Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4581

٨ - بَابٌ ﴿إِنَّ اللهَ لَا يَظۡلِمُ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ﴾ [٤٠] 
8. Bab “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi walaupun seberat zarah.” (QS. An-Nisa`: 40) 


يَعۡنِي زِنَةَ ذَرَّةٍ. 

Yakni, setimbang dengan zarah. 

٤٥٨١ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ: حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ حَفۡصُ بۡنُ مَيۡسَرَةَ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ أَسۡلَمَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ أُنَاسًا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (نَعَمۡ، هَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الشَّمۡسِ بِالظَّهِيرَةِ، ضَوۡءٌ لَيۡسَ فِيهَا سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا، قَالَ (وَهَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ، ضَوۡءٌ لَيۡسَ فِيهَا سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَا تُضَارُونَ فِي رُؤۡيَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِلَّا كَمَا تُضَارُونَ فِي رُؤۡيَةِ أَحَدِهِمَا، إِذَا كَانَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ: تَتۡبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتۡ تَعۡبُدُ، فَلَا يَبۡقَى مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ غَيۡرَ اللهِ مِنَ الۡأَصۡنَامِ وَالۡأَنۡصَابِ إِلَّا يَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ. 

4581. Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz telah menceritakan kepadaku: Abu ‘Umar Hafsh bin Maisarah menceritakan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu

Bahwa ada orang-orang di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami bisa melihat Rabb kami pada hari kiamat?” 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iya, apakah kalian kesulitan ketika melihat matahari di tengah hari? Sinar matahari tidak ada awan.” 

Mereka menjawab, “Tidak.” 

Nabi bersabda, “Apakah kalian kesulitan ketika melihat bulan purnama? Cahayanya tidak tertutup mendung.” 

Mereka menjawab, “Tidak.” 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian tidak akan terhalangi melihat Allah azza wajalla pada hari kiamat kecuali sebagaimana kalian tidak terhalangi melihat matahari atau bulan tadi. Ketika pada hari kiamat, akan ada orang yang menyeru: Setiap umat akan mengikuti sesembahan mereka dahulu. Sehingga tidak tersisa siapa saja yang menyembah selain Allah berupa berhala atau batu kecuali mereka berjatuhan ke dalam neraka.” 

حَتَّى إِذَا لَمۡ يَبۡقَ إِلَّا مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ اللهَ، بَرٌّ أَوۡ فَاجِرٌ، وَغُبَّرَاتُ أَهۡلِ الۡكِتَابِ فَيُدۡعَى الۡيَهُودُ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: مَنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعۡبُدُ عُزَيۡرَ ابۡنَ اللهِ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: كَذَبۡتُمۡ، مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنۡ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ، فَمَاذَا تَبۡغُونَ؟ فَقَالُوا: عَطِشۡنَا رَبَّنَا فَاسۡقِنَا، فَيُشَارُ: أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحۡشَرُونَ إِلَى النَّارِ، كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحۡطِمُ بَعۡضُهَا بَعۡضًا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ. 

Sehingga tidak tersisa kecuali siapa saja yang menyembah Allah, baik orang-orang yang berbakti, orang-orang jahat, maupun para ahli kitab yang tersisa. Lalu orang-orang Yahudi dipanggil dan dikatakan, “Siapa yang dahulu kalian ibadahi?” 

Mereka menjawab, “Dahulu kami menyembah ‘Uzair putra Allah.” 

Dikatakan kepada mereka, “Kalian dusta. Allah tidak memiliki istri dan anak. Apa yang kalian harapkan?” 

Mereka menjawab, “Kami haus, wahai Rabb kami, berilah kami minum.” 

Ada yang memberi isyarat, “Tidakkah kalian mendatanginya?” 

Lalu mereka digiring menuju neraka, seakan-akan neraka itu adalah fatamorgana yang sebagiannya menghancurkan sebagian lainnya. Sehingga mereka berjatuhan ke dalam neraka. 

ثُمَّ يُدۡعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمۡ: مَنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعۡبُدُ الۡمَسِيحَ ابۡنَ اللهِ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: كَذَبۡتُمۡ، مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنۡ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: مَاذَا تَبۡغُونَ؟ فَكَذٰلِكَ مِثۡلَ الۡأَوَّلِ، حَتَّى إِذَا لَمۡ يَبۡقَ إِلَّا مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ اللهَ، مِنۡ بَرٍّ أَوۡ فَاجِرٍ، أَتَاهُمۡ رَبُّ الۡعَالَمِينَ فِي أَدۡنَى صُورَةٍ مِنَ الَّتِي رَأَوۡهُ فِيهَا، فَيُقَالُ: مَاذَا تَنۡتَظِرُونَ؟ تَتۡبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتۡ تَعۡبُدُ، قَالُوا: فَارَقۡنَا النَّاسَ فِي الدُّنۡيَا عَلَى أَفۡقَرِ مَا كُنَّا إِلَيۡهِمۡ وَلَمۡ نُصَاحِبۡهُمۡ، وَنَحۡنُ نَنۡتَظِرُ رَبَّنَا الَّذِي كُنَّا نَعۡبُدُ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: لَا نُشۡرِكُ بِاللهِ شَيۡئًا). مَرَّتَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثًا. [طرفه في: ٢٢]. 

Kemudian orang-orang Nasrani dipanggil lalu ditanya, “Siapa yang dahulu kalian ibadahi?” 

Mereka menjawab, “Kami dahulu menyembah Isa Almasih putra Allah.” 

Dikatakan kepada mereka, “Kalian dusta. Allah tidak memiliki istri dan anak.” Lalu mereka ditanya, “Apa yang kalian harapkan?” 

Demikian seterusnya seperti yang awal. Sampai tidak ada yang tersisa kecuali siapa saja yang menyembah Allah dari orang-orang yang berbakti atau yang jahat. 

Allah Rabb alam semesta mendatangi mereka dalam bentuk yang paling dekat dengan bentuk yang telah mereka ketahui, lalu mereka ditanya, “Apa yang kalian tunggu? Setiap umat mengikuti yang mereka sembah dahulu (di dunia).” 

Mereka berkata, “Kami telah memisahkan diri dengan orang-orang di dunia padahal kami dahulu paling butuh terhadap mereka, namun kami tidak berteman dengan mereka. Kami menunggu Rabb kami yang kami dahulu ibadahi.” 

Maka Allah berfirman, “Aku Rabb kalian.” 

Maka mereka berkata, “Kami tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah.” Dua atau tiga kali.