Cari Blog Ini

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma

Pemimpin Pemuda Surga



“Al-Hasan dan Al-Husain penghulu pemuda ahli surga.” Jika Rasulullah sudah mendeklarasikan hal itu, pasti ada yang istimewa dari pribadi mereka berdua. Dan kali ini, kita akan mengenal salah satunya, Al-Hasan -radhiyallahu ‘anhu-.

Nama beliau adalah Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim Al-Qurasyi Al-Hasyimi, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam waktu yang relatif singkat, beliau mengemban kekhalifahan setelah wafatnya ayah beliau, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah putra dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Fathimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha. Beliau adalah raihanah (kesayangan) baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bibi beliau dari garis ibunya adalah Zainab, Ummu Kultsum, dan Ruqayyah, yang merupakan putri-putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta Hindun bin Abi Halah, saudari seibu Fatimah Az Zahra dari ayah yang berbeda.

Menurut pendapat yang kuat, beliau lahir pada pertengahan Ramadhan tahun 3 H. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mentahnik (mengunyahkan kurma kemudian diberikan kepada bayi, red) dan memberinya nama al-Hasan. Ia adalah anak tertua Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya, senang memeluknya, dan bercanda dengannya. Semasa kecilnya beliau pernah naik ke atas punggung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang sujud. Beliau membiarkannya dan memanjangkan sujud karenanya. Kadang kala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membawanya naik ke atas mimbar.

Pernah suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah. Beliau melihat Al-Hasan dan Al-Husain datang menghampiri beliau. Beliau pun turun dari mimbar dan menggendong mereka berdua, lalu membawa keduanya ke atas mimbar, kemudian beliau berkata, “Maha benar Allah subhanahu wa ta’ala. ‘Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian)’ [Q.S. At-Taghabun:15]. Sesungguhnya aku melihat kedua anak ini berjalan dan jatuh, aku tidak sabar hingga turun mengambil keduanya.” Kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya kalian (wahai anak-anak) termasuk kesayangan Allah subhanahu wa ta’ala. Dan kalian membuat kami (para orang tua) kikir dan penakut.”

Beliau adalah orang yang paling mirip wajahnya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengimami shalat kaum muslimin beberapa malam setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Kemudian beliau bersama Ali berjalan keluar. Lalu beliau melihat Al-Hasan sedang bermain bersama anak-anak lainnya. Abu Bakar pun menggendongnya di atas punggungnya seraya berkata, “Demi Allah subhanahu wa ta’ala, anak ini sangat mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mirip dengan Ali.” Ali pun tertawa mendengarnya. Hal senada juga diungkapkan oleh sebagian shahabat semisal Anas bin Malik, Abdullah bin Zubair, Abu Juhaifah, bahkan ibunya sendiri menyatakan seperti itu.
 

KEUTAMAAN AL-HASAN BIN ALI


Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memangkunya dan Al-Hasan bin Ali. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, “Ya Allah, sungguh aku mencintai keduanya maka cintailah mereka berdua.” [H.R. Al Bukhari]. Diriwayatkan pula dalam hadits Ali, Abu Sa’id, Buraidah, dan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhum bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Al-Hasan dan Al-Husain adalah pemimpin para pemuda penduduk surga.”

Dalam kitab Sunan At-Tirmidzi, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid (tokoh). Kelak Allah subhanahu wa ta’ala akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui perantaraan kedua tangannya.” [H.R. At-Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah].

Demikianlah keutamaan-keutamaan Al Hasan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits beliau. Beliau dicintai Rasulullah, pemimpin pemuda surga, tokoh di dunia, dan mendamaikan dua kelompok kaum muslimin yang saling berseteru.

Dengan perantaraan beliau, Allah subhanahu wa ta’ala mendamaikan dua kelompok kaum muslimin yang berseteru saat terjadi perselisihan antara kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Setelah ayahnya meninggal dan tampuk kepemimpinan bergulir ke tangan Al-Hasan, Al-Hasan mengalah turun dari kekhalifahan dan menyerahkan kepemimpinan kepada Mu’awiyah. Sehingga, kedua kelompok kaum muslimin pun bersatu di bawah kepemimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. Terjadilah apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shalih bin Muhammad rahimahullah berkata, “Aku mendengar ayahku berkata, ‘Sembilan puluh ribu pasukan telah berbai’at kepada Al-Hasan. Namun beliau meninggalkan jabatan khalifah, beliau berdamai dengan Mu’awiyah. Tidak setitik darah pun mengalir selama masa pemerintahannya.’”

Al Hasan dimuliakan oleh para shahabat. Bahkan, Khulafa’ur Rasyidin pun memuliakan, menghormati, mencintai Al-Hasan. Tatkala Utsman bin Affan terkepung, Al-Hasan bin Ali berada di pihak Utsman dengan pedang terhunus siap melindunginya. Akan tetapi, Utsman justru mengkhawatirkan keselamatan Al-Hasan. Utsman bersumpah menyuruhnya kembali ke rumah agar hati Ali menjadi tenang. Tidak terkecuali, Muawiyah radhiyallahu ‘anhu, yang pernah berselisih dengan beliau dalam permasalahan kekhalifahan, pun memuliakan dan menghormati beliau. Ia sering mengirim hadiah setiap tahun sebanyak seratus ribu dirham. Al-Hasan pernah datang mengunjunginya, lalu Mu’awiyah memberinya hadiah sebanyak empat ratus ribu dirham.

Salah satu kebiasaan beliau adalah duduk di tempat shalat dan berdzikir setiap selesai shalat Shubuh hingga matahari meninggi. Para tokoh dan orang-orang terkemuka duduk berbincang-bincang bersama beliau saat itu. Kemudian, beliau pulang dan menemui Ummahatul Mukminin untuk mengucapkan salam kepada mereka. Kadang kala, Ummahatul Mukminin memberi hadiah untuk beliau, baru setelah itu beliau pulang ke rumah.

Beliau menunaikan haji dua puluh lima kali dengan berjalan kaki. Sementara unta-unta dituntun di depan beliau. Beliau memiliki sikap zuhud serta kedermawanan yang sangat tinggi. Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata, “Pernah Al-Hasan bin Ali memberi seseorang seratus ribu dirham.”
 

WAFAT BELIAU


Disebutkan bahwa kematian beliau disebabkan racun yang disuguhkan dalam minuman beliau. Beliau pingsan dua kali akibat racun ini, hingga akhirnya beliau meninggal. Menjelang kematian beliau, dokter yang memeriksa beliau berkesimpulan bahwa usus beliau telah putus oleh racun. Sebelum kematian beliau, Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma menjenguk beliau. Saat itu hampir terjadi keributan antara Al-Husain bin Ali dan Marwan bin Al-Hakam. Hal ini disebabkan karena Marwan bin Hakam tidak mengijinkan Al-Hasan untuk dimakamkan di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal sebelum meninggal, Al Hasan telah meminta ijin kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha. Maka akhirnya, dengan anjuran sebagian shahabat, Al-Husain pun memakamkan beliau di pekuburan Baqi’ bersama ibu beliau Fatimah binti Muhammad demi menghindari perselisihan.

Saat beliau dishalati kaum muslimin, Al-Husain bin Ali mempersilakan Sa’id bin Al-Ash -Gubernur Madinah waktu itu- untuk memimpin shalat jenazah. Abu Hurairah berdiri di masjid Nabawi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau meninggal dan berseru dengan suara keras, “Wahai sekalian manusia pada hari ini telah wafat kekasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangisilah kepergiannya.”

Al-Hasan wafat dalam usia tujuh puluh empat tahun[1]. Demikianlah yang masyhur dari pendapat sejumlah ulama. Yaitu wafat pada tahun 49 H. Atau pendapat yang lain mengatakan wafat pada tahun 50 H. Semoga Allah meridhai beliau. [Hammam]
 
Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 21 vol.02 1433H/2012M, rubrik Figur.

[1] Yang benar 47 tahun. Wallahu a'lam.