Beliau adalah ulama dengan andil besar dalam pembukuan hadis. Bahkan disebutkan dalam biografinya sebagai ulama yang pertama kali membukukan hadis atas perintah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Bukan saja kapasitas keilmuannya yang diakui ulama yang sezaman dengannya. Namun keuletan dan kesungguhannya dalam menuntut ilmu agama sangat mengagumkan.
Nama beliau sebenarnya adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah Al Qurasyi Az Zuhri rahimahullah. Lebih populer dengan nama Ibnu Syihab Az Zuhri. Satu pendapat menyebutkan bahwa Az Zuhri lahir pada tahun 51 H. Sejak awal beliau tumbuh dan berkembang di lingkungan yang agamis. Ayah beliau yang bernama Muslim bin Abdillah adalah seorang perawi hadis yang tsiqah (terpercaya). Adapun ibundanya adalah Ummu Ahban bintu Laqith bin Urwah bin Ya’mur. Az Zuhri memiliki seorang saudara laki yang lebih muda usianya bernama Abdullah bin Muslim. Dia sempat bertemu Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dan meriwayatkan darinya, namun meninggal sebelum Az Zuhri.
ULAMA BESAR DI MASANYA
Meskipun berstatus sebagai shighar tabiin (tabiin junior) namun beliau adalah ulama besar di masanya. Az Zuhri banyak menimba ilmu dari sebagian shahabat dan para pembesar ulama tabiin. Semisal Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah, Said bin Al Musayyib, Al Hasan Al Bashri, Urwah bin Zubair, Atha bin Abi Rabah, dan masih banyak yang lainnya. Terutama dari Said bin Al Musayyib rahimahullah, beliau adalah salah satu gurunya yang sangat istimewa. Hingga Az Zuhri berkisah, “Lututku senantiasa menempel pada lutut Said bin Al Musayyib selama delapan tahun.” Dalam kurun waktu itu, beliau tinggal dan menimba ilmu dari Said bin Al Musayyib.
Potensi besarnya sebagai ulama telah diketahui oleh Khalifah Bani Umayah saat itu, berawal dari pertemuannya dengan Abdul Malik bin Marwan untuk yang pertama kalinya. Lantas Abdul Malik bertanya kepadanya, “Apakah engkau hafal Al Quran?” “Ya,” jawab Az Zuhri. Kemudian Abdul Malik pun melanjutkan pertanyaannya seputar faraidh dan sunnah. Dijawablah semua itu dengan baik olehnya sehingga Abdul Malik terkesan dan kagum terhadapnya. Hingga Abdul Malik memberikan hadiah kepada Az Zuhri dan melunasi hutangnya. Tidak hanya itu, ia juga membelikan rumah dan pelayan untuk Az Zuhri seraya mengatakan kepadanya, “Carilah ilmu agama, sungguh aku melihat potensi hafalan yang kuat pada dirimu dan kecerdasan dalam kalbumu. Datangilah orang-orang Anshar di rumah-rumah mereka.” Sejak saat itu, Zuhri mengambil ilmu dari para shahabat Anshar Madinah dan di sana ia menjumpai ilmu yang sangat berlimpah.
Di antara faktor pendukung keberhasilannya menuntut ilmu adalah kesungguhannya dalam belajar. Bahkan Az Zuhri sangat tekun untuk selalu menulis setiap ilmu yang ia dengar. Keseriusannya dalam menimba ilmu dipersaksikan oleh ulama di masanya. Ibrahim bin Sa’ad rahimahullah mengatakan, “Tidaklah Az Zuhri unggul atas kami dalam pencapaian ilmu kecuali karena kesungguhannya dalam mencari ilmu.” Abu Zinad juga menuturkan hal yang sama, “Kami menulis yang halal dan haram, sementara Ibnu Syihab menulis semua yang ia dengar. Tatkala ilmunya dibutuhkan, barulah kami sadar bahwa ia adalah orang yang paling berilmu di antara kami.”
Menuntut ilmu agama memang membutuhkan perjuangan ekstra untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan segenap kemampuan yang dimiliki sekali pun tidak mungkin bisa menjangkau seluruh ilmu yang ada. Apalagi ketika seseorang hanya mengerahkan sebagian kemampuannya saja. Tentu hasil yang diperoleh tidak akan maksimal dan jauh dari harapan.
Perihal kesungguhan Az Zuhri dalam menuntut ilmu juga diakui oleh Shalih bin Kaisan rahimahullah. Perjuangan dan kesungguhannya menuntut ilmu agama terkadang membuat sang istri cemburu. Amr bin Dinar berkisah, “Di antara aktivitas Az Zuhri di rumah adalah duduk dengan ditemani kitab-kitab di sekelilingnya. Jika sudah demikian, ia pun sibuk menelaah dan mempelajarinya hingga urusan dunianya terlupakan. Maka sang istri berkata kepadanya, “Demi Allah kitab-kitab ini lebih membuatku cemburu daripada tiga madu.”
KEKOKOHAN HAFALANNYA
Di antara sekian kelebihan Az Zuhri adalah kekuatan hafalan yang kokoh dan sangat kuat. Beliau adalah penghafal pilih tanding dengan memori hafalan yang sangat banyak. Pantas jika Az Zuhri sendiri pernah menyatakan, “Tidak pernah kalbuku menghafal sesuatu kemudian lupa.” Beliau mampu menghafal Al Quran hanya dalam jangka waktu 80 malam! Kekuatan hafalan ini berbanding lurus dengan pemahamannya yang sangat tajam dan jernih. Ia langsung bisa memahami pembicaraan lawan bicaranya tanpa perlu diulang lagi. Bahkan ulama sekaliber Imam Malik rahimahullah pernah dibuatnya kagum dengan kekokohan hafalannya.
Imam Malik berkisah, “Suatu ketika Az Zuhri pernah menyampaikan hadis yang panjang kepadaku namun aku belum mampu menghafalnya. Maka aku pun bertanya kepadanya untuk yang kedua kalinya. Maka Az Zuhri berkata kepadaku, “Bukankah kami telah menyampaikannya kepada kalian?” Dalam versi yang lain Imam Malik bercerita, “Az Zuhri pernah memberikan seratus hadis kepada kami.” Kemudian ia menengok ke arahku seraya mengatakan, “Berapa hadis yang telah engkau hafal wahai Malik?” Aku pun menjawab, “Empat puluh hadis.” Ia pun meletakkan tangan pada dahinya dan berkata, “Innaa lillaah, bagaimana kami akan menyampaikan hafalan?”
Az Zuhri semakin disegani dengan dukungan wawasan ilmunya yang luas dan koleksi hadis yang banyak. Ali Al Madini rahimahullah berkata, “Az Zuhri mempunyai 2000 hadis.” Al Laits bin Sa’ad berkata, “Aku belum pernah melihat seorang ulama yang ilmunya lebih lengkap daripada Az Zuhri. Seandainya engkau mendengarnya berbicara tentang motivasi dan semangat, niscaya engkau akan mengatakan, “Tidaklah dia ahli kecuali dalam bidang ini.” Namun jika dia berbicara tentang kisah para nabi dan orang-orang ahli kitab, pasti engkau akan mengatakan hal yang sama. Apabila ia berbicara tentang ilmu nasab, engkau pasti juga akan mengatakan hal yang sama.” Ia adalah figur ulama yang menguasai dengan baik berbagai cabang ilmu. Tatkala menjelaskan suatu cabang ilmu agama, orang menilai bahwa ia sangat ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan cabang ilmu yang lain tidak menguasainya dengan baik. Namun di luar dugaan, ternyata semuanya dikuasai dengan baik.
Satu lagi keistimewaan beliau adalah jiwa sosial dan kedermawanan yang luar biasa. Hingga Al Laits bin Sa’ad Al Mishri rahimahullah menyatakan bahwa Az Zuhri termasuk manusia yang paling dermawan. Ia tidak pernah menolak permintaan setiap orang yang datang dan meminta kepadanya. Kebiasaan beliau adalah memberi makan tsarid dan madu kepada manusia. Bukan rahasia lagi kalau Az Zuhri sangat menyukai madu. “Karena madu bisa menguatkan hafalan,” kata Az Zuhri. Jiwa sosialnya yang tinggi mendorongnya gemar berinfak kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Ziyad bin As’ad mengatakan kepada Az Zuhri, “Sesungguhnya hadis-hadismu membuatku kagum. Namun aku tidak mempunyai bekal untuk mengikuti majelismu.” Sontak Az Zuhri mengatakan kepadanya, “Jangan khawatir, ikuti aku dan biayamu aku yang akan menanggungnya.”
Limpahan uang dinar tidak membuat Az Zuhri silau dan tergoda. Ia meletakkan dinar di tangannya dan tidak memberikan ruang di hatinya. Berkata Amr bin Dinar rahimahullah, “Belum pernah aku melihat ada pribadi yang memandang rendah dirham dan dinar daripada Az Zuhri. Sungguh dinar dan dirham bagaikan kotoran hewan baginya.” Wajar jika ia sangat ringan tangan membagi-bagikan dinar kepada orang-orang yang membutuhkannya.
SANJUNGAN ULAMA
Az Zuhri menempati kedudukan ilmiyah yang sangat agung di mata para ulama sezamannya. Untaian pujian ulama-ulama besar tercurah kepadanya. Tidak jarang pula ia disejajarkan bahkan diunggulkan atas ulama tenar yang sezaman dengannya. Asy-Syafii mengatakan, “Kalau bukan karena Az Zuhri niscaya akan hilang sunnah-sunnah di Madinah.” ‘Irak bin Malik rahimahullah pernah ditanya tentang orang yang paling fakih di Madinah. Ia pun menyebutkan beberapa nama seperti Sa’id bin Musayyib, Urwah bin Zubair dan Abdullah bin Abdullah. Lantas ‘Irak mengatakan, “Yang paling berilmu di antara mereka semua menurutku adalah Ibnu Syihab. Karena dia telah menghimpun seluruh ilmu mereka dan menyatukannya dengan ilmu yang dia miliki.” Hal senada juga disebutkan oleh Makhul, “Ibnu Syihab adalah orang yang paling berilmu tentang sunnah yang telah lalu.” Pujian pun datang dari Imam Malik, beliau berkata, “Ibnu Syihab tetap eksis dan tidak ada satu pun yang selevel dengannya. Jika ia datang ke Madinah, tidak ada satu pun yang berani menyampaikan hadis hingga ia keluar darinya.”
Selain berbagai kelebihan di atas, Az Zuhri juga sangat menonjol dalam ilmu sejarah. Berkenaan dengan berita-berita para nabi yang diriwayatkan dari Ubaidillah bin Abdillah, Urwah bin Zubair, Asy Sya’bi dan selainnya. Terutama perhatian besarnya terhadap sejarah kehidupan dan berbagai peperangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian beliau tidak hanya fokus meriwayatkan hadis dan mempelajari fikih. Namun beliau juga melakukan penelitian ilmiyah dan pembukuan terhadap ilmu sejarah.
Setelah sekian lama menjalani kehidupan yang penuh ilmu dan dakwah, beliau pun wafat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 124 H menurut pendapat sebagian ulama. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan balasan terbaik dan melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau. Allahu A’lam.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 65 vol.06 1440H rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Hafy Abdullah.