Cari Blog Ini

At-Tuhfatus Saniyyah - Bina`

وَيُقَابِلُ الْإِعْرَابَ الْبِنَاءُ، وَيَتَّضِحُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا تَمَامَ الْإِتِّضَاحِ بِسَبَبِ بَيَانِ الْآخَرِ. وَقَدْ تَرَكَ الْمُؤَلِّفُ بَيَانَ الْبِنَاءِ، وَنَحْنُ نُبَيِّنُهُ لَكَ عَلَى الطَّرِيقَةِ الَّتِي بَيَّنَّا بِهَا الْإِعْرَابَ، فَنَقُولُ:
Kebalikan dari i’rab adalah bina`. Akan jelas setiap salah satu dari keduanya dengan penjelasan yang sempurna dengan sebab penjelasan yang lainnya. Penulis telah meninggalkan penjelasan bina`, sehingga kami akan menjelaskan kepadamu dengan cara seperti kami menjelaskan i’rab. Oleh karena itu, kami katakan:
لِلْبِنَاءِ مَعْنَيَانِ: أَحَدُهُمَا لُغَوِيٌّ، وَالْآخَرُ اصْطِلَاحِيٌّ:
فَأَمَّا مَعْنَاهُ فِي اللُّغَةِ فَهُوَ عِبَارَةٌ عَنْ وَضْعِ شَيْءٍ عَلَى شَيْءٍ عَلَى جِهَةٍ يُرَادُ بِهَا الثُّبُوتُ وَاللُّزُومُ.
وَأَمَّا مَعْنَاهُ فِي الْإِصْطِلَاحِ فَهُوَ لُزُومُ آخَرِ الْكَلِمَةِ حَالَةً وَاحِدَةً لِغَيْرِ عَامِلٍ وَلَا اعْتِلَالٍ، وَذَلِكَ كَلُزُومِ (كَمْ) وَ (مَنْ) السُّكُونَ، وَكَلُزُومِ (هَؤُلَاءِ) وَ (حَذَامِ) وَ (أَمْسِ) الْكَسْرَ، وَكَلُزُومِ (مُنْذُ) وَ (حَيْثُ) الضَّمَّ، وَكَلُزُومِ (أَيْنَ) وَ (كَيْفَ) الْفَتْحَ.
Bina` memiliki dua makna: secara bahasa dan secara istilah.
Adapun makna bina` secara bahasa adalah ungkapan dari meletakkan sesuatu di atas sesuatu yang lain sedemikian rupa sehingga dapat kokoh dan tetap.
Adapun makna bina` secara istilah adalah tetap dan tidak berubahnya akhir kata pada satu keadaan, tidak disebabkan masuknya ‘amil, tidak pula disebabkan adanya huruf ‘illah pada akhir kata. Seperti tetapnya sukun pada كَمْ dan مَنْ, tetapnya kasrah pada هَؤُلَاءِ, حَذَامِ, dan أَمْسِ, tetapnya dhammah pada مُنْذُ dan حَيْثُ, dan tetapnya fathah pada كَيْفَ.
وَمِنْ هَذَا الْإِيضَاحِ تَعْلَمُ أَنَّ أَلْقَابَ الْبِنَاءِ أَرْبَعَةٌ السُّكُونُ، وَالْكَسْرُ، وَالضَّمُّ، وَالْفَتْحُ.
وَبَعْدَ بَيَانِ كُلِّ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ لَا تَعْسُرُ عَلَيْكَ مَعْرِفَةُ الْمُعْرَبِ وَالْمَبْنِي، فَإِنَّ الْمُعْرَبَ: مَا تَغَيَّرَ حَالُ آخِرِهِ لَفْظًا أَوْ تَقْدِيرًا بِسَبَبِ الْعَوَامِلِ، وَالْمَبْنِي مَا لَزِمَ آخِرُهُ حَالَةً وَاحِدَةً لِغَيْرِ عَامِلٍ وَلَا اعْتِلَالٍ.
Dari penjelasan ini engkau mengetahui bahwa tanda bina` ada empat: sukun, kasrah, dhammah, dan fathah.
Setelah keterangan ini, engkau tidak sulit untuk mengenali mana yang mu’rab (bisa dii’rab) dan yang mabni (tetap). Mu’rab adalah kata yang berubah keadaan akhirnya baik secara lafazh atau tersembunyi dengan sebab ‘amil-’amil. Mabni adalah kata yang tetap akhirnya pada satu keadaan saja, tidak disebabkan masuknya ‘amil dan tidak pula karena adanya huruf ‘illah pada akhir kata.