Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1211

١١ - بَابٌ إِذَا انۡفَلَتَتِ الدَّابَّةُ فِي الصَّلَاةِ
11. Bab apabila ada binatang tunggangan yang kabur ketika salat


وَقَالَ قَتَادَةُ: إِنۡ أُخِذَ ثَوۡبُهُ يَتۡبَعُ السَّارِقَ وَيَدَعُ الصَّلَاةَ.

Qatadah berkata, “Jika pakaiannya diambil (ketika salat), dia boleh mengejar pencurinya dan meninggalkan salat.”

١٢١١ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ حَدَّثَنَا الۡأَزۡرَقُ بۡنُ قَيۡسٍ قَالَ: كُنَّا بِالۡأَهۡوَازِ نُقَاتِلُ الۡحَرُورِيَّةَ، فَبَيۡنَا أَنَا عَلَى جُرُفِ نَهَرٍ، إِذَا رَجُلٌ يُصَلِّي، وَإِذَا لِجَامُ دَابَّتِهِ بِيَدِهِ، فَجَعَلَتِ الدَّابَّةُ تُنَازِعُهُ، وَجَعَلَ يَتۡبَعُهَا، قَالَ شُعۡبَةُ: هُوَ أَبُو بَرۡزَةَ الۡأَسۡلَمِيُّ، فَجَعَلَ رَجُلٌ مِنَ الۡخَوَارِجِ يَقُولُ: اللّٰهُمَّ افۡعَلۡ بِهٰذَا الشَّيۡخِ، فَلَمَّا انۡصَرَفَ الشَّيۡخُ قَالَ: إِنِّي سَمِعۡتُ قَوۡلَكُمۡ، وَإِنِّي غَزَوۡتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ سِتَّ غَزَوَاتٍ، أَوۡ سَبۡعَ غَزَوَاتٍ، وَثَمَانِيًا، وَشَهِدۡتُ تَيۡسِيرَهُ، وَإِنِّي أَنۡ كُنۡتُ أَنۡ أُرَاجِعَ مَعَ دَابَّتِي أَحَبُّ إِلَيَّ مِنۡ أَنۡ أَدَعَهَا تَرۡجِعُ إِلَى مَأۡلَفِهَا فَيَشُقَّ عَلَيَّ. [الحديث ١٢١١ - طرفه في: ٦١٢٧].

1211. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Al-Azraq bin Qais menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Kami pernah berada di Ahwaz untuk memerangi Haruriyyah. Ketika aku berada di bantaran sebuah sungai, ada seorang pria sedang salat sambil memegangi tali kekang hewan tunggangannya. Hewan itu mulai menarik orang itu. Orang itu pun mengikutinya.

Syu’bah berkata: Orang itu adalah Abu Barzah Al-Aslami. Lalu ada salah seorang Khawarij berkata, “Ya Allah. Lihat yang dilakukan orang tua ini!”

Ketika orang itu selesai salat, dia berkata, “Aku mendengar ucapanmu. Sesungguhnya aku ikut perang bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebanyak enam atau tujuh atau delapan peperangan, aku menyaksikan kemudahan agama yang beliau ajarkan. Sungguh, aku bisa pulang bersama hewan tungganganku lebih aku sukai daripada aku membiarkannya lepas hingga dia kembali ke habitatnya yang akibatnya akan menyusahkanku.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1207

٨ - بَابُ مَسۡحِ الۡحَصَى فِي الصَّلَاةِ
8. Bab meratakan batu-batu kecil ketika salat


١٢٠٧ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي مُعَيۡقِيبٌ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ فِي الرَّجُلِ يُسَوِّي التُّرَابَ حَيۡثُ يَسۡجُدُ، قَالَ: (إِنۡ كُنۡتَ فَاعِلًا فَوَاحِدَةً).

1207. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Syaiban menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Abu Salamah. Beliau berkata: Mu’aiqib menceritakan kepadaku: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada orang yang meratakan tanah tempat dia sujud, “Jika engkau harus melakukannya, lakukan sekali saja.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4426 dan 4427

٤٤٢٦ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: سَمِعۡتُ الزُّهۡرِيَّ، عَنِ السَّائِبِ بۡنِ يَزِيدَ يَقُولُ: أَذۡكُرُ أَنِّي خَرَجۡتُ مَعَ الۡغِلۡمَانِ إِلَى ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ، نَتَلَقَّى رَسُولَ اللهِ ﷺ. وَقَالَ سُفۡيَانُ مَرَّةً: مَعَ الصِّبۡيَانِ. [طرفه في: ٣٠٨٣].

4426. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Az-Zuhri dari As-Sa`ib bin Yazid berkata: Aku ingat, dahulu aku keluar bersama gilmān (anak-anak kecil) ke Tsaniyyah Al-Wada’ untuk menyambut Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Sufyan suatu kali berkata: bersama ṣibyān (anak-anak kecil).

٤٤٢٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنِ السَّائِبِ: أَذۡكُرُ أَنِّي خَرَجۡتُ مَعَ الصِّبۡيَانِ نَتَلَقَّى النَّبِيَّ ﷺ إِلَى ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ، مَقۡدَمَهُ مِنۡ غَزۡوَةِ تَبُوكَ. [طرفه في: ٣٠٨٣].

4427. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari As-Sa`ib: Aku ingat, dahulu aku keluar ke Tsaniyyah Al-Wada’ bersama anak-anak kecil untuk menyambut Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, setibanya beliau dari perang Tabuk.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4312

٤٣١٢ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ يَزِيدَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ حَمۡزَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي الۡأَوۡزَاعِيُّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ: زُرۡتُ عَائِشَةَ مَعَ عُبَيۡدِ بۡنِ عُمَيۡرٍ، فَسَأَلَهَا عَنِ الۡهِجۡرَةِ، فَقَالَتۡ: لَا هِجۡرَةَ الۡيَوۡمَ، كَانَ الۡمُؤۡمِنُ يَفِرُّ أَحَدُهُمۡ بِدِينِهِ إِلَى اللهِ وَإِلَى رَسُولِهِ ﷺ، مَخَافَةَ أَنۡ يُفۡتَنَ عَلَيۡهِ، فَأَمَّا الۡيَوۡمَ فَقَدۡ أَظۡهَرَ اللهُ الۡإِسۡلَامَ، فَالۡمُؤۡمِنُ يَعۡبُدُ رَبَّهُ حَيۡثُ شَاءَ، وَلَكِنۡ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ. [طرفه في: ٣٠٨٠].

4312. Ishaq bin Yazid telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Hamzah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Auza’i menceritakan kepada kami dari ‘Atha` bin Abu Rabah. Beliau berkata: Aku mengunjungi ‘Aisyah bersama ‘Ubaid bin ‘Umair. Lalu ‘Ubaid bertanya kepada ‘Aisyah tentang hijrah, lantas ‘Aisyah mengatakan, “Tidak ada lagi hijrah di hari ini. Dahulu seorang mukmin lari membawa agamanya kepada Allah dan kepada Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—karena mengkhawatirkan agamanya. Adapun hari ini, Allah telah memenangkan Islam, sehingga seorang mukmin bisa beribadah kepada Tuhannya di mana saja dia mau. Akan tetapi yang tetap ada adalah jihad dan niat.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3900

٣٩٠٠ - وَحَدَّثَنِي الۡأَوۡزَاعِيُّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ: زُرۡتُ عَائِشَةَ مَعَ عُبَيۡدِ بۡنِ عُمَيۡرٍ اللَّيۡثِيِّ، فَسَأَلۡنَاهَا عَنِ الۡهِجۡرَةِ فَقَالَتۡ: لَا هِجۡرَةَ الۡيَوۡمَ، كَانَ الۡمُؤۡمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمۡ بِدِينِهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَإِلَى رَسُولِهِ ﷺ، مَخَافَةَ أَنۡ يُفۡتَنَ عَلَيۡهِ، فَأَمَّا الۡيَوۡمَ فَقَدۡ أَظۡهَرَ اللهُ الۡإِسۡلَامَ، وَالۡيَوۡمَ يَعۡبُدُ رَبَّهُ حَيۡثُ شَاءَ، وَلَكِنۡ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ. [طرفه في: ٣٠٨٠].

3900. Al-Auza’i telah menceritakan kepadaku dari ‘Atha` bin Abu Rabah. Beliau berkata: Aku mengunjungi ‘Aisyah bersama ‘Ubaid bin ‘Umair Al-Laitsi, lalu kami bertanya kepada beliau tentang hijrah. Beliau menjawab, “Hari-hari ini sudah tidak ada hijrah. Dahulu, salah seorang dari kaum mukminin lari dengan agamanya kepada Allah taala dan kepada Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—karena mengkhawatirkan agamanya. Adapun hari-hari ini, Allah telah memenangkan Islam. Hari-hari ini, orang bisa beribadah kepada Tuhannya di mana saja dia mau. Akan tetapi, yang tetap ada adalah jihad dan niat.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1402

٣ - بَابُ إِثۡمِ مَانِعِ الزَّكَاةِ
3. Bab dosa orang yang tidak berzakat


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ يَكۡنِزُونَ الذَّهَبَ وَالۡفِضَّةَ وَلَا يُنۡفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرۡهُمۡ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ۞ يَوۡمَ يُحۡمَى عَلَيۡهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكۡوَى بِهَا جِبَاهُهُمۡ وَجُنُوبُهُمۡ وَظُهُورُهُمۡ هٰذَا مَا كَنَزۡتُمۡ لِأَنۡفُسِكُمۡ فَذُوقُوا مَا كُنۡتُمۡ تَكۡنِزُونَ﴾ [التوبة: ٣٤-٣٥].

Dan firman Allah taala, “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, namun mereka tidak menginfakkannya di jalan Allah, beritahulah kepada mereka dengan azab yang pedih. Pada hari emas dan perak itu dipanaskan di neraka Jahannam, lalu disetrikakan ke dahi, lambung, dan punggung mereka, (lalu dikatakan kepada mereka,) ‘Ini adalah harta yang dahulu kalian simpan untuk diri kalian. Rasakanlah (akibat dari) yang dahulu kalian simpan!’” (QS. At-Taubah: 34-35).

١٤٠٢ - حَدَّثَنَا الۡحَكَمُ بۡنُ نَافِعٍ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ: حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ: أَنَّ عَبۡدَ الرَّحۡمٰنِ بۡنَ هُرۡمُزَ الۡأَعۡرَجَ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَأۡتِي الۡإِبِلُ عَلَى صَاحِبِهَا عَلَى خَيۡرِ مَا كَانَتۡ، إِذَا هُوَ لَمۡ يُعۡطِ فِيهَا حَقَّهَا، تَطَؤُهُ بِأَخۡفَافِهَا، وَتَأۡتِي الۡغَنَمُ عَلَى صَاحِبِهَا عَلَى خَيۡرِ مَا كَانَتۡ، إِذَا لَمۡ يُعۡطِ فِيهَا حَقَّهَا، تَطَؤُهُ بِأَظۡلَافِهَا، وَتَنۡطَحُهُ بِقُرُونِهَا)، قَالَ: (وَمِنۡ حَقِّهَا أَنۡ تُحۡلَبَ عَلَى الۡمَاءِ). قَالَ: (وَلَا يَأۡتِي أَحَدُكُمۡ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ بِشَاةٍ يَحۡمِلُهَا عَلَى رَقَبَتِهِ لَهَا يُعَارٌ، فَيَقُولُ: يَا مُحَمَّدُ، فَأَقُولُ: لَا أَمۡلِكُ لَكَ شَيۡئًا، قَدۡ بَلَّغۡتُ، وَلَا يَأۡتِي بِبَعِيرٍ يَحۡمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ لَهُ رُغَاءٌ، فَيَقُولُ: يَا مُحَمَّدُ، فَأَقُولُ: لَا أَمۡلِكُ لَكَ شَيۡئًا، قَدۡ بَلَّغۡتُ).

[الحديث ١٤٠٢ - أطرافه في: ٢٣٧٨، ٣٠٧٣، ٦٩٨٥].

1402. Al-Hakam bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami: Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami bahwa ‘Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj menceritakan kepadanya: Beliau mendengar Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kelak (pada hari kiamat) ada unta mendatangi pemiliknya dalam keadaan yang paling baik, namun karena pemiliknya tidak memberikan hak unta itu (di dunia), unta itu akan menginjaknya. Kelak ada kambing yang mendatangi pemiliknya dalam keadaan yang paling baik, namun karena pemiliknya tidak memberikan haknya, kambing itu akan menginjaknya dan menanduknya.”

Nabi bersabda, “Di antara haknya adalah binatang itu diperah di sumber air tempat binatang itu minum.”

Nabi bersabda, “Jangan sampai salah seorang kalian pada hari kiamat datang dengan memikul kambing yang mengembik di atas lehernya, lalu dia berkata, ‘Wahai Muhammad,’ lalu aku berkata, ‘Aku tidak berkuasa sedikit pun atasmu. Aku telah menyampaikan.’ Jangan sampai pula ada yang memikul unta yang bersuara di atas lehernya, lalu dia berkata, ‘Wahai Muhammad,’ lalu aku berkata, ‘Aku tidak berkuasa sedikit pun atasmu. Aku telah menyampaikan.’”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1485

٥٨ - بَابُ أَخۡذِ صَدَقَةِ التَّمۡرِ عِنۡدَ صِرَامِ النَّخۡلِ وَهَلۡ يُتۡرَكُ الصَّبِيُّ فَيَمَسُّ تَمۡرَ الصَّدَقَةِ
58. Bab mengambil zakat kurma ketika sudah waktunya dipetik dan apakah anak kecil dibiarkan sehingga bisa memegang kurma sedekah


١٤٨٥ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ الۡحَسَنِ الۡأَسَدِيُّ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ طَهۡمَانَ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ زِيَادٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُؤۡتَى بِالتَّمۡرِ عِنۡدَ صِرَامِ النَّخۡلِ، فَيَجِيءُ هٰذَا بِتَمۡرِهِ وَهٰذَا مِنۡ تَمۡرِهِ، حَتَّى يَصِيرَ عِنۡدَهُ كَوۡمًا مِنۡ تَمۡرٍ، فَجَعَلَ الۡحَسَنُ وَالۡحُسَيۡنُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَلۡعَبَانِ بِذٰلِكَ التَّمۡرِ. فَأَخَذَ أَحَدُهُمَا تَمۡرَةً فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ، فَنَظَرَ إِلَيۡهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَأَخۡرَجَهَا مِنۡ فِيهِ، فَقَالَ: (أَمَا عَلِمۡتَ أَنَّ آلَ مُحَمَّدٍ ﷺ لَا يَأۡكُلُونَ الصَّدَقَةَ؟!)

[الحديث ١٤٨٥ - طرفاه في: ١٤٩١، ٣٠٧٢].

1485. ‘Umar bin Muhammad bin Al-Hasan Al-Asadi telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Thahman menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ziyad, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Kurma-kurma dibawa kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika sudah musim dipetik. Orang-orang membawa kurmanya miliknya sendiri-sendiri sampai terkumpul segunduk kurma. Lalu Al-Hasan dan Al-Husain—radhiyallahu ‘anhuma—bermain dengan kurma-kurma itu. Salah seorang dari keduanya mengambil sebutir kurma lalu meletakkannya di dalam mulutnya. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihat itu, lalu beliau mengeluarkan kurma dari mulutnya seraya berkata, “Apa engkau tidak tahu kalau keluarga Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak makan sedekah?!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5993

١٧ - بَابُ مَنۡ تَرَكَ صَبِيَّةَ غَيۡرِهِ حَتَّى تَلۡعَبَ بِهِ أَوۡ قَبَّلَهَا أَوۡ مَازَحَهَا
17. Bab barang siapa membiarkan anak kecil selain anaknya hingga bermain dengan anggota badannya, atau menciumnya, atau mencandainya


٥٩٩٣ - حَدَّثَنَا حِبَّانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ، عَنۡ خَالِدِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أُمِّ خَالِدٍ بِنۡتِ خَالِدِ بۡنِ سَعِيدٍ قَالَتۡ: أَتَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ مَعَ أَبِي وَعَلَيَّ قَمِيصٌ أَصۡفَرُ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (سَنَهۡ سَنَهۡ). قَالَ عَبۡدُ اللهِ: وَهِيَ بِالۡحَبَشِيَّةِ: حَسَنَةٌ، قَالَتۡ: فَذَهَبۡتُ أَلۡعَبُ بِخَاتَمِ النُّبُوَّةِ فَزَجَرَنِي أَبِي، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (دَعۡهَا). ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَبۡلِي وَأَخۡلِقِي، ثُمَّ أَبۡلِي وَأَخۡلِقِي، ثُمَّ أَبۡلِي وَأَخۡلِقِي). قَالَ عَبۡدُ اللهِ: فَبَقِيَتۡ حَتَّى ذَكَرَ، يَعۡنِي مِنۡ بَقَائِهَا. [طرفه في: ٣٠٧١].

5993. Hibban telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami dari Khalid bin Sa’id, dari ayahnya, dari Umu Khalid binti Khalid bin Sa’id.

Beliau berkata: Aku mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersama ayahku dalam keadaan aku memakai gamis kuning. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Sanah sanah.”

‘Abdullah berkata: Sanah dalam bahasa Habasyah artinya bagus.

Umu Khalid berkata: Lalu aku memainkan tanda kenabian. Ayahku menegurku, namun Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Biarkan dia!” Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Pakailah sampai lusuh! Pakailah sampai lusuh! Pakailah sampai lusuh!”

‘Abdullah berkata: Umu Khalid dan pakaian itu awet hingga perawi menyebutkan zaman yang panjang.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5845

٣٢ - بَابُ مَا يُدۡعَى لِمَنۡ لَبِسَ ثَوۡبًا جَدِيدًا
32. Bab doa bagi orang yang mengenakan pakaian baru


٥٨٤٥ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ سَعِيدِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ سَعِيدِ بۡنِ الۡعَاصِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: حَدَّثَتۡنِي أُمُّ خَالِدٍ بِنۡتُ خَالِدٍ قَالَتۡ: أُتِيَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِثِيَابٍ فِيهَا خَمِيصَةٌ سَوۡدَاءُ، قَالَ: (مَنۡ تَرَوۡنَ نَكۡسُوهَا هٰذِهِ الۡخَمِيصَةَ). فَأُسۡكِتَ الۡقَوۡمُ، قَالَ: (ائۡتُونِي بِأُمِّ خَالِدٍ). فَأُتِيَ بِي النَّبِيُّ ﷺ فَأَلۡبَسَهَا بِيَدِهِ، وَقَالَ: (أَبۡلِي وَأَخۡلِقِي). مَرَّتَيۡنِ، فَجَعَلَ يَنۡظُرُ إِلَى عَلَمِ الۡخَمِيصَةِ وَيُشِيرُ بِيَدِهِ إِلَيَّ وَيَقُولُ: (يَا أُمَّ خَالِدٍ هٰذَا سَنَا). وَالسَّنَا بِلِسَانِ الۡحَبَشِيَّةِ الۡحَسَنُ. قَالَ إِسۡحَاقُ: حَدَّثَتۡنِي امۡرَأَةٌ مِنۡ أَهۡلِي: أَنَّهَا رَأَتۡهُ عَلَى أُمِّ خَالِدٍ. [طرفه في: ٣٠٧١].

5845. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Ishaq bin Sa’id bin ‘Amr bin Sa’id bin Al-‘Ash menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Umu Khalid binti Khalid menceritakan kepadaku. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dibawakan pakaian-pakaian. Di antaranya ada selembar pakaian hitam bercorak. Beliau berkata, “Menurut kalian, kepada siapa kita berikan pakaian ini?”

Para sahabat diam. Beliau berkata, “Bawa Umu Khalid kemari!”

Aku diantar menemui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu beliau memakaikan pakaian itu dengan tangan beliau sendiri dan beliau berkata, “Ablī wa akhliqī (Semoga awet),” sebanyak dua kali.

Lalu beliau memperhatikan corak pakaian dan menunjukkannya dengan tangannya kepadaku. Beliau berkata, “Wahai Umu Khalid, ini sanā.” Sanā dalam bahasa orang Habasyah artinya bagus.

Ishaq berkata: Salah seorang istriku menceritakan kepadaku bahwa dia pernah melihat pakaian tersebut dipakai oleh Umu Khalid.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5823

٢٢ - بَابُ الۡخَمِيصَةِ السَّوۡدَاءِ
22. Bab pakaian hitam bercorak


٥٨٢٣ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ أَبِيهِ سَعِيدِ بۡنِ فُلَانٍ، هُوَ عَمۡرُو بۡنُ سَعِيدِ بۡنِ الۡعَاصِ، عَنۡ أُمِّ خَالِدٍ بِنۡتِ خَالِدٍ قَالَتۡ: أُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِثِيَابٍ فِيهَا خَمِيصَةٌ سَوۡدَاءُ صَغِيرَةٌ، فَقَالَ: (مَنۡ تَرَوۡنَ نَكۡسُو هٰذِهِ؟). فَسَكَتَ الۡقَوۡمُ، قَالَ: (ائۡتُونِي بِأُمِّ خَالِدٍ). فَأُتِيَ بِهَا تُحۡمَلُ، فَأَخَذَ الۡخَمِيصَةَ بِيَدِهِ فَأَلۡبَسَهَا، وَقَالَ: (أَبۡلِي وَأَخۡلِقِي). وَكَانَ فِيهَا عَلَمٌ أَخۡضَرُ أَوۡ أَصۡفَرُ، فَقَالَ: (يَا أُمَّ خَالِدٍ، هٰذَا سَنَاهۡ). وَسَنَاهۡ بِالۡحَبَشِيَّةِ حَسَنٌ. [طرفه في: ٣٠٧١].

5823. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Ishaq bin Sa’id menceritakan kepada kami dari ayahnya, yaitu Sa’id bin Polan—Polan ini bernama ‘Amr bin Sa’id bin Al-‘Ash—, dari Umu Khalid binti Khalid. Beliau berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dibawakan pakaian. Di antaranya ada sebuah pakaian hitam bercorak yang berukuran kecil. Nabi berkata, “Menurut kalian, kepada siapa kita berikan pakaian ini?”

Para sahabat diam. Nabi berkata, “Bawa Umu Khalid kemari!”

Umu Khalid diantar dengan digendong. Nabi mengambil pakaian tadi lalu memakaikannya dan berkata, “Semoga awet.”

Di pakaian itu ada corak hijau atau kuning, lalu beliau berkata, “Wahai Umu Khalid, ini sanah.” Sanah dalam bahasa Habasyah artinya bagus.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3874

٣٨٧٤ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ سَعِيدٍ السَّعِيدِيُّ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أُمِّ خَالِدٍ بِنۡتِ خَالِدٍ قَالَتۡ: قَدِمۡتُ مِنۡ أَرۡضِ الۡحَبَشَةِ وَأَنَا جُوَيۡرِيَةٌ، فَكَسَانِي رَسُولُ اللهِ ﷺ خَمِيصَةً لَهَا أَعۡلَامٌ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَمۡسَحُ الۡأَعۡلَامَ بِيَدِهِ وَيَقُولُ: (سَنَاهۡ سَنَاهۡ). قَالَ الۡحُمَيۡدِيُّ: يَعۡنِي حَسَنٌ حَسَنٌ. [طرفه في: ٣٠٧١].

3874. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Ishaq bin Sa’id As-Sa’idi menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Umu Khalid binti Khalid. Beliau berkata:

Aku tiba dari negeri Habasyah dalam keadaan masih muda umurnya. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memakaikan pakaian bercorak kepadaku. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengusap-usap corak itu dan berkata, “Sanah sanah.”

Al-Humaidi berkata, “Artinya: bagus bagus.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4102

٤١٠٢ - حَدَّثَنِي عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ: أَخۡبَرَنَا حَنۡظَلَةُ بۡنُ أَبِي سُفۡيَانَ: أَخۡبَرَنَا سَعِيدُ بۡنُ مِينَاءَ قَالَ: سَمِعۡتُ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: لَمَّا حُفِرَ الۡخَنۡدَقُ رَأَيۡتُ بِالنَّبِيِّ ﷺ خَمَصًا شَدِيدًا، فَانۡكَفَأۡتُ إِلَى امۡرَأَتِي، فَقُلۡتُ: هَلۡ عِنۡدَكِ شَيۡءٌ؟ فَإِنِّي رَأَيۡتُ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ خَمَصًا شَدِيدًا، فَأَخۡرَجَتۡ إِلَيَّ جِرَابًا فِيهِ صَاعٌ مِنۡ شَعِيرٍ، وَلَنَا بُهَيۡمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحۡتُهَا، وَطَحَنَتِ الشَّعِيرَ، فَفَرَغَتۡ إِلَى فَرَاغِي، وَقَطَّعۡتُهَا فِي بُرۡمَتِهَا، ثُمَّ وَلَّيۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَتۡ: لَا تَفۡضَحۡنِي بِرَسُولِ اللهِ ﷺ وَبِمَنۡ مَعَهُ، فَجِئۡتُهُ فَسَارَرۡتُهُ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ ذَبَحۡنَا بُهَيۡمَةً لَنَا وَطَحَنَّا صَاعًا مِنۡ شَعِيرٍ كَانَ عِنۡدَنَا، فَتَعَالَ أَنۡتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ، فَصَاحَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (يَا أَهۡلَ الۡخَنۡدَقِ، إِنَّ جَابِرًا قَدۡ صَنَعَ سُؤۡرًا، فَحَيَّ هَلًا بِكُمۡ). فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تُنۡزِلُنَّ بُرۡمَتَكُمۡ، وَلَا تَخۡبِزُنَّ عَجِينَكُمۡ حَتَّى أَجِيءَ). فَجِئۡتُ وَجَاءَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَقۡدُمُ النَّاسَ حَتَّى جِئۡتُ امۡرَأَتِي، فَقَالَتۡ: بِكَ وَبِكَ، فَقُلۡتُ: قَدۡ فَعَلۡتُ الَّذِي قُلۡتِ، فَأَخۡرَجَتۡ لَهُ عَجِينًا فَبَصَقَ فِيهِ وَبَارَكَ، ثُمَّ عَمَدَ إِلَى بُرۡمَتِنَا فَبَصَقَ وَبَارَكَ، ثُمَّ قَالَ: (ادۡعُ خَابِزَةً فَلۡتَخۡبِزۡ مَعِي، وَاقۡدَحِي مِنۡ بُرۡمَتِكُمۡ وَلَا تُنۡزِلُوهَا). وَهُمۡ أَلۡفٌ، فَأُقۡسِمُ بِاللهِ لَقَدۡ أَكَلُوا حَتَّى تَرَكُوهُ وَانۡحَرَفُوا، وَإِنَّ بُرۡمَتَنَا لَتَغِطُّ كَمَا هِيَ، وَإِنَّ عَجِينَنَا لَيُخۡبَزُ كَمَا هُوَ. [طرفه في: ٣٠٧٠].

4102. ‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepadaku: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami: Hanzhalah bin Abu Sufyan mengabarkan kepada kami: Sa’id bin Mina` mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan:

Ketika parit digali, aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—perutnya sangat kempis (karena lapar). Aku pulang menemui istriku. Aku bertanya, “Apakah engkau memiliki makanan? Sesungguhnya aku melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—perutnya sangat kempis.”

Istriku mengeluarkan kantong yang berisi satu sha’ barli. Kami juga memiliki seekor anak kambing kecil yang dipelihara di rumah. Aku pun menyembelihnya. Istriku menggiling barli. Istriku selesai menggiling bersamaan aku selesai menyembelih. Aku memotong-motong daging ke dalam periuknya. Kemudian aku kembali menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Istriku berpesan, “Jangan permalukan aku di hadapan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan yang bersama beliau.”

Aku mendatangi beliau lalu diam-diam aku berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah menyembelih seekor anak kambing kecil kami dan kami telah menggiling satu sha’ barli yang kami miliki. Marilah bersama beberapa orang ke rumah kami.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berteriak, “Wahai para penggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat makanan. Ayo cepat!”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berpesan kepada Jabir, “Jangan turunkan periukmu dan jangan selesaikan adonan rotimu sampai aku datang!”

Aku dan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi istriku mendahului yang lain. Istriku berkata, “Semoga Allah berbuat ini dan itu kepadamu.”

Aku berkata, “Aku sudah melakukan yang engkau katakan.”

Istriku mengeluarkan adonan kepada beliau. Lalu beliau meludahi dan mendoakan keberkahan pada adonan itu. Kemudian beliau beranjak ke periuk kami, meludahi dan mendoakan keberkahan. Kemudian beliau berkata, “Panggilah seorang wanita pembuat roti agar membuat roti bersamaku dan ciduklah dari periuk kalian namun periuk itu tidak usah diturunkan!” Mereka berjumlah seribu orang.

Aku bersumpah dengan nama Allah, mereka semua sudah makan sampai-sampai mereka meninggalkan dan menjauh dari makanan dalam keadaan periuk kami masih penuh seperti semula dan adonan kami tidak berkurang seperti semula.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1206

٧ - بَابٌ إِذَا دَعَتِ الۡأُمُّ وَلَدَهَا فِي الصَّلَاةِ
7. Bab apabila seorang ibu memanggil anaknya yang sedang salat


١٢٠٦ - وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي جَعۡفَرٌ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ هُرۡمُزَ قَالَ: قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (نَادَتِ امۡرَأَةٌ ابۡنَهَا وَهُوَ فِي صَوۡمَعَةٍ، قَالَتۡ: يَا جُرَيۡجُ، قَالَ: اللّٰهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي، قَالَتۡ: يَا جُرَيۡجُ، قَالَ: اللّٰهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي، قَالَتۡ: يَا جُرَيۡجُ، قَالَ: اللّٰهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي، قَالَتۡ: اللّٰهُمَّ لَا يَمُوتُ جُرَيۡجٌ حَتَّى يَنۡظُرَ فِي وَجۡهِ الۡمَيَامِيسِ. وَكَانَتۡ تَأۡوِي إِلَى صَوۡمَعَتِهِ رَاعِيَةٌ تَرۡعَى الۡغَنَمَ، فَوَلَدَتۡ، فَقِيلَ لَهَا: مِمَّنۡ هٰذَا الۡوَلَدُ؟ قَالَتۡ: مِنۡ جُرَيۡجٍ، نَزَلَ مِنۡ صَوۡمَعَتِهِ، قَالَ جُرَيۡجٌ: أَيۡنَ هٰذِهِ الَّتِي تَزۡعُمُ أَنَّ وَلَدَهَا لِي؟ قَالَ: يَا بَابُوسُ، مَنۡ أَبُوكَ؟ قَالَ: رَاعِي الۡغَنَمِ.

[الحديث ١٢٠٦ - أطرافه في: ٢٤٨٢، ٣٤٢٦، ٣٤٦٦].

1206. Al-Laits berkata: Ja’far menceritakan kepadaku dari ‘Abdurrahman bin Hurmuz. Beliau berkata: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata:

Seorang wanita memanggil putranya yang sedang berada di bilik ibadahnya. Wanita itu berkata, “Wahai Juraij.”

Si anak berkata, “Ya Allah, ibuku (memanggilku) sedangkan aku sedang salat. (Bagaimana ini?)”

Wanita itu berkata lagi, “Wahai Juraij.”

Si anak berkata, “Ya Allah, ibuku (memanggilku) sedangkan aku sedang salat. (Bagaimana ini?)”

Wanita itu berkata lagi, “Wahai Juraij.”

Si anak berkata, “Ya Allah, ibuku (memanggilku) sedangkan aku sedang salat. (Bagaimana ini?)”

Wanita itu berkata, “Ya Allah, semoga Juraij tidak mati sampai dia melihat wajah pezina.”

Ada seorang wanita penggembala yang biasa datang ke tempat ibadah Juraij untuk menggembala kambing. Wanita tersebut melahirkan. Lalu ada yang bertanya kepadanya, “Anak ini hasil hubungan dengan siapa?”

Wanita itu menjawab, “Dari Juraij yang turun dari bilik ibadahnya.”

(Mendengar kabar ini) Juraij bertanya, “Di mana wanita yang menyatakan bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganku?”

(Setelah bertemu dengan wanita dan anaknya itu) Juraij bertanya, “Wahai Babus, siapa ayahmu?”

Si anak menjawab, “Seorang penggembala kambing.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1203

٥ - بَابُ التَّصۡفِيقُ لِلنِّسَاءِ
5. Bab bertepuk tangan (ketika salat) bagi wanita


١٢٠٣ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا الزُّهۡرِيُّ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (التَّسۡبِيحُ لِلرِّجَالِ، وَالتَّصۡفِيقُ لِلنِّسَاءِ).

1203. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepada kami dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Bertasbih untuk pria dan bertepuk tangan untuk wanita.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1199 dan 1200

٢ - بَابُ مَا يُنۡهَى عَنۡهُ مِنَ الۡكَلَامِ فِي الصَّلَاةِ
2. Bab bicara yang dilarang ketika salat


١١٩٩ - حَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ فُضَيۡلٍ: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنَّا نُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ، فَيَرُدُّ عَلَيۡنَا، فَلَمَّا رَجَعۡنَا مِنۡ عِنۡدِ النَّجَاشِيِّ، سَلَّمۡنَا عَلَيۡهِ فَلَمۡ يَرُدَّ عَلَيۡنَا، وَقَالَ: (إِنَّ فِي الصَّلَاةِ شُغۡلًا). [الحديث ١١٩٩ - طرفاه في: ١٢١٦، ٢٨٧٥].

1199. Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata:

Dahulu kami mengucapkan salam kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika beliau sedang salat. Lalu beliau membalas salam kami. Ketika kami pulang dari tempat An-Najasyi, kami mengucapkan salam kepada beliau, namun beliau tidak membalas salam kami dan beliau bersabda, “Sesungguhnya ada kesibukan ketika salat.”

حَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ: حَدَّثَنَا هُرَيۡمُ بۡنُ سُفۡيَانَ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: نَحۡوَهُ.

Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Ishaq bin Manshur menceritakan kepada kami: Huraim bin Sufyan menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—semisal hadis tersebut.

١٢٠٠ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا عِيسَى، عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ، عَنِ الۡحَارِثِ بۡنِ شُبَيۡلٍ، عَنۡ أَبِي عَمۡرٍو الشَّيۡبَانِيِّ قَالَ: قَالَ لِي زَيۡدُ بۡنُ أَرۡقَمَ: إِنۡ كُنَّا لَنَتَكَلَّمُ فِي الصَّلَاةِ عَلَى عَهۡدِ النَّبِيِّ ﷺ، يُكَلِّمُ أَحَدُنَا صَاحِبَهُ بِحَاجَتِهِ، حَتَّى نَزَلَتۡ: ﴿حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ﴾ الۡآيَةَ [البقرة: ٢٣٨]، فَأُمِرۡنَا بِالسُّكُوتِ. [الحديث ١٢٠٠ - طرفه في: ٤٥٢٤].

1200. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami: ‘Isa mengabarkan kepada kami dari Isma’il, dari Al-Harits bin Subail, dari Abu ‘Amr Asy-Syaibani. Beliau berkata: Zaid bin Arqam berkata kepadaku:

Dahulu kami berbicara ketika salat di masa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Salah seorang kami membicarakan keperluannya kepada temannya hingga turunlah ayat “Peliharalah semua salat!” Sampai akhir ayat (QS. Al-Baqarah: 238). Lalu kami diperintahkan untuk diam.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4101

٤١٠١ - حَدَّثَنَا خَلَّادُ بۡنُ يَحۡيَى: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ بۡنُ أَيۡمَنَ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: أَتَيۡتُ جَابِرًا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ فَقَالَ: إِنَّا يَوۡمَ الۡخَنۡدَقِ نَحۡفِرُ، فَعَرَضَتۡ كُدۡيَةٌ شَدِيدَةٌ، فَجَاءُوا النَّبِيَّ ﷺ فَقَالُوا: هٰذِهِ كُدۡيَةٌ عَرَضَتۡ فِي الۡخَنۡدَقِ، فَقَالَ: (أَنَا نَازِلٌ). ثُمَّ قَامَ وَبَطۡنُهُ مَعۡصُوبٌ بِحَجَرٍ، وَلَبِثۡنَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ لَا نَذُوقُ ذَوَاقًا، فَأَخَذَ النَّبِيُّ ﷺ الۡمِعۡوَلَ فَضَرَبَ، فَعَادَ كَثِيبًا أَهۡيَلَ، أَوۡ أَهۡيَمَ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، ائۡذَنۡ لِي إِلَى الۡبَيۡتِ، فَقُلۡتُ لِامۡرَأَتِي: رَأَيۡتُ بِالنَّبِيِّ ﷺ شَيۡئًا مَا كَانَ فِي ذٰلِكَ صَبۡرٌ، فَعِنۡدَكِ شَيۡءٌ؟ قَالَتۡ: عِنۡدِي شَعِيرٌ وَعَنَاقٌ، فَذَبَحۡتُ الۡعَنَاقَ، وَطَحَنَتِ الشَّعِيرَ حَتَّى جَعَلۡنَا اللَّحۡمَ فِي الۡبُرۡمَةِ، ثُمَّ جِئۡتُ النَّبِيَّ ﷺ وَالۡعَجِينُ قَدِ انۡكَسَرَ، وَالۡبُرۡمَةُ بَيۡنَ الۡأَثَافِيِّ قَدۡ كَادَتۡ أَنۡ تَنۡضَجَ،

4101. Khallad bin Yahya telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid bin Aiman menceritakan kepada kami dari ayahnya. Beliau berkata: Aku mendatangi Jabir—radhiyallahu ‘anhu—, lalu beliau berkata:

Sesungguhnya pada hari Khandaq, kami sedang menggali parit. Lalu ada bongkahan tanah yang sangat keras menghalangi penggalian parit. Para sahabat datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya berkata, “Ini ada bongkahan tanah yang menghalangi penggalian parit.”

Nabi bersabda, “Aku akan turun.”

Beliau berdiri dalam keadaan perutnya dibalut dengan batu. Sudah tiga hari kami tidak merasakan makanan. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengambil gancu dan memukul bongkahan tadi sehingga hancur menjadi pasir yang beterbangan atau berhamburan.

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan saya pulang ke rumah.”

(Sampai di rumah) aku berkata kepada istriku, “Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kelaparan. Aku tidak sampai hati melihat beliau seperti itu. Apakah engkau memiliki makanan?”

Istriku menjawab, “Aku masih memiliki barli dan seekor anak kambing betina.”

Aku menyembelih anak kambing itu, sedangkan istriku menggiling barli hingga kami masukkan daging kambing ke dalam periuk. Kemudian aku datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam keadaan adonan masakan telah lunak dan mengembang, periuk masih di atas tungku, dan masakan hampir matang.

فَقُلۡتُ: طُعَيِّمٌ لِي، فَقُمۡ أَنۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ وَرَجُلٌ أَوۡ رَجُلَانِ، قَالَ: (كَمۡ هُوَ؟) فَذَكَرۡتُ لَهُ، قَالَ: (كَثِيرٌ طَيِّبٌ) قَالَ: (قُلۡ لَهَا: لَا تَنۡزِعُ الۡبُرۡمَةَ، وَلَا الۡخُبۡزَ مِنَ التَّنُّورِ حَتَّى آتِيَ) فَقَالَ: (قُومُوا). فَقَامَ الۡمُهَاجِرُونَ وَالۡأَنۡصَارُ، فَلَمَّا دَخَلَ عَلَى امۡرَأَتِهِ قَالَ: وَيۡحَكِ جَاءَ النَّبِيُّ ﷺ بِالۡمُهَاجِرِينَ وَالۡأَنۡصَارِ وَمَنۡ مَعَهُمۡ، قَالَتۡ: هَلۡ سَأَلَكَ؟ قُلۡتُ: نَعَمۡ، فَقَالَ: (ادۡخُلُوا وَلَا تَضَاغَطُوا). فَجَعَلَ يَكۡسِرُ الۡخُبۡزَ، وَيَجۡعَلُ عَلَيۡهِ اللَّحۡمَ، وَيُخَمِّرُ الۡبُرۡمَةَ وَالتَّنُّورَ إِذَا أَخَذَ مِنۡهُ، وَيُقَرِّبُ إِلَى أَصۡحَابِهِ، ثُمَّ يَنۡزِعُ، فَلَمۡ يَزَلۡ يَكۡسِرُ الۡخُبۡزَ، وَيَغۡرِفُ حَتَّى شَبِعُوا، وَبَقِيَ بَقِيَّةٌ، قَالَ: (كُلِي هٰذَا وَأَهۡدِي، فَإِنَّ النَّاسَ أَصَابَتۡهُمۡ مَجَاعَةٌ). [طرفه في: ٣٠٧٠].

Aku berkata, “Aku punya sedikit makanan. Berdirilah Anda, wahai Rasulullah, bersama satu atau dua orang.”

Nabi bertanya, “Seberapa makanan itu?”

Aku pun menceritakan kepada beliau. Nabi berkata, “Makanan itu banyak lagi baik.” Nabi berpesan, “Katakan kepada istrimu: Jangan angkat periuk itu! Jangan pula angkat roti itu dari tanur sampai aku datang!”

Nabi berkata, “Bangkitlah kalian!” Orang-orang muhajirin dan ansar pun berdiri.

Ketika Jabir masuk menemui istrinya, dia berkata, “Celaka! Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang bersama orang-orang muhajirin, ansar, dan yang bersama mereka.”

Istrinya bertanya, “Apakah beliau sudah bertanya kepadamu?”

Aku menjawab, “Iya.”

Nabi berkata (kepada para sahabat), “Masuklah dan jangan berdesakan!”

Nabi memotong-motong roti itu dan meletakkan daging ke atasnya. Beliau menutupi periuk dan tanur apabila telah mengambil darinya. Beliau mendekatkan periuk ke para sahabatnya kemudian beliau ciduk. Beliau terus memotong-motong roti dan menciduk sampai mereka kenyang dan masih ada makanan yang tersisa.

Beliau berkata (kepada istri Jabir), “Makanlah ini dan hadiahkanlah! Karena orang-orang menderita kelaparan.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7407

١٧ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلِتُصۡنَعَ عَلَى عَيۡنِي﴾ [طه: ٣٩]
17. Bab firman Allah taala, “supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku” (QS. Thaha: 39)


تُغَذَّى. وَقَوۡلِهِ جَلَّ ذِكۡرُهُ: ﴿تَجۡرِي بِأَعۡيُنِنَا﴾ [القمر: ١٤].

(Artinya) diberi makanan. Dan firman Allah—jalla dzikruhu—, “yang berlayar dengan pemeliharaan Kami.” (QS. Al-Qamar: 14).

٧٤٠٧ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا جُوَيۡرِيَةُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ: (إِنَّ اللهَ لَا يَخۡفَى عَلَيۡكُمۡ، إِنَّ اللهَ لَيۡسَ بِأَعۡوَرَ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى عَيۡنِهِ - وَإِنَّ الۡمَسِيحَ الدَّجَّالَ أَعۡوَرُ الۡعَيۡنِ الۡيُمۡنَى، كَأَنَّ عَيۡنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

7407. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Juwairiyah menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari ‘Abdullah. Beliau berkata: Ada yang menyebutkan Dajjal di dekat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak tersamarkan oleh kalian. Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah—beliau menunjuk ke matanya—dan sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal itu buta mata kanannya. Matanya yang buta itu bagaikan buah anggur yang menonjol.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3976

٣٩٧٦ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: سَمِعَ رَوۡحَ بۡنَ عُبَادَةَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي عَرُوبَةَ، عَنۡ قَتَادَةَ قَالَ: ذَكَرَ لَنَا أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ، عَنۡ أَبِي طَلۡحَةَ: أَنَّ نَبِيَّ اللهِ ﷺ أَمَرَ يَوۡمَ بَدۡرٍ بِأَرۡبَعَةٍ وَعِشۡرِينَ رَجُلًا مِنۡ صَنَادِيدِ قُرَيۡشٍ، فَقُذِفُوا فِي طَوِيٍّ مِنۡ أَطۡوَاءِ بَدۡرٍ خَبِيثٍ مُخۡبِثٍ، وَكَانَ إِذَا ظَهَرَ عَلَى قَوۡمٍ أَقَامَ بِالۡعَرۡصَةِ ثَلَاثَ لَيَالٍ، فَلَمَّا كَانَ بِبَدۡرٍ الۡيَوۡمَ الثَّالِثَ أَمَرَ بِرَاحِلَتِهِ فَشُدَّ عَلَيۡهَا رَحۡلُهَا، ثُمَّ مَشَى وَاتَّبَعَهُ أَصۡحَابُهُ، وَقَالُوا: مَا نُرَى يَنۡطَلِقُ إِلَّا لِبَعۡضِ حَاجَتِهِ، حَتَّى قَامَ عَلَى شَفَةِ الرَّكِيِّ، فَجَعَلَ يُنَادِيهِمۡ بِأَسۡمَائِهِمۡ، وَأَسۡمَاءِ آبَائِهِمۡ: (يَا فُلَانُ ابۡنَ فُلَانٍ، وَيَا فُلَانُ ابۡنَ فُلَانٍ، أَيَسُرُّكُمۡ أَنَّكُمۡ أَطَعۡتُمُ اللهَ وَرَسُولَهُ، فَإِنَّا قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا، فَهَلۡ وَجَدۡتُمۡ مَا وَعَدَ رَبُّكُمۡ حَقًّا؟). قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا تُكَلِّمُ مِنۡ أَجۡسَادٍ لَا أَرۡوَاحَ لَهَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَالَّذِي نَفۡسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، مَا أَنۡتُمۡ بِأَسۡمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنۡهُمۡ).

قَالَ قَتَادَةُ: أَحۡيَاهُمُ اللهُ، حَتَّى أَسۡمَعَهُمۡ قَوۡلَهُ، تَوۡبِيخًا وَتَصۡغِيرًا وَنَقِيمَةً وَحَسۡرَةً وَنَدَمًا. [طرفه في: ٣٠٦٥].

3976. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: Beliau mendengar Rauh bin ‘Ubadah: Sa’id bin Abu ‘Arubah menceritakan kepada kami dari Qatadah. Beliau berkata: Anas bin Malik menyebutkan kepada kami dari Abu Thalhah:

Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada hari perang Badr memerintahkan agar dua puluh empat mayat pria dari tokoh Quraisy dilemparkan ke dalam salah satu sumur Badr yang jelek lagi kotor. Apabila Nabi mengalahkan suatu kaum, biasanya beliau tinggal di pekarangan mereka selama tiga malam. Ketika hari ketiga di Badr, beliau memerintahkan agar tunggangan beliau dipersiapkan. Kemudian beliau berjalan kaki dan diikuti oleh para sahabatnya. Mereka berkata: Tidaklah kami mengira beliau pergi kecuali untuk menunaikan sebagian keperluannya.

Hingga ketika beliau berdiri di bibir sumur, beliau mulai memanggil nama-nama mereka dan nama ayah mereka, “Wahai Polan bin Polan, wahai Polan bin Polan, apakah sekarang kalian senang apabila kalian tadinya menaati Allah dan Rasul-Nya? Sesungguhnya kami telah mendapati bahwa apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami adalah benar. Lalu apakah kalian telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian benar adanya?”

Abu Thalhah berkata: ‘Umar bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau berbicara kepada jasad-jasad yang sudah tidak ada ruhnya?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjawab, “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah kalian lebih mendengar ucapanku daripada mereka.”

Qatadah berkata, “Allah menghidupkan mereka sehingga Dia memperdengarkan ucapan Nabi dalam rangka mencela, menghinakan, membalas, dan agar mereka menyesal.”

Shahih Al-Bukhari - 17. Kitab Sujud Tilawah

Kitab Sujud Tilawah

  1. Bab riwayat tentang sujud tilawah dan kesunahannya
    1. Hadis nomor 1067
  2. Bab sujud ketika membaca ayat dalam surah As-Sajdah
    1. Hadis nomor 1068
  3. Bab sujud tilawah surah Shad
    1. Hadis nomor 1069
  4. Bab sujud tilawah surah An-Najm
    1. Hadis nomor 1070
  5. Bab sujudnya kaum muslimin bersama kaum musyrikin dan orang musyrik itu najis tidak memiliki wudu
    1. Hadis nomor 1071
  6. Bab barang siapa yang membaca ayat sujud namun tidak bersujud
    1. Hadis nomor 1072 dan 1073
  7. Bab sujud tilawah dalam surah Al-Insyiqaq
    1. Hadis nomor 1074
  8. Bab barang siapa bersujud karena sujudnya qari
    1. Hadis nomor 1075
  9. Bab orang-orang (sujud) berdesakan ketika imam membaca ayat sujud
    1. Hadis nomor 1076
  10. Bab barang siapa berpandangan bahwa Allah—‘azza wa jalla—tidak mewajibkan sujud tilawah
    1. Hadis nomor 1077
  11. Bab barang siapa membaca ayat sujud tilawah dalam salat, lalu dia sujud karenanya
    1. Hadis nomor 1078
  12. Bab barang siapa tidak mendapatkan tempat untuk sujud saking sesaknya
    1. Hadis nomor 1079

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1079

    ١٢ - بَابُ مَنۡ لَمۡ يَجِدۡ مَوۡضِعًا لِلسُّجُودِ مِنَ الزِّحَامِ
    12. Bab barang siapa tidak mendapatkan tempat untuk sujud saking sesaknya


    ١٠٧٩ - حَدَّثَنَا صَدَقَةُ قَالَ: أَخۡبَرَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَقۡرَأُ السُّورَةَ الَّتِي فِيهَا السَّجۡدَةُ، فَيَسۡجُدُ وَنَسۡجُدُ، حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُنَا مَكَانًا لِمَوۡضِعِ جَبۡهَتِهِ. [طرفه في: ١٠٧٥].

    1079. Shadaqah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya mengabarkan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah membaca surah yang ada ayat sujudnya. Lalu beliau bersujud dan kami ikut bersujud sampai-sampai salah seorang kami tidak mendapatkan tempat untuk meletakkan dahinya.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7127

    ٧١٢٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّاسِ، فَأَثۡنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهۡلُهُ، ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: (إِنِّي لَأُنۡذِرُكُمُوهُ، وَمَا مِنۡ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدۡ أَنۡذَرَهُ قَوۡمَهُ، وَلَكِنِّي سَأَقُولُ لَكُمۡ فِيهِ قَوۡلًا لَمۡ يَقُلۡهُ نَبِيٌّ لِقَوۡمِهِ: إِنَّهُ أَعۡوَرُ وَإِنَّ اللهَ لَيۡسَ بِأَعۡوَرَ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

    7127. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ibrahim menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin ‘Abdullah: ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan:

    Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di hadapan manusia. Beliau menyanjung Allah dengan sanjungan yang pantas bagi-Nya kemudian beliau menyebutkan Dajjal. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian darinya. Tidaklah ada seorang nabi pun kecuali dia telah memperingatkan kaumnya dari Dajjal. Akan tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan tentang Dajjal yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya: Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah dan Allah tidak buta sebelah.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1077

    ١٠ - بَابُ مَنۡ رَأَى أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمۡ يُوجِبِ السُّجُودَ
    10. Bab barang siapa berpandangan bahwa Allah—‘azza wa jalla—tidak mewajibkan sujud tilawah


    وَقِيلَ لِعِمۡرَانَ بۡنِ حُصَيۡنٍ: الرَّجُلُ يَسۡمَعُ السَّجۡدَةَ وَلَمۡ يَجۡلِسۡ لَهَا؟ قَالَ: أَرَأَيۡتَ لَوۡ قَعَدَ لَهَا؟ كَأَنَّهُ لَا يُوجِبُهُ عَلَيۡهِ.

    Ada yang bertanya kepada ‘Imran bin Hushain, “Seseorang mendengar ayat sujud dalam keadaan tidak sedang duduk untuk mendengarkannya. (Apakah dia bersujud?)”

    ‘Imran berkata, “Bagaimana menurutmu kalau dia duduk mendengarkannya?” Seakan-akan beliau tidak mewajibkan orang bersujud tilawah kalau duduk menyimaknya.

    وَقَالَ سَلۡمَانُ: مَا لِهٰذَا غَدَوۡنَا.

    Salman berkata, “Kami berangkat bukan untuk tujuan ini.”

    وَقَالَ عُثۡمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: إِنَّمَا السَّجۡدَةُ عَلَى مَنِ اسۡتَمَعَهَا.

    ‘Utsman—radhiyallahu ‘anhu—berkata, “Sujud tilawah hanya disyariatkan untuk yang menyimaknya.”

    وَقَالَ الزُّهۡرِيُّ: لَا يَسۡجُدُ إِلَّا أَنۡ يَكُونَ طَاهِرًا، فَإِذَا سَجَدۡتَ وَأَنۡتَ فِي حَضَرٍ فَاسۡتَقۡبِلِ الۡقِبۡلَةَ، فَإِنۡ كُنۡتَ رَاكِبًا فَلَا عَلَيۡكَ حَيۡثُ كَانَ وَجۡهُكَ.

    Az-Zuhri berkata, “Tidaklah seorang bersujud kecuali dalam keadaan suci. Jika engkau tidak sedang bepergian, sujudlah dengan menghadap kiblat. Jika engkau sedang berkendara, tidak masalah engkau bersujud ke arah manapun wajahmu menghadap.”

    وَكَانَ السَّائِبُ بۡنُ يَزِيدَ لَا يَسۡجُدُ لِسُجُودِ الۡقَاصِّ.

    As-Sa`ib bin Yazid tidak bersujud karena sujud tilawahnya tukang cerita.

    ١٠٧٧ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى قَالَ: أَخۡبَرَنَا هِشَامُ بۡنُ يُوسُفَ: أَنَّ ابۡنَ جُرَيۡجٍ أَخۡبَرَهُمۡ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ التَّيۡمِيِّ، عَنۡ رَبِيعَةَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الۡهُدَيۡرِ التَّيۡمِيِّ - قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: وَكَانَ رَبِيعَةُ مِنۡ خِيَارِ النَّاسِ - عَمَّا حَضَرَ رَبِيعَةُ مِنۡ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَرَأَ يَوۡمَ الۡجُمُعَةِ عَلَى الۡمِنۡبَرِ بِسُورَةِ النَّحۡلِ، حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجۡدَةَ نَزَلَ فَسَجَدَ، وَسَجَدَ النَّاسُ، حَتَّى إِذَا كَانَتِ الۡجُمُعَةُ الۡقَابِلَةُ، قَرَأَ بِهَا، حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجۡدَةَ، قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ، فَمَنۡ سَجَدَ فَقَدۡ أَصَابَ، وَمَنۡ لَمۡ يَسۡجُدۡ فَلَا إِثۡمَ عَلَيۡهِ. وَلَمۡ يَسۡجُدۡ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ. وَزَادَ نَافِعٌ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: إِنَّ اللهَ لَمۡ يَفۡرِضِ السُّجُودَ إِلَّا أَنۡ نَشَاءَ.

    1077. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hisyam bin Yusuf mengabarkan kepada kami bahwa Ibnu Juraij mengabarkan kepada mereka. Beliau berkata: Abu Bakr bin Abu Mulaikah mengabarkan kepadaku dari ‘Utsman bin ‘Abdurrahman At-Taimi, dari Rabi’ah bin ‘Abdullah bin Al-Hudair At-Taimi—Abu Bakr berkata: Rabi’ah adalah orang pilihan—tentang kehadiran Rabi’ah di majelis ‘Umar bin Al-Khaththab—radhiyallahu ‘anhu—:

    Pada hari Jumat, ‘Umar membaca surah An-Nahl di atas mimbar. Hingga ketika sampai di ayat sujud, beliau turun lalu sujud tilawah dan orang-orang ikut bersujud.

    Ketika Jumat berikutnya, beliau membacanya lagi. Ketika sampai ayat sujud, beliau berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kita akan melewati ayat sujud, barang siapa bersujud, dia sudah benar. Barang siapa tidak bersujud, tidak ada dosa baginya.”

    Adapun ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—, saat itu beliau tidak bersujud.

    Nafi’ menambahkan dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—, “Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sujud tilawah. Sujud tilawah dilakukan apabila kita menghendakinya.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7125

    ٧١٢٥ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ - أُرَاهُ - عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (أَعۡوَرُ عَيۡنِ الۡيُمۡنَى، كَأَنَّهَا عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

    7125. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami: Ayyub menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar. Aku mengiranya dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Dajjal itu buta mata kanannya. Matanya yang buta itu bagaikan anggur yang menonjol.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6175

    ٦١٧٥ - قَالَ سَالِمٌ: قَالَ عَبۡدُ اللهِ: قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّاسِ، فَأَثۡنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهۡلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: (إِنِّي أُنۡذِرُكُمُوهُ، وَمَا مِنۡ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدۡ أَنۡذَرَ قَوۡمَهُ، لَقَدۡ أَنۡذَرَهُ نُوحٌ قَوۡمَهُ، وَلَكِنِّي سَأَقُولُ لَكُمۡ فِيهِ قَوۡلًا لَمۡ يَقُلۡهُ نَبِيٌّ لِقَوۡمِهِ، تَعۡلَمُونَ أَنَّهُ أَعۡوَرُ، وَأَنَّ اللهَ لَيۡسَ بِأَعۡوَرَ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

    قَالَ أَبُو عَبۡد اللهِ: خَسَأۡتُ الۡكَلۡبَ بَعَّدۡتُهُ، خَاسِئِينَ مُبۡعَدِينَ.

    6175. Salim berkata: ‘Abdullah berkata:

    Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di hadapan manusia. Beliau menyanjung Allah dengan sanjungan yang pantas bagi-Nya, kemudian beliau menyebut Dajjal. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian darinya. Tidaklah ada seorang nabi pun kecuali dia telah memperingatkan kaumnya. Nuh telah memperingatkan kaumnya dari Dajjal. Tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan tentang Dajjal yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya. Ketahuilah bahwa Dajjal itu buta sebelah dan bahwa Allah tidak buta sebelah.”

    Abu ‘Abdullah berkata: “Khasa`tu al-kalb” artinya aku menghalaunya. Khāsi`īna artinya orang-orang yang dijauhkan.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1075

    ٨ - بَابُ مَنۡ سَجَدَ لِسُجُودِ الۡقَارِىءِ
    8. Bab barang siapa bersujud karena sujudnya qari


    وَقَالَ ابۡنُ مَسۡعُودٍ لِتَمِيمِ بۡنِ حَذۡلَمٍ، وَهُوَ غُلَامٌ، فَقَرَأَ عَلَيۡهِ سَجۡدَةً، فَقَالَ: اسۡجُدۡ، فَإِنَّكَ إِمَامُنَا فِيهَا.

    Ibnu Mas’ud berkata kepada Tamim bin Hadzlam yang masih muda, lalu dia membacakan ayat sujud kepada Ibnu Mas’ud. Lalu Ibnu Mas’ud berkata, “Sujudlah karena engkau imam kami dalam sujud ini!”

    ١٠٧٥ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَقۡرَأُ عَلَيۡنَا السُّورَةَ فِيهَا السَّجۡدَةُ، فَيَسۡجُدُ وَنَسۡجُدُ، حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُنَا مَوۡضِعَ جَبۡهَتِهِ. [الحديث ١٠٧٥ - طرفاه في: ١٠٧٦، ١٠٧٩].

    1075. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah. Beliau berkata: Nafi’ menceritakan kepadaku dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah membacakan surah yang ada ayat sujud kepada kami. Beliau bersujud dan kami ikut bersujud sampai-sampai salah seorang kami ada yang tidak mendapatkan tempat untuk meletakkan dahinya.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4402

    ٤٤٠٢ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمَانَ قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ قَالَ: حَدَّثَنِي عُمَرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ: أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: كُنَّا نَتَحَدَّثُ بِحَجَّةِ الۡوَدَاعِ، وَالنَّبِيُّ ﷺ بَيۡنَ أَظۡهُرِنَا، وَلَا نَدۡرِي مَا حَجَّةُ الۡوَدَاعِ، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثۡنَى عَلَيۡهِ، ثُمَّ ذَكَرَ الۡمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَأَطۡنَبَ فِي ذِكۡرِهِ، وَقَالَ: (مَا بَعَثَ اللهُ مِنۡ نَبِيٍّ إِلَّا أَنۡذَرَ أُمَّتَهُ، أَنۡذَرَهُ نُوحٌ وَالنَّبِيُّونَ مِنۡ بَعۡدِهِ، وَإِنَّهُ يَخۡرُجُ فِيكُمۡ، فَمَا خَفِيَ عَلَيۡكُمۡ مِنۡ شَأۡنِهِ فَلَيۡسَ يَخۡفَى عَلَيۡكُمۡ أَنَّ رَبَّكُمۡ لَيۡسَ عَلَى مَا يَخۡفَى عَلَيۡكُمۡ – ثَلَاثًا - إِنَّ رَبَّكُمۡ لَيۡسَ بِأَعۡوَرَ، وَإِنَّهُ أَعۡوَرُ عَيۡنِ الۡيُمۡنَى، كَأَنَّ عَيۡنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

    4402. Yahya bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: ‘Umar bin Muhammad menceritakan kepadaku: Ayahnya menceritakan kepadanya dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

    Kami pernah bercerita tentang haji wadak dalam keadaan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masih ada di tengah-tengah kami. Waktu itu kami tidak mengetahui maksud dari istilah haji wadak. Nabi memuji dan menyanjung Allah kemudian menyebutkan Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau menyebutkannya secara panjang lebar. Beliau bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi pun kecuali nabi tersebut telah memperingatkan kaumnya. Nabi Nuh dan para nabi setelahnya telah memperingatkan dari Ad-Dajjal. Sesungguhnya Ad-Dajjal akan keluar di masa kalian. Jika ada sebagian perkaranya yang tersamarkan oleh kalian, janganlah tersamarkan oleh kalian bahwa perkara Tuhan kalian tidak tersamarkan oleh kalian—sebanyak tiga kali—. Sesungguhnya Tuhan kalian tidak buta sebelah matanya, sementara Ad-Dajjal buta mata kanannya. Matanya bagaikan buah anggur yang menonjol.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1072 dan 1073

    ٦ - بَابُ مَنۡ قَرَأَ السَّجۡدَةَ وَلَمۡ يَسۡجُدۡ
    6. Bab barang siapa yang membaca ayat sujud namun tidak bersujud


    ١٠٧٢ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ دَاوُدَ أَبُو الرَّبِيعِ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ جَعۡفَرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنَا يَزِيدُ بۡنُ خُصَيۡفَةَ، عَنِ ابۡنِ قُسَيۡطٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ أَنَّهُ أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ سَأَلَ زَيۡدَ بۡنَ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، فَزَعَمَ أَنَّهُ قَرَأَ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ: ﴿وَالنَّجۡمِ﴾ فَلَمۡ يَسۡجُدۡ فِيهَا. [الحديث ١٠٧٢ - طرفه في: ١٠٧٣].

    1072. Sulaiman bin Dawud Abu Ar-Rabi’ telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yazid bin Khushaifah mengabarkan kepada kami dari Ibnu Qusaith, dari ‘Atha` bin Yasar. Beliau mengabarkan kepadanya bahwa beliau bertanya kepada Zaid bin Tsabit—radhiyallahu ‘anhu—. Lalu Zaid menyatakan bahwa beliau pernah membacakan surah An-Najm kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan beliau tidak bersujud ketika itu.

    ١٠٧٣ - حَدَّثَنَا آدَمُ بۡنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي ذِئۡبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ قُسَيۡطٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ ثَابِتٍ قَالَ: قَرَأۡتُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ: ﴿وَالنَّجۡمِ﴾، فَلَمۡ يَسۡجُدۡ فِيهَا. [طرفه في: ١٠٧٢].

    1073. Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Abu Dzi`b menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yazid bin ‘Abdullah bin Qusaith menceritakan kepada kami dari ‘Atha` bin Yasar, dari Zaid bin Tsabit. Beliau berkata: Aku membacakan surah An-Najm kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan beliau tidak bersujud ketika itu.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1071

    ٥ - بَابُ سُجُودِ الۡمُسۡلِمِينَ مَعَ الۡمُشۡرِكِينَ، وَالۡمُشۡرِكُ نَجَسٌ لَيۡسَ لَهُ وُضُوءٌ
    5. Bab sujudnya kaum muslimin bersama kaum musyrikin dan orang musyrik itu najis tidak memiliki wudu.


    وَكَانَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَسۡجُدُ عَلَى وُضُوءٍ.

    Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—bersujud dalam keadaan (suci) sudah berwudu.

    ١٠٧١ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سَجَدَ بِالنَّجۡمِ، وَسَجَدَ مَعَهُ الۡمُسۡلِمُونَ وَالۡمُشۡرِكُونَ، وَالۡجِنُّ وَالۡإِنۡسُ. وَرَوَاهُ ابۡنُ طَهۡمَانَ، عَنۡ أَيُّوبَ.

    [الحديث ١٠٧١ - طرفه في: ٤٨٦٢].

    1071. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayyub menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersujud di surah An-Najm. Kaum muslimin, kaum musyrikin, jin, dan manusia ikut sujud bersama beliau

    Ibnu Thahman juga meriwayatkannya dari Ayyub.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3439

    ٣٤٣٩ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ: حَدَّثَنَا أَبُو ضَمۡرَةَ: حَدَّثَنَا مُوسَى، عَنۡ نَافِعٍ: قَالَ عَبۡدُ اللهِ: ذَكَرَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمًا بَيۡنَ ظَهۡرَيِ النَّاسِ الۡمَسِيحَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: (إِنَّ اللهَ لَيۡسَ بِأَعۡوَرَ، أَلَا إِنَّ الۡمَسِيحَ الدَّجَّالَ أَعۡوَرُ الۡعَيۡنِ الۡيُمۡنَى، كَأَنَّ عَيۡنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

    3439. Ibrahim bin Al-Mundzir telah menceritakan kepada kami: Abu Dhamrah menceritakan kepada kami: Musa menceritakan kepada kami dari Nafi’: ‘Abdullah berkata: Pada suatu hari, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyebut tentang Al-Masih Ad-Dajjal di hadapan manusia. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah. Ketahuilah, sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal buta mata kanannya, matanya bagaikan buah anggur yang menonjol.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3337

    ٣ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَى قَوۡمِهِ﴾ [هود: ٢٥]
    3. Bab firman Allah—’azza wa jalla—, “Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya” (QS. Hud: 25)


    قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: ﴿بَادِيَ الرَّأۡيِ﴾ [هود: ٢٧] مَا ظَهَرَ لَنَا. ﴿أَقۡلِعِي﴾ [هود: ٤٤] أَمۡسِكِي. ﴿وَفَارَ التَّنُّورُ﴾ [هود: ٤٠] نَبَعَ الۡمَاءُ، وَقَالَ عِكۡرِمَةُ: وَجۡهُ الۡأَرۡضِ. وَقَالَ مُجَاهِدٌ: ﴿الۡجُودِيُّ﴾ [هود: ٤٤] جَبَلٌ بِالۡجَزِيرَةِ. ﴿دَأۡبٌ﴾ [غافر: ٣١] مِثۡلُ حَالٌ.

    Ibnu ‘Abbas berkata, “Bādiya ar-ra`yi (lekas percaya)” (QS. Hud: 27) yang tampak bagi kami.

    “Aqli’ī” (QS. Hud: 44) artinya tahanlah.

    “Wa fāra at-tannūr” (QS. Hud: 40) artinya: air memancar. ‘Ikrimah berkata: (At-Tannūr adalah) permukaan bumi.

    Mujahid berkata, “Al-Jūdiyy” (QS. Hud: 44) adalah sebuah gunung di jazirah Arab.

    “Da`b” (QS. Ghafir: 31) semakna dengan ḥāl (keadaan).

    ﴿وَاتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ نُوحٍ إِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهِ يَا قَوۡمِ إِنۡ كَانَ كَبُرَ عَلَيۡكُمۡ مَقَامِي وَتَذۡكِيرِي بِآيَاتِ اللهِ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ﴾ [يونس: ٧١-٧٢].

    “Bacakan kepada mereka berita Nabi Nuh ketika dia berkata kepada kaumnya: Wahai kaumku, jika keberadaanku dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah memberatkan kalian…” sampai firman Allah, “… termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Yunus: 71-72).

    ٤ – بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّا أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَى قَوۡمِهِ أَنۡ أَنۡذِرۡ قَوۡمَكَ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ يَأۡتِيَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾ إِلَى آخِرِ السُّورَةِ [نوح: ١-٢٨]
    4. Bab firman Allah taala, “Sesungguhnya Kami mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): Berilah peringatan kepada kaummu sebelum azab yang pedih datang kepada mereka…” sampai akhir surah (QS. Nuh: 1-28)


    ٣٣٣٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: قَالَ سَالِمٌ: وَقَالَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّاسِ، فَأَثۡنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهۡلُهُ، ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: (إِنِّي لَأُنۡذِرُكُمُوهُ، وَمَا مِنۡ نَبِيٍّ إِلَّا أَنۡذَرَهُ قَوۡمَهُ، لَقَدۡ أَنۡذَرَ نُوحٌ قَوۡمَهُ، وَلَكِنِّي أَقُولُ لَكُمۡ فِيهِ قَوۡلًا لَمۡ يَقُلۡهُ نَبِيٌّ لِقَوۡمِهِ، تَعۡلَمُونَ أَنَّهُ أَعۡوَرُ، وَأَنَّ اللهَ لَيۡسَ بِأَعۡوَرَ). [طرفه في: ٣٠٥٧].

    3337. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami dari Yunus, dari Az-Zuhri: Salim berkata: Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—berkata:

    Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di hadapan manusia. Beliau menyanjung Allah dengan sanjungan yang pantas bagi-Nya kemudian beliau menyebutkan Dajjal. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian darinya. Tidaklah ada seorang nabi pun kecuali dia telah memperingatkan kaumnya dari Dajjal. Nabi Nuh pun telah memperingatkan kaumnya dari Dajjal. Akan tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan tentang Dajjal yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya: Ketahuilah bahwa Dajjal itu buta sebelah dan bahwa Allah tidak buta sebelah.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1392

    ١٣٩٢ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا جَرِيرُ بۡنُ عَبۡدِ الۡحَمِيدِ: حَدَّثَنَا حُصَيۡنُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ مَيۡمُونٍ الۡأَوۡدِيِّ قَالَ: رَأَيۡتُ عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: يَا عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ، اذۡهَبۡ إِلَى أُمِّ الۡمُؤۡمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، فَقُلۡ: يَقۡرَأُ عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ عَلَيۡكِ السَّلَامَ، ثُمَّ سَلۡهَا أَنۡ أُدۡفَنَ مَعَ صَاحِبَيَّ، قَالَتۡ: كُنۡتُ أُرِيدُهُ لِنَفۡسِي، فَلَأُوثِرَنَّهُ الۡيَوۡمَ عَلَى نَفۡسِي، فَلَمَّا أَقۡبَلَ، قَالَ لَهُ: مَا لَدَيۡكَ؟ قَالَ: أَذِنَتۡ لَكَ يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ،

    1392. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir bin ‘Abdul Hamid menceritakan kepada kami: Hushain bin ‘Abdurrahman menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin Maimun Al-Audi. Beliau berkata:

    Aku melihat ‘Umar bin Al-Khaththab—radhiyallahu ‘anhu—berkata, “Wahai ‘Abdullah bin ‘Umar, pergilah ke ibunda kaum mukminin ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—! Katakan bahwa ‘Umar bin Al-Khaththab menyampaikan salam kepadamu, kemudian mintalah izin kepadanya agar aku kelak dikuburkan bersama kedua sahabatku.”

    ‘Aisyah berkata, “Tadinya aku menginginkannya untuk diriku, namun hari ini aku lebih mengutamakan ‘Umar daripada diriku.”

    Setibanya ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Umar bertanya kepadanya, “Apa tanggapannya?”

    ‘Abdullah berkata, “‘Aisyah memberi izin untukmu, wahai amirulmukminin.”

    قَالَ: مَا كَانَ شَيۡءٌ أَهَمَّ إِلَيَّ مِنۡ ذٰلِكَ الۡمَضۡجَعِ، فَإِذَا قُبِضۡتُ فَاحۡمِلُونِي ثُمَّ سَلِّمُوا، ثُمَّ قُلۡ: يَسۡتَأۡذِنُ عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ، فَإِنۡ أَذِنَتۡ لِي فَادۡفِنُونِي، وَإِلَّا فَرُدُّونِي إِلَى مَقَابِرِ الۡمُسۡلِمِينَ. إِنِّي لَا أَعۡلَمُ أَحَدًا أَحَقَّ بِهٰذَا الۡأَمۡرِ مِنۡ هَؤُلَاءِ النَّفَرِ الَّذِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَهُوَ عَنۡهُمۡ رَاضٍ، فَمَنِ اسۡتَخۡلَفُوا بَعۡدِي فَهُوَ الۡخَلِيفَةُ، فَاسۡمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا، فَسَمَّى عُثۡمَانَ، وَعَلِيًّا، وَطَلۡحَةَ، وَالزُّبَيۡرَ، وَعَبۡدَ الرَّحۡمٰنِ بۡنَ عَوۡفٍ، وَسَعۡدَ بۡنَ أَبِي وَقَّاصٍ.

    ‘Umar berkata, “Tidak ada sesuatupun yang lebih aku cita-citakan daripada pembaringan itu. Apabila aku telah meninggal, pikullah aku, ucapkanlah salam, kemudian katakan: ‘Umar bin Al-Khaththab meminta izin. Apabila aku diizinkan, kuburkanlah aku di situ. Jika tidak, kembalikan aku ke pekuburan kaum muslimin. Sesungguhnya aku tidak mengetahui seorang pun yang lebih berhak terhadap kekhalifahan daripada orang-orang yang ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—wafat, beliau rida terhadap mereka. Jadi siapa saja yang menjadi khalifah penggantiku, dia adalah khalifah. Dengarlah dan taatilah dia!”

    Lalu ‘Umar menyebutkan nama ‘Utsman, ‘Ali, Thalhah, Az-Zubair, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, dan Sa’d bin Abu Waqqash.

    وَوَلَجَ عَلَيۡهِ شَابٌّ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، فَقَالَ: أَبۡشِرۡ يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ بِبُشۡرَى اللهِ، كَانَ لَكَ مِنَ الۡقَدَمِ فِي الۡإِسۡلَامِ مَا قَدۡ عَلِمۡتَ، ثُمَّ اسۡتُخۡلِفۡتَ فَعَدَلۡتَ، ثُمَّ الشَّهَادَةُ بَعۡدَ هٰذَا كُلِّهِ. فَقَالَ: لَيۡتَنِي يَا ابۡنَ أَخِي وَذٰلِكَ كَفَافًا، لَا عَلَيَّ وَلَا لِي، أُوصِي الۡخَلِيفَةَ مِنۡ بَعۡدِي بِالۡمُهَاجِرِينَ الۡأَوَّلِينَ خَيۡرًا، أَنۡ يَعۡرِفَ لَهُمۡ حَقَّهُمۡ، وَأَنۡ يَحۡفَظَ لَهُمۡ حُرۡمَتَهُمۡ، وَأُوصِيهِ بِالۡأَنۡصَارِ خَيۡرًا، الَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالۡإِيمَانَ، أَنۡ يُقۡبَلَ مِنۡ مُحۡسِنِهِمۡ، وَيُعۡفَى عَنۡ مُسِيئِهِمۡ، وَأُوصِيهِ بِذِمَّةِ اللهِ وَذِمَّةِ رَسُولِهِ ﷺ، أَنۡ يُوفَى لَهُمۡ بِعَهۡدِهِمۡ، وَأَنۡ يُقَاتَلَ مِنۡ وَرَائِهِمۡ، وَأَنۡ لَا يُكَلَّفُوا فَوۡقَ طَاقَتِهِمۡ.

    [الحديث ١٣٩٢ - أطرافه في: ٣٠٥٢، ٣١٦٢، ٣٧٠٠، ٤٨٨٨، ٧٢٠٧].

    Seorang pemuda Ansar masuk menemui beliau lalu berkata, “Bergembiralah wahai amirulmukminin dengan kabar gembira Allah! Dahulu engkau punya jasa dalam Islam yang engkau sendiri mengetahuinya. Kemudian engkau dipilih menjadi khalifah lalu engkau bertugas dengan adil. Setelah itu semua, engkau mendapat kesyahidan.”

    ‘Umar berkata, “Wahai keponakanku, duhai kiranya itu semua bisa impas, sehingga seimbang antara dosa dan kebaikanku. Aku wasiatkan kepada khalifah sepeninggalku agar memperlakukan kaum muhajirin yang awal dengan baik, agar dia mengetahui hak mereka, agar dia menjaga kehormatan mereka. Aku juga mewasiatkan dia agar berbuat baik dengan orang-orang Ansar, yaitu orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman, agar dia menerima kebaikan dari orang Ansar yang berbuat baik dan memaafkan kejelekan dari orang Ansar yang berbuat jelek. Aku juga mewasiatkan dia dengan ahli kitab yang berada di bawah perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—agar menepati perjanjian dengan mereka, agar berperang melindungi mereka, dan agar mereka tidak dibebani melebihi kemampuan mereka.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1070

    ٤ - بَابُ سَجۡدَةِ النَّجۡمِ
    4. Bab sujud tilawah surah An-Najm


    قَالَهُ ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنۡهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

    Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    ١٠٧٠ - حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ عُمَرَ، قَالَ حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ ـ رَضِيَ اللهُ عَنۡه ـ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَرَأَ سُورَةَ النَّجۡمِ فَسَجَدَ بِهَا، فَمَا بَقِيَ أَحَدٌ مِنَ الۡقَوۡمِ إِلَّا سَجَدَ، فَأَخَذَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ كَفًّا مِنۡ حَصًى أَوۡ تُرَابٍ، فَرَفَعَهُ إِلَى وَجۡهِهِ وَقَالَ يَكۡفِينِي هٰذَا، فَلَقَدۡ رَأَيۡتُهُ بَعۡدُ قُتِلَ كَافِرًا‏.‏ [طرفه في: ١٠٦٧].

    1070. Hafsh bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq, dari Al-Aswad, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—:

    Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membaca surah An-Najm lalu beliau sujud padanya. Tidak tertinggal seorang pun dari orang-orang yang ada di situ kecuali dia bersujud. Hanya saja ada seorang lelaki di antara mereka yang mengambil segenggam kerikil atau tanah, lalu dia mengangkatnya ke wajahnya dan dia berkata, “Begini saja cukup bagiku.”

    Di kemudian hari, aku melihat orang itu terbunuh dalam keadaan kafir.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1069

    ٣ - بَابُ سَجۡدَةِ ص
    3. Bab sujud surah Shad


    ١٠٦٩ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ وَأَبُو النُّعۡمَانِ قَالَا: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: ﴿ص﴾ لَيۡسَ مِنۡ عَزَائِمِ السُّجُودِ، وَقَدۡ رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَسۡجُدُ فِيهَا. [الحديث ١٠٦٩ - طرفه في: ٣٤٢٢].

    1069. Sulaiman bin Harb dan Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Hammad menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau berkata, “Sujud tilawah dalam surah Shad bukan merupakan kewajiban. Aku sungguh telah melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersujud ketika membacanya.”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1067

    ١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي سُجُودِ الۡقُرۡآنِ وَسُنَّتِهَا
    1. Bab riwayat tentang sujud tilawah dan kesunahannya


    ١٠٦٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡأَسۡوَدَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَرَأَ النَّبِيُّ ﷺ النَّجۡمَ بِمَكَّةَ، فَسَجَدَ فِيهَا وَسَجَدَ مَنۡ مَعَهُ غَيۡرَ شَيۡخٍ أَخَذَ كَفًّا مِنۡ حَصًى، أَوۡ تُرَابٍ، فَرَفَعَهُ إِلَى جَبۡهَتِهِ، وَقَالَ: يَكۡفِينِي هٰذَا، فَرَأَيۡتُهُ بَعۡدَ ذٰلِكَ قُتِلَ كَافِرًا. [الحديث ١٠٦٧ - أطرافه في: ١٠٧٠، ٣٨٥٣، ٣٩٧٢، ٤٨٦٣].

    1067. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ghundar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Aswad, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

    Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membaca surah An-Najm di Makkah, lalu beliau sujud saat membacanya. Orang-orang yang menyertai beliau juga bersujud kecuali seorang yang sudah tua yang mengambil segenggam kerikil atau tanah lalu diangkat ke dahinya dan berkata, “Begini saja sudah cukup.”

    Di kemudian hari, aku melihatnya terbunuh dalam keadaan kafir.

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2537

    ١١ - بَابٌ إِذَا أُسِرَ أَخُو الرَّجُلِ، أَوۡ عَمُّهُ، هَلۡ يُفَادَى إِذَا كَانَ مُشۡرِكًا
    11. Bab apabila saudara atau paman seseorang ditawan, apakah boleh ditebus jika dia masih musyrik


    وَقَالَ أَنَسٌ: قَالَ الۡعَبَّاسُ لِلنَّبِيِّ ﷺ: فَادَيۡتُ نَفۡسِي وَفَادَيۡتُ عَقِيلًا. وَكَانَ عَلِيٌّ لَهُ نَصِيبٌ فِي تِلۡكَ الۡغَنِيمَةِ الَّتِي أَصَابَ مِنۡ أَخِيهِ عَقِيلٍ وَعَمِّهِ عَبَّاسٍ.

    Anas berkata: Al-‘Abbas berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku tebus diriku dan aku tebus ‘Aqil.” Ketika itu, ‘Ali memiliki bagian dalam ganimah hasil dari penyerbuan terhadap saudaranya, yaitu ‘Aqil, dan pamannya, yaitu ‘Abbas.

    ٢٥٣٧ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ عُقۡبَةَ: عَنۡ مُوسَى، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رِجَالًا مِنَ الۡأَنۡصَارِ، اسۡتَأۡذَنُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ فَقَالُوا: ائۡذَنۡ فَلۡنَتۡرُكۡ لِابۡنِ أُخۡتِنَا عَبَّاسٍ فِدَاءَهُ، فَقَالَ: (لَا تَدَعُونَ مِنۡهُ دِرۡهَمًا). [الحديث ٢٥٣٧ - طرفاه في: ٣٠٤٨، ٤٠١٨].

    2537. Isma’il bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin Ibrahim bin ‘Uqbah menceritakan kepada kami dari Musa, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Anas—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepadaku:

    Ada beberapa orang Ansar meminta izin kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Mereka berkata, “Izinkan kami untuk tidak mengambil tebusan untuk putra saudara perempuan kami, ‘Abbas.”

    Rasulullah bersabda, “Jangan tinggalkan satu dirham pun dari tebusan itu!”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7173

    ٢٣ - بَابُ إِجَابَةِ الۡحَاكِمِ الدَّعۡوَةَ
    23. Bab pemimpin memenuhi undangan (pernikahan)


    وَقَدۡ أَجَابَ عُثۡمَانُ عَبۡدًا لِلۡمُغِيرَةِ بۡنِ شُعۡبَةَ.

    ‘Utsman pernah memenuhi undangan (pernikahan) seorang budak milik Al-Mughirah bin Syu’bah.

    ٧١٧٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ سُفۡيَانَ: حَدَّثَنِي مَنۡصُورٌ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (فُكُّوا الۡعَانِيَ، وَأَجِيبُوا الدَّاعِيَ). [طرفه في: ٣٠٤٦].

    7173. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Sufyan: Manshur menceritakan kepadaku dari Abu Wa`il, dari Abu Musa, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Bebaskanlah (muslim) yang ditawan (oleh musuh) dan penuhilah undangan (pernikahan)!”

    Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5649

    ٤ - بَابُ وُجُوبِ عِيَادَةِ الۡمَرِيضِ
    4. Bab kewajiban menjenguk orang sakit


    ٥٦٤٩ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ أَبِي مُوسَى الۡأَشۡعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَطۡعِمُوا الۡجَائِعَ، وَعُودُوا الۡمَرِيضَ، وَفُكُّوا الۡعَانِيَ). [طرفه في: ٣٠٤٦].

    5649. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Abu Wa`il, dari Abu Musa Al-Asy’ari. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Berilah makanan kepada orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bebaskan orang (muslim) yang ditawan (oleh musuh)!”