Cari Blog Ini

IMAMNYA Para Imam

Beliau adalah Syu’bah bin Al Hajjaaj bin Al Ward Al Azdiy Al Wasithiy Al Bashriy rahimahullah. Kunyah beliau adalah Abu Bistham. Sebagian ada yang memanggil beliau dengan sebutan Abu Said. Beliau adalah seorang ulama hadis dari Bashrah, Irak. Sebagian ulama ada yang menyatakan bahwa beliau terlahir di 80 Hijriyah pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan.

Beliau meriwayatkan hadis dari beberapa orang, di antaranya: Ayyub As Sikhtiyaaniy dan Abu Ishaq. Masih banyak ulama lain yang beliau ambil riwayat hadisnya. Bahkan, Al Imam Al Mizziy menyebutkan daftar guru-guru beliau itu dalam 7 halaman. Sedangkan ulama yang mengambil riwayat hadis dari beliau di antaranya: Waki’ bin Al-Jarrah, Abdullah bin Al Mubarak, dan Abdurrahman bin Mahdi.

Beliau tidak hanya dikenal sebagai ahlul hadis, namun juga ahli ibadah. Abu Qathn rahimahullah berkata, “Tidaklah aku melihat Syu’bah melakukan rukuk (dalam salat sunnah, pent) kecuali aku menyangka bahwa beliau telah lupa (karena saking lamanya), dan tidaklah beliau duduk di antara 2 sujud kecuali aku menyangka bahwa beliau telah lupa (karena saking lamanya).” [Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliyaa’].

Abu Bakr Al Bakraawiy rahimahullah menyatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih (kuat) beribadah dibandingkan Syu’bah. Beliau (banyak) beribadah kepada Alah hingga mengering kulit yang membungkus tulangnya. Hingga tidak ada daging (pada kulitnya).” [Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliyaa’].

Abu Dawud Ath Thayaalisiy rahimahullah menyatakan, “Kami pernah berada di sisi Syu’bah. Tiba-tiba datang Sulaiman bin Al Mughirah menangis. Syu’bah bertanya, ‘Apa yang menyebabkan engkau menangis?’ Sulaiman berkata, ‘Wahai Abu Said, keledaiku mati. Telah lewat dariku (waktu) Jumat, dan telah pergi kebutuhan-kebutuhanku.’ Syu’bah berkata, ‘Engkau dulu membelinya seharga berapa?’ Sulaiman berkata, ‘3 dinar.’ Syu’bah berkata, ‘Aku punya 3 dinar. Demi Allah, aku tidak punya yang lain.’ Syu’bah berkata, “Wahai anak, bawakan ke sini kantong itu.’ Ternyata di dalamnya terdapat 3 dinar, kemudian diberikan pada Sulaiman. Syu’bah berkata, ‘Belilah keledai dengan ini, janganlah menangis lagi.’” [Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliyaa’].

Keteladanan dalam qona’ah dan zuhud juga ada pada beliau. Syu’bah pernah berkata, “Jika aku punya tepung dan usus (itu sudah cukup bagiku, pent). Aku tidak peduli dengan hal-hal yang terluput dariku berupa urusan duniawi.” [Riwayat Adz Dzahabiy dalam Siyaar A’laamin Nubalaa’].

Abu Abdillah Al Hakim rahimahullah menyatakan, “Syu’bah adalah Imamnya para Imam di Bashrah dalam pengenalan terhadap hadis. Beliau pernah melihat Anas bin Malik dan Amr bin Salamah Al-Jarmiy. Beliau mendengar (ilmu) dari 400 guru dari kalangan Tabi’in.” [Siyaar A’laamin Nubalaa’].

Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah menyatakan, “Kalau tidak karena Syu’bah, niscaya ilmu hadis tidak dikenal di Irak.” [Siyaar A’laamin Nubalaa].

Abu Dawud At Thayaalisiy rahimahullah berkata, “Aku mendengar 7000 riwayat (baik hadis maupun atsar atau ucapan ulama setelah sahabat, pent) dari Syu’bah.” [Siyaar A’laamin Nubalaa’].

Sufyan Ats Tsauriy rahimahullah berkata, “Syu’bah adalah Amirul Mukminin dalam hadis.” [Siyaar A’laamin Nubalaa’].

Syu’bah bin Al Hajjaj rahimahullah dikenal sebagai seorang yang tegas dan sangat keras dalam menyikapi para perawi hadis yang menyimpang atau lemah. Beliau melakukan perjalanan melintasi berbagai negeri untuk memastikan keadaan perawi hadis. Meski itu hanya untuk memastikan keshahihan satu hadis saja, beliau menempuh perjalanan panjang tersebut.

Beliau meneliti suatu hadis dan mendatangi satu persatu perawi yang disebutkan dalam sanad hadis itu. Beliau mengunjungi Abdullah bin Atha’ di Makkah. Di sana, Abdullah bin Atha’ menyatakan bahwa ia mendengar hadis itu dari Sa’ad bin Ibrahim. Beliaupun beranjak pergi menuju tempat Sa’ad bin Ibrahim yang berada di Madinah. Ternyata, sampai di Madinah, Sa’ad bin Ibrahim menjelaskan bahwa hadis itu ia dengar dari perawi yang tempat tinggalnya ada di dekat kediaman Syu’bah, di Bashrah (Irak), yaitu Ziyaad bin Mikhraaq. Syu’bah pun kembali pulang ke Bashrah. Ketika menemui Ziyaad bin Mikhraaq, dikatakan kepada beliau bahwa hadis itu didengar dari Syahr bin Hawsyab, seorang perawi hadis yang memiliki unsur kelemahan. Syu’bah kemudian menyatakan, “Kalau seandainya hadis ini shahih, itu lebih aku cintai dibandingkan keluargaku, hartaku, dan manusia seluruhnya.” (kisah ini disebutkan Al Baihaqiy dalam Al Qira’ah Khalfal Imaam, Al Khathib Al Baghdaadiy dalam Ar Rihlah fii Thalabil Hadiits, Ibnu ‘Adi dalam Al Kaamil).

Syu’bah bin Al Hajjaj rahimahullah meninggal di tahun 160 Hijriyah.


Sumber: Majalah Qudwah edisi 46 vol. 04 2017 rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman.