Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3342

٦ - بَابُ ذِكۡرِ إِدۡرِيسَ عَلَيۡهِ السَّلَامُ وَهُوَ جَدُّ أَبِي نُوحٍ، وَيُقَالُ جَدُّ نُوحٍ عَلَيۡهِمَا السَّلَامُ
6. Bab penyebutan Idris—‘alaihis salam—; beliau adalah kakek dari ayahnya Nabi Nuh; ada yang berpendapat bahwa beliau adalah kakek Nabi Nuh—‘alaihimas salam


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَرَفَعۡنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا﴾ [مريم: ٥٧].

Dan firman Allah taala, “Kami angkat beliau ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 57).

٣٣٤٢ - قَالَ عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ (ح). حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ صَالِحٍ: حَدَّثَنَا عَنۡبَسَةُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: كَانَ أَبُو ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يُحَدِّثُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ:

3342. ‘Abdan berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. (Dalam riwayat lain) Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami: ‘Anbasah menceritakan kepada kami: Yunus menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Anas berkata: Abu Dzarr—radhiyallahu ‘anhu—pernah menceritakan bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda,

(فُرِجَ سَقۡفُ بَيۡتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ، فَنَزَلَ جِبۡرِيلُ فَفَرَجَ صَدۡرِي، ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمۡزَمَ، ثُمَّ جَاءَ بِطَسۡتٍ مِنۡ ذَهَبٍ، مُمۡتَلِىءٍ حِكۡمَةً وَإِيمَانًا، فَأَفۡرَغَهَا فِي صَدۡرِي، ثُمَّ أَطۡبَقَهُ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ، فَلَمَّا جَاءَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنۡيَا قَالَ جِبۡرِيلُ لِخَازِنِ السَّمَاءِ: افۡتَحۡ، قَالَ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: هَٰذَا جِبۡرِيلُ، قَالَ: مَعَكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: مَعِيَ مُحَمَّدٌ، قَالَ: أُرۡسِلَ إِلَيۡهِ؟ قَالَ: نَعَمۡ فَافۡتَحۡ، فَلَمَّا عَلَوۡنَا السَّمَاءَ إِذَا رَجُلٌ عَنۡ يَمِينِهِ أَسۡوِدَةٌ وَعَنۡ يَسَارِهِ أَسۡوِدَةٌ، فَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡاِبۡنِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا يَا جِبۡرِيلُ؟ قَالَ: هَٰذَا آدَمُ، وَهَٰذِهِ الۡأَسۡوِدَةُ عَنۡ يَمِينِهِ وَعَنۡ شِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ، فَأَهۡلُ الۡيَمِينِ مِنۡهُمۡ أَهۡلُ الۡجَنَّةِ، وَالۡأَسۡوِدَةُ الَّتِي عَنۡ شِمَالِهِ أَهۡلُ النَّارِ، فَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى، ثُمَّ عَرَجَ بِي جِبۡرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ لِخَازِنِهَا: افۡتَحۡ، فَقَالَ لَهُ خَازِنُهَا مِثۡلَ مَا قَالَ الۡأَوَّلُ فَفَتَحَ).

Ketika aku di Makkah, atap rumahku terbuka. Jibril turun lalu membelah dadaku. Kemudian Jibril mencucinya dengan air Zamzam. Jibril membawa sebuah baskom yang terbuat dari emas yang isinya dipenuhi hikmah dan iman. Jibril menuangkannya ke dalam dadaku. Lalu Jibril menutup dadaku. Jibril memegang tanganku lalu naik ke langit dunia.

Ketika aku sampai ke langit dunia, Jibril berkata kepada penjaga langit itu, “Bukalah!”

Penjaga langit itu bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini Jibril.”

Penjaga langit bertanya, “Apakah ada yang bersamamu?”

Jibril menjawab, “Iya. Ada Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersamaku.”

Penjaga langit bertanya, “Apakah dia adalah rasul yang diutus itu?”

Jibril menjawab, “Iya. Bukalah!”

Kami naik ke atas. Di sana ada seseorang pria. Di samping kanannya ada kumpulan orang. Di samping kirinyapun ada kumpulan orang. Apabila orang itu memandang ke arah kanannya, dia tertawa. Apabila dia memandang ke arah kirinya, dia menangis.

Orang itu berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan putra yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa orang ini, wahai Jibril?”

Jibril menjawab, “Orang ini adalah Nabi Adam. Kumpulan orang yang di samping kanan dan kirinya adalah manusia keturunannya. Orang yang di samping kanan dari mereka adalah penduduk janah, sedangkan kumpulan orang di samping kirinya adalah penduduk neraka. Makanya, apabila dia memandang ke sebelah kanannya, dia tertawa. Apabila memandang ke arah kirinya, dia menangis.”

Jibril membawaku naik ke langit kedua. Dia berkata kepada penjaga langitnya, “Bukalah!”

Penjaga langit berkata kepada Jibril seperti yang dikatakan oleh penjaga langit pertama. Diapun lantas membukanya.

قَالَ أَنَسٌ: فَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِي السَّمَوَاتِ إِدۡرِيسَ وَمُوسَى وَعِيسَى وَإِبۡرَاهِيمَ، وَلَمۡ يُثۡبِتۡ لِي كَيۡفَ مَنَازِلُهُمۡ، غَيۡرَ أَنَّهُ قَدۡ ذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ آدَمَ فِي السَّمَاءِ الدُّنۡيَا، وَإِبۡرَاهِيمَ فِي السَّادِسَةِ، وَقَالَ أَنَسٌ: (فَلَمَّا مَرَّ جِبۡرِيلُ بِإِدۡرِيسَ قَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡأَخِ الصَّالِحِ، فَقُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: هَٰذَا إِدۡرِيسُ، ثُمَّ مَرَرۡتُ بِمُوسَى، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡأَخِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: هَٰذَا مُوسَى، ثُمَّ مَرَرۡتُ بِعِيسَى، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡأَخِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: عِيسَى، ثُمَّ مَرَرۡتُ بِإِبۡرَاهِيمَ فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، وَالۡاِبۡنِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ هَٰذَا إِبۡرَاهِيمُ).

Anas mengatakan: Abu Dzarr menyebutkan bahwa di langit-langit itu, Nabi menjumpai Idris, Musa, ‘Isa, dan Ibrahim. Namun Abu Dzarr tidak memastikan kepadaku bagaimana urutan kedudukan mereka. Beliau hanya menyebutkan bahwa Nabi menjumpai Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.

Anas mengatakan: Ketika Jibril melewati Nabi Idris, Nabi Idris berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa orang ini?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Idris.”

Kemudian aku melewati Musa, beliau berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Musa.”

Kemudian aku melewati Nabi ‘Isa, beliau berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini ‘Isa.”

Kemudian aku melewati Nabi Ibrahim, beliau berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan putra yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Ibrahim.”

قَالَ: وَأَخۡبَرَنِي ابۡنُ حَزۡمٍ: أَنَّ ابۡنَ عَبَّاسٍ وَأَبَا حَبَّةَ الۡأَنۡصَارِيَّ كَانَا يَقُولَانِ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (ثُمَّ عُرِجَ بِي، حَتَّى ظَهَرۡتُ لِمُسۡتَوًى أَسۡمَعُ صَرِيفَ الۡأَقۡلَامِ).

Ibnu Syihab berkata: Ibnu Hazm mengabarkan kepadaku bahwa Ibnu ‘Abbas dan Abu Habbah Al-Anshari mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku terus dibawa naik hingga aku naik ke suatu tempat yang datar yang di situ aku bisa mendengar suara gerakan pena-pena.”

قَالَ ابۡنُ حَزۡمٍ وَأَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (فَفَرَضَ اللهُ عَلَىَّ خَمۡسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعۡتُ بِذٰلِكَ، حَتَّى أَمُرَّ بِمُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: مَا الَّذِي فَرَضَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلۡتُ: فَرَضَ عَلَيۡهِمۡ خَمۡسِينَ صَلَاةً، قَالَ: فَرَاجِعۡ رَبَّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذٰلِكَ، فَرَجَعۡتُ فَرَاجَعۡتُ رَبِّي فَوَضَعَ شَطۡرَهَا، فَرَجَعۡتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ رَاجِعۡ رَبَّكَ: فَذَكَرَ مِثۡلَهُ فَوَضَعَ شَطۡرَهَا، فَرَجَعۡتُ إِلَى مُوسَى فَأَخۡبَرۡتُهُ فَقَالَ: رَاجِعۡ رَبَّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذٰلِكَ، فَرَجَعۡتُ فَرَاجَعۡتُ رَبِّي، فَقَالَ: هِيَ خَمۡسٌ وَهِيَ خَمۡسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الۡقَوۡلُ لَدَىَّ، فَرَجَعۡتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ رَاجِعۡ رَبَّكَ، فَقُلۡتُ: قَدِ اسۡتَحۡيَيۡتُ مِنۡ رَبِّي، ثُمَّ انۡطَلَقَ حَتَّى أَتَى السِّدۡرَةَ الۡمُنۡتَهَى، فَغَشِيَهَا أَلۡوَانٌ لَا أَدۡرِي مَا هِيَ، ثُمَّ أُدۡخِلۡتُ، فَإِذَا فِيهَا جَنَابِذُ اللُّؤۡلُؤِ، وَإِذَا تُرَابُهَا الۡمِسۡكُ). [طرفه في: ١٦٣].

Ibnu Hazm dan Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhuma—berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Allah mewajibkan lima puluh salat kepadaku. Aku pulang membawa syariat itu, hingga aku melewati Nabi Musa.

Beliau bertanya, “Apa yang Allah wajibkan kepada umatmu?”

Aku menjawab, “Allah mewajibkan lima puluh salat kepada mereka.”

Nabi Musa berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu! Karena umatmu tidak akan sanggup melakukannya.”

Aku kembali dan membicarakannya kepada Tuhanku, lalu Dia menggugurkan separuhnya. Aku kembali kepada Nabi Musa.

Musa berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu!” Beliau menyebutkan semisal ucapannya sebelumnya.

Allah menggugurkan separuhnya lagi. Aku kembali kepada Nabi Musa, lalu aku mengabarkan hal itu kepada beliau.

Nabi Musa berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu! Karena umatmu tidak akan mampu melakukannya.”

Akupun kembali dan membicarakannya kepada Tuhanku.

Allah mengatakan, “Salat fardu lima waktu dan salat itu (pahalanya) lima puluh. Keputusan ini di sisi-Ku tidak bisa berubah.”

Aku kembali kepada Nabi Musa, lalu beliau berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu!”

Aku berkata, “Aku malu kepada Tuhanku.”

Kemudian Jibril pergi (membawaku) sampai ke Sidratulmuntaha yang ditutupi oleh warna-warni yang tidak aku ketahui apa itu. Kemudian aku dimasukkan (ke dalam janah). Ternyata di dalamnya ada untaian mutiara dan tanahnya beraroma kesturi.