Cari Blog Ini

Manhajus Salikin - Kitab Zakat (1)

Kitab Zakat

Zakat itu wajib bagi setiap muslim yang merdeka yang memiliki harta mencapai nishab.
Dan tidak ada zakat pada harta sehingga telah berputar masa satu haul (satu tahun), kecuali yang keluar dari bumi, harta yang mengikuti harta pokok seperti pengembangan modal dan untung perdagangan. Sesungguhnya haul keduanya adalah haul harta pokoknya.
Tidak wajib zakat kecuali pada empat jenis: binatang ternak yang dikembang biakkan dan digembalakan (unta, sapi dan sejenisnya, dan kambing dan sejenisnya -penerj.), hasil bumi (biji-bijian dan buah-buahan yang bisa disimpan lama -penerj.), harta yang mempunyai nilai (emas, perak, dan uang -penerj.), dan barang-barang perdagangan.
Adapun as-sa`imah (binatang ternak gembalaan) asalnya adalah hadits Anas, sesungguhnya Abu Bakr menulis padanya:
هٰذِهِ فَرِيضَةُ الصَّدَقَةِ الَّتِي فَرَضَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ وَالَّتِي أَمَرَ اللهُ بِهَا رَسُولَهُ: فَي أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ مِنَ الْعِبِلِ فَمَا دُونَهَا مِنَ الْغَنَمِ، فِي كُلِّ خَمْسٍ شَاةٌ، فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا وَعِشْرِينَ إِلَى خَمْسٍ وَثَلاَثِينَ فَفِيهَا بِنْتُ مَخَاضٍ أُنْثَى فَإِنْ لَمْ تَكُنْ [ابْنَةُ مَخَاضٍ] فَابْنُ لَبُونٍ ذَكَرٍ، فَإِذَا بَلَغَتْ سِتًّا وَثَلاَثِينَ إِلَى خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ فَفِيهَا بِنْتُ لَبُونٍ أُنْثَى، فَإِذَا بَلَغَتْ سِتًّا وَأَرْبَعِينَ إِلَى سِتِّينَ فَفِيهَا حِقَّةٌ طَرُوقَةُ الْجَمَلِ، فَإِذَا بَلَغَتْ وَاحِدَةً وَسِتِّينَ إِلَى خَمْسٍ وَسَبْعِينَ فَفِيهَا جَذْعَةٌ، فَإِذَا بَلَغَتْ سِتًّا وَسَبْعِينَ إِلَى تِسْعِينَ فَفِيهَا بِنْتَا لَبُونٍ، فَإِذَا بَلَغَتْ إِحْدَى وَتِسْعِينَ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ فَفِيهَا حِقَّتَانِ طَرُوقَتَا الْجَمَلِ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ فَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ وَفِي كُلِّ خَمْسِينَ حِقَّةٌ. وَمَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ إِلاَّ أَرْبَعٌ مِنَ الإِبِلِ فَلَيْسَ فِيهَا صَدَقَةٌ إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا [فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا مِنَ الإِبِلِ فَفِيهَا شَاةٌ]
Ini adalah kewajiban shadaqah (zakat) yang diwajibkan oleh Rasulullah kepada kaum muslimin, yang mana Allah memerintahkan Rasulullah dengan hal ini. Pada 24 unta dan yang di bawahnya dikeluarkan dari kambing, setiap 5 ekor unta dikeluarkan 1 ekor kambing. Apabila unta mencapai 25 ekor sampai 35 ekor, dikeluarkan 1 bintu makhadh (unta betina umur 1 tahun), kalau tidak ada [bintu makhadh], maka dikeluarkan ibnu labun (unta jantan umur 2 tahun). Kalau jumlahnya mencapai 36 sampai 45, maka dikeluarkan darinya bintu labun (unta betina umur 2 tahun). Kalau jumlahnya mencapai 46 sampai 60, maka dikeluarkan 1 hiqqah (unta betina umur 3 tahun). Kalau sampai jumlah 61 sampai 75, dikeluarkan jadz'ah (unta betina umur 4 tahun). Kalau jumlahnya sampai 76 sampai 90, dikeluarkan 2 ekor unta ibnu labun. Apabila telah sampai ke jumlah 91 hingga 120, dikeluarkan 2 hiqqah yang sudah bisa dikawini oleh unta jantan. Kalau sudah bertambah lebih dari 120, maka pada setiap 40 dikeluarkan bintu labun, kalau setiap 50 dikeluarkan hiqqah. Siapa yang tidak memiliki kecuali 4 dari unta, maka tidak ada zakat padanya, kecuali jika pemiliknya berkehendak [bila unta mencapai 5 ekor, maka dikeluarkan 1 ekor kambing].
وَفِي الصَّدَقَةِ الْغَنَمِ: فِي سَائِمَتِهَا إِذَا كَانَتْ أَرْبَعِينَ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ شَاةٌ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ إِلَى مِائَتَيْنِ فَفِيهَا شَاتَانِ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى مِائَتَيْنِ إِلَى ثَلَاثِمِائَةِ فَفِيهَا ثَلَاثُ شِيَاهٍ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى ثَلَاثِمِائَةِ فَفِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ، فَإِذَا كَانَتْ سَائِمَةُ الرَّجُلِ نَاقِصَةً عَنْ أَرْبَعِينَ شَاةٍ فَلَيْسَ فِيهَا صَدَقَةٌ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا، وَلَا يُجْمَعُ بَيْنَ مُتَفَرِّقٍ، وَلَا يُفَرَّقُ بَيْنَ مُجْتَمِعٍ، خَشْيَةَ الصَّدَقَةِ، وَمَا كَانَ مِنْ خَلِيطَيْنِ فَإِنَّهُمَا يَتَرَاجَعَانِ بَيْنَهُمَا بِالسَّوِيَّةِ، وَلَا يُخْرَجُ فِي الصَّدَقَةِ هَرِمَةٌ وَلَا ذَاتُ عَوَارٍ.
Di dalam shadaqah (zakat) kambing: pada kambing yang digembalakan, apabila kambing mencapai jumlah 40 hingga 120 maka wajib dikeluarkan 1 ekor kambing. Apabila sudah lebih dari 120 hingga 200, dikeluarkan 2 ekor kambing. Kalau tambah lebih dari 200 sampai 300, wajib dikeluarkan 3 ekor kambing. Kalau sudah lebih 300, maka zakatnya tiap 100 tambah 1 ekor kambing. Kalau hewan ternak seseorang kurang dari 40, maka tidak ada kewajiban zakat, kecuali jika pemiliknya ingin. Tidak boleh digabungkan antara apa yang berpisah, dan tidak boleh dipisah apa yang berkumpul, karena takut terkena zakat. Apa yang merupakan dua milik yang bercampur maka keduanya saling membagi kewajiban secara rata. Tidak boleh dikeluarkan di dalam zakat, kambing yang harimah (sangat tua) dan kambing yang cacat.
وَفِي الرِّقَّةِ: [فِي مِائَتَيْ دِرْهَمٍ] رُبْعُ الْعُشْرِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ إِلَّا تِسْعِينَ وَمِائَةٍ فَلَيْسَ فِيهَا صَدَقَةٌ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا، وَمَنْ بَلَغَتْ عِنْدَهُ مِنَ الْإِبِلِ صَدَقَةُ الْجَذْعَةِ، وَلَيْسَ عِنْدَهُ جَذْعَةٌ وَعِنْدَهُ حِقَّةٌ فَإِنَّهَا تُقْبَلُ مِنْهُ الْحِقَّةُ، وَيَجْعَلُ مَعَهَا شَاتَيْنِ إِنِ اسْتَيْسَرَتَا لَهُ، أَوْ عِشْرِينَ دِرْهَمًا، وَمَنْ بَلَغَتْ عِنْدَهُ صَدَقَةُ الْحِقَّةِ وَلَيْسَتْ عِنْدَهُ الْحِقَّةُ وَعِنْدَهُ الْجَذْعَةُ فَإِنَّهَا تُقْبَلُ مِنْهُ الْجَذْعَةُ وَيُعْطِيهِ الْمُصَدِّقُ عِشْرِينَ دِرْهَمًا أَوْ شَاتَيْنِ
Dalam perak: pada 200 dirham dikeluarkan ¼ dari 1/10 (2,5%). Kalau tidak memiliki dirham kecuali 190, tidak ada kewajiban shadaqah kecuali pemiliknya menginginkan. Barangsiapa mempunyai unta yang terkena kewajiban jadz’ah, tapi tidak punya jadz’ah dan dia memiliki hiqqah, maka hiqqah diterima darinya, ditambah 2 ekor kambing jika mudah baginya atau ditambah 20 dirham. Siapa yang sampai kewajiban hiqqah, ternyata dia tidak punya hiqqah, namun dia punya jadz’ah, maka diterima jadz’ah darinya, lalu orang yang berzakat diberikan 20 dirham atau 2 ekor kambing.” (HR. Al-Bukhari[1]). Di dalam hadits Mu’adz,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ كُلِّ ثَلَاثِينَ بَقَرَةٍ تَبِيعًا أَوْ تَبِيعَةً، وَمِنْ كُلِّ أَرْبَعِينَ مُسِنَّةً
Sesungguhnya Nabi memerintah beliau untuk mengambil dari setiap 30 ekor sapi, diambil 1 ekor tabi’ atau tabi’ah (sapi yang genap 1 tahun), dari setiap 40 dikeluarkan 1 musinnah (sapi betina yang genap 2 tahun). (HR. Ahlus Sunan[2])
Adapun zakat harta yang mempunyai nilai (emas, perak, mata uang, dll) tidak ada zakat padanya kecuali sudah mencapai 200 dirham, dikeluarkan ¼ dari 1/10 (2,5%).
Adapun zakat hasil bumi dari biji-bijian dan tsimar (buah-buahan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ مِنَ التَّمْرِ صَدَقَةٌ
“Tidak ada zakat pada apa yang kurang dari 5 wasaq kurma.” (Muttafaqun ‘alaih[3]). Satu wasaq adalah 60 sha`, maka nishab untuk biji-bijian dan kurma adalah 300 sha` sesuai sha` nabi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِيمَا سَقَتِ السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثْرِيًا الْعُشْرُ، وَفِيمَا سُقِيَ بِالنُّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ
“Tanaman yang diairi dari langit (hujan) dan mata air atau tumbuhan yang tidak butuh disirami zakatnya sepersepuluh (10%). Dan pada tanaman yang diairi dengan disiram, zakatnya ½ dari 1/10 (5%).” (HR. Al-Bukhari[4]).
Dari Sahl bin Abi Hatsmah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kami,
إِذَا خَرَصْتُمْ فَخُذُوا وَدَعُوا الثُّلُثَ، فَإِنْ لَمْ تَدَعُوا الثُّلُثَ فَدَعُوا الرُّبُعَ
“Kalau kalian menaksir hasil panen, ambillah hasil panen dan tinggalkan sepertiganya. Kalau tidak, tinggalkan seperempatnya.” (HR. Ahlus Sunan[5]).
Adapun barang yang diperdagangkan, dia adalah setiap barang yang disiapkan untuk dilakukan jual beli dengannya untuk mendapatkan keuntungan. Barang dagangan ini ketika telah berputar masa satu haul (satu tahun) ditaksir dengan yang paling menguntungkan bagi orang-orang miskin berupa emas dan perak, wajib zakat sebesar ¼ dari 1/10 (2,5%).
Barangsiapa memiliki hutang atau harta yang tidak diharapkan dapat dimiliki, seperti hutang kepada orang yang sengaja mengulur-ulur membayar atau orang yang kesulitan sehingga tidak mampu membayar, maka tidak ada zakatnya. Jika tidak demikian halnya, maka ada zakatnya.
Wajib mengeluarkan zakat dari harta yang pertengahan dan tidak boleh mengeluarkan zakat dari harta yang jelek. Dan tidak harus mengeluarkan zakat dari harta terbaik kecuali jika pemiliknya menghendaki.
Di dalam hadits Abu Hurairah secara marfu’,
وَفِي الرِّكَازِ الْخُمُسُ
“Dan pada Ar Rikaz (harta jahiliyyah yang terkubur di dalam bumi) ada seperlima.” (Muttafaqun ‘alaih[6])

[1] Nomor 1453. Konteks hadits seperti ini tidak terdapat di dalam nomor yang disebutkan, tidak ada pula di tempat lain di dalam Ash-Shahih. Namun penulis rahimahullah mengambil konteks ini dari Bulughul Maram karya Al-Hafizh (200). Di situ, Al-Hafizh menisbatkannya berasal dari Al-Bukhari.
[2] HR. Abu Dawud (1576), At-Tirmidzi (622), An-Nasa`i (5/25-26), dan Ibnu Majah (1803). Al-Albani menshahihkannya di Shahih Sunan Abu Dawud.
[3] HR. Al-Bukhari (1459) dan Muslim (979) dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
[4] Nomor 1483 dari hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.
[5] HR. Abu Dawud (1605), At-Tirmidzi (642), dan An-Nasa`i (5/42), namun sanadnya dha’if.