Ulama hadis kita ini terkenal dengan nama Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah. Beliau berkunyah Abu Said. Memang nama beliau sudah tidak asing lagi bagi kalangan ahli hadis dulu maupun sekarang. Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman Al-Anbari. Beliau dilahirkan pada tahun 135 H sebagaimana penuturan Imam Ahmad dalam biografinya. Sejak kecil Abdurrahman memang telah terkondisi dalam ilmu agama terutama ilmu hadis. Tidak mengherankan jika pada usia belasan tahun beliau sudah menuntut ilmu agama.
GURU DAN MURIDNYA
Rentang waktu yang lama dalam menuntut ilmu agama, membuat beliau bertemu dengan ulama-ulama ternama. Di antara guru-guru beliau adalah Aiman bin Nabil, Umar bin Abu Zaidah, Muawiyah bin Shalih Al-Hadhrami, Hisyam bin Abu Abdillah Ad Dustuwai, Abu Khaldah Khaid bin Dinar, Sufyan, Syu’bah bin Al Hajjaj, Hammad bin Salamah, Aban bin Yazid, Malik bin Anas, dan masih banyak yang lainnya. Di sisi lain beliau juga mempunyai sekian banyak murid. Di antaranya yang terkenal adalah Abdullah bin Al Mubarak, Ibnu Wahb, Ali Al Madini, Yahya bin Said Al Qaththan, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Ibnu Abi Syaibah, Bundar, Abu Khaitsamah, Abu Ubaid, Abu Tsaur, dan yang lainnya.
PUJIAN PARA ULAMA
Beliau menuai banyak pujian dari para ulama yang sezaman atau generasi setelahnya. Adz Dzahabi mengatakan, “Beliau adalah seorang imam, hujjah, dan suri tauladan dalam ilmu serta amal.” Asy Syafi’i berkata, “Aku tidak pernah mengetahui ada seorang ulama yang sebanding dengan Ibnu Mahdi dalam bidang ini.” Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Abdurrahman lebih fakih daripada Yahya Al Qaththan.” Lebih lanjut ia berkata, “Apabila terjadi perbedaan antara Abdurrahman dan Waqi’ maka Abdurrahman lebih kokoh karena ia lebih dekat masanya dengan Al Kitab. Keduanya telah berselisih lebih dari lima puluh hadis dari riwayat Tsauri sehingga kami pun memeriksanya dan ternyata mayoritas kebenaran ada di tangan Abdurrahman.”
Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami berkata, “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih kuat hafalannya terhadap apa yang pernah didengar atau belum pernah didengar dan terhadap hadis daripada Abdurrahman bin Mahdi. Ali bin Al Madini mengatakan, “Ilmu hadis yang dikuasai Abdurrahman bagaikan sihir.” Ahmad bin Sinan berkata, “Tatkala Abdurrahman bin Mahdi berbicara di majelis, maka tidak ada satupun yang berbincang-bincang, meraut pensilnya, tidak ada yang tersenyum dan tidak ada yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka sedang salat.”
Beliau juga dikenal mempunyai hafalan yang sangat kuat dan kokoh. Tentang hal ini Ubaidullah bin Umar Al Qawariry mengatakan, “Abdurrahman bin Mahdi pernah mendiktekan dua puluh ribu hadis kepadaku dengan hafalannya.”
KELURUSAN AKIDAHNYA
Ibrahim bin Ziyad Sabalan menuturkan, “Aku pernah bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi, ‘Apa pendapat anda tentang seseorang yang menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk?’ Beliau pun menjawab, “Andaikan aku mempunyai kekuasaan, niscaya aku akan berdiri di atas sebuah jembatan. Aku tidak akan membiarkan seorang pun melewatiku kecuali pasti aku bertanya kepadanya. Jika dia menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk (yakni bukan kalamullah) maka akan aku penggal lehernya dan aku lemparkan ke dalam air.”
Abdurrahman Rustah menuturkan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mahdi berkata kepada seorang pemuda yang merupakan putra mahkota Ja’far bin Sulaiman. Abdurrahman berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berbicara tentang Allah dan mensifati-Nya serta mentasybih-Nya (menyerupakan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya).” Pemuda itu menjawab, “Benar, kami telah merenunginya dan tidak pernah melihat satupun makhluk ciptaan Allah yang lebih bagus daripada manusia.” Pemuda itu pun mulai berbicara tentang sifat dan perawakan tubuh. Maka Abdurrahman berkata kepadanya, “Tahan sebentar wahai anakku sampai kita berbicara pertama kali tentang makhluk. Jika kita tidak mampu menggambarkan bagaimana sifatnya, maka kita pasti lebih tidak mampu berbicara tentang Khaliq (Sang Pencipta). Jelaskanlah kepadaku tentang apa yang disampaikan Syu’bah kepadaku dari Asy-Syaiban dari Said bin Jubair dari Abdullah,
لَقَدۡ رَأَى مِنۡ آيَاتِ رَبِّهِ الۡكُبۡرَى
“Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda kekuasaan Rabbnya yang paling besar.” [Q.S. An-Najm: 18]
Ia berkata, “Maksudnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Jibril yang memiliki enam ratus sayap.” Pemuda itu pun tertegun. Maka Abdurrahman berkata, “Aku akan memudahkanmu, gambarkanlah kepadaku suatu makhluk yang mempunyai tiga sayap. Sayap yang ketiga tersusun pada sebuah tempat, diskripsikan sehingga aku mengetahuinya.” Pemuda itu pun berkata, “Wahai Abu Said, kita tidak mampu untuk menggambarkan makhluk tersebut, aku mempersaksikanmu bahwa aku tidak mampu dan aku rujuk (bertaubat) dari pernyataanku.”
Ibnu Mahdi adalah seorang ulama yang dikenal kegigihannya dalam membela Sunah. Ali Al Madini berkata bahwa Abdurrahman bin Mahdi pernah menyatakan, “Tinggalkanlah setiap tokoh bid’ah yang menyeru kepada bid’ahnya.” Beliau juga mengatakan, “Barangsiapa menuntut ilmu bahasa Arab, maka ujung-ujungnya akan menjadi sastrawan. Barang siapa menuntut ilmu syair, maka ujung-ujungnya menjadi penyair yang mencela dan memuji dengan kebatilan. Barang siapa menuntut ilmu kalam, maka ujung-ujungnya menjadi orang zindiq. Dan barang siapa mencari hadis lalu mengamalkannya, maka ia akan menjadi seorang imam.”
Beliau juga berkata, “Sesungguhnya orang-orang Jahmiyah berambisi untuk menolak bahwa Allah telah berbicara kepada Musa ‘alaihis salam dan Allah subhanahu wa ta’ala beristiwa’ di atas Arsy. Aku berpendapat mereka harus dimintai taubatnya. Jika mereka mau bertaubat maka itu yang diharapkan namun jika enggan maka leher mereka dipenggal.”
Pada akhir kehidupannya, Abdurrahman bin Mahdi sempat melakukan perjalanan dari Bashrah lalu menuju Ashfahan dan di sanalah ia meriwayatkan hadis. Namun beliau meninggal di Bashrah pada bulan Jumadil Akhirah tahun 198 H. Beliau wafat pada usia 63 tahun dan meninggalkan bapak beserta anaknya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 33 vol. 03 1437 H/ 2015 M rubrik Biografi. Pemateri: Ustadz Abu Hafiy Abdullah.