Cari Blog Ini

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 4019

٤٠١٩ - (حسن) حَدَّثَنَا مَحۡمُودُ بۡنُ خَالِدٍ الدِّمَشۡقِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، أَبُو أَيُّوبَ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مَالِكٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ؛ قَالَ: أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (يَا مَعۡشَرَ الۡمُهَاجِرِينَ! خَمۡسٌ إِذَا ابۡتُلِيتُمۡ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنۡ تُدۡرِكُوهُنَّ: لَمۡ تَظۡهَرِ الۡفَاحِشَةُ فِي قَوۡمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعۡلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالۡأَوۡجَاعُ الَّتِي لَمۡ تَكُنۡ مَضَتۡ فِي أَسۡلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوۡا. وَلَمۡ يَنۡقُصُوا الۡمِكۡيَالَ وَالۡمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الۡمَؤُونَةِ وَجَوۡرِ السُّلۡطَانِ عَلَيۡهِمۡ. وَلَمۡ يَمۡنَعُوا زَكَاةَ أَمۡوَالِهِمۡ، إِلَّا مُنِعُوا الۡقَطۡرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوۡلَا الۡبَهَائِمُ لَمۡ يُمۡطَرُوا. وَلَمۡ يَنۡقُضُوا عَهۡدَ اللهِ وَعَهۡدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللهُ عَلَيۡهِمۡ عَدُوًّا مِنۡ غَيۡرِهِمۡ، فَأَخَذُوا بَعۡضَ مَا فِي أَيۡدِيهِمۡ. وَمَا لَمۡ تَحۡكُمۡ أَئِمَّتُهُمۡ بِكِتَابِ اللهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنۡزَلَ اللهُ، إِلَّا جَعَلَ اللهُ بَأۡسَهُمۡ بَيۡنَهُمۡ). [(الصحيحة)(١٠٦)].

4019. [Hasan] Mahmud bin Khalid Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sulaiman bin ‘Abdurrahman Abu Ayyub menceritakan kepada kami dari Ibnu Abu Malik, dari ayahnya, dari ‘Atha` bin Abu Rabah, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi kami seraya berkata, “Wahai sekalian orang-orang muhajirin, lima ujian apabila kalian diuji dengannya dan aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mendapatinya: (1) Tidaklah perbuatan keji tampak di suatu kaum sampai mereka terang-terangan melakukannya, kecuali taun dan berbagai penyakit yang belum pernah dialami umat sebelum mereka akan merebak di tengah-tengah mereka. (2) Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan diazab dengan kemarau panjang, kesulitan makanan, dan kekejaman penguasa. (3) Tidaklah mereka menahan zakat harta mereka, kecuali hujan akan ditahan turun dari langit. Seandainya tidak ada binatang-binatang, niscaya hujan tidak diturunkan kepada mereka. (4) Tidaklah mereka melanggar perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh dari pihak selain mereka menguasai mereka, lalu mengambil sebagian harta yang ada di tangan mereka. (5) Tidaklah para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Alquran dan lebih mengutamakan daripada yang telah diturunkan oleh Allah, kecuali Allah akan menjadikan mereka saling bermusuhan.”

Musnad Ahmad hadis nomor 17558

١٧٥٥٨ (١٧٤٢٢) - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الصَّمَدِ بۡنُ عَبۡدِ الۡوَارِثِ، حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ مُسۡلِمٍ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ أَبِي مَنۡصُورٍ، عَنۡ دُخَيۡنٍ الۡحَجۡرِيِّ، عَنۡ عُقۡبَةَ بۡنِ عَامِرٍ الۡجُهَنِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَقۡبَلَ إِلَيۡهِ رَهۡطٌ فَبَايَعَ تِسۡعَةً وَأَمۡسَكَ عَنۡ وَاحِدٍ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ بَايَعۡتَ تِسۡعَةً وَتَرَكۡتَ هٰذَا؟! قَالَ: إِنَّ عَلَيۡهِ تَمِيمَةً، فَأَدۡخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا، فَبَايَعَهُ، وَقَالَ: مَنۡ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدۡ أَشۡرَكَ. [صححه الحاكم (٤/٢١٩). قال شعيب: إسناده قوي].

17558. (17422). ‘Abdush Shamad bin ‘Abdul Warits telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin Muslim menceritakan kepada kami: Yazid bin Abu Manshur menceritakan kepada kami dari Dukhain Al-Hajri, dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani:

Serombongan orang datang menghadap Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau mengambil baiat sembilan orang dan tidak mengambil baiat satu orang.

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda mengambil baiat sembilan orang dan membiarkan satu orang ini?”

Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya dia memakai tamimah.”

Rasulullah memasukkan tangannya lalu memutus tamimah itu lalu bersabda, “Siapa saja yang menggantungkan tamimah, dia telah berbuat syirik.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1420

١٢ - بَابٌ
12. Bab


١٤٢٠ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ فِرَاسٍ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّ بَعۡضَ أَزۡوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ قُلۡنَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَيُّنَا أَسۡرَعُ بِكَ لُحُوقًا؟ قَالَ: (أَطۡوَلُكُنَّ يَدًا). فَأَخَذُوا قَصَبَةً يَذۡرَعُونَهَا، فَكَانَتۡ سَوۡدَةُ أَطۡوَلَهُنَّ يَدًا، فَعَلِمۡنَا بَعۡدُ أَنَّمَا كَانَتۡ طُولَ يَدِهَا الصَّدَقَةُ، وَكَانَتۡ أَسۡرَعَنَا لُحُوقًا بِهِ، وَكَانَتۡ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ.

1420. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Firas, dari Asy-Sya’bi, dari Masruq, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—:

Sebagian istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Siapa di antara kami yang paling cepat menyusulmu?”

Nabi menjawab, “Yang tangannya paling panjang di antara kalian.”

Para istri Nabi mengambil sebatang kayu untuk mengukur panjang tangan mereka. Ternyata Saudah lah yang tangannya paling panjang. Kami pun mengetahui setelah itu bahwa yang dimaksud Nabi dengan ungkapan “panjang tangannya” adalah dalam hal sedekah. Istri Nabi yang tangannya paling panjang adalah yang paling cepat menyusul beliau dan yang suka bersedekah.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1419

١١ - بَابٌ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفۡضَلُ، وَصَدَقَةُ الشَّحِيحِ الصَّحِيحِ
11. Bab jenis sedekah yang paling utama dan sedekah orang yang dalam keadaan kikir dan sehat


لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَأَنۡفِقُوا مِمَّا رَزَقۡنَاكُمۡ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ﴾ [المنافقون: ١٠] الۡآيَةَ. وَقَوۡلِهِ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنۡفِقُوا مِمَّا رَزَقۡنَاكُمۡ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ يَأۡتِيَ يَوۡمٌ لَا بَيۡعٌ فِيهِ﴾ [البقرة: ٢٥٤] الۡآيَةَ.

Berdasarkan firman Allah taala, “Infakkanlah sebagian yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum kematian datang menjemput salah seorang kalian...” (QS. Al-Munafiqun: 10).

Dan firman Allah, “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum datangnya suatu hari yang saat itu tiada lagi jual beli...” (QS. Al-Baqarah: 254).

١٤١٩ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ: حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بۡنُ الۡقَعۡقَاعِ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرۡعَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعۡظَمُ أَجۡرًا؟ قَالَ: (أَنۡ تَصَدَّقَ وَأَنۡتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخۡشَى الۡفَقۡرَ وَتَأۡمُلُ الۡغِنَى، وَلَا تُمۡهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الۡحُلۡقُومَ، قُلۡتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدۡ كَانَ لِفُلَانٍ). [الحديث ١٤١٩ - طرفه في: ٢٧٤٨].

1419. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid menceritakan kepada kami: ‘Umarah bin Al-Qa’qa’ menceritakan kepada kami: Abu Zur’ah menceritakan kepada kami: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Seorang pria datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah bagaimana yang paling besar pahalanya?”

Beliau menjawab, “Engkau bersedekah ketika engkau dalam keadaan sehat dan merasa berat untuk bersedekah. Yaitu, engkau mengkhawatirkan kefakiran dan mengangankan kekayaan. Engkau jangan menunda-nunda sedekah hingga ketika nyawa sudah sampai kerongkongan, engkau baru mengatakan: Untuk si Polan sekian, si Polan sekian. Padahal harta tersebut jatahnya untuk si Polan.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7379 dan 7380

٤ - بَابٌ
4. Bab


قَوۡلُ اللهِ تَعَالَى: ﴿عَالِمُ الۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَى غَيۡبِهِ أَحَدًا﴾ [الجن: ٢٦]،

Firman Allah taala, “Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada satu makhluk pun tentang yang gaib itu.” (QS. Al-Jinn: 26)

﴿وَإِنَّ اللهَ عِنۡدَهُ عِلۡمُ السَّاعَةِ﴾ [لقمان: ٣٤]،

“Sesungguhnya di sisi Allah saja, pengetahuan tentang hari kiamat.” (QS. Luqman: 34).

﴿وَأَنۡزَلَهُ بِعِلۡمِهِ﴾ [النساء: ١٦٦]،

“Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya.” (QS. An-Nisa`: 166)

﴿وَمَا تَحۡمِلُ مِنۡ أُنۡثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلۡمِهِ﴾ [فاطر: ١١]،

“Tidaklah yang dikandung oleh wanita dan tidak pula yang dilahirkan olehnya kecuali dengan sepengetahuan-Nya.” (QS. Fathir: 11).

﴿إِلَيۡهِ يُرَدُّ عِلۡمُ السَّاعَةِ﴾ [فصلت: ٤٧]،

“Hanya kepada-Nya pengetahuan tentang hari kiamat dikembalikan.” (QS. Fushshilat: 47).

قَالَ يَحۡيَى: الظَّاهِرُ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمًا، وَالۡبَاطِنُ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمًا.

Yahya berkata: Allah Maha Lahir, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang lahir. Allah Maha Batin, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang batin.

٧٣٧٩ - حَدَّثَنَا خَالِدُ بۡنُ مَخۡلَدٍ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ بِلَالٍ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَفَاتِيحُ الۡغَيۡبِ خَمۡسٌ، لَا يَعۡلَمُهَا إِلَّا اللهُ، لَا يَعۡلَمُ مَا تَغِيضُ الۡأَرۡحَامُ إِلَّا اللهُ، وَلَا يَعۡلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللهُ، وَلَا يَعۡلَمُ مَتَى يَأۡتِي الۡمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللهُ، وَلَا تَدۡرِي نَفۡسٌ بِأَيِّ أَرۡضٍ تَمُوتُ إِلَّا اللهُ، وَلَا يَعۡلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللهُ). [طرفه في: ١٠٣٩].

7379. Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Dinar menceritakan kepadaku dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Kunci perbendaharaan ilmu gaib ada lima yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Tidak ada yang mengetahui kandungan rahim kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui kejadian esok hari kecuali Allah. Tidak ada satupun yang mengetahui waktu hujan datang kecuali Allah. Tidak ada satu jiwapun mengetahui di bagian bumi mana dia akan mati kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui waktu terjadinya hari kiamat kecuali Allah.”

٧٣٨٠ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: مَنۡ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا ﷺ رَأَى رَبَّهُ فَقَدۡ كَذَبَ، وَهُوَ يَقُولُ: ﴿لَا تُدۡرِكُهُ الۡأَبۡصَارُ﴾ [الۡأنعام: ١٠٣] وَمَنۡ حَدَّثَكَ أَنَّهُ يَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ فَقَدۡ كَذَبَ، وَهُوَ يَقُولُ: (لَا يَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ إِلَّا اللهُ). [طرفه في: ٣٢٣٤].

7380. Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Isma’il, dari Asy-Sya’bi, dari Masruq, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Barang siapa menceritakan kepadamu bahwa Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah melihat Tuhannya, dia telah berdusta karena Allah berfirman, “Allah tidak terjangkau oleh pandangan.” (QS. Al-An’am: 103). Barang siapa menceritakan kepadamu bahwa Nabi mengetahui yang gaib, dia telah berdusta karena Allah berfirman, “Tidak ada yang mengetahui yang gaib kecuali Allah.”

Sunan At-Tirmidzi hadis nomor 3524

٩٢ – بَابٌ
92. Bab


٣٥٢٤ – (حسن) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ حَاتِمٍ الۡمُكۡتِبُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَدۡرٍ شُجَاعُ بۡنُ الۡوَلِيدِ، عَنِ الرُّحَيۡلِ بۡنِ مُعَاوِيَةَ أَخِي زُهَيۡرِ بۡنِ مُعَاوِيَةَ، عَنِ الرَّقَاشِيِّ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا كَرَبَهُ أَمۡرٌ قَالَ: (يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحۡمَتِكَ أَسۡتَغِيثُ). [(الكلم الطيب)(١١٨/٧٦)].

3524. [Hasan] Muhammad bin Hatim Al-Muktib telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Badr Syuja’ bin Al-Walid menceritakan kepada kami dari Ar-Ruhail bin Mu’awiyah saudara Zuhair bin Mu’awiyah, dari Ar-Raqasyi, dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan: Dahulu, apabila Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang ditimpa kesusahan, beliau berdoa, “Yā ḥayyu, yā qayyūmu, bi raḥmatika astagīṡ (Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang senantiasa mengurus (makhluk-Nya), hanya dengan rahmat-Mu, aku memohon pertolongan).”

٣٥٢٤ (م) - (صحيح) وَبِإِسۡنَادِهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَلِظُّوا بِـ: يَا ذَا الۡجَلَالِ وَالۡإِكۡرَامِ). هٰذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ، وَقَدۡ رُوِيَ هٰذَا الۡحَدِيثُ عَنۡ أَنَسٍ مِنۡ غَيۡرِ هٰذَا الۡوَجۡهِ. [(الصحيحة)(١٥٣٦)].

3524. [Sahih] Melalui sanad ini pula, Anas mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sertailah dengan: Yā żal jalāli wal ikrām (Wahai Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan).”

Ini adalah hadis garib. Hadis ini telah diriwayatkan dari Anas dari jalur selain ini.

Musnad Ahmad hadis nomor 18581

١٨٥٨١ (١٨٣٩١) - حَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ، حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنۡ يُسَيۡعٍ، عَنِ النُّعۡمَانِ بۡنِ بَشِيرٍ؛ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: الدُّعَاءُ هُوَ الۡعِبَادَةُ، ثُمَّ قَرَأَ ﴿ادۡعُونِي أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡ﴾ [غافر: ٦٠]. [راجع: ١٨٥٤٢].

18581. (18391). Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami dari Dzarr, dari Yusai’, dari An-Nu’man bin Basyir. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Doa adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca ayat, “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian.” (QS. Ghafir: 60).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2653

١٠ - بَابُ مَا قِيلَ فِي شَهَادَةِ الزُّورِ
10. Bab apa yang disebutkan tentang kesaksian palsu


لِقَوۡلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَالَّذِينَ لَا يَشۡهَدُونَ الزُّورَ﴾ [الفرقان: ٧٢]، وَكِتۡمَانِ الشَّهَادَةِ لِقَوۡلِهِ: ﴿وَلَا تَكۡتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنۡ يَكۡتُمۡهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلۡبُهُ وَاللهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ عَلِيمٌ﴾ [البقرة: ٢٨٣] ﴿تَلۡوُوا﴾ [النساء: ١٣٥] أَلۡسِنَتَكُمۡ بِالشَّهَادَةِ.

Berdasarkan firman Allah ’azza wa jalla, “Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu.” (QS. Al-Furqan: 72).

Dan bab menyembunyikan kesaksian, berdasarkan firman Allah, “Janganlah kalian menyembunyikan kesaksian! Siapa saja yang menyembunyikannya, sesungguhnya dia adalah orang yang berdosa hatinya dan Allah Maha Mengetahui semua yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 283).

“Talwū (memutarbalikkan)” (QS. An-Nisa`: 135) lisan-lisan kalian dalam persaksian.

٢٦٥٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُنِيرٍ: سَمِعَ وَهۡبَ بۡنَ جَرِيرٍ وَعَبۡدَ الۡمَلِكِ بۡنَ إِبۡرَاهِيمَ قَالَا: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي بَكۡرِ بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنِ الۡكَبَائِرِ قَالَ: (الۡإِشۡرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الۡوَالِدَيۡنِ، وَقَتۡلُ النَّفۡسِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ). تَابَعَهُ غُنۡدَرٌ وَأَبُو عَامِرٍ وَبَهۡزٌ وَعَبۡدُ الصَّمَدِ، عَنۡ شُعۡبَةَ. [الحديث ٢٦٥٣ - طرفاه في: ٥٩٧٧، ٦٨٧١].

2653. ‘Abdullah bin Munir telah menceritakan kepada kami. Beliau mendengar Wahb bin Jarir dan ‘Abdul Malik bin Ibrahim berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah bin Abu Bakr bin Anas, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ditanya tentang dosa-dosa besar. Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan persaksian palsu.”

Ghundar, Abu ‘Amir, Bahz, dan ‘Abdush Shamad mengiringi Wahb bin Jarir dari Syu’bah.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6871

٦٨٧١ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الصَّمَدِ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي بَكۡرٍ: سَمِعَ أَنَسًا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (الۡكَبَائِرُ). وَحَدَّثَنَا عَمۡرٌو: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ ابۡنِ أَبِي بَكۡرٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (أَكۡبَرُ الۡكَبَائِرِ: الۡإِشۡرَاكُ بِاللهِ، وَقَتۡلُ النَّفۡسِ، وَعُقُوقُ الۡوَالِدَيۡنِ، وَقَوۡلُ الزُّورِ، أَوۡ قَالَ: وَشَهَادَةُ الزُّورِ). [طرفه في: ٢٦٥٣].

6871. Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami: ‘Abdush Shamad menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: ‘Ubaidullah bin Abu Bakr menceritakan kepada kami: Beliau mendengar Anas—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Dosa-dosa besar…”

‘Amr telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Ibnu Abu Bakr, dari Anas bin Malik, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Dosa-dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, membunuh jiwa, durhaka kepada kedua orang tua, dan ucapan dusta.” Atau beliau bersabda, “dan kesaksian palsu.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7520

٤٠ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى:
40. Bab firman Allah taala:


﴿فَلَا تَجۡعَلُوا لِلهِ أَنۡدَادًا﴾ [البقرة: ٢٢]،

“Janganlah engkau jadikan tandingan-tandingan untuk Allah!” (QS. Al-Baqarah: 22).

وَقَوۡلِهِ جَلَّ ذِكۡرُهُ: ﴿وَتَجۡعَلُونَ لَهُ أَنۡدَادًا ذٰلِكَ رَبُّ الۡعَالَمِينَ﴾ [فصلت: ٩]،

Firman Allah—jalla dzikruh—, “Kalian menjadikan tandingan-tandingan untuk-Nya. (Yang bersifat) demikian itu adalah Tuhan semesta alam.” (Fushshilat: 9).

وَقَوۡلِهِ: ﴿وَالَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ﴾ [الفرقان: ٦٨] ﴿وَلَقَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنۡ قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الۡخَاسِرِينَ ۞ بَلِ اللهَ فَاعۡبُدۡ وَكُنۡ مِنَ الشَّاكِرِينَ﴾ [الزمر: ٦٥-٦٦]

Firman Allah, “Dan orang-orang yang berdoa kepada tuhan lain di samping juga berdoa kepada Allah.” (QS. Al-Furqan: 68).

“Sungguh Aku telah wahyukan kepadamu dan kepada orang-orang yang sebelum engkau: Jika engkau berbuat syirik, amalanmu pasti akan terhapus dan engkau pasti termasuk orang-orang yang rugi. Tetapi beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur!” (QS. Az-Zumar: 65-66).

وَقَالَ عِكۡرِمَةُ: ﴿وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُمۡ بِاللهِ إِلَّا وَهُمۡ مُشۡرِكُونَ﴾ [يوسف: ١٠٦] ﴿وَلَئِنۡ سَأَلۡتَهُمۡ مَنۡ خَلَقَهُمۡ﴾ [الزخرف: ٨٧] ﴿وَمَنۡ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ﴾ [لقمان: ٢٥]. فَذٰلِكَ إِيمَانُهُمۡ، وَهُمۡ يَعۡبُدُونَ غَيۡرَهُ.

‘Ikrimah berkata: Firman Allah, “Tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah kecuali mereka juga berbuat kesyirikan.” (Yusuf: 106). “Jika engkau bertanya kepada mereka, siapa yang menciptakan mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 87). “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka akan mengatakan: Allah.” (QS. Luqman: 25). Itulah sifat keimanan mereka dalam keadaan mereka menyembah selain Allah.

وَمَا ذُكِرَ فِي خَلۡقِ أَفۡعَالِ الۡعِبَادِ وَأَكۡسَابِهِمۡ. لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡءٍ فَقَدَّرَهُ تَقۡدِيرًا﴾ [الفرقان: ٢]. وَقَالَ مُجَاهِدٌ: ﴿مَا تَنَزَّلُ الۡمَلَائِكَةُ إِلَّا بِالۡحَقِّ﴾ [الحجر: ٨] بِالرِّسَالَةِ وَالۡعَذَابِ ﴿لِيَسۡأَلَ الصَّادِقِينَ عَنۡ صِدۡقِهِمۡ﴾ [الۡأحزاب: ٨]: الۡمُبَلِّغِينَ الۡمُؤَدِّينَ مِنَ الرُّسُلِ ﴿وَإِنَّا لَهُ حَافِظُونَ﴾ [الحجر: ٩]: عِنۡدَنَا ﴿وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدۡقِ﴾ الۡقُرۡآنُ ﴿وَصَدَّقَ بِهِ﴾ [الزمر: ٣٣] الۡمُؤۡمِنُ، يَقُولُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ: هٰذَا الَّذِي أَعۡطَيۡتَنِي عَمِلۡتُ بِمَا فِيهِ.

Pendapat yang disebutkan dalam masalah penciptaan amalan dan usaha hamba berdasarkan firman Allah taala, “Allah menciptakan segala sesuatu dan menakdirkannya.” (QS. Al-Furqan: 2).

Mujahid berkata: Firman Allah, “Malaikat tidaklah turun kecuali dengan membawa kebenaran” (QS. Al-Hijr: 8) yaitu dengan membawa risalah kerasulan dan azab. “Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka” (QS. Al-Ahzab: 8) yaitu yang menyampaikan dan menunaikan risalah dari kalangan rasul. “Sesungguhnya Kami menjaganya” (QS. Al-Hijr: 9) di sisi Kami. “Dan yang membawa kebenaran” yaitu Alquran “dan membenarkannya” (QS. Az-Zumar: 33) yaitu orang yang beriman, akan berkata pada hari kiamat: Ini adalah yang Engkau berikan kepadaku. Aku telah mengamalkan kandungannya.

٧٥٢٠ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ شُرَحۡبِيلَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: سَأَلۡتُ النَّبِيَّ ﷺ: أَيُّ الذَّنۡبِ أَعۡظَمُ عِنۡدَ اللهِ؟ قَالَ: (أَنۡ تَجۡعَلَ لِلهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ). قُلۡتُ: إِنَّ ذٰلِكَ لَعَظِيمٌ، قُلۡتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: (ثُمَّ أَنۡ تَقۡتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنۡ يَطۡعَمَ مَعَكَ). قُلۡتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: (ثُمَّ أَنۡ تُزَانِيَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ). [طرفه في: ٤٤٧٧].

7520. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Abu Wa`il, dari ‘Amr bin Syurahbil, dari ‘Abdullah. Beliau berkata:

Aku bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Dosa apa yang terbesar di sisi Allah?”

Beliau menjawab, “Engkau menjadikan tandingan untuk Allah padahal Dia telah menciptakanmu.”

Aku berkata, “Sungguh itu dosa yang amat besar.”

Aku lanjut bertanya, “Kemudian apa?”

Beliau menjawab, “Kemudian engkau membunuh anakmu karena engkau takut dia makan bersamamu.”

Aku bertanya, “Kemudian apa?”

Beliau menjawab, “Kemudian engkau berzina dengan istri tetanggamu.”

Musnad Ahmad hadis nomor 2

٢ - حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا مِسۡعَرٌ وَسُفۡيَانُ، عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ الۡمُغِيرَةِ الثَّقَفِيِّ، عَنۡ عَلِيِّ بۡنِ رَبِيعَةَ الۡوَالِبِيِّ، عَنۡ أَسۡمَاءَ بۡنِ الۡحَكَمِ الۡفَزَارِيِّ، عَنۡ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، قَالَ: كُنۡتُ إِذَا سَمِعۡتُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ حَدِيثًا نَفَعَنِي اللهُ بِمَا شَاءَ مِنۡهُ، وَإِذَا حَدَّثَنِي عَنۡهُ غَيۡرِي اسۡتَحۡلَفۡتُهُ، فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدَّقۡتُهُ،

2. Waki’ telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mis’ar dan Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Utsman bin Al-Mughirah Ats-Tsaqafi, dari ‘Ali bin Rabi’ah Al-Walibi, dari Asma` bin Al-Hakam Al-Fazari, dari ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: Apabila aku mendengar suatu hadis dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, Allah memberikan manfaat kepadaku dengan yang Allah kehendaki dari hadis tersebut. Jika selain aku menceritakan hadis dari beliau kepadaku, aku minta dia bersumpah. Apabila dia bersumpah kepadaku, aku mempercayainya.

وَإِنَّ أَبَا بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ حَدَّثَنِي، وَصَدَقَ أَبُو بَكۡرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ، قَالَ: مَا مِنۡ رَجُلٍ يُذۡنِبُ ذَنۡبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحۡسِنُ الۡوُضُوءَ. (قَالَ مِسۡعَرٌ: وَيُصَلِّي، وَقَالَ سُفۡيَانُ: ثُمَّ يُصَلِّي رَكۡعَتَيۡنِ)، فَيَسۡتَغۡفِرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا غَفَرَ لَهُ.

Sesungguhnya Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan hadis kepadaku. Abu Bakr jujur. Beliau mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidaklah seorang pun yang berbuat dosa lalu dia berwudu dengan baik (Mis’ar berkata: dan dia salat. Sufyan berkata: kemudian dia salat dua rakaat), lalu meminta ampun kepada Allah—‘azza wa jalla—kecuali Allah akan mengampuninya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1418

١٤١٨ - حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي بَكۡرِ بۡنِ حَزۡمٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: دَخَلَتِ امۡرَأَةٌ مَعَهَا ابۡنَتَانِ لَهَا تَسۡأَلُ، فَلَمۡ تَجِدۡ عِنۡدِي شَيۡئًا غَيۡرَ تَمۡرَةٍ، فَأَعۡطَيۡتُهَا إِيَّاهَا، فَقَسَمَتۡهَا بَيۡنَ ابۡنَتَيۡهَا، وَلَمۡ تَأۡكُلۡ مِنۡهَا، ثُمَّ قَامَتۡ فَخَرَجَتۡ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ ﷺ عَلَيۡنَا فَأَخۡبَرۡتُهُ، فَقَالَ: (مَنِ ابۡتُلِيَ مِنۡ هٰذِهِ الۡبَنَاتِ بِشَيۡءٍ كُنَّ لَهُ سِتۡرًا مِنَ النَّارِ). [الحديث ١٤١٨ - طرفه في: ٥٩٩٥].

1418. Bisyr bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Abu Bakr bin Hazm menceritakan kepadaku dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Seorang wanita bersama dua putrinya datang meminta-minta. Dia tidak mendapati sesuatu di tempatku selain sebutir kurma. Aku pun memberikannya, lalu dia membagikannya kepada kedua putrinya. Dia sendiri tidak memakannya. Kemudian dia berdiri lalu keluar.

Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempat kami. Aku menceritakan kejadian tersebut. Beliau bersabda, “Barang siapa diberi suatu cobaan dengan anak-anak perempuan, mereka akan menjadi penghalang dari neraka.”

Shahih Muslim hadis nomor 2704

١٣ - بَابُ اسۡتِحۡبَابِ خَفۡضِ الصَّوۡتِ بِالذِّكۡرِ
13. Bab disukainya melirihkan suara zikir


٤٤ - (٢٧٠٤) - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ فُضَيۡلٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنۡ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِي عُثۡمَانَ، عَنۡ أَبِي مُوسَىٰ. قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي سَفَرٍ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَجۡهَرُونَ بِالتَّكۡبِيرِ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَيُّهَا النَّاسُ، ارۡبَعُوا عَلَىٰ أَنۡفُسِكُمۡ، إِنَّكُمۡ لَيۡسَ تَدۡعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا. إِنَّكُمۡ تَدۡعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا، وَهُوَ مَعَكُمۡ) قَالَ: وَأَنَا خَلۡفَهُ، وَأَنَا أَقُولُ: لَا حَوۡلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. فَقَالَ: (يَا عَبۡدَ اللهِ بۡنَ قَيۡسٍ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَىٰ كَنۡزٍ مِنۡ كُنُوزِ الۡجَنَّةِ؟) فَقُلۡتُ: بَلَىٰ، يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (قُلۡ: لَا حَوۡلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ).


44. (2704). Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Fudhail dan Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami dari ‘Ashim, dari Abu ‘Utsman, dari Abu Musa. Beliau berkata: Kami pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam suatu perjalanan. Orang-orang mengeraskan suara takbir. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Wahai sekalian manusia, sayangilah diri-diri kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada sesuatu yang tuli dan tidak hadir. Sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia bersama kalian.”

Abu Musa berkata: Aku berada di belakang beliau dan aku mengucapkan, “Lā ḥaula wa lā quwwata illa billāh (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).”

Lalu beliau berkata kepadaku, “Wahai ‘Abdullah bin Qais, maukah aku tunjukkan kepadamu suatu ucapan yang termasuk salah satu perbendaharaan janah?”

Aku menjawab, “Tentu mau wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda, “Ucapkanlah: Lā ḥaula wa lā quwwata illa billāh.”

(...) - حَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ وَإِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ وَأَبُو سَعِيدٍ الۡأَشَجُّ. جَمِيعًا عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ غِيَاثٍ، عَنۡ عَاصِمٍ، بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ، نَحۡوَهُ.

Ibnu Numair, Ishaq bin Ibrahim, dan Abu Sa’id Al-Asyajj telah menceritakan kepada kami. Semuanya dari Hafsh bin Ghiyats, dari ‘Ashim melalui sanad ini semisal hadis tersebut.

٤٥ – (...) – حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، فُضَيۡلُ بۡنُ حُسَيۡنٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ – يَعۡنِي ابۡنَ زُرَيۡعٍ -: حَدَّثَنَا التَّيۡمِيُّ عَنۡ أَبِي عُثۡمَانَ، عَنۡ أَبِي مُوسَىٰ، أَنَّهُمۡ كَانُوا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَهُمۡ يَصۡعَدُونَ فِي ثَنِيَّةٍ. قَالَ: فَجَعَلَ رَجُلٌ، كُلَّمَا عَلَا ثَنِيَّةً، نَادَى: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكۡبَرُ. قَالَ: فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ ﷺ: (إِنَّكُمۡ لَا تُنَادُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا)، قَالَ: فَقَالَ: (يَا أَبَا مُوسَىٰ، أَوۡ: يَا عَبۡدَ اللهِ بۡنَ قَيۡسٍ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَىٰ كَلِمَةٍ مِنۡ كَنۡزِ الۡجَنَّةِ)؟ قُلۡتُ: مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (لَا حَوۡلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ).

45. Abu Kamil Fudhail bin Husain telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: At-Taimi menceritakan kepada kami dari Abu ‘Utsman, dari Abu Musa. Mereka pernah bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika mereka sedang naik di suatu jalan gunung.

Abu Musa berkata: Ada seseorang yang setiap kali menaiki suatu jalan gunung, dia menyeru, “Lā ilāha illallāh wallāhu akbar (Tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan Allah Maha Besar).”

Abu Musa berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak menyeru sesuatu yang tuli dan tidak hadir.”

Abu Musa berkata: Nabi berkata, “Wahai Abu Musa,” atau, “Wahai ‘Abdullah bin Qais. Maukah aku tunjukkan kepada engkau suatu perkataan yang termasuk perbendaharaan janah?”

Aku berkata, “Apa itu, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Lā ḥaula wa lā quwwata illa billāh (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).”

(...) - وَحَدَّثَنَاهُ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الۡأَعۡلَىٰ: حَدَّثَنَا الۡمُعۡتَمِرُ، عَنۡ أَبِيهِ: حَدَّثَنَا أَبُو عُثۡمَانَ، عَنۡ أَبِي مُوسَىٰ. قَالَ: بَيۡنَمَا رَسُولُ اللهِ ﷺ... فَذَكَرَ نَحۡوَهُ.

Muhammad bin ‘Abdul A’la telah menceritakannya kepada kami: Al-Mu’tamir menceritakan kepada kami dari ayahnya: Abu ‘Utsman menceritakan kepada kami dari Abu Musa. Beliau berkata: Ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—… Lalu beliau menyebutkan semisal hadis tersebut.

(...) - حَدَّثَنَا خَلَفُ بۡنُ هِشَامٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ. قَالَا: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ أَبِي عُثۡمَانَ، عَنۡ أَبِي مُوسَىٰ. قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي سَفَرٍ... فَذَكَرَ نَحۡوَ حَدِيثِ عَاصِمٍ.

Khalaf bin Hisyam dan Abu Ar-Rabi’ telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Abu ‘Utsman, dari Abu Musa. Beliau berkata: Kami pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam suatu perjalanan… Lalu beliau menyebutkan semisal hadis ‘Ashim.

Shahih Muslim hadis nomor 769

١٩٩ - (٧٦٩) - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ مَالِكِ بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَبِي الزُّبَيۡرِ، عَنۡ طَاوُسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يَقُولُ، إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ مِنۡ جَوۡفِ اللَّيۡلِ: (اللّٰهُمَّ لَكَ الۡحَمۡدُ. أَنۡتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ، وَلَكَ الۡحَمۡدُ، أَنۡتَ قَيَّامُ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ، وَلَكَ الۡحَمۡدُ، أَنۡتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ، وَمَنۡ فِيهِنَّ، أَنۡتَ الۡحَقُّ، وَوَعۡدُكَ الۡحَقُّ، وَقَوۡلُكَ الۡحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالۡجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللّٰهُمَّ لَكَ أَسۡلَمۡتُ، وَبِكَ آمَنۡتُ، وَعَلَيۡكَ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡكَ أَنَبۡتُ، وَبِكَ خَاصَمۡتُ، وَإِلَيۡكَ حَاكَمۡتُ، فَاغۡفِرۡ لِي مَا قَدَّمۡتُ وَأَخَّرۡتُ، وَأَسۡرَرۡتُ وَأَعۡلَنۡتُ أَنۡتَ إِلٰهِي لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنۡتَ).

199. (769). Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami dari Malik bin Anas, dari Abu Az-Zubair, dari Thawus, dari Ibnu ‘Abbas: Apabila Rasulullah—shallallahu 'alaihi wa sallam—berdiri salat ketika larut malam, beliau biasa berdoa,

“Allahumma lakal ḥamdu, anta nūrus samawāti wal arḍi. Wa lakal ḥamdu, anta qayyāmus samawāti wal arḍi. Wa lakal ḥamdu, anta rabbus samawāti wal arḍi wa man fīhinn. Antal ḥaqq, wa wa‘dukal ḥaqq, wa qaulukal ḥaqq, wa liqā’ukal ḥaqq. Wal jannatu ḥaqq, wan nāru ḥaqq, was sā‘atu ḥaqq. Allahumma laka aslamtu, wa bika āmantu, wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khāṣamtu, wa ilaika ḥākamtu, fagfir lī mā qaddamtu wa mā akhkhartu, wa asrartu wa a’lantu. Anta ilāhī. Lā ilāha illā anta.

(Ya Allah, hanya milik-Mu segala pujian. Engkau cahaya langit dan bumi. Hanya milik-Mu segala pujian. Engkau yang mengurusi langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu segala pujian. Engkau adalah Tuhan langit, bumi, dan siapa saja yang ada di dalamnya. Engkau adalah Yang Maha Benar, janji-Mu adalah kebenaran, perkataan-Mu adalah kebenaran, dan perjumpaan dengan-Mu adalah kebenaran. Janah benar, neraka benar, hari kiamat benar. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku kembali kepada-Mu, aku bermusuhan dengan pertolongan-Mu, dan aku berhukum kepada-Mu. Ampunilah dosaku yang telah aku kerjakan dan yang akan datang, dosa yang aku sembunyikan dan yang aku nyatakan. Engkau adalah ilahku. Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.)”

(...) - حَدَّثَنَا عَمۡرٌو النَّاقِدُ وَابۡنُ نُمَيۡرٍ وَابۡنُ أَبِي عُمَرَ. قَالُوا: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ. (ح) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ. قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ جُرَيۡجٍ. كِلَاهُمَا عَنۡ سُلَيۡمَانَ الۡأَحۡوَلِ، عَنۡ طَاوُسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

‘Amr An-Naqid, Ibnu Numair, dan Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Mereka berkata: Sufyan menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami. Keduanya dari Sulaiman Al-Ahwal, dari Thawus, dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

أَمَّا حَدِيثُ ابۡنِ جُرَيۡجٍ فَاتَّفَقَ لَفۡظُهُ مَعَ حَدِيثِ مَالِكٍ. لَمۡ يَخۡتَلِفَا إِلَّا فِي حَرۡفَيۡنِ. قَالَ ابۡنُ جُرَيۡجٍ: مَكَانَ قَيَّامُ: قَيِّمُ. وَقَالَ: وَمَا أَسۡرَرۡتُ. وَأَمَّا حَدِيثُ ابۡنِ عُيَيۡنَةَ فَفِيهِ بَعۡضُ زِيَادَةٍ. وَيُخَالِفُ مَالِكًا وَابۡنَ جُرَيۡجٍ فِي أَحۡرُفٍ.


Lafaz hadis Ibnu Juraij sama dengan hadis Malik. Tidak berbeda kecuali pada dua huruf. Ibnu Juraij berkata pada tempat kata qayyāmu, “qayyimu.” Ibnu Juraij juga berkata, “Wa mā asrartu.”

Adapun hadis Ibnu ‘Uyainah mengandung sebagian tambahan dan menyelisihi Malik dan Ibnu Juraij pada banyak huruf.

(...) - وَحَدَّثَنَا شَيۡبَانُ بۡنُ فَرُّوخَ: حَدَّثَنَا مَهۡدِيٌّ - وَهُوَ ابۡنُ مَيۡمُونٍ -: حَدَّثَنَا عِمۡرَانُ الۡقَصِيرُ عَنۡ قَيۡسِ بۡنِ سَعۡدٍ، عَنۡ طَاوُسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، بِهٰذَا الۡحَدِيثِ وَاللَّفۡظُ قَرِيبٌ مِنۡ أَلۡفَاظِهِمۡ.

Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami: Mahdi bin Maimun menceritakan kepada kami: ‘Imran Al-Qashir menceritakan kepada kami dari Qais bin Sa’d, dari Thawus, dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan hadis ini dan lafaznya mirip dengan lafaz-lafaz mereka.

Shahih Muslim hadis nomor 2365

٤٠ - بَابُ فَضَائِلِ عِيسَى عَلَيۡهِ السَّلَامُ
40. Bab keutamaan-keutamaan Nabi ‘Isa—‘alaihis salam


١٤٣ - (٢٣٦٥) - حَدَّثَنِي حَرۡمَلَةُ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، أَنَّ أَبَا سَلَمَةَ بۡنَ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ أَخۡبَرَهُ، أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (أَنَا أَوۡلَى النَّاسِ بِابۡنِ مَرۡيَمَ. الۡأَنۡبِيَاءُ أَوۡلَادُ عَلَّاتٍ، وَلَيۡسَ بَيۡنِي وَبَيۡنَهُ نَبِيٌّ).

143. (2365). Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab: Abu Salamah bin ‘Abdurrahman mengabarkan kepadanya: Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dengan Ibnu Maryam. Para nabi adalah anak-anak dari satu ayah dan tidak ada seorang nabi pun antara aku dengan beliau.”

١٤٤ - (...) - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ، عُمَرُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ سُفۡيَانَ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَنَا أَوۡلَى النَّاسِ بِعِيسَىٰ، الۡأَنۡبِيَاءُ أَبۡنَاءُ عَلَّاتٍ، وَلَيۡسَ بَيۡنِي وَبَيۡنَ عِيسَىٰ نَبِيٌّ).

144. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Abu Dawud ‘Umar bin Sa’d menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dengan ‘Isa. Para nabi adalah putra-putra dari satu ayah dan tidak ada seorang nabi pun antara aku dengan ‘Isa.”

١٤٥ - (...) - وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: حَدَّثَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامِ بۡنِ مُنَبِّهٍ. قَالَ: هٰذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنۡهَا: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَنَا أَوۡلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابۡنِ مَرۡيَمَ فِي الۡأُولَىٰ وَالۡآخِرَةِ)، قَالُوا: كَيۡفَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡأَنۡبِيَاءُ إِخۡوَةٌ مِنۡ عَلَّاتٍ، وَأُمَّهَاتُهُمۡ شَتَّىٰ، وَدِينُهُمۡ وَاحِدٌ، فَلَيۡسَ بَيۡنَنَا نَبِيٌّ).

145. Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar menceritakan kepada kami dari Hammam bin Munabbih. Beliau berkata: Ini adalah hadis yang diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Lalu beliau menyebutkan beberapa hadis. Di antaranya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dengan ‘Isa bin Maryam di dunia dan akhirat.”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Para nabi itu bersaudara dari satu ayah, ibu mereka berbeda-beda, dan agama mereka satu. Tidak ada seorang nabi (yang diutus) di antara kami berdua.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3442 dan 3443

٣٤٤٢ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (أَنَا أَوۡلَى النَّاسِ بِابۡنِ مَرۡيَمَ، وَالۡأَنۡبِيَاءُ أَوۡلَادُ عَلَّاتٍ، لَيۡسَ بَيۡنِي وَبَيۡنَهُ نَبِيٌّ). [الحديث ٣٤٤٢ - طرفه في: ٣٤٤٣].

3442. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Abu Salamah mengabarkan kepadaku: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dengan Ibnu Maryam. Para nabi adalah anak-anak dari satu bapak. Tidak ada seorang nabi pun antara aku dengan beliau.”

٣٤٤٣ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سِنَانٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ: حَدَّثَنَا هِلَالُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبِي عَمۡرَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَنَا أَوۡلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابۡنِ مَرۡيَمَ فِي الدُّنۡيَا وَالۡآخِرَةِ، وَالۡأَنۡبِيَاءُ إِخۡوَةٌ لِعَلَّاتٍ، أُمَّهَاتُهُمۡ شَتَّى وَدِينُهُمۡ وَاحِدٌ).

وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ طَهۡمَانَ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ عُقۡبَةَ، عَنۡ صَفۡوَانَ بۡنِ سُلَيۡمٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ. [طرفه في: ٣٤٤٢].

3443. Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami: Fulaih bin Sulaiman menceritakan kepada kami: Hilal bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Abu ‘Amrah, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dengan ‘Isa bin Maryam di dunia dan akhirat. Para nabi adalah saudara satu ayah, ibu mereka berbeda-beda, agama mereka satu.”

Ibrahim bin Thahman berkata dari Musa bin ‘Uqbah, dari Shafwan bin Sulaim, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda.

Sunan Abu Dawud hadis nomor 793 dan 794

٧٩٣ - (صحيح) حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، نا حُسَيۡنُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ زَائِدَةَ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ بَعۡضِ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِرَجُلٍ: (كَيۡفَ تَقُولُ فِي الصَّلَاةِ؟) قَالَ: أَتَشَهَّدُ وَأَقُولُ: اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسۡأَلُكَ الۡجَنَّةَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ، أَمَا إِنِّي لَا أُحۡسِنُ دَنۡدَنَتَكَ وَلَا دَنۡدَنَةَ مُعَاذٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (حَوۡلَهَا نُدَنۡدِنُ).

793. [Sahih] ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Husain bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari Za`idah, dari Sulaiman, dari Abu Shalih, dari sebagian sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Sahabat itu berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya kepada seorang laki-laki, “Bagaimana bacaanmu ketika salat?”

Laki-laki itu menjawab, “Aku membaca tasyahud dan aku berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta janah kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.’ Sesungguhnya aku tidak mampu menyusun untaian doa yang diucapkan oleh Anda atau Mu’adz.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sekitaran itulah doa yang kami ucapkan.”

٧٩٤ - (صحيح) حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ حَبِيبٍ، نا خَالِدُ بۡنُ الۡحَارِثِ، نا مُحَمَّدُ بۡنُ عَجۡلَانَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ مِقۡسَمٍ، عَنۡ جَابِرٍ - ذَكَرَ قِصَّةَ مُعَاذٍ – قَالَ: وَقَالَ - يَعۡنِي النَّبِيَّ ﷺ - لِلۡفَتَى: (كَيۡفَ تَصۡنَعُ يَا ابۡنَ أَخِي إِذَا صَلَّيۡتَ؟) قَالَ: أَقۡرَأُ بِفَاتِحَةِ الۡكِتَابِ، وَأَسۡأَلُ اللهَ الۡجَنَّةَ، وَأَعُوذُ بِهِ مِنَ النَّارِ، وَإِنِّي لَا أَدۡرِي مَا دَنۡدَنَتُكَ، وَلَا دَنۡدَنَةُ مُعَاذٍ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنِّي وَمُعَاذًا حَوۡلَ هَاتَيۡنِ) أَوۡ نَحۡوَ هٰذَا.

794. [Sahih] Yahya bin Habib telah menceritakan kepada kami: Khalid bin Al-Harits menceritakan kepada kami: Muhammad bin ‘Ajlan menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah bin Miqsam, dari Jabir. Beliau menyebutkan kisah Mu’adz. Beliau berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepada seorang pemuda, “Apa yang engkau lakukan ketika engkau salat, wahai putra saudaraku?”

Pemuda itu menjawab, “Aku membaca surah Al-Fatihah, aku meminta janah kepada Allah, dan aku berlindung kepada Allah dari neraka. Sungguh aku tidak mengetahui untaian doa yang Anda dan Mu’adz ucapkan.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Sesungguhnya aku dan Mu’adz berdoa seputar dua hal itu.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1415 dan 1416

١٠ - بَابٌ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوۡ بِشِقِّ تَمۡرَةٍ وَالۡقَلِيلِ مِنَ الصَّدَقَةِ
10. Bab takutlah dari neraka walau dengan sedekah separuh kurma dan sedekah yang sedikit


﴿وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنۡفِقُونَ أَمۡوَالَهُمُ ابۡتِغَاءَ مَرۡضَاةِ اللهِ وَتَثۡبِيتًا مِنۡ أَنۡفُسِهِمۡ﴾ الۡآيَةَ، وَإِلَى قَوۡلِهِ: ﴿مِنۡ كُلِّ الثَّمَرَاتِ﴾ [البقرة: ٢٦٥-٢٦٦].

“Permisalan orang-orang yang menginfakkan harta mereka dalam rangka mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka,” sampai firman-Nya, “segala macam buah-buahan.” (QS. Al-Baqarah: 265-266).

١٤١٥ - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ الۡحَكَمُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ الۡبَصۡرِيُّ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ أَبِي مَسۡعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتۡ آيَةُ الصَّدَقَةِ، كُنَّا نُحَامِلُ، فَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِشَيءٍ كَثِيرٍ، فَقَالُوا: مُرَاءٍ، وَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ، فَقَالُوا: إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنۡ صَاعِ هٰذَا، فَنَزَلَتِ: ﴿الَّذِينَ يَلۡمِزُونَ الۡمُطَّوِّعِينَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهۡدَهُمۡ﴾ [التوبة: ٧٩] الۡآيَةَ. [الحديث ١٤١٥ - أطرافه في: ١٤١٦، ٢٢٧٣، ٤٦٦٨، ٤٦٦٩].

1415. ‘Ubaidullah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Abu An-Nu’man Al-Hakam bin ‘Abdullah Al-Bashri menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Sulaiman, dari Abu Wa`il, dari Abu Mas’ud—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Ketika ayat sedekah turun, kami bekerja menjadi kuli panggul. Lalu ada seseorang datang bersedekah dengan harta yang banyak, kemudian orang-orang munafik berkata, “Dia adalah orang yang ingin dilihat.” Lalu ada orang lain datang membawa sedekah satu sha’ bahan makanan, kemudian orang-orang munafik berkata, “Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan satu sha’ ini.”

Turunlah ayat, “(Orang-orang munafik yaitu) orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberikan sedekah dengan kerelaan hati dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (yang disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya...” (QS. At-Taubah: 79).

١٤١٦ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ يَحۡيَى: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ، عَنۡ شَقِيقٍ، عَنۡ أَبِي مَسۡعُودٍ الۡأَنۡصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا أَمَرَنَا بِالصَّدَقَةِ، انۡطَلَقَ أَحَدُنَا إِلَى السُّوقِ، فَتَحَامَلَ، فَيُصِيبُ الۡمُدَّ، وَإِنَّ لِبَعۡضِهِمُ الۡيَوۡمَ لَمِائَةَ أَلۡفٍ. [طرفه في: ١٤١٥].

1416. Sa’id bin Yahya telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami dari Syaqiq, dari Abu Mas’ud Al-Anshari—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Dahulu, ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan kami bersedekah, salah seorang kami pergi ke pasar untuk bekerja memanggul lalu dia mendapatkan upah satu mud bahan makanan. Dan sesungguhnya sebagian mereka pada hari ini memiliki lima ratus ribu (namun tidak mau bersedekah).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1413 dan 1414

١٤١٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ النَّبِيلُ: أَخۡبَرَنَا سَعۡدَانُ بۡنُ بِشۡرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو مُجَاهِدٍ: حَدَّثَنَا مُحِلُّ بۡنُ خَلِيفَةَ الطَّائِيُّ قَالَ: سَمِعۡتُ عَدِيَّ بۡنَ حَاتِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ: كُنۡتُ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَجَاءَهُ رَجُلَانِ، أَحَدُهُمَا يَشۡكُو الۡعَيۡلَةَ، وَالۡآخَرُ يَشۡكُو قَطۡعَ السَّبِيلِ،

1413. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Ashim An-Nabil menceritakan kepada kami: Sa’dan bin Bisyr mengabarkan kepada kami: Abu Mujahid menceritakan kepada kami: Muhill bin Khalifah Ath-Tha`i menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar ‘Adi bin Hatim—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan:

Aku pernah berada di dekat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu ada dua orang mendatangi beliau. Salah satunya mengeluhkan kefakiran dan yang lain mengeluhkan penyamunan.

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَّا قَطۡعُ السَّبِيلِ: فَإِنَّهُ لَا يَأۡتِي عَلَيۡكَ إِلَّا قَلِيلٌ، حَتَّى تَخۡرُجَ الۡعِيرُ إِلَى مَكَّةَ بِغَيۡرِ خَفِيرٍ، وَأَمَّا الۡعَيۡلَةُ: فَإِنَّ السَّاعَةَ لَا تَقُومُ حَتَّى يَطُوفَ أَحَدُكُمۡ بِصَدَقَتِهِ لَا يَجِدُ مَنۡ يَقۡبَلُهَا مِنۡهُ، ثُمَّ لَيَقِفَنَّ أَحَدُكُمۡ بَيۡنَ يَدَيِ اللهِ، لَيۡسَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَهُ حِجَابٌ، وَلَا تُرۡجُمَانٌ يُتَرۡجِمُ لَهُ، ثُمَّ لَيَقُولَنَّ لَهُ: أَلَمۡ أُوتِكَ مَالًا؟ فَلَيَقُولَنَّ: بَلَى، ثُمَّ لَيَقُولَنَّ: أَلَمۡ أُرۡسِلۡ إِلَيۡكَ رَسُولًا؟ فَلَيَقُولَنَّ: بَلَى، فَيَنۡظُرُ عَنۡ يَمِينِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، ثُمَّ يَنۡظُرُ عَنۡ شِمَالِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، فَلۡيَتَّقِيَنَّ أَحَدُكُمُ النَّارَ وَلَوۡ بِشِقِّ تَمۡرَةٍ، فَإِنۡ لَمۡ يَجِدۡ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ).

[الحديث ١٤١٣ - أطرافه في: ١٤١٧، ٣٥٩٥، ٦٠٢٣، ٦٥٣٩، ٦٥٤٠، ٦٥٦٣، ٧٤٤٣، ٧٥١٢].

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Adapun penyamunan, kejadian itu hanya sebentar saja engkau alami sehingga nanti ada masanya sebuah kafilah bisa keluar ke Makkah tanpa pengawal.

Adapun kefakiran, sesungguhnya hari kiamat tidak terjadi sampai salah seorang kalian berkeliling membawa sedekahnya, namun dia tidak mendapatkan orang yang mau menerimanya. Kemudian salah seorang kalian benar-benar akan berdiri di hadapan Allah. Tidak ada hijab antara dia dengan Allah dan tidak ada penerjemah untuknya.

Kemudian Allah akan berkata kepadanya, “Bukankah Aku telah memberikan harta kepadamu?”

Dia akan berkata, “Benar.”

Kemudian Allah berkata, “Bukankah Aku telah mengutus seorang rasul kepadamu?”

Dia akan berkata, “Benar.”

Dia akan melihat ke samping kanannya dan dia tidak melihat kecuali neraka. Kemudian dia melihat ke samping kirinya dan dia tidak melihat kecuali neraka. Maka hendaknya salah seorang kalian berlindung dari neraka walaupun dengan sedekah separuh kurma. Jika dia tidak punya, bisa dengan ucapan yang baik.

١٤١٤ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدٍ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (لَيَأۡتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، يَطُوفُ الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَةِ مِنَ الذَّهَبِ، ثُمَّ لَا يَجِدُ أَحَدًا يَأۡخُذُهَا مِنۡهُ، وَيُرَى الرَّجُلُ الۡوَاحِدُ يَتۡبَعُهُ أَرۡبَعُونَ امۡرَأَةً يَلُذۡنَ بِهِ، مِنۡ قِلَّةِ الرِّجَالِ، وَكَثۡرَةِ النِّسَاءِ).

1414. Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Suatu zaman pasti akan datang. Saat itu seseorang akan berkeliling membawa sedekah berupa emas, kemudian dia tidak mendapatkan seorang pun yang mau mengambilnya. Saat itu akan terlihat, seorang lelaki diikuti oleh empat puluh wanita. Mereka berlindung kepadanya saking sedikitnya pria dan banyaknya wanita.”

Shahih Muslim hadis nomor 1678

٨ - بَابُ الۡمُجَازَاةِ بِالدِّمَاءِ فِي الۡآخِرَةِ وَأَنَّهَا أَوَّلُ مَا يُقۡضَى فِيهِ بَيۡنَ النَّاسِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ
8. Bab pembalasan pertumpahan darah di akhirat dan inilah yang pertama diputuskan antara manusia pada hari kiamat


٢٨ - (١٦٧٨) - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، وَإِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، وَمُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ نُمَيۡرٍ. جَمِيعًا عَنۡ وَكِيعٍ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ. (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدَةُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ وَوَكِيعٌ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَوَّلُ مَا يُقۡضَى بَيۡنَ النَّاسِ، يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، فِي الدِّمَاءِ).

[البخاري: كتاب الرقاق، باب القصاص يوم القيامة، رقم: ٦٥٣٣].

28. (1678). ‘Utsman bin Abu Syaibah, Ishaq bin Ibrahim, dan Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami. Semuanya dari Waki’, dari Al-A’masy. (Dalam riwayat lain) Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdah bin Sulaiman dan Waki’ menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu Wa`il, dari ‘Abdullah. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Perkara pertama yang diputuskan antara manusia pada hari kiamat adalah perkara pertumpahan darah.”

حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ مُعَاذٍ: حَدَّثَنَا أَبِي. (ح) وَحَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ حَبِيبٍ: حَدَّثَنَا خَالِدٌ - يَعۡنِي ابۡنَ الۡحَارِثِ -. (ح) وَحَدَّثَنِي بِشۡرُ بۡنُ خَالِدٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ. (ح) وَحَدَّثَنَا ابۡنُ الۡمُثَنَّى وَابۡنُ بَشَّارٍ قَالَا: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عَدِيٍّ. كُلُّهُمۡ عَنۡ شُعۡبَةَ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ... بِمِثۡلِهِ.

غَيۡرَ أَنَّ بَعۡضَهُمۡ قَالَ عَنۡ شُعۡبَةَ (يُقۡضَىٰ). وَبَعۡضُهُمۡ قَالَ: (يُحۡكَمُ بَيۡنَ النَّاسِ).

‘Ubaidullah bin Mu’adz telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Yahya bin Habib telah menceritakan kepadaku: Khalid bin Al-Harits menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepadaku: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Ibnu Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Ibnu Abu ‘Adi menceritakan kepada kami. Mereka semua dari Syu’bah, dari Al-A’masy, dari Abu Wa`il, dari ‘Abdullah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—semisal hadis tersebut. Hanya saja sebagian mereka berkata dari Syu’bah dengan ungkapan “yuqḍā” dan sebagiannya mengatakan dengan ungkapan “yuḥkamu bainan nās”.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6864

٦٨٦٤ - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ مُوسَى، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَوَّلُ مَا يُقۡضَى بَيۡنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ). [طرفه في: ٦٥٣٣].

6864. ‘Ubaidullah bin Musa telah menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu Wa`il, dari ‘Abdullah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Perkara pertama yang diputuskan di antara manusia (pada hari kiamat) adalah dalam hal darah.”

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 4290

٤٢٩٠ - (صحيح) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يَحۡيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، عَنۡ حَمَّادِ بۡنِ سَلَمَةَ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ إِيَاسٍ الۡجُرَيۡرِيِّ، عَنۡ أَبِي نَضۡرَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (نَحۡنُ آخِرُ الۡأُمَمِ، وَأَوَّلُ مَنۡ يُحَاسَبُ، يُقَالُ: أَيۡنَ الۡأُمَّةُ الۡأُمِّيَّةُ وَنَبِيُّهَا؟ فَنَحۡنُ الۡآخِرُونَ الۡأَوَّلُونَ). [(الصحيحة)(٢٣٧٤)].

4290. [Sahih] Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Salamah menceritakan kepada kami dari Hammad bin Salamah, dari Sa’id bin Iyas Al-Jurairi, dari Abu Nadhrah, dari Ibnu ‘Abbas: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kita adalah umat terakhir dan yang paling awal dihisab. Nanti akan dikatakan: Di mana umat yang umi dan nabinya? Jadi, kitalah orang-orang yang akhir (di dunia) yang pertama (di hari kiamat).”

Shahih Muslim hadis nomor 856

٢٢ - (٨٥٦) - وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيۡبٍ وَوَاصِلُ بۡنُ عَبۡدِ الۡأَعۡلَىٰ. قَالَا: حَدَّثَنَا ابۡنُ فُضَيۡلٍ، عَنۡ أَبِي مَالِكٍ الۡأَشۡجَعِيِّ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ. وَعَنۡ رِبۡعِيِّ بۡنِ حِرَاشٍ، عَنۡ حُذَيۡفَةَ. قَالَا: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَضَلَّ اللهُ عَنِ الۡجُمُعَةِ مَنۡ كَانَ قَبۡلَنَا، فَكَانَ لِلۡيَهُودِ يَوۡمُ السَّبۡتِ. وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوۡمُ الۡأَحَدِ، فَجَاءَ اللهُ بِنَا، فَهَدَانَا اللهُ لِيَوۡمِ الۡجُمُعَةِ، فَجَعَلَ الۡجُمُعَةَ وَالسَّبۡتَ وَالۡأَحَدَ. وَكَذٰلِكَ هُمۡ تَبَعٌ لَنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ. نَحۡنُ الۡآخِرُونَ مِنۡ أَهۡلِ الدُّنۡيَا، وَالۡأَوَّلُونَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، الۡمَقۡضِيُّ لَهُمۡ قَبۡلَ الۡخَلَائِقِ).

وَفِي رِوَايَةِ وَاصِلٍ: (الۡمَقۡضِيُّ بَيۡنَهُمۡ).

22. (856). Abu Kuraib dan Washil bin ‘Abdul A’la telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami dari Abu Malik Al-Asyja’i, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah. Dan dari Rib’i bin Hirasy, dari Hudzaifah. Keduanya mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Allah tidak memberi petunjuk tentang keutamaan hari Jumat kepada umat sebelum kita sehingga orang-orang Yahudi memilih hari Sabtu dan orang-orang Nasrani memilih hari Ahad. Kemudian Allah mendatangkan kita. Allah memberi kita petunjuk untuk mengutamakan hari Jumat, sehingga Allah menjadikan hari raya Jumat (untuk muslimin), Sabtu (untuk Yahudi), dan Ahad (untuk Nasrani). Seperti itulah mereka nanti akan mengikuti mereka pada hari kiamat. Kita adalah orang-orang yang akhir dari penduduk dunia namun menjadi orang-orang yang pertama pada hari kiamat yang diadili sebelum makhluk lainnya.”

Di dalam riwayat Washil, “Yang diadili antara mereka.”

٢٣ - (...) - حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيۡبٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ أَبِي زَائِدَةَ، عَنۡ سَعۡدِ بۡنِ طَارِقٍ: حَدَّثَنِي رِبۡعِيُّ بۡنُ حِرَاشٍ، عَنۡ حُذَيۡفَةَ. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هُدِينَا إِلَى الۡجُمُعَةِ وَأَضَلَّ اللهُ عَنۡهَا مَنۡ كَانَ قَبۡلَنَا) فَذَكَرَ بِمَعۡنَىٰ حَدِيثِ ابۡنِ فُضَيۡلٍ.

23. Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abu Za`idah mengabarkan kepada kami dari Sa’d bin Thariq: Rib’i bin Hirasy menceritakan kepadaku dari Hudzaifah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kita diberi petunjuk untuk mengutamakan hari Jumat dan Allah tidak memberi petunjuk tentangnya kepada umat sebelum kita.”

Lalu beliau menyebutkan yang semakna dengan hadis Ibnu Fudhail.

Musnad Ahmad hadis nomor 22782

٢٢٧٨٢ (٢٢٤١٨) - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَيَّاشٍ، عَنۡ ضَمۡضَمِ بۡنِ زُرۡعَةَ؛ قَالَ شُرَيۡحُ بۡنُ عُبَيۡدٍ:

22782. (22418). Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin ‘Ayyasy menceritakan kepada kami dari Dhamdham bin Zur’ah. Syuraih bin ‘Ubaid berkata:

مَرِضَ ثَوۡبَانُ بِحِمۡصَ، وَعَلَيۡهَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ قُرۡطٍ الۡأَزۡدِيُّ، فَلَمۡ يَعُدۡهُ، فَدَخَلَ عَلَى ثَوۡبَانَ رَجُلٌ مِنَ الۡكَلَاعِيِّينَ عَائِدًا، فَقَالَ لَهُ ثَوۡبَانُ: أَتَكۡتُبُ؟ فَقَالَ: نَعَمۡ، فَقَالَ: اكۡتُبۡ، فَكَتَبَ (لِلۡأَمِيرِ) عَبۡدِ اللهِ بۡنِ قُرۡطٍ مِنۡ ثَوۡبَانَ مَوۡلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، أَمَّا بَعۡدُ، فَإِنَّهُ لَوۡ كَانَ لِمُوسَى وعِيسَى مَوۡلًى بِحَضۡرَتِكَ لَعُدۡتَهُ، ثُمَّ طَوَى الۡكِتَابَ، وَقَالَ لَهُ: أَتُبَلِّغُهُ إِيَّاهُ؟ فَقَالَ: نَعَمۡ، فَانۡطَلَقَ الرَّجُلُ بِكِتَابِهِ فَدَفَعَهُ إِلَى ابۡنِ قُرۡطٍ، فَلَمَّا قَرَأَهُ قَامَ فَزِعًا، فَقَالَ النَّاسُ: مَا شَأۡنُهُ، أَحَدَثَ أَمۡرٌ؟

Tsauban mengalami sakit di daerah Homs yang ketika itu dipimpin oleh ‘Abdullah bin Qurth Al-Azdi. ‘Abdullah bin Qurth belum menjenguk Tsauban. Ada seseorang lelaki dari kabilah Kala’i masuk menemui Tsauban untuk menjenguk. Tsauban bertanya kepadanya, “Apakah engkau bisa menulis?”

Lelaki itu menjawab, “Bisa.”

Tsauban berkata, “Tolong tuliskan!”

Lelaki itu menulis surat, “Untuk pemimpin ‘Abdullah bin Qurth dari Tsauban maula Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Amabakdu, andaikan Musa dan ‘Isa memiliki seorang maula di wilayahmu, pasti engkau akan menjenguknya.”

Kemudian beliau melipat surat itu dan berkata kepada lelaki itu, “Apakah engkau bisa menyampaikan surat ini kepada ‘Abdullah bin Qurth?”

Lelaki itu berkata, “Bisa.”

Lelaki itu pergi membawa surat itu dan menyerahkannya kepada Ibnu Qurth. Setelah membacanya, Ibnu Qurth berdiri ketakutan. Orang-orang bertanya-tanya, “Ada apa dengannya? Apa ada sesuatu yang terjadi?”

فَأَتَى ثَوۡبَانَ، حَتَّى دَخَلَ عَلَيۡهِ، فَعَادَهُ وَجَلَسَ عِنۡدَهُ سَاعَةً، ثُمَّ قَامَ، فَأَخَذَ ثَوۡبَانُ بِرِدَائِهِ وَقَالَ: اجۡلِسۡ حَتَّى أُحَدِّثَكَ حَدِيثًا سَمِعۡتُهُ (٥/٢٨١) مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، سَمِعۡتُهُ يَقُولُ: لَيَدۡخُلَنَّ الۡجَنَّةَ مِنۡ أُمَّتِي سَبۡعُونَ أَلۡفًا لَا حِسَابَ عَلَيۡهِمۡ وَلَا عَذَابَ، مَعَ كُلِّ أَلۡفٍ سَبۡعُونَ أَلۡفًا. [قال شعيب: المرفوع منه صحيح لغيره وهذا إسناد رجاله ثقات].

Ibnu Qurth mendatangi Tsauban sampai masuk menemuinya. Dia menjenguknya dan duduk di dekatnya sejenak, kemudian berdiri.

Tsauban memegang pakaiannya seraya berkata: Duduklah agar aku menceritakan kepadamu sebuah hadis yang aku dengar dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Aku mendengar beliau bersabda, “Tujuh puluh ribu orang dari umatku pasti akan masuk janah tanpa hisab dan tanpa azab. Ada tujuh puluh ribu orang lagi yang akan menyertai setiap seribunya.”