Cari Blog Ini

Kecintaan Allah

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 620 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad Al-Hadi ila Sabilir Rasyad berkata,
وَقَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ﴾ [المائدة: ٥٤].
Firman Allah taala yang artinya, “Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS. Al-Ma`idah: 54).[1]


Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam syarahnya berkata,

[1] الصِّفَةُ السَّادِسَةُ: الۡمَحَبَّةُ: 

الۡمَحَبَّةُ مِنۡ صِفَاتِ اللهِ الثَّابِتَةِ لَهُ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ السَّلَفِ. 

قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَسَوۡفَ يَأۡتِى ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ﴾ [المائدة: ٥٤]. 

وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَ خَيۡبَرَ: (لَأُعۡطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ). متفق عليه. 

وَأَجۡمَعَ السَّلَفُ عَلَى ثُبُوتِ الۡمَحَبَّةِ لِلهِ يُحِبُّ وَيُحَبُّ. 

فَيَجِبُ إِثۡبَاتُ ذٰلِكَ حَقِيقَةً مِنۡ غَيۡرِ تَحۡرِيفٍ وَلَا تَعۡطِيلٍ وَلَا تَكۡيِيفٍ وَلَا تَمۡثِيلٍ. 

وَهِيَ مَحَبَّةٌ حَقِيقِيَّةٌ تَلِيقُ بِاللهِ تَعَالَى. 

وَقَدۡ فَسَّرَهَا أَهۡلُ التَّعۡطِيلِ بِالثَّوَابِ وَالرَّدُّ عَلَيۡهِمۡ بِمَا سَبَقَ فِي الۡقَاعِدَةِ الرَّابِعَةِ. 

Sifat keenam: Mahabah. 

Mahabah/kecintaan termasuk sifat Allah yang pasti untuk-Nya berdasarkan Alquran, sunah, dan kesepakatan para ulama salaf. 

Allah taala berfirman yang artinya, “Kelak Allah akan datangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS. Al-Ma`idah: 54). 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di hari Khaibar, “Aku pasti akan memberikan panji ini esok kepada seorang pria yang mencintai Allah dan Rasul-Nya; dan dia dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.” (Muttafaqun ‘alaih; HR. Al-Bukhari nomor 3701 dan Muslim nomor 2406). 

Para ulama salaf bersepakat akan pastinya sifat mahabah bagi Allah. Allah mencintai dan dicintai. 

Maka, wajib menetapkan sifat itu secara hakiki dengan tanpa tahrif (menyelewengkan makna), ta’thil (menolaknya), takyif (mempertanyakan bagaimananya), dan tamtsil (menyerupakannya). 

Itu adalah sifat mahabah hakiki yang layak untuk Allah taala. 

Para pengingkar sifat menafsirkannya dengan pahala dan bantahan terhadap mereka telah lewat di kaidah keempat.