Cari Blog Ini

Kedatangan Malaikat Maut kepada Nabi Musa

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 260 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata:

وَمِنۡ ذٰلِكَ: أَنَّ مَلَكَ الۡمَوۡتِ لَمَّا جَاءَ إِلَى مُوسَى عَلَيۡهِ السَّلَامُ لِيَقۡبِضَ رُوحَهُ لَطَمَهُ فَفَقَأَ عَيۡنَهُ، فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَرَدَّ عَلَيۡهِ عَيۡنَهُ.
Di antara kabar dari Nabi adalah bahwa ketika malaikat maut datang kepada Nabi Musa—‘alaihis salam—untuk mencabut ruhnya, Nabi Musa menamparnya hingga matanya copot. Malaikat itu kembali kepada Allah, lalu Allah mengembalikan matanya. (HR. Al-Bukhari nomor 1339, Muslim nomor 2372, An-Nasa`i nomor 2089, dan Ahmad nomor 7634).[1]


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah di dalam kitab Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:

[1] الۡأَمۡرُ الثَّانِي: مَجِيءُ مَلَكِ الۡمَوۡتِ إِلَى مُوسَى ﷺ:

Perkara kedua adalah datangnya malaikat maut kepada Nabi Musa—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

جَاءَ مَلَكُ الۡمَوۡتِ بِصُورَةِ إِنۡسَانٍ إِلَى نَبِيِّ اللهِ مُوسَى عَلَيۡهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لِيَقۡبِضَ رُوحَهُ، فَلَطَمَهُ مُوسَى فَفَقَأَ عَيۡنُهُ، فَرَجَعَ الۡمَلَكُ إِلَى اللهِ وَقَالَ: أَرۡسَلۡتَنِي إِلَى عَبۡدٍ لَا يُرِيدُ الۡمَوۡتَ فَرَدَّ اللهُ عَلَيۡهِ عَيۡنَهُ وَقَالَ: ارۡجِعۡ إِلَيۡهِ وَقُلۡ لَهُ: يَضَعُ يَدَهُ عَلَى مَتۡنِ ثَوۡرٍ فَلَهُ بِمَا غَطَى يَدُهُ بِكُلِّ شَعۡرَةٍ سَنَةٌ، فَقَالَ مُوسَى: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: ثُمَّ الۡمَوۡتُ، قَالَ: فَالۡآنَ، فَسَأَلَ اللهَ أَنۡ يُدۡنِيَهُ مِنَ الۡأَرۡضِ الۡمُقَدَّسَةِ رَمۡيَةَ حَجَرٍ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (فَلَوۡ كُنۡتُ ثَمَّ لَأَرَيۡتُكُمۡ قَبۡرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ عِنۡدَ الۡكَثِيبِ الۡأَحۡمَرِ).

Malaikat maut yang menjelma seorang manusia datang kepada Nabi Musa—‘alaihish shalatu was salam—untuk mencabut ruhnya. Namun Nabi Musa menamparnya hingga matanya copot. Malaikat itu kembali kepada Allah dan berkata, “Engkau mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menginginkan kematian.”

Allah mengembalikan matanya dan berkata, “Kembalilah kepadanya dan katakan agar dia meletakkan tangannya di atas punggung seekor lembu. Setiap bulu yang tertutupi oleh tangannya, maka baginya umur satu tahun.”

Musa bertanya, “Kemudian apa?”

Allah menjawab, “Kemudian mati.”

Musa berkata, “Sekarang saja.”

Lalu Musa meminta Allah agar mendekatkannya dengan tempat yang disucikan sejarak lemparan batu. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai aku di sana, tentu aku akan perlihatkan kepada kalian kuburannya di samping jalan di dekat gundukan pasir merah.”

وَهٰذَا الۡحَدِيثُ ثَابِتٌ فِي الصَّحِيحَيۡنِ، وَإِنَّمَا أَثۡبَتَهُ الۡمُؤَلِّفُ فِي الۡعَقِيدَةِ لِأَنَّ بَعۡضَ الۡمُبۡتَدِعَةِ أَنۡكَرَهُ؛ مُعَلِّلًا ذٰلِكَ بِأَنَّهُ يَمۡتَنِعُ أَنَّ مُوسَى يَلۡطِمُ الۡمَلَكَ، وَنَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ بِأَنَّ الۡمَلَكَ أَتَى مُوسَى بِصُورَةِ إِنۡسَانٍ لَا يَعۡرِفُ مُوسَى مَنۡ هُوَ يَطۡلُبُ مِنۡهُ نَفۡسَهُ فَمُقۡتَضَى الطَّبِيعَةِ الۡبَشَرِيَّةِ أَنۡ يُدَافِعَ الۡمَطۡلُوبُ عَنۡ نَفۡسِهِ، وَلَوۡ عَلِمَ مُوسَى أَنَّهُ مَلَكٌ لَمۡ يَلۡطِمۡهُ وَلِذٰلِكَ اسۡتَسۡلَمَ لَهُ فِي الۡمَرَّةِ الثَّانِيَةِ حِينَ جَاءَ بِمَا يَدُلُّ أَنَّهُ مِنۡ عِنۡدِ اللهِ وَهُوَ إِعۡطَاؤُهُ مُهۡلَةً مِنَ السِّنِينَ بِقَدۡرِ مَا تَحۡتَ يَدِهِ مِنۡ شَعۡرِ ثَوۡرٍ.

Hadis ini valid dalam dua kitab Shahih. Mualif menetapkannya dalam masalah akidah karena sebagian ahli bidah mengingkarinya dengan alasan bahwa Musa tidak mungkin menampar malaikat. Kita bantah mereka bahwasanya malaikat yang mendatangi Musa dalam bentuk manusia tidak dikenali oleh Musa. Dia hendak meminta nyawanya. Kemestian tabiat manusia, orang yang diminta nyawanya pasti akan membela diri. Kalau Musa mengetahui bahwa orang itu malaikat, tentu beliau tidak akan menamparnya. Karena itulah, beliau pasrah padanya di saat kedua kalinya ketika dia datang dengan membawa bukti bahwa dia dari sisi Allah, yaitu pemberian batas waktu sekian tahun, sejumlah bulu lembu yang di bawah telapak tangannya.