Cari Blog Ini

Turunnya Allah ke Langit Dunia

Imam Abu Muhammad 'Abdullah bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 620 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad Al-Hadi ila Sabilir Rasyad berkata,
قَوۡلُهُ ﷺ: (يَنۡزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيۡلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنۡيَا). 
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun di setiap malam ke langit dunia.”[1]


Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam syarahnya berkata,

[1] الصِّفَةُ الۡعَاشِرَةُ: النُّزُولُ: 

نُزُولُ اللهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنۡيَا مِنۡ صِفَاتِهِ الثَّابِتَةِ لَهُ بِالسُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ السَّلَفِ. 

Sifat kesepuluh: Turun. 

Turunnya Allah ke langit dunia termasuk sifat-Nya yang pasti bagi-Nya berdasarkan sunah dan ijmak ulama salaf. 

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (يَنۡزِلُ رَبُّنَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنۡيَا حِينَ يَبۡقَى ثُلُثُ اللَّيۡلِ الۡآخِرِ فَيَقُولُ: مَنۡ يَدۡعُونِي فَأَسۡتَجِيبَ لَهُ ...) الۡحَدِيث مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ. 

وَأَجۡمَعَ السَّلَفُ عَلَى ثُبُوتِ النُّزُولِ لِلهِ. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam akhir, lalu berkata: Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya…” (Muttafaqun ‘alaihi; HR. Al-Bukhari nomor 1145 dan Muslim nomor 758). 

Ulama salaf telah bersepakat atas kepastian sifat turun bagi Allah. 

فَيَجِبُ إِثۡبَاتُهُ لَهُ مِنۡ غَيۡرِ تَحۡرِيفٍ وَلَا تَعۡطِيلٍ وَلَا تَكۡيِيفٍ وَلَا تَمۡثِيلٍ. 

وَهُوَ نُزُولٌ حَقِيقِيٌّ يَلِيقُ بِاللهِ. 

وَفَسَّرَهُ أَهۡلُ التَّعۡطِيلِ بِنُزُولِ أَمۡرِهِ أَوۡ رَحۡمَتِهِ أَوۡ مَلَكٍ مِنۡ مَلَائِكَتِهِ، وَنَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ بِمَا سَبَقَ فِي الۡقَاعِدَةِ الرَّابِعَةِ، وَبِوَجۡهٍ رَابِعٍ أَنَّ الۡأَمۡرَ وَنَحۡوَهُ لَا يُمۡكِنُ أَنۡ يَقُولَ: (مَنۡ يَدۡعُونِي فَأَسۡتَجِيبَ لَهُ...) إلخ. 

Sehingga, wajib menetapkan sifat tersebut untuk-Nya dengan tanpa tahrif (menyelewengkan maknanya), ta’thil (menolaknya), takyif (mempertanyakan bagaimananya), dan tamtsil (menyerupakannya). 

Sifat turun ini adalah turun yang hakiki yang layak bagi Allah. Para penolak sifat menafsirkannya dengan turunnya urusan-Nya, rahmat-Nya, atau salah satu malaikat-Nya. Kita bantah mereka dengan kaidah keempat yang telah lewat. Dan dengan sisi keempat, bahwa urusan atau semisalnya tidak mungkin untuk bisa berkata, “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya…”