Cari Blog Ini

Sunan An-Nasa`i hadits nomor 1218

١٢١٨ – (صحيح) أَخۡبَرَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ، قَالَ: حَدَّثَنَا الۡأَوۡزَاعِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنۡ هِلَالِ بۡنِ أَبِي مَيۡمُونَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءُ بۡنُ يَسَارٍ، عَنۡ مُعَاوِيَةَ بۡنِ الۡحَكَمِ السُّلَمِيِّ، قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنَّا حَدِيثُ عَهۡدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ فَجَاءَ اللهُ بِالۡإِسۡلَامِ وَإِنَّ رِجَالًا مِنَّا يَتَطَيَّرُونَ! قَالَ: (ذَاكَ شَىۡءٌ يَجِدُونَهُ فِي صُدُورِهِمۡ؛ فَلَا يَصُدَّنَّهُمۡ)، وَرِجَالٌ مِنَّا يَأۡتُونَ الۡكُهَّانَ! قَالَ: (فَلَا تَأۡتُوهُمۡ)، قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ! وَرِجَالٌ مِنَّا يَخُطُّونَ! قَالَ: (كَانَ نَبِيٌّ مِنَ الۡأَنۡبِيَاءِ يَخُطُّ، فَمَنۡ وَافَقَ خَطُّهُ فَذَاكَ)، 

1218. [Sahih] Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Muhammad bin Yusuf menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Auza’i menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Abu Katsir menceritakan kepadaku dari Hilal bin Abu Maimunah. Beliau berkata: ‘Atha` bin Yasar menceritakan kepadaku dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami. Beliau berkata: 

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami masih dekat dengan masa jahiliah, lalu Allah membawa agama Islam ini, sementara beberapa orang dari kami masih melakukan tathayyur (menganggap sial dengan sesuatu yang dilihat, didengar, atau lainnya).” 

Rasulullah bersabda, “Itu adalah sesuatu yang mereka dapati di dalam dada-dada mereka, namun hal itu jangan sampai menghalangi mereka.” 

Aku melanjutkan, “Beberapa orang dari kami ada yang masih mendatangi dukun-dukun.” 

Rasulullah bersabda, “Jangan kalian datangi mereka!” 

Mu’awiyah bin Al-Hakam berkata, “Wahai Rasulullah, beberapa orang dari kami ada yang membuat garis-garis (untuk meramal).” 

Rasulullah bersabda, “Dahulu ada di kalangan para nabi yang membuat garis-garis. Maka siapa saja yang mencocoki dengan garis-garisnya, maka itu baru benar.” 

قَالَ: وَبَيۡنَا أَنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي الصَّلَاةِ؛ إِذۡ عَطَسَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ، فَقُلۡتُ: يَرۡحَمُكَ اللهُ! فَحَدَّقَنِي الۡقَوۡمُ بِأَبۡصَارِهِمۡ، فَقُلۡتُ: وَاثُكۡلَ أُمِّيَاهُ! مَا لَكُمۡ تَنۡظُرُونَ إِلَىَّ؟! قَالَ: فَضَرَبَ الۡقَوۡمُ بِأَيۡدِيهِمۡ عَلَى أَفۡخَاذِهِمۡ! فَلَمَّا رَأَيۡتُهُمۡ يُسَكِّتُونَنِي؛ لَكِنِّي سَكَتُّ! فَلَمَّا انۡصَرَفَ رَسُولُ اللهِ ﷺ؛ دَعَانِي -بِأَبِي وَأُمِّي هُوَ- مَا ضَرَبَنِي وَلَا كَهَرَنِي وَلَا سَبَّنِي، مَا رَأَيۡتُ مُعَلِّمًا قَبۡلَهُ وَلَا بَعۡدَهُ أَحۡسَنَ تَعۡلِيمًا مِنۡهُ قَالَ: (إِنَّ صَلَاتَنَا هَٰذِهِ لَا يَصۡلُحُ فِيهَا شَىۡءٌ مِنۡ كَلَامِ النَّاسِ، إِنَّمَا هُوَ التَّسۡبِيحُ وَالتَّكۡبِيرُ وَتِلَاوَةُ الۡقُرۡآنِ)، 

Mu’awiyah berkata: Ketika aku mengikuti salat bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, tiba-tiba ada salah seorang bersin. 

Aku mengucapkan, “Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu).” 

Orang-orang melirik kepadaku. Aku berkata, “Celaka, mengapa kalian memandangiku?” 

Mu’awiyah berkata: Orang-orang menepukkan tangan mereka ke paha. Ketika aku melihat mereka menyuruhku diam, aku pun diam. Ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—selesai, beliau memanggilku. Ayah dan ibuku sebagai tebusannya, beliau tidak memukulku, tidak menghardikku, dan tidak mencelaku. Aku tidak melihat seorang pengajar sebelum beliau, tidak pula setelah beliau, yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. 

Beliau bersabda, “Sesungguhnya salat kita ini tidak boleh padanya ada ucapan manusia. Yang boleh hanyalah tasbih, takbir, dan bacaan Alquran.” 

قَالَ: ثُمَّ اطَّلَعۡتُ إِلَى غُنَيۡمَةٍ لِي تَرۡعَاهَا جَارِيَةٌ لِي، فِي قِبَلِ أُحُدٍ وَالۡجَوَّانِيَّةِ، وَإِنِّي اطَّلَعۡتُ، فَوَجَدۡتُ الذِّئۡبَ قَدۡ ذَهَبَ مِنۡهَا بِشَاةٍ، وَأَنَا رَجُلٌ مِنۡ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأۡسَفُونَ، فَصَكَكۡتُهَا صَكَّةً، ثُمَّ انۡصَرَفۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَأَخۡبَرۡتُهُ، فَعَظَّمَ ذٰلِكَ عَلَىَّ! فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! أَفَلَا أَعۡتِقُهَا؟ قَالَ: (ادۡعُهَا)، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَيۡنَ اللهُ -عَزَّ وَجَلَّ-؟)، قَالَتۡ: فِي السَّمَاءِ، قَالَ: (فَمَنۡ أَنَا؟)، قَالَتۡ: أَنۡتَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، قَالَ: (إِنَّهَا مُؤۡمِنَةٌ؛ فَاعۡتِقۡهَا). [(إرواء الغليل)(٣٩٠)، (صحيح أبي داود)(٨٦٢)، م]. 

Mu’awiyah berkata: Kemudian aku memeriksa kambing-kambingku yang digembalakan oleh budak perempuanku di arah Uhud dan Al-Jawwaniyyah. Ketika aku periksa, aku dapati seekor serigala pergi membawa kabur seekor kambing. Aku adalah seorang pria dari bani Adam. Aku bersedih sebagaimana mereka juga sedih, sehingga aku menamparnya. Kemudian aku pergi menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu aku ceritakan kejadian itu. Beliau menganggap serius kejadian itu. 

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku merdekakan saja dia?” 

Rasulullah bersabda, “Panggillah dia!” 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya kepadanya, “Di mana Allah—‘azza wa jalla—?” 

Budak perempuan itu berkata, “Di atas langit.” 

Rasulullah bertanya, “Siapa aku?” 

Budak perempuan itu berkata, “Engkau adalah Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.” 

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya budak perempuan ini adalah seorang wanita mukmin. Merdekakan dia!”