Cari Blog Ini

Ad-Dararil Mudhiyyah - Hukum Ijarah

Al-Imam Asy-Syaukani berkata:

تَجُوزُ عَلَى كُلِّ عَمَلٍ لَمۡ يَمۡنَعۡ مِنۡهُ مَانِعٌ شَرۡعِيٌّ وَتَكُونُ الۡأُجۡرَةُ مَعۡلُومَةً عِنۡدَ الۡاِسۡتِئۡجَارِ

Hukum pengupahan ini boleh untuk setiap pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariat dan upah sudah diketahui ketika dipekerjakan.

أَقُولُ: أَمَّا كَوۡنُ الۡإِجَارَةِ تَجُوزُ عَلَى كُلِّ عَمَلٍ لَمۡ يَمۡنَعۡ مِنۡهُ مَانِعٌ شَرۡعِيٌّ، فَلِإِطۡلَاقِ الۡأَدِلَّةِ الۡوَارِدَةِ فِي ذٰلِكَ كَحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ قَالَ: (نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنِ اسۡتِئۡجَارِ الۡأَجِيرِ حَتَّى يُبَيَّنَ لَهُ أَجۡرُهُ) أَخۡرَجَهُ أَحۡمَدُ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ، وَأَخۡرَجَهُ أَيۡضًا الۡبَيۡهَقِيُّ، وَعَبۡدُ الرَّزَّاقِ، وَإِسۡحَاقُ فِي مُسۡنَدِهِ، وَأَبُو دَاوُدَ فِي الۡمَرَاسِيلِ، وَالنَّسَائِيُّ فِي الزِّرَاعَةِ غَيۡرَ مَرۡفُوعٍ وَلَفۡظُ بَعۡضِهِمۡ: مَنِ اسۡتَأۡجَرَ أَجِيرًا فَلۡيُسَمِّ لَهُ أُجۡرَتَهُ،

Aku (Asy-Syaukani) berkata: Kebolehan pengupahan untuk segala pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariat didasari oleh keumuman dalil yang menerangkan hal itu, seperti hadis Abu Sa’id Al-Khudri. Beliau mengatakan, “Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang mengupah pekerja sampai upahnya dijelaskan kepadanya.” (HR. Ahmad).[1] Para rawinya adalah perawi kitab Shahih. Juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, ‘Abdurrazzaq, Ishaq dalam Musnad-nya, Abu Dawud dalam Al-Marasil, dan An-Nasa`i dalam Az-Zira’ah secara tidak marfuk. Lafaz sebagian lainnya, “Siapa saja yang mengupah pekerja, sebutkan upahnya kepadanya.”

وَلِإِطۡلَاقِ حَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ عِنۡدَ الۡبُخَارِيِّ وَأَحۡمَدَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصۡمُهُمۡ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؛ وَمَنۡ كُنۡتُ خَصۡمَهُ خَصَمۡتُهُ. رَجُلٌ أَعۡطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ، وَرَجُلٌ بَاعَ جُزۡءًا وَأَكَلَ ثَمَنَهُ، وَرَجُلٌ اسۡتَأۡجَرَ أَجِيرًا فَاسۡتَوۡفَى مِنۡهُ وَلَمۡ يُوَفِّهِ أَجۡرَهُ).

Juga karena keumuman hadis Abu Hurairah riwayat Al-Bukhari dan Ahmad. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Allah—‘azza wa jalla—berkata: Tiga golongan orang yang Aku akan menjadi musuh mereka pada hari kiamat dan siapa saja yang Aku sudah menjadi musuhnya, pasti Aku akan memusuhinya. Yaitu: orang yang membuat janji dengan nama-Ku lalu dia berkhianat, orang yang menjual orang merdeka lalu dia memakan hasil penjualannya, dan orang yang mengupah pekerja yang sudah memenuhi haknya namun dia tidak memenuhi upahnya.”[2]

وَقَدِ اسۡتَأۡجَرَ النَّبِيُّ ﷺ دَلِيلًا عِنۡدَ هِجۡرَتِهِ إِلَى الۡمَدِينَةِ كَمَا فِي الۡبُخَارِيِّ وَغَيۡرِهِ؛ وَثَبَتَ مِنۡ حَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ عِنۡدَ الۡبُخَارِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الۡغَنَمَ، فَقَالَ أَصۡحَابُهُ: وَأَنۡتَ؟ قَالَ: نَعَمۡ. كُنۡتُ أَرۡعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهۡلِ مَكَّةَ). وَأَخۡرَجَ أَحۡمَدُ، وَأَهۡلُ السُّنَنِ وَصَحَّحَهُ التِّرۡمِذِيُّ مِنۡ حَدِيثِ سُوَيۡدِ بۡنِ قَيۡسٍ قَالَ: (جَلَبۡتُ أَنَا وَمَخۡرَمَةُ الۡعَبۡدِيُّ بَزًّا مِنۡ هَجَرَ فَأَتَيۡنَا بِهِ مَكَّةَ فَجَاءَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ يَمۡشِي فَسَاوَمَنَا سَرَاوِيلَ فَبِعۡنَاهُ وَثَمَّ رَجُلٌ يَزِنُ بِالۡأَجۡرِ، فَقَالَ لَهُ زِنۡ وَارۡجَحۡ). وَفِيهِ أَنَّهُ ﷺ لَمۡ يَذۡكُرۡ لَهُ قَدۡرَ أُجۡرَتِهِ بَلۡ أَعۡطَاهُ مَا يَعۡتَادُهُ فِي مِثۡلِ ذٰلِكَ،

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah mengupah seorang penunjuk jalan ketika beliau hijrah ke Madinah sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan selainnya.

Juga ada riwayat yang sudah pasti dari hadis Abu Hurairah riwayat Al-Bukhari. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang nabipun kecuali dia pernah menggembala kambing.”

Para sahabatnya bertanya, “Apa engkau juga?”

Nabi menjawab, “Iya. Dahulu aku menggembala kambing dengan upah beberapa qirath untuk penduduk Makkah.”[3]

Ahmad dan para penyusun kitab Sunan meriwayatkan suatu riwayat dan dinilai sahih oleh At-Tirmidzi dari hadis Suwaid bin Qais. Beliau berkata:

Aku dan Makhramah Al-‘Abdi mendatangkan dagangan pakaian dari daerah Hajar. Kami membawanya ke Makkah. Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang berjalan ke tempat kami dan melakukan tawar-menawar sirwal (celana panjang longgar) dengan kami. Kamipun menjualnya kepada beliau.

Di sana ada seseorang yang sedang menimbang dengan upah, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepadanya, “Timbanglah dan perberat!”[4]

Dalam riwayat tersebut, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak menyebutkan jumlah upahnya, namun beliau memberinya upah yang umum pada pekerjaan yang semisal itu.

وَقَدۡ كَانَ الصَّحَابَةُ يُؤَجِّرُونَ أَنۡفُسَهُمۡ فِي عَصۡرِهِ، وَيَعۡمَلُونَ الۡأَعۡمَالَ الۡمُخۡتَلِفَةَ حَتَّى إِنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ (أَجَّرَ نَفۡسَهُ مِنِ امۡرَأَةٍ عَلَى أَنۡ يَنۡزِعَ لَهَا كُلَّ ذَنُوبٍ بِتَمۡرَةٍ فَنَزَعَ سِتَّةَ عَشَرَ ذَنُوبًا حَتَّى مَجَلَتۡ يَدَاهُ، فَعَدَّتۡ لَهُ سِتَّ عَشۡرَةَ تَمۡرَةٍ فَأَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَأَخۡبَرَهُ فَأَكَلَ مَعَهُ مِنۡهَا) أَخۡرَجَهُ أَحۡمَدُ مِنۡ حَدِيثِ عَلِيٍّ بِإِسۡنَادٍ جَيِّدٍ، وَأَخۡرَجَهُ أَيۡضًا ابۡنُ مَاجَة وَصَحَّحَهُ ابۡنُ السَّكَنِ، وَأَخۡرَجَهُ الۡبَيۡهَقِيُّ، وَابۡنُ مَاجَة مِنۡ حَدِيثِ ابۡنِ عَبَّاسٍ أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: (أَجَّرَ نَفۡسَهُ مِنۡ يَهُودِيٍّ يَسۡقِي لَهُ كُلَّ دَلۡوٍ بِتَمۡرَةٍ). وَأَمَّا الۡمَانِعُ الشَّرۡعِيُّ فَهُوَ مِثۡلُ الصُّوَرِ الَّتِي سَيَأۡتِي ذِكۡرُهَا.

وَأَمَّا اعۡتِبَارُ كَوۡنِ الۡأُجۡرَةِ مَعۡلُومَةً فَلِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ الۡمُتَقَدَّمِ.

Dahulu para sahabat mempekerjakan dirinya dengan upah tertentu di masanya dan melakukan berbagai macam pekerjaan. Sampai-sampai ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—mempekerjakan dirinya kepada seorang wanita untuk menimbakan air untuknya. Setiap ember air, upahnya satu butir kurma. Beliau menimba enam belas ember hingga kedua telapak tangannya melepuh. Lalu wanita itu menyiapkan enam belas butir kurma untuknya. ‘Ali mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu menceritakan kejadian itu. Nabi ikut serta makan sebagian kurma itu.[5] Diriwayatkan oleh Ahmad dari hadis ‘Ali dengan sanad jayyid (baik). Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah dan dinilai sahih oleh Ibnu As-Sakan.

Al-Baihaqi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis Ibnu ‘Abbas bahwa ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—pernah mempekerjakan dirinya kepada seorang Yahudi untuk mengambilkan air untuknya dengan upah satu butir kurma untuk setiap ember air.[6]

Adapun penghalang dari sisi syariat adalah seperti bentuk-bentuk yang akan disebutkan.

Adapun pernyataan bahwa upah harus diketahui, berdasarkan hadis Abu Sa’id yang telah disebutkan.