(Ulama yang Kaya)
Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah merupakan salah seorang ulama yang sangat terkenal di masanya. Seorang ulama dengan seabrek keutamaan yang telah Allah karuniakan kepada beliau. Betapa tidak, sekian banyak gelar yang beliau dapat dari para ulama yang sezaman dengan beliau atau setelahnya. Baik terkait dengan kapasitas keilmuan beliau, zuhudnya, kedermawanannya, keberaniannya dalam berperang melawan orang-orang kafir dan lain sebagainya. Seorang figur ulama yang dikenal sering melakukan perjalanan jauh dalam rangka untuk mencari hadits, berhaji, berdagang atau berjihad fi sabilillah. Dalam sejarah tercatat beliau pernah melakukan perjalanan ke Haramain, Syam, Mesir, Irak, Khurasan dan negeri lainnya. Perjalanan beliau dalam menimba ilmu dan meriwayatkan hadits dimulai sejak usia dua puluh tahun. Namun hal itu bukan faktor yang menghalangi beliau untuk mengungguli ulama-ulama di zamannya. Itulah keutamaan yang Allah berikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya.
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadhih. Adapun kuniah1 beliau adalah Abu Abdurrahman Al-Hanzhali. Beliau dilahirkan pada tahun 118 H dari ibundanya yang berasal dari Khawarizmi, sebuah kota di Persia. Adapun ayah beliau berasal dari Turki yang merupakan budak milik seorang pedagang Hamadzan dari kabilah Bani Hanzhalah. Sehingga jika Ibnul Mubarak datang ke Hamadzan, beliau pun sangat menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya. Beliau sangat aktif dalam melakukan jihad di medan perang, berdagang, berinfak untuk saudara-saudara seiman dan melayani kebutuhan jama’ah haji. Sungguh beliau menghabiskan usia untuk melakukan berbagai ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena seringnya melakukan rihlah (perjalanan jauh, red), maka tidak mengherankan jika beliau mempunyai guru yang sangat banyak dari berbagai penjuru negeri. Guru yang pertama kali beliau temui adalah Ar-Rabi’ bin Anas Al-Khurasani. Meskipun saat itu Ar-Rabi’ tengah dipenjara oleh penguasa, namun Ibnul Mubarak tetap berupaya untuk menimba ilmu darinya. Hingga di penjara tersebut, beliau berhasil meriwayatkan sekitar empat puluh hadits darinya. Subhanallah dalam kondisi sedemikian sulitnya beliau tetap berusaha untuk belajar dan menuntut ilmu agama.
Selanjutnya beliau melakukan rihlah pada tahun 141 H dan meriwayatkan dari para tabi’in yang masih hidup saat itu. Sederet nama-nama tenar pernah beliau temui seperti Sulaiman At-Taimi, Ashim Al-Ahwal, Humaid Ath-Thawil, Hisyam bin Urwah, Al-A’masy, Khalid Al-Hadzdza’, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Al-Auzai, Haiwah bin Syuraih Al-Misri, Sufyan Ats-Tsauri, Malik, Laits bin Sa’d Al-Misri, Abu Hanifah, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan diriwayatkan dari Ibrahim bin Ishaq Al-Bunani bahwa Ibnul Mubarak pernah berkisah, “Aku telah belajar dari 4.000 guru dan meriwayatkan dari 1.000 ulama.” Al-Abbas bin Mush’ab rahimahullah berkata, “Maka aku pun meneliti guru-gurunya dalam periwayatan hadits, ternyata aku menjumpai gurunya ada 800 ahli hadits.” Demikian halnya dengan muridnya yang sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Murid beliau tersebar di seluruh penjuru negeri dan tak terhitung jumlahnya. Sebut saja nama Abdurrahman bin Mahdi, Ibnu Wahb, Abdurrazzaq bin Hamam, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ali bin Hujr dan sederet ulama ternama yang lainnya.
Di antara keutamaan yang telah Allah anugerahkan kepada Abdullah bin Mubarak adalah harta yang sangat banyak. Beliau adalah hartawan yang sangat ringan dalam mengalokasikan harta untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya. Berikut ini adalah salah satu potret gambaran kedermawanan beliau yang sangat luar biasa.
Adz-Dzahabi rahimahullah mengisahkan dalam ensiklopedi beliau2 bahwa apabila telah datang musim haji, maka sebagian kaum muslimin dari penduduk Marwa datang menemuinya seraya menyatakan bahwa mereka ingin berhaji bersama beliau. Mendengar hal itu, Ibnul Mubarak rahimahullah berkata, “Kalau begitu, berikan uang yang kalian alokasikan untuk haji kepadaku.” Tentu orang yang berhaji sudah mempersiapkan uang guna melakukan ibadah tersebut. Kemudian beliau mengambil uang tersebut. Lalu beliau masukkan dalam sebuah kotak lantas menguncinya. Selanjutnya beliau menyewakan kendaraan yang bisa membawa mereka dari Marwa ke Baghdad. Sejak saat itu beliau senantiasa memberikan makanan yang paling enak dan membawa mereka keluar dari kota Baghdad dengan penampilan yang sangat indah nan berwibawa. Setibanya di kota Madinah, maka setiap orang yang turut dalam rombongan ditanya oleh beliau, “Barang apa yang menjadi pesanan keluargamu supaya engkau membelinya di kota Madinah?” Masing-masing dari mereka menyebutkan sesuai dengan pesanan keluarganya. Maka beliau berbelanja memenuhi semua pesanan dan kebutuhan tersebut. Selanjutnya mereka bertolak ke kota Makkah dan setelah mereka menunaikan ibadah haji, lagi-lagi beliau berkata, “Barang apa yang menjadi pesanan keluargamu supaya engkau membelinya di kota Makkah?” Masing-masing dari mereka menyebutkan sesuai dengan pesanan keluarganya. Maka beliau berbelanja memenuhi semua pesanan dan kebutuhan tersebut. Kemudian mereka kembali ke Marwa dan di sepanjang perjalanan beliau terus memenuhi kebutuhan kepada mereka. Bahkan setibanya di Marwa, beliau merenovasi rumah-rumah mereka. Tidak cukup sampai di situ, bahkan tiga hari setelah pelaksanaan haji tersebut beliau mengundang mereka untuk makan bersama dan memberi pakaian kepada mereka. Nah setelah mereka selesai makan dan merasa senang, Ibnul Mubarak mengambil kotak tempat penyimpanan uang haji mereka lantas dikembalikan kepada pemiliknya. Setiap kantong telah tertulis nama pemiliknya. Allahu akbar, sebuah teladan yang sangat indah bagi orang-orang yang berharta. Hendaknya mereka termotivasi untuk memberangkatkan dan membiayai para fakir miskin dalam berbagai amal kebajikan, baik untuk berhaji, menuntut ilmu, jihad, dan lain sebagainya.
Pembaca yang budiman, menyelami perjalanan hidup Abdullah bin Mubarak rahimahullah sungguh akan memompa semangat kita untuk berhias dengan keutamaan yang beliau miliki. Telah dipaparkan di atas bahwa beliau merupakan salah satu ulama multitalenta yang Allah berikan keutamaan yang sangat banyak. Namun tengoklah bagaimana kerendahan hati ulama sekaliber beliau di hadapan ulama yang lain. Beliau sangat bersahaja di hadapan para ulama terutama guru-guru beliau. Suatu saat, Ibnul Mubarak menghadiri majelis salah seorang gurunya yang bernama Hammad bin Zaid, maka para pakar hadits berkata kepada Hammad, “Mintalah Abu Abdirrahman (Ibnul Mubarak) supaya meriwayatkan hadits kepada kami.” Sang guru berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, riwayatkanlah hadits kepada para hadirin. Sungguh mereka telah memohon kepadaku supaya engkau melakukannya.” Maka dengan penuh kerendahan sang murid mengatakan, “Subhanallah! Wahai Abu Ismail (kuniah Hammad bin Zaid). Bagaimana mungkin aku meriwayatkan hadits kepada mereka sementara Anda ada di sini?” Mendengar jawaban tersebut, akhirnya Hammad bin Zaid berkata, “Aku bersumpah kepadamu agar kamu melakukannya.” Sumpah inilah yang membuat sang murid melaksanakan hal itu, maka Ibnul Mubarak berkata, “Ambillah oleh kalian, telah meriwayatkan hadits kepada kami Abu Ismail Hammad bin Zaid.” Sehingga tidak satu pun hadits yang beliau sampaikan melainkan pasti dari gurunya, Hammad bin Zaid rahimahullah.”
Selain keilmuan dan kedermawanan Abdullah bin Al-Mubarak, beliau juga dikenal sebagai pejuang sejati di medan tempur. Simak kisah berikut ini, dalam kitab Talbis Iblis karya Ibnu Jauzi rahimahullah, dinukilkan sebuah kisah nyata yang dialami oleh Abdah bin Sulaiman rahimahullah. Ia berkisah, “Kami pernah tergabung dalam sebuah rombongan pasukan bersama Abdullah bin Mubarak ke negeri Romawi. Saat itu kami bertemu dengan musuh dan ketika kedua pasukan sudah saling berhadapan, tiba-tiba ada seorang lelaki dari pasukan musuh yang tampil ke depan untuk mengajak perang tanding (satu lawan satu). Maka bangkitlah seorang lelaki dari pasukan kami lalu menerjangnya, namun dalam sekejap sang musuh mampu menusuk lalu membunuhnya. Lalu bangkitlah prajurit muslim berikutnya namun ia pun terbunuh dan disusul oleh prajurit berikutnya namun ia juga terbunuh. Demikianlah, tiga prajurit muslim meninggal secara beruntun di tangannya hingga akhirnya majulah seorang laki-laki yang dengan sekali tebas mampu membunuh prajurit Romawi tersebut. Serentak kaum muslimin pun berdesak-desakan mengelilinginya dan aku termasuk di antara mereka. Namun anehnya laki-laki tersebut segera menutup wajah dengan lengan bajunya, maka kupegang dan kutarik ujung lengan bajunya. Ternyata dia adalah Abdullah bin Mubarak, ia pun berkata kepadaku, ‘Dan engkau wahai Abu Amr (kuniah Abdah bin Sulaiman) hendak berbuat jelek terhadapku?’ Abdullah bin Al-Mubarak memang dikenal sebagai ulama sekaligus mujahid yang sangat bersahaja. Beliau sangat tidak ingin amal kebaikannya diketahui oleh orang lain. Kisah di atas menjadi salah satu buktinya, lihatlah bagaimana tawadhu’ Ibnul Mubarak di medan perang dan upaya beliau dalam menjaga diri dari pujian manusia dan popularitas. Ini merupakan salah satu tanda yang menunjukkan keikhlasan beliau dalam berjihad fi sabilillah. Meskipun sering terlibat langsung dalam berbagai jihad melawan musuh-musuh Islam, namun beliau meninggal di atas ranjang. Peristiwa ini terjadi sesuai peperangan melawan pasukan Romawi pada bulan Ramadhan tahun 181 H. Semoga Allah merahmati Abdullah bin Al-Mubarak dan membalas jasanya dengan balasan yang terbaik. Allahu a’lam.
[1] Nama yang didahului dengan Abu atau Ummu. Biasanya nama ini digunakan untuk memuliakan yang dipanggil.
[2] Yakni Siyar A’lamin Nubala.
Sumber: Majalah Qudwah, edisi 13 vol. 02 2013, rubrik Biografi, pemateri: Ustadz Abu Hafy Abdullah.