰسِقِينَ ٢٦ ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ
مِيثَـٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ
وَيُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ﴾ [البقرة :
٢٦-٢٧].
Allah—subhanahu wa ta’ala—berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak malu untuk
membuat permisalan berupa nyamuk atau di atas itu. Adapun orang-orang yang
beriman, mereka mengetahui bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka.
Adapun orang-orang kafir, mereka berkata, ‘Apa yang Allah inginkan dengan
permisalan ini?’ Allah menyesatkan banyak orang dengannya dan memberi petunjuk
banyak orang dengannya. Tidaklah yang Allah sesatkan dengannya kecuali
orang-orang yang fasik. Yaitu orang-orang yang membatalkan perjanjian dengan
Allah setelah perjanjian itu teguh, mereka memutuskan hubungan yang Allah
perintahkan untuk disambung, dan mereka berbuat kerusakan di bumi. Mereka itu
adalah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah: 26-27).
ضَرَبَ اللهُ -جَلَّ وَعَلَا- مَثَلًا لِلۡمُوَحِّدِ وَالۡمُشۡرِكِ، فَقَالَ
سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا رَّجُلًا فِيهِ شُرَكَآءُ
مُتَشَـٰكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ هَلۡ يَسۡتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ﴾ [الزمر:
۲۹]
Allah—jalla wa ‘ala—membuat permisalan untuk muwahid dan musyrik.
Allah—subhanahu wa ta’ala—berfirman, “Allah membuat sebuah permisalan seorang
lelaki (budak) yang dikuasai oleh beberapa orang yang saling berselisih dan
seorang lelaki (budak) yang dikuasai penuh oleh seseorang saja. Apakah
permisalan keduanya sama? Segala puji bagi Allah. Akan tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui.” (QS. Az-Zumar: 29).
الۡمُشۡرِكُ لَهُ عِدَّةُ آلِهَةٍ، يَعۡبُدُ أَصۡنَامًا كَثِيرَةً وَلَا
يَدۡرِي مَاذَا يُرۡضِي مِنۡهَا، مِثۡلُ الۡمَمۡلُوكِ الَّذِي لَهُ أَسۡيَادٌ
كَثِيرُونَ يَمۡلِكُونَهُ، كُلُّ وَاحِدٍ يُرِيدُهُ عَلَى مَا يُوَافِقُ
هَوَاهُ، وَكُلُّ وَاحِدٍ لَهُ رَغۡبَةٌ تُخَالِفُ رَغۡبَةَ الۡآخَرِ،
فَيُصۡبِحُ هَٰذَا الۡمَمۡلُوكُ الۡمِسۡكِينُ مُزَعۡزِعًا بَيۡنَ هَٰؤُلَاءِ
الشُّرَكَاءِ، لَا يَدۡرِي مَنۡ يُرۡضِي مِنۡهُمۡ.
Seorang musyrik memiliki beberapa tuhan. Dia menyembah banyak berhala dan dia
tidak tahu berhala mana yang harus dia buat rida. Seperti seorang budak yang
dimiliki oleh banyak tuan. Setiap tuan menginginkan budak itu melakukan sesuai
keinginannya dan setiap tuannya memiliki keinginan yang menyelisihi
keinginan tuannya yang lain, sehingga budak yang malang itu pun mondar-mandir
di antara beberapa tuan itu. Dia tidak tahu siapa yang harus dia layani dari
mereka.
وَأَمَّا الۡمُوَحِّدُ فَهُوَ مِثۡلُ الَّذِي يَمۡلِکُهُ رَجُلٌ وَاحِدٌ
يَعۡرِفُ مَطۡلُوبَهُ وَيَعۡرِفُ هَوَاهُ، فَهُوَ فِي رَاحَةٍ مَعَهُ، لَيۡسَ
هُوَ مَعَهُ فِي نِزَاعٍ وَلَا فِي شِقَاقٍ وَلَا فِي تَعۡبٍ، هُوَ رَجُلٌ
مَمۡلُوكٌ لِرَجُلٍ وَاحِدٍ.
Adapun muwahid seperti budak yang dikuasai oleh satu tuan saja. Dia mengetahui
yang dituntut oleh tuannya dan mengetahui kemauan tuannya, sehingga dia tenang
bersama tuannya. Dia tidak menghadapi perselisihan, pertengkaran, dan tidak
pula merasa kepayahan. Dia adalah seorang budak yang dimiliki oleh seorang
tuan.
كَذٰلِكَ الۡمُوَحِّدُ هُوَ عَبۡدٌ لِرَبٍّ وَاحِدٍ، وَهُوَ اللهُ سُبۡحَانَهُ
وَتَعَالَى، يَقُومُ بِطَاعَتِهِ وَيَجۡتَنِبُ مَعۡصِيَتَهُ ﴿وَرَجُلًا سَلَمًا
لِّرَجُلٍ﴾ يَعۡنِي: خَالِصًا لِرَجُلٍ، يَمۡلِکُهُ رَجُلٌ وَاحِدٌ، هَلِ
الۡمَمۡلُوكُ الَّذِي يَمۡلِکُهُ عِدَّةُ شُرَكَاءَ مِثۡلُ الۡمَمۡلُوكِ
الَّذِي يَمۡلِکُهُ رَجُلٌ وَاحِدٌ؟! لَا... هَٰذَا مَثَلٌ
لِلۡمُشۡرِكِ....
Seperti itulah seorang muwahid. Dia adalah hamba Tuhan yang Mahaesa, yaitu
Allah—subhanahu wa ta’ala—. Dia mengerjakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi
maksiat terhadap-Nya.
“Dan seorang lelaki (budak) yang dikuasai penuh oleh seseorang saja.” Yakni,
murni milik seseorang. Dikuasai oleh seorang tuan.
Apakah budak yang dimiliki beberapa orang yang berserikat sama dengan budak
yang dimiliki satu tuan?! Tidak. Inilah permisalan untuk orang musyrik.
﴿هَلۡ يَسۡتَوِيَانِ مَثَلًا﴾ الۡاِسۡتِفۡهَامُ لِلۡإِنۡكَارِ، لَا يَسۡتَوِي
هَٰذَا وَهَٰذَا، وَهَٰذَا أَيۡضًا مَثَلٌ ضَرَبَهُ اللهُ لِلشِّرۡكِ
وَالتَّوۡحِيدِ.
“Apakah keduanya sama permisalannya?” Ini adalah pertanyaan untuk
pengingkaran. Tidak sama antara ini dengan itu. Ini juga salah satu permisalan
yang Allah buat untuk syirik dan tauhid.
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلًا لِلشِّرۡكِ وَبُطۡلَانِهِ فِي قَوۡلِهِ تَعَالَى:
﴿وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخۡطَفُهُ
ٱلطَّيۡرُ أَوۡ تَهۡوِى بِهِ ٱلرِّيحُ فِى مَكَانٍ سَحِيقٍ﴾ [الحج:
٣١].
Allah juga membuat sebuah permisalan untuk kesyirikan dan kebatilannya di
dalam firman Allah taala, “Barang siapa yang menyekutukan Allah maka
seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung atau diterbangkan
oleh angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31).
الۡمُوَحِّدُ فِي رِفۡعَةِ مَكَانَتِهِ وَسُمُوِّ مَنۡزِلَتِهِ مِثۡلُ الَّذِي
فِي السَّمَاءِ مُرۡتَفِعُ الۡمَكَانَةِ سَامِيُ الۡمَكَانَةِ عِنۡدَ اللهِ
سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى، وَأَمَّا الۡمُشۡرِكُ فَإِنَّهُ مَثَلُهُ مَثَلُ
الَّذِي يَسۡقُطُ مِنَ الۡعُلُوِّ، لَمَّا أَشۡرَكَ بِاللهِ سَقَطَ مِنَ
الۡاِرۡتِفَاعِ الَّذِي فِيهِ أَهۡلُ التَّوۡحِيدِ، وَالسُّمُوِّ الَّذِي فِيهِ
أَهۡلُ التَّوۡحِيدِ، وَالۡمَكَانَةِ الۡمُرۡتَفِعَةِ الۡعَالِيَةِ الَّتِي
فِيهَا أَهۡلُ التَّوۡحِيدِ، الۡمُشۡرِكُ لَمَّا أَشۡرَكَ بِاللهِ سَقَطَ مِنۡ
مُرۡتَفِعٍ بَعِيدَ الۡاِرۡتِفَاعِ.
Seorang muwahid berada di kedudukan yang tinggi seperti berada di langit.
Tinggi kedudukannya di sisi Allah—subhanahu wa ta’ala—.
Adapun permisalan orang musyrik seperti orang yang jatuh dari ketinggian.
Ketika dia menyekutukan Allah, jatuhlah dia dari ketinggian yang merupakan
tempat ahli tauhid. Orang musyrik, ketika menyekutukan Allah, jatuh dari
tempat yang tinggi ke tempat yang paling jauh.
مَاذَا تَكُونُ حَالُهُ فِي حَالَةِ السُّقُوطِ وَالۡعِيَاذُ بِاللهِ؟ إِمَّا
أَنۡ تَعۡتَرِضَهُ جَوَارِحُ الطَّيۡرِ فَتُمَزِّقَ لَحۡمَهُ وَتَأۡكُلَهُ فِي
الۡهَوَاءِ، وَإِمَّا أَنۡ يَسۡلَمَ مِنَ الۡجَوَارِحِ لَٰكِنَّ الرِّيحَ
تَحۡمِلُهُ وَتَرۡمِي بِهِ فِي مَكَانٍ بَعِيدٍ عَنِ الۡأُنۡسِ، وَتُلۡقِيهِ
فِي مَكَانٍ خَالٍ مُوحَشٌ مَا فِيهِ شَرَابٌ وَلَا فِيهِ شَيۡءٌ.
Bagaimana jadinya ketika dia sedang jatuh—kita berlindung kepada Allah—? Bisa
jadi burung pemangsa menangkapnya, lalu mencabik dagingnya dan memakannya di
udara. Bisa pula dia selamat dari burung pemangsa, akan tetapi angin
menerbangkannya dan melemparkannya di suatu tempat yang jauh dari kenyamanan
dan melemparkannya di tempat yang sepi nan tandus. Tidak ada minuman dan tidak
ada apa-apa di situ.
كَذٰلِكَ الۡمُشۡرِكِ هُوَ عُرۡضَةٌ لِهَٰذِهِ الۡأَشۡيَاءِ، وَهَٰذِهِ
الۡأَهۡوَاءِ، وَهَٰذِهِ الۡمَنَاهِجِ، وَهَٰذِهِ الۡمَذَاهِبِ الَّتِي
تَقۡطَعُهُ وَتُشَتِّتُهُ وَتُهۡلِكُهُ فِي النِّهَايَةِ.
Seperti itulah orang musyrik. Dia dihadapkan kepada segala hal ini, hawa
nafsu, jalan-jalan, mazhab-mazhab yang mencabiknya, menceraiberaikannya, dan
membinasakannya di akhir nanti.
فَهَٰذَا مَثَلٌ لِلۡمُؤۡمِنِ وَمَثَلٌ لِلۡمُوَحِّدِ، الۡمُؤۡمِنُ فِي
عُلُوٍّ وَارۡتِفَاعٍ وَسُمُوٍّ عِنۡدَ اللهِ -جَلَّ وَعَلَا- لِتَوۡحِيدِهِ
وَإِخۡلَاصِهِ، وَالۡمُشۡرِكُ سَاقِطٌ مِنَ الۡعُلُوِّ سَاقِطٌ مِنَ
التَّوۡحِيدِ، مُعَرَّضٌ لِكُلِّ هَلَاكٍ وَلِكُلِّ ضَلَالٍ، وَهَٰذِهِ حَالُ
الۡمُشۡرِكِينَ وَالۡعِيَاذُ بِاللهِ، مُعَرَّضِينَ لِكُلِّ بَلَاءٍ وَلِكُلِّ
هَلَاكٍ وَلِكُلِّ هَوًى وَلِكُلِّ شَيۡطَانٍ يَتَنَازَعُهُمۡ كُلُّ بَلَاءٍ،
هَلۡ يَسۡتَوِي هَٰذَا وَهَٰذَا؟!
Inilah permisalan untuk orang mukmin dan muwahid. Orang mukmin memiliki
kedudukan yang tinggi di sisi Allah—jalla wa ‘ala—karena ketauhidan dan
keikhlasannya. Sedangkan orang musyrik, dia jatuh dari ketinggian, jatuh dari
ketauhidan, dan dia akan menghadapi segala kebinasaan dan kesesatan. Ini
keadaan orang-orang musyrik. Kita berlindung kepada Allah. Mereka adalah
orang-orang yang akan dihadapkan kepada segala macam bencana, kebinasaan, hawa
nafsu, dan para setan. Segala bencana akan membuat mereka kepayahan. Apakah
sama antara ini dengan itu?!
ثُمَّ فِي آخِرِ السُّورَةِ ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا لِبُطۡلَانِ الشِّرۡكِ
فَقَالَ: ﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَٱسۡتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ
ٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخۡلُقُوا۟ ذُبَابًا وَلَوِ
ٱجۡتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن يَسۡلُبۡهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيۡـءًا لَّا
يَسۡتَنقِذُوهُ مِنۡهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلۡمَطۡلُوبُ﴾ [الحج :
۷۳]
Kemudian di akhir surah, Allah membuat sebuah permisalan tentang batilnya
kesyirikan. Allah berfirman, “Wahai sekalian manusia, suatu permisalan telah
dibuat, maka simaklah permisalan itu! Sesungguhnya segala yang kalian seru
dari selain Allah, mereka tidak dapat menciptakan seekor lalat meskipun mereka
bersatu padu melakukannya. Dan apabila lalat itu merampas sesuatu dari mereka,
maka mereka tidak bisa merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemah yang
menyembah dan yang disembah.” (QS. Al-Hajj: 73).
جَمِيعُ الۡأَصۡنَامِ وَجَمِيعُ الۡمَعۡبُودَاتِ مِنۡ دُونِ اللهِ، كُلُّهَا
لَا تَسۡتَطِيعُ أَنۡ تَخۡلُقَ الذُّبَابَ، فَكَيۡفَ تُعۡبَدُ مِنۡ دُونِ
اللهِ، وَهِيَ لَا تَسۡتَطِيعُ أَنۡ تَخۡلُقَ الذُّبَابَ الَّذِي هُوَ أَصۡغَرُ
شَيۡءٍ وَأَحۡقَرُ شَيۡءٍ؟! مَا طُلِبَ مِنۡهُمۡ أَنۡ يَخۡلُقُوا بَلَدًا أَوۡ
يَخۡلُقُوا جَبَلًا أَوۡ يَخۡلُقُوا إِبِلًا أَوۡ بَقَرًا أَوۡ آدَمِيِّينَ،
بَلۡ ذُبَابٌ، أَقَلُّ شَيۡءٍ!!
Semua berhala dan seluruh sesembahan selain Allah tidak mampu untuk
menciptakan lalat. Lalu bagaimana yang selain Allah itu disembah sementara dia
tidak mampu untuk menciptakan lalat yang merupakan makhluk yang paling kecil
dan paling rendah?! Sesembahan selain Allah itu tidak diminta untuk
menciptakan sebuah negeri atau untuk menciptakan sebuah gunung atau untuk
menciptakan seekor unta, sapi, atau manusia. Namun, hanya seekor lalat,
makhluk yang paling kecil.
هَٰذَا تَعۡجِيزٌ مِنَ اللهِ –جَلَّ وَعَلَا- لِآلِهَةِ الۡمُشۡرِكِينَ،
فَإِذَا كَانَتۡ لَا تَسۡتَطِيعُ أَنۡ تَخۡلُقَ الذُّبَابَ فَكَيۡفَ تُعۡبَدُ
مَعَ الۡخَالِقِ الَّذِي هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيۡءٍ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى؟
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيۡءٍ، الۡخَلَّاقُ الۡعَلِيمُ الَّذِي لَا يُعۡجِزُهُ
شَيۡءٌ، كَيۡفَ يُقَاسُ هَٰذَا بِهَٰذَا؟
Ini adalah keterangan yang tidak terbantahkan dari Allah—jalla wa
‘ala—terhadap ilah-ilah kaum musyrikin. Apabila ilah-ilah itu tidak mampu
menciptakan lalat, lalu bagaimana bisa dia diibadahi bersama Allah yang
menciptakan segala sesuatu—subhanahu wa ta’ala—? Allah adalah pencipta segala
sesuatu, Maha Pencipta lagi Maha mengetahui, tidak ada sesuatu pun yang dapat
melemahkan-Nya. Bagaimana yang ini bisa dikiaskan dengan yang itu?
فَهَٰذَا مَثَلٌ وَاضِحٌ لِبُطۡلَانِ الشِّرۡكِ، وَأَنَّهُ لَا مُسۡتَنَدَ
لَهُ، وَلَا أَصۡلَ لَهُ وَلَا فَرۡعَ، ﴿لَن يَخۡلُقُوا۟﴾ وَلَاحِظُوا كَلِمَةَ
(لَنۡ يَخۡلُقُوا) هَٰذَا لِلۡمُسۡتَقۡبَلِ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ،
فَالتَّعۡجِيزُ مُسۡتَمِرٌّ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، أَيُّ مُشۡرِكٍ يَدۡعُو
غَيۡرَ اللهِ يُقَالُ لَهُ: هَلِ الَّذِي تَعۡبُدُهُ خَلَقَ
ذُبَابَةً؟
Ini adalah permisalan yang jelas akan batilnya kesyirikan. Perbuatan
kesyirikan tidak ada sandaran dalilnya, tidak memiliki dasar, dan tidak
memiliki kemuliaan.
“Mereka tidak akan dapat menciptakan.” Perhatikan ungkapan ini! Ungkapan ini
menunjukkan masa yang akan datang hingga hari kiamat. Jadi pernyataan akan
ketidakmampuan mereka ini terus berlaku hingga hari kiamat. Tanyakan kepada
orang musyrik yang manapun yang menyeru selain Allah: Apakah yang engkau
ibadahi bisa menciptakan seekor lalat?
كُلُّ هَٰذِهِ الَّتِي يَعۡبُدُونَ مِنَ الۡمَعۡبُودَاتِ وَالۡأَصۡنَامِ
وَالتَّمَاثِيلِ وَالۡأَوۡلِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَالۡقُبُورِ وَالۡأَشۡجَارِ
وَالۡأَحۡجَارِ، كُلُّهُمۡ مُوَجَّهٌ إِلَيۡهِمۡ هَٰذَا الۡمَثَلُ. فَمَا دَامَ
أَنَّهُمۡ لَا يَقۡدِرُونَ عَلَى خَلۡقِ الذُّبَابِ فَكَيۡفَ يَصۡلُحُونَ
لِلۡعِبَادَةِ؟!
Permisalan ini tertuju kepada seluruh yang mereka ibadahi, berupa sesembahan,
berhala-berhala, patung-patung, wali-wali, orang-orang saleh, kuburan,
pepohonan, dan bebatuan.
Sesembahan itu selamanya tidak akan mampu menciptakan lalat. Lalu bagaimana
mereka boleh untuk diibadahi?!
﴿أَفَمَن يَخۡلُقُ كَمَن لَّا يَخۡلُقُ ۗ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: ۱۷]،
﴿وَٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَخۡلُقُونَ شَيۡـءًا وَهُمۡ
يُخۡلَقُونَ ٢٠ أَمۡوَٰتٌ غَيۡرُ أَحۡيَآءٍ ۖ﴾ [النحل: ٢٠-٢١]، ﴿أَرَءَيۡتُمۡ
شُرَكَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَرُونِى مَاذَا
خَلَقُوا۟ مِنَ ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ لَهُمۡ شِرۡكٌ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ﴾ [فاطر:
٤٠].
“Apakah yang menciptakan sama seperti yang tidak bisa menciptakan?! Apa kalian
tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-Nahl: 17).
“Segala yang mereka seru selain Allah tidak bisa menciptakan sesuatu pun,
bahkan mereka itu diciptakan. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup.”
(QS. An-Nahl: 20-21).
“Kabarkanlah tentang sekutu-sekutu yang kalian seru selain Allah. Perlihatkan
kepadaku, bagian bumi mana yang telah mereka ciptakan? Ataukah mereka memiliki
andil dalam (penciptaan) langit?” (QS. Fathir: 40).
مَا يَسۡتَطِيعُ الۡمُشۡرِكُونَ أَنۡ يَقُولُوا: إِنَّ مَعۡبُودَاتِهِمۡ
خَلَقَتۡ وَلَوۡ ذُبَابَةً، وَلَا يَسۡتَطِيعُونَ هَٰذَا فِي الۡمُسۡتَقۡبَلِ،
حَتَّى فِي زَمَانِ تَقَدُّمِ الصِّنَاعَةِ الۡآنَ وَتَفَنُّنِ الصِّنَاعَةِ،
مَا يَسۡتَطِيعُ صُنَّاعُ الۡعَالَمِ وَمَهَرَةُ الۡعَالَمِ وَأَطِبَّاءُ
الۡعَالَمِ أَنۡ يَخۡلُقُوا ذُبَابًا،
Orang-orang musyrik itu tidak mampu untuk mengatakan bahwa sesembahan mereka
telah menciptakan sesuatu meski sekadar lalat. Mereka pun tidak mampu
mengatakannya di masa yang akan datang. Sampai pun di zaman industri sudah
semakin maju dan beraneka ragam seperti sekarang. Para pencipta, para ahli,
para dokter sealam raya tidak mampu untuk menciptakan seekor lalat.
يَصۡنَعُونَ طَيَّارَةً، يُرَكِّبُونَ بَعۡضَهَا فِي بَعۡضٍ، طَائِرَةٌ
تَحۡمِلُ الرُّكَّابَ، هَٰذِهِ صِنَاعَةٌ مُمۡكِنَةٌ يَتَعَلَّمُهَا
الۡإِنۡسَانُ وَيَعۡرِفُهَا، وَاللهُ هُوَ الَّذِي سَخَّرَهَا لَنَا، وَهُوَ
الَّذِي أَلۡهَمۡنَا أَنۡ نَسۡتَعۡمِلَهَا وَأَنۡ نَسۡتَخۡدِمَهَا رَحۡمَةً
بِنَا، يُمۡكِنُ أَنۡ يَصۡنَعَ الۡبَشَرُ طَيَّارَةً وَيَصۡنَعُوا بَاخِرَةً،
لَكِنَّ الۡخَلۡقَ لَا يَخۡلُقُ ذُبَابَةً! لِأَنَّ هَٰذَا مِنۡ خَصَائِصِ
اللهِ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى.
Mereka bisa membuat pesawat terbang dengan cara merakit komponen-komponennya.
Pesawat terbang itu bisa mengangkut penumpang. Ini merupakan barang produksi
yang mungkin dipelajari dan diilmui oleh manusia. Namun, Allah lah yang
menundukkan pesawat itu untuk kita. Allah yang mengilhamkan kepada kita untuk
bisa menggunakannya dan memanfaatkannya sebagai rahmat untuk kita.
Mungkin saja manusia membuat pesawat terbang dan membuat kapal. Akan tetapi
seluruh makhluk tidak bisa menciptakan seekor lalat, karena ini termasuk
kekhususan Allah—subhanahu wa ta’ala.
فَالۡعِبَادَةُ إِنَّمَا يَسۡتَحِقُّهَا الۡخَالِقُ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى:
﴿أَفَمَن يَخۡلُقُ كَمَن لَّا يَخۡلُقُ ۗ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل : ١٧].
ثُمَّ قَالَ: ﴿وَإِن يَسۡلُبۡهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيۡـءًا﴾ الذُّبَابُ الَّذِي
هُوَ أَضۡعَفُ شَيۡءٍ لَوۡ يَأۡخُذُ مِنۡ هَٰذَا الصَّنَمِ الَّذِي يُعۡبَدُ،
لَوۡ يَأۡخُذُ مِنۡهُ شَيۡئًا مِمَّا يُوضَعُ عَلَيۡهِ مِنَ الطِّيبِ أَوۡ مِنَ
الذَّهَبِ؛ لِأَنَّهُمۡ يَضَعُونَ عَلَى هَٰذِهِ الۡمَعۡبُودَاتِ أَشۡيَاءَ
مِنَ الۡحُلِيِّ وَمِنَ الذَّهَبِ وَمِنَ الطِّيبِ وَالۡبُخُورِ، لَوۡ جَاءَ
الذُّبَابُ وَأَخَذَ مِمَّا عَلَيۡهَا شَيۡئًا يَسِيرًا، هَلۡ تَسۡتَطِيعُ
هَٰذِهِ الۡأَصۡنَامُ أَنۡ تَسۡتَرِدَّ مَا أَخَذَهُ الذُّبَابُ؟ لَا
تَسۡتَطِيعُ أَنۡ تَنۡتَصِرَ لِنَفۡسِهَا مِنَ الذُّبَابِ: ﴿وَإِن يَسۡلُبۡهُمُ
ٱلذُّبَابُ شَيۡـءًا لَّا يَسۡتَنقِذُوهُ مِنۡهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ﴾ الَّذِي
هُوَ الۡمُشۡرِكُ ﴿وَٱلۡمَطۡلُوبُ﴾ الَّذِي هُوَ الۡمَعۡبُودُ مِنۡ دُونِ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ، ذُبَابٌ أَعۡجَزَ الۡجَمِيعَ. فَهَٰذَا مِنۡ أَعۡظَمِ
الۡأَمۡثِلَةِ عَلَى بُطۡلَانِ الشِّرۡكِ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Jadi hanya Allah Maha Pencipta—subhanahu wa taala—yang berhak untuk diibadahi.
“Apakah (Allah) yang menciptakan sama seperti yang tidak menciptakan?! Mengapa
kalian tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-Nahl: 17).
Kemudian Allah berfirman, “Jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka.” Lalat
yang merupakan makhluk terlemah, andai dia mengambil sesuatu yang diletakkan
di atas berhala yang diibadahi, berupa wewangian atau emas—karena para
penyembah berhala itu meletakkan perhiasan, emas, wewangian, dupa di atas
sesembahan itu—. Andai lalat datang lalu mengambil sedikit darinya, apakah
berhala ini mampu untuk merebut kembali barang yang diambil lalat itu? Berhala
itu tidak mampu untuk membela dirinya dari lalat.
“Jika lalat itu merampas sesuatu dari berhala-berhala itu, niscaya mereka
tidak dapat merebutnya kembali. Amat lemah yang menyembah,” yaitu orang
musyrik. “(Dan lemah pula) yang disembah,” yaitu sesembahan selain Allah—‘azza
wa jalla—. Seekor lalat bisa membuat semua sesembahan selain Allah itu lemah
tak berdaya.
Ini termasuk perumpamaan yang paling agung akan batilnya kesyirikan kepada
Allah—‘azza wa jalla.
يُمۡكِنُ أَنۡ يَقُولُوا: نَحۡنُ مَا نَقُولُ: إِنَّ مَعۡبُودَاتِنَا تَخۡلُقُ
مَعَ اللهِ، اللهُ هُوَ الۡخَالِقُ وَحۡدَهُ وَنَحۡنُ نَعۡتَرِفُ بِذٰلِكَ،
هُوَ الۡخَالِقُ الرَّازِقُ الۡمُحۡيِي الۡمُمِيتُ الۡمُدَبِّرُ، نَحۡنُ
نَعۡتَقِدُ هَٰذَا، لَكِنۡ هَٰؤُلَاءِ عُبَّادٌ صَالِحُونَ وَنُرِیدُ مِنۡهُمۡ
أَنۡ يَشۡفَعُوا لَنَا عِنۡدَ اللهِ، نَتَّخِذُهُمۡ وَسَائِلَ، فَنَحۡنُ
نَعۡبُدُهُمۡ مِنۡ أَجۡلِ أَنۡ يُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلۡفَى، وَإِلَّا
نَحۡنُ نَعۡلَمُ أَنَّهُمۡ مَا يَخۡلُقُونَ وَلَا يَرۡزُقُونَ، لَكِنۡ
لِأَنَّهُمۡ عُبَّادٌ صَالِحُونَ لَهُمۡ مَنۡزِلَةٌ عِنۡدَ اللهِ نُرِيدُ
مِنۡهُمۡ أَنۡ يُقَرِّبُونَا وَيَشۡفَعُوا لَنَا إِلَى اللهِ، أَنۡ
يَتَوَسَّطُوا لَنَا عِنۡدَ اللهِ. وَيَذۡبَحُونَ لَهُمۡ وَيَنۡذُرُونَ لَهُمۡ
وَيَطُوفُونَ بِقُبُورِهِمۡ وَيَعۡكُفُونَ عِنۡدَهَا، وَيَصۡرِفُونَ لَهُمُ
الۡعِبَادَاتِ، وَهُمۡ يَعۡتَرِفُونَ أَنَّهُمۡ مَا يَخۡلُقُونَ وَلَا
يَرۡزُقُونَ وَلَا يُدَبِّرُونَ مِنَ الۡأَمۡرِ شَيۡئًا، وَإِنَّمَا يُرِيدُونَ
مِنۡهُمُ الۡوَسَاطَةَ عِنۡدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Mungkin saja mereka berkata: Kami tidak mengatakan bahwa sesembahan kami bisa
menciptakan bersama Allah. Allah sajalah yang menciptakan dan kami
mengakuinya. Dia adalah pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan, yang
mematikan, dan yang mengatur urusan. Kami pun meyakininya, tetapi mereka
adalah hamba-hamba yang saleh. Kami ingin agar mereka memberi syafaat untuk
kami di sisi Allah. Kami menjadikan mereka sebagai wasilah. Kami beribadah
kepada mereka agar mereka mendekatkan kami kepada Allah
sedekat-dekatnya.
Kalau bukan karena itu (niscaya kami tidak akan beribadah kepada mereka),
karena kami tahu bahwa mereka tidak menciptakan dan tidak dapat memberi
rezeki. Namun, karena mereka hamba-hamba yang saleh, maka mereka memiliki
kedudukan di sisi Allah sehingga kami ingin dari mereka agar mereka
mendekatkan kami dan memberi syafaat untuk kami kepada Allah, serta agar
mereka menjadi perantara untuk kami di sisi Allah.
Orang-orang musyrik itu menyembelih untuk mereka, bernazar untuk mereka, tawaf
di kuburan mereka, dan beriktikaf di dekatnya. Mereka memalingkan
ibadah-ibadah kepada sesembahan selain Allah itu dalam keadaan mereka
mengetahui bahwa sesembahan itu tidak bisa menciptakan, tidak memberi rezeki,
dan tidak mengatur sedikit urusanpun. Mereka hanya menginginkan sesembahan itu
sebagai perantara di sisi Allah—‘azza wa jalla.
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَبۡطَلَ هَٰذَا بِالۡمَثَلِ: ﴿ضَرَبَ لَكُم مَّثَلًا
مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ ۖ هَل لَّكُم مِّن مَّا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُكُم مِّن
شُرَكَآءَ فِى مَا رَزَقۡنَـٰكُمۡ فَأَنتُمۡ فِيهِ سَوَآءٌ تَخَافُونَهُمۡ
كَخِيفَتِكُمۡ أَنفُسَكُمۡ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡءَايَـٰتِ لِقَوۡمٍ
يَعۡقِلُونَ﴾ [الروم: ۲۸] فَإِذَا كُنۡتُمۡ لَا تَرۡضَوۡنَ أَنۡ يُشَارِكَكُمۡ
أَحَدُ عَبِیدِکُمۡ، فَكَيۡفَ تَرۡضَوۡنَ لِلهِ أَنۡ يُشَارِكَهُ عَبۡدٌ مِنۡ
عَبِيدِهِ؟ فَكَيۡفَ تَصِفُونَ اللهَ بِمَا تُنَزِّهُونَ مِنۡهُ
أَنۡفُسَكُمۡ؟!!
Allah—‘azza wa jalla—menggugurkan alasan ini dengan sebuah perumpamaan, “Allah
telah membuat permisalan untuk kalian dari diri kalian sendiri. Apakah kalian
memiliki budak-budak yang berserikat dalam rezeki yang Kami berikan kepada
kalian, lalu kalian sama rata dalam pembagiannya? Kalian mengkhawatirkan
mereka seperti kekhawatiran kalian terhadap diri-diri kalian. Demikianlah kami
jelaskan ayat-ayat untuk kaum yang berakal.” (QS. Ar-Rum: 28).
Apabila kalian tidak rida apabila salah satu budak kalian berserikat (dalam
harta) dengan kalian, maka bagaimana kalian bisa rida apabila salah seorang
dari hamba Allah berserikat dengan Allah? Bagaimana kalian menyifati Allah
dengan sifat yang dijauhi oleh diri kalian sendiri?!
وَكَانُوا يَقُولُونَ فِي تَلۡبِيَتِهِمۡ: (لَبَّيۡكَ لَا شَرِيكَ لَكَ،
إِلَّا شَرِیكًا هُوَ لَكَ، تَمۡلِکُهُ وَمَا مَلَكَ) فَضَرَبَ اللهُ لَهُمۡ
هَٰذَا الۡمَثَلَ.
Dahulu orang-orang musyrik berkata dalam talbiah mereka, “Kami penuhi
panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki. Engkau
memilikinya, sedangkan dia tidak memiliki.” Lalu Allah membuat permisalan ini
untuk mereka.
وَبِاللهِ التَّوۡفِيقُ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحۡبِهِ أَجۡمَعِينَ.
Taufik hanya dari Allah. Semoga Allah mencurahkan selawat dan salam kepada
Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan sahabat beliau seluruhnya.