Akhlak dan adab pada diri seseorang adalah perkara yang sangat penting dan sangat diperhatikan dalam agama Islam. Kelurusan beribadah dan bermanhaj harus disertai dengan lurusnya akhlak dan adab. Baiknya akhlak dan adab seseorang merupakan cerminan dari baiknya apa yang ada di dalam kalbunya, dan jeleknya akhlak dan adab seseorang merupakan cerminan atas jeleknya apa yang ada di dalam kalbunya. Bila kita memerhatikan sosok Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kita dapati beliau adalah seorang manusia yang memiliki budi pekerti sangat luhur, memiliki akhlak dan adab yang sangat terpuji, dan telah digambarkan oleh
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bagaimana indahnya akhlak beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كَانَ خُلُقُهُ الۡقُرۡآنَ.
“Akhlak beliau adalah Al Quran.”
Maknanya; bahwa akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah aplikasi dari bimbingan Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al Quran.
Perlu diketahui bahwa akhlak dan adab yang baik pada diri seseorang ada yang sifatnya bawaan sejak lahir atau tabi’at, dan ada yang terbentuk disebabkan adanya usaha dari seorang hamba untuk memiliki akhlak dan adab yang baik tersebut. Tentu merupakan nikmat yang sangat besar bagi seseorang di antara kita yang Allah subhanahu wa ta’ala telah menanamkan akhlak dan adab yang baik sejak dia lahir. Namun bagaimanapun juga syari`at Islam adalah syari`at yang sangat luas mencakup segala perkara, tidak cukup untuk kita mengandalkan akhlak dan adab yang sifatnya bawaan saja, namun kita semua harus berusaha untuk berakhlak dan beradab sesuai dengan bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala aspek kehidupan.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membimbing umat manusia untuk berakhlak dengan akhlak yang mulia, dan memang itu adalah tugas yang beliau emban dari Allah subhanahu wa ta’ala, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثۡتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الۡأَخۡلَاقِ
“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Maknanya adalah; bahwa sebelum Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akhlak dan adab yang baik sudah ada. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk menyempurnakan perkara-perkara tersebut. Akhlak dan adab yang baik telah dibawa dan diajarkan oleh para Nabi dan para Rasul yang terdahulu, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menyempurnakan apa yang telah mereka bawa. Secara umum akhlak dan adab yang baik mencakup perkara yang batin dan perkara yang zhahir. Adapun perkara batin, kaitannya adalah dengan permasalahan ikhlas dan akhlak batin. Sedangkan perkara yang zhahir, kaitannya adalah permasalahan hubungan sesama hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala.
Akhlak dan adab yang baik adalah pondasi yang paling pokok untuk menjaga hak hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala, dan menghindari perbuatan zhalim, serta terselamatkannya sebuah masyarakat dari berbagai macam kerusakan.
Manakala baiknya akhlak dan adab seorang hamba disertai dengan akidah yang lurus, maka dia adalah orang yang lebih dekat kepada jalan para
salafush shalih. Bila kita memerhatikan perjalanan hidup para ulama bersama manusia seperti Imam
Ahmad,
Sufyan ats-Tsauri, Waki`,
Malik dan asy-Syafi`i
rahimahumullah, niscaya kita akan mendapatkan perkara yang sangat menakjubkan. Mereka adalah orang-orang pilihan. Dan bila kita membaca biografi mereka, kita akan mendapatkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus dalam ibadah dan bagus dalam ber
mu`amalah bersama manusia. Sungguh para ulama tersebut telah maksimal dalam menunaikan hak-hak yang terkait dengan Allah
subhanahu wa ta’ala dan hamba-hamba-Nya.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pembahasan dan praktik akhlak dan adab yang baik bukan permasalahan yang sepele, namun ini merupakan permasalahan yang sangat besar, dan kita harus memberikan porsi waktu dan kesempatan yang banyak untuk mendapatkan dan mengamalkan seluruh bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara tersebut.
Begitulah hakikat dan indahnya agama Islam, tidak ada satu perkarapun yang baik kecuali Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan hal tersebut. Dan tidak ada satu perkarapun yang jelek melainkan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya telah memberikan peringatan kepada manusia untuk meninggalkan dan menjauhkan diri darinya. Maka Islam adalah agama yang lurus, agama yang lengkap, agama yang penuh dengan kemudahan. Tidak ada yang luput sedikitpun.
Ketika permasalahan akhlak dan adab adalah permasalahan yang sangat penting, maka para ulama terdahulu sampai para ulama pada zaman sekarang ini banyak meluangkan waktu untuk mengarang kitab dan mengajarkan kitab yang berisikan tentang akhlak dan adab.
Di antara deretan kitab yang sangat berharga adalah kitab yang dikarang oleh Imam al-Bukhari rahimahullah dengan judul “al-Adab al-Mufrad”, yang artinya secara harfiyah adalah “Kitab Adab yang Disendirikan”.
Al-Adab al-Mufrad adalah kitab yang pertama kali disusun yang berisi hadis-hadis dan atsar dalam permasalahan akhlak dan adab. Kitab ini dikarang oleh Abu Abdillah Muhammad bin Isma`il al-Bukhari rahimahullah. Beliau lahir pada tahun 194 H, dan meninggal di tahun 256 H.
SEKILAS BIOGRAFI PENULIS
Beliau adalah Abu `Abdillah Muhammad bin Isma`il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari al-Ju`fi. Lahir di negerinya yang pertama yaitu Bukhara, pada hari Jum`at setelah salat Jum’at. Ayah beliau adalah seorang yang berilmu dan bertakwa dan memiliki keluasan dalam harta.
Karya Imam al-Bukhari yang paling besar adalah kitab “al-Jami` ash-Shahih” atau dikenal dengan Shahih al-Bukhari. Beliau memulai menulis hadis dan membuat babnya ketika beliau di Mekah, beliau memilih dari 600 ribu hadis selama 16 tahun, dan beliau berkata, “Aku tidak memasukkan satu hadispun ke dalam kitab “al-Jami` ash-Shahih” sampai aku istikharah dan salat dua raka`at, dan sampai aku yakin akan keshahihan haditsnya, dan aku jadikan hadis tersebut sebagai hujjah antara aku dengan Allah subhanahu wa ta’ala.” Umat Islam telah sepakat bahwa kitab Shahih al-Bukhari yang dikenal dengan kitab al-Jami` ash-Shahih merupakan kitab yang paling shahih setelah kitabullah Al Quran, kitab tersebut berisi tentang sunnah-sunnah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau memiliki banyak karya tulis, di antaranya: al-Jami` ash-Shahih, al-Adab al-Mufrad, Birrul Walidain, Kitab al-Hibah, al-Qira’ah Khalfa al-Imam, Raf’ul Yadain Fish Shalah, Khalqu Af`alil `Ibad, at-Tarikh al-Kabir, at-Tarikh al-Ausath, at-Tarikh ash-Shaghir, al-Jami` al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitab al-Asyribah, Kitab al-`Ilal, Asami ash-Shahabah, Kitab al-Wihdan, Kitab al-Mabsuth, Kitab al-Kuna, Kitab al-Fawa’id.
KITAB AL-ADAB AL-MUFRAD
Kitab al-Adab al-Mufrad adalah di antara sebaik-baik kitab yang membahas akhlak dan adab Islami yang tinggi. Seorang muslim wajib untuk bersifat dengannya. Imam al-Bukhari rahimahullah menyebutkan hadis-hadis shahih dan atsar dari para sahabat dan tabi’in yang terkait dengan bab tersebut. Kitab al-Adab al-Mufrad memiliki sekian banyak keistimewaan yang telah disebutkan oleh para ulama, demikian pula telah disebutkan oleh Ibnu Hajar al-`Asqalani rahimahullah bahwa kitab tersebut memiliki sekian banyak faedah.
Asal usul kitab al-Adab al-Mufrad adalah, bahwa Imam al-Bukhari rahimahullah telah menyebutkan dalam kitabnya al-Jami` ash-Shahih sebuah tema yang membahas tentang adab dan diberikan judul “Kitabul Adab”, yaitu kitab urutan ke-78. Namun karena ketatnya persyaratan dari Imam al-Bukhari rahimahullah dalam mencantumkan dan memasukkan sebuah hadis ke dalam kitab al-Jami` ash-Shahih, sehingga beliau tidak mengeluarkan banyak hadits dan atsar yang terkait dalam permasalahan adab dan akhlak. Ketika hadis-hadis yang lain begitu pula atsar-atsar yang ada dalam permasalahan adab dan akhlak sangat banyak dan sangat penting untuk diketahui oleh kaum muslimin dalam penerapan sehari-hari, maka beliau rahimahullah memandang untuk menjadikan tema tersebut menjadi sebuah kitab tersendiri. Penyebutan hadis dan atsar dijadikan secara meluas. Dan beliau tidak mempersyaratkan shahihnya sebuah hadis dalam kitab tersebut. Bahkan beliau rahimahullah mengeluarkan hadis yang shahih dan hasan dengan berbagai jenisnya, demikian pula beliau rahimahullah menyebutkan hadis yang dha`if (lemah). Sebagai pembeda dari “Kitabul Adab” dalam kitab al-Jami` ash-Shahih maka beliau rahimahullah memberikan tambahan judul untuk kitab tersebut dengan tambahan al-Mufrad (yang tersendiri atau disendirikan), yang artinya; kitab yang membahas tentang adab yang disendirikan dari kitab al-Jami` ash-Shahih.
Pembahasan kitab al-Adab al-Mufrad di antaranya adalah; pembahasan seputar kedua orang tua, pembahasan menyambung tali silaturahmi, pembahasan seputar anak, pembahasan tetangga, pembahasan anak yatim, dan masih banyak lagi yang dibahas di dalam kitab tersebut.
Nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala yang seyogyanya untuk kita syukuri, Allah subhanahu wa ta’ala telah memilih di antara deretan para ulama yang telah mensyarah kitab al-Adab al-Mufrad dan juga ada yang mentahqiq hadis-hadisnya, menjelaskan derajat hadis-hadisnya; apakah shahih, hasan, dha’if atau yang lainnya. Sehingga kita bisa dengan mudah berpegang dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang itu benar-benar sabda beliau, disertai dengan pemahaman yang benar terhadap hadis-hadis tersebut.
Di antara ulama yang men
tahqiq hadis-hadis
al-Adab al-Mufrad adalah
Imam al-Albani rahimahullah. Dengan judul
Shahih al-Adab al-Mufrad, yang berisikan kumpulan hadis-hadis shahih dari kitab
al-Adab al-Mufrad. Dan
Dha`if al-Adab al-Mufrad, yang berisikan kumpulan hadis-hadis
dha`if dari kitab
al-Adab al-Mufrad.
Karena di antara target Imam al-Albani rahimahullah adalah berupaya mendekatkan umat kepada sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudahan demi kemudahan di hadapan kita terkait dengan permasalahan media ilmu. Tentunya kita tidak berlambat-lambat untuk membaca dan mengkaji kitab-kitab para ulama tersebut, sebagai bekal ilmu yang akan memperbaiki amalan-amalan kita. Wallahu a`lam…
Sumber: Majalah Qudwah, edisi 29 volume 03 1436 H/ 2015 M, rubrik Maktabah. Pemateri: Ustadz Abu Sabiq Ali.