٣٦ - بَابُ الاِعۡتِكَافِ
36. Bab iktikaf
٢١٤ - عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يَعۡتَكِفُ فِي الۡعَشۡرِ الۡأَوَاخِرِ مِنۡ رَمَضَانَ، حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ تَعَالَى، ثُمَّ اعۡتَكَفَ أَزۡوَاجُهُ مِنۡ بَعۡدِهِ. وَفِي لَفۡظٍ: (كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَعۡتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ، فَإِذَا صَلَّى الۡغَدَاةَ جَاءَ مَكَانَهُ الَّذِي اعۡتَكَفَ فِيهِ).
214. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu beriktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian istri-istri beliau beriktikaf sepeninggal beliau. Dalam redaksi yang lain: Dahulu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa iktikaf di setiap bulan Ramadan. Apabila beliau telah salat Subuh, beliau masuk ke tempat iktikaf beliau.[1]
٢١٥ - عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، أَنَّهَا كَانَتۡ تُرَجِّلُ النَّبِيَّ ﷺ وَهِيَ حَائِضٌ، وَهُوَ مُعۡتَكِفٌ فِي الۡمَسۡجِدِ، وَهِيَ فِي حُجۡرَتِهَا، يُنَاوِلُهَا رَأۡسَهُ.
وَفِي رِوَايَةٍ: وَكَانَ لَا يَدۡخُلُ الۡبَيۡتَ إِلَّا لِحَاجَةِ الۡإِنۡسَانِ.
وَفِي رِوَايَةٍ أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتۡ: (إِنِّي كُنۡتُ لَأَدۡخُلُ الۡبَيۡتَ لِلۡحَاجَةِ - وَالۡمَرِيضُ فِيهِ - فَمَا أَسۡأَلُ عَنۡهُ إِلَّا وَأَنَا مَارَّةٌ).
215. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa beliau dahulu menyisir rambut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan haid. Nabi sedang iktikaf di dalam masjid, sedangkan ‘Aisyah di dalam kamarnya. Nabi mendekatkan kepala beliau kepada ‘Aisyah.[2]
Di dalam riwayat lain: Beliau tidak masuk rumah kecuali untuk kebutuhan manusia.[3]
Di dalam riwayat lain bahwa ‘Aisyah mengatakan, “Jika aku harus masuk rumah untuk suatu keperluan, sementara ada orang yang sakit di dalamnya, maka tidaklah aku bertanya tentangnya kecuali sambil lewat saja.”[4]
٢١٦ - عَنۡ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، كُنۡتُ نَذَرۡتُ فِي الۡجَاهِلِيَّةِ أَنۡ أَعۡتَكِفَ لَيۡلَةً - وَفِي رِوَايَةٍ: يَوۡمًا - فِي الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ، قَالَ: (فَأَوۡفِ بِنَذۡرِكَ). وَلَمۡ يَذۡكُرۡ بَعۡضُ الرُّوَاةِ (يَوۡمًا) وَلَا (لَيۡلَةً).
216. Dari ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, dulu aku pernah nazar di masa jahiliah untuk beriktikaf satu malam—dalam riwayat lain: satu hari—di Masjidilharam.”
Rasulullah bersabda, “Penuhilah nazarmu!”
Sebagian rawi tidak menyebutkan “satu hari”, tidak pula “satu malam”.[5]
٢١٧ - عَنۡ صَفِيَّةَ بِنۡتِ حُيَيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مُعۡتَكِفًا فِي الۡمَسۡجِدِ، فَأَتَيۡتُهُ أَزُورُهُ لَيۡلًا فَحَدَّثۡتُهُ، ثُمَّ قُمۡتُ لِأَنۡقَلِبَ، فَقَامَ مَعِي لِيَقۡلِبَنِي - وَكَانَ مَسۡكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بۡنِ زَيۡدٍ - فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، فَلَمَّا رَأَيَا رَسُولَ اللهِ ﷺ أَسۡرَعَا فِي الۡمَشۡيِ، فَقَالَ: (عَلَى رِسۡلِكُمَا، إنَّهَا صَفِيَّةُ بِنۡتُ حُيَيٍّ) فَقَالَا: سُبۡحَانَ اللهِ! يَا رَسُولَ اللهِ، فَقَالَ: (إِنَّ الشَّيۡطَانَ يَجۡرِي مِنِ ابۡنِ آدَمَ مَجۡرَى الدَّمِ، وَإِنِّي خِفۡتُ أَنۡ يَقۡذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا) أَوۡ قَالَ: (شَيۡئاً).
وَفِي رِوَايَةٍ: أَنَّهَا جَاءَتۡ تَزُورُهُ فِي اعۡتِكَافِهِ فِي الۡمَسۡجِدِ فِي الۡعَشۡرِ الۡأَوَاخِرِ مِنۡ رَمَضَانَ، فَتَحَدَّثَتۡ عِنۡدَهُ سَاعَةً، ثُمَّ قَامَتۡ تَنۡقَلِبُ، فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ مَعَهَا يَقۡلِبُهَا، حَتَّى إذَا بَلَغَ بَابَ الۡمَسۡجِدِ عِنۡدَ بَابِ أُمِّ سَلَمَةَ، ثُمَّ ذَكَرَهُ بِمَعۡنَاهُ.
217. Dari Shafiyyah binti Huyayy radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:
Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah iktikaf. Aku datang mengunjungi beliau di malam hari lalu aku berbincang-bincang dengan beliau. Kemudian aku bangkit hendak pulang. Nabi bangkit bersamaku untuk mengantar aku pulang.
Tempat tinggal Shafiyyah ketika itu berada di rumah Usamah bin Zaid.
Lalu ada dua orang ansar lewat. Ketika keduanya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keduanya mempercepat jalannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pelan-pelan saja! Wanita ini adalah Shafiyyah binti Huyayy.”
Keduanya berkata, “Mahasuci Allah, wahai Rasulullah.”
Nabi bersabda, “Sesungguhnya setan berjalan dalam diri manusia pada tempat aliran darah dan sungguh aku khawatir setan akan meletakkan kejelekan di dalam hati kalian berdua.” Atau beliau bersabda, “(meletakkan) sesuatu.” [6]
Di dalam riwayat lain: Bahwa Shafiyyah pernah datang kepada Nabi dalam rangka mengunjungi beliau ketika beliau iktikaf di dalam masjid, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Shafiyyah berbicang-bincang di tempat beliau sebentar, kemudian beliau bangkit hendak kembali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bangkit untuk mengantarnya pulang hingga ketika sampai di pintu masjid di dekat pintu Ummu Salamah. Kemudian beliau menyebutkan hadis yang semakna.[7]
[1] HR. Al-Bukhari nomor 2026 dan Muslim nomor 1172. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud nomor 2462 dan At-Tirmidzi nomor 790.
[2] HR. Al-Bukhari nomor 296, 2046 dan Muslim nomor 297. Juga diriwayatkan oleh An-Nasa`i.
[3] Riwayat Muslim nomor 297.
[4] Riwayat Muslim nomor 297.
[5] HR. Al-Bukhari nomor 2032, 2043 dan Muslim nomor 1656. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud nomor 3314 dan At-Tirmidzi nomor 1539.
[6] HR. Al-Bukhari nomor 2035, 2038, 3101, 3281, 6219 dan Muslim nomor 2175.
[7] Riwayat Muslim nomor 2175.