Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi (wafat 260 H) rahimahullah di dalam
kitab Lum'atul I'tiqad berkata:
٢٠ – وَلِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ﷺ حَوۡضٌ فِي الۡقِيَامَةِ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحۡلَى مِنَ الۡعَسَلِ، وَأَبَارِيقُهُ عَدَدَ نُجُومِ السَّمَاءِ، مَنۡ شَرِبَ مِنۡهُ شَرۡبَةً لَمۡ يَظۡمَأۡ بَعۡدَهَا أَبَدًا.
20. Nabi kita Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memiliki sebuah haud (telaga) di hari kiamat. Airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Jumlah cereknya sebanyak bintang-bintang di langit. Siapa saja yang minum seteguk darinya, dia tidak akan haus lagi selama-lamanya.[1]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah di
dalam kitab Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:
[1]
الۡحَوۡضُ:
الۡحَوۡضُ لُغَةً: الۡجَمۡعُ يُقَالُ حَاضَ الۡمَاءَ يَحُوضُهُ إِذَا
جَمَعَهُ، وَيُطۡلَقُ عَلَى مُجۡتَمَعِ الۡمَاءِ.
وَشَرۡعًا: حَوۡضُ الۡمَاءِ النَّازِلِ مِنَ الۡكَوۡثَرِ فِي عَرَصَاتِ
الۡقِيَامَةِ لِلنَّبِيِّ ﷺ.
Haud.
Haud dalam bahasa Arab artinya pengumpulan. Dikatakan
hādha al-mā`a yahūdhuhu ketika engkau mengumpulkan air. Secara umum
haud diartikan tempat berkumpulnya air. Dalam istilah syariat, haud adalah
telaga milik Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang airnya turun dari
Al-Kautsar di padang mahsyar.
وَدَلَّ عَلَيۡهِ السُّنَّةُ الۡمُتَوَاتِرَةُ وَأَجۡمَعَ عَلَيۡهِ أَهۡلُ
السُّنَّةِ.
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنِّي فَرَطُكُمۡ عَلَى الۡحَوۡضِ) مُتَّفَقٌ
عَلَيۡهِ.
وَأَجۡمَعَ السَّلَفُ أَهۡلُ السُّنَّةِ عَلَى ثُبُوتِهِ.
Yang menunjukkan adanya haud ini adalah sunah yang mutawatir dan kesepakatan
ahli sunah.
Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku akan mendahului
kalian di haud.” (HR.
Al-Bukhari nomor 6575,
6576,
7049
dan
Muslim nomor 2289).
Ulama salaf ahli sunah telah bersepakat akan kepastian adanya haud ini.
وَقَدۡ أَنۡكَرَ الۡمُعۡتَزِلَةُ ثُبُوتَ الۡحَوۡضِ وَنَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ
بِأَمۡرَيۡنِ:
١- الۡأَحَادِيثُ الۡمُتَوَاتِرَةُ عَنِ الرَّسُولِ ﷺ.
٢- إِجۡمَاعُ أَهۡلِ السُّنَّةِ عَلَى ذٰلِكَ.
Kaum Mu’tazilah mengingkari adanya haud ini. Namun kita bantah mereka dengan
dua alasan:
- Adanya hadis-hadis yang mutawatir dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Adanya kesepakatan ahli sunah akan hal tersebut.
صِفَةُ الۡحَوۡضِ:
Sifat haud:
طُولُهُ شَهۡرٌ وَعَرۡضُهُ شَهۡرٌ، وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ، وَآنِيَتُهُ
كَنُجُومِ السَّمَاءِ وَمَاؤُهُ أَبۡيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَأَحۡلَى مِنَ
الۡعَسَلِ وَأَطۡيَبُ مِنۡ رِيحِ الۡمِسۡكِ، فِيهِ مِيزَابَانِ يَمُدَّانِهِ
مِنَ الۡجَنَّةِ أَحَدُهُمَا مِنۡ ذَهَبٍ وَالثَّانِي مِنۡ فِضَّةٍ، يَرِدُهُ
الۡمُؤۡمِنُونَ مِنۡ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ، وَمَنۡ يَشۡرَبۡ مِنۡهُ شُرۡبَةً لَا
يَظۡمَأۡ بَعۡدَهَا أَبَدًا. وَكُلُّ هٰذَا ثَابِتٌ فِي الصَّحِيحَيۡنِ أَوۡ
أَحَدِهِمَا.
Panjangnya satu bulan perjalanan. Lebarnya satu bulan perjalanan.
Sudut-sudutnya sama. Bejananya seperti bintang-bintang di langit. Airnya lebih
putih daripada susu, lebih manis daripada madu, dan lebih harum daripada aroma
kesturi. Di haud itu ada dua saluran yang memanjang dari janah. Yang pertama
dari emas dan yang kedua dari perak. Kaum mukminin dari umat Nabi Muhammad
akan mendatangi haud itu. Siapa saja yang minum darinya, dia tidak akan haus
lagi selama-lamanya.
Semua ini adalah berita yang pasti benar dalam dua kitab Shahih atau
salah satunya.
وَهُوَ مَوۡجُودُ الۡآنَ لِقَوۡلِهِ ﷺ: (وَإِنِّي وَاللهِ لَأَنۡظُرُ إِلَى
حَوۡضِي الۡآنَ) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ.
Haud ini sekarang sudah ada berdasarkan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku sungguh—demi Allah—benar-benar sedang melihat haudku sekarang.” (HR.
Al-Bukhari nomor 1344, 3596, 4042, 4085, 6426, dan 6590).
وَاسۡتِمۡدَادُهُ مِنَ الۡكَوۡثَرِ لِقَوۡلِهِ ﷺ: (وَأَعۡطَانِي الۡكَوۡثَرَ
وَهُوَ نَهۡرٌ فِي الۡجَنَّةِ يَسِيلُ فِي حَوۡضٍ). رَوَاهُ أَحۡمَدُ. قَالَ
ابۡنُ كَثِيرٍ: وَهُوَ حَسَنُ الۡإِسۡنَادِ وَالۡمَتۡنِ.
Haud ini tersalur dari sungai Al-Kautsar berdasarkan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Allah memberikan Al-Kautsar kepadaku. Yaitu suatu sungai di dalam janah
yang mengalir ke haud.” (HR. Ahmad). Ibnu Katsir berkata: Hadis tersebut sanad
dan matannya hasan.
وَلِكُلِّ نَبِيٍّ حَوۡضٌ وَلَكِنۡ حَوۡضُ النَّبِيِّ ﷺ أَكۡبَرُهَا
وَأَعۡظَمُهَا وَأَكۡثَرُهَا وَارِدَةً لِقَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (إِنَّ لِكُلِّ
نَبِيٍّ حَوۡضًا، وَإِنَّهُمۡ لَيَتَبَاهَوۡنَ أَيُّهُمۡ أَكۡثَرُ وَارِدَةً،
وَإِنِّي لَأَرۡجُو أَنۡ أَكُونَ أَكۡثَرَهُمۡ وَارِدَةً). رَوَاهُ
التِّرۡمِذِيُّ وَقَالَ: غَرِيبٌ، وَرَوَى ذٰلِكَ ابۡنُ أَبِي الدُّنۡيَا
وَابۡنُ مَاجَهۡ مِنۡ حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ، وَفِيهِ ضَعۡفٌ لَكِنۡ صَحَّحَهُ
بَعۡضُهُمۡ مِنۡ أَجۡلِ تَعَدُّدِ الطُّرُقِ.
Setiap nabi memiliki haud, akan tetapi haud Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—adalah yang terbesar, teragung, dan terbanyak pengunjungnya berdasarkan
sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Sesungguhnya setiap nabi
memiliki haud dan mereka saling membanggakan haud siapa di antara mereka yang
paling banyak pengunjungnya. Aku sungguh sangat berharap haudku yang paling
banyak pengunjungnya.”
Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi nomor 2443
dan beliau berkata: hadis garib. Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu
Abu Ad-Dunya dan Ibnu Majah dari hadis Abu Sa’id. Padanya ada kelemahan namun
dinilai sahih oleh sebagian mereka dengan alasan banyaknya jalur periwayatan.