Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6057

٥١ – بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَاجۡتَنِبُوا قَوۡلَ الزُّورِ﴾ الحج: ٣٠

51. Bab firman Allah ta'ala, “Dan jauhilah ucapan dusta.” [QS. Al-Hajj: 30]

٦٠٥٧ – حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي ذِئۡبٍ، عَنِ الۡمَقۡبُرِيِّ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ لَمۡ يَدَعۡ قَوۡلَ الزُّورِ وَالۡعَمَلَ بِهِ وَالۡجَهۡلَ، فَلَيۡسَ لِلهِ حَاجَةٌ أَنۡ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ). قَالَ أَحۡمَدُ: أَفۡهَمَنِي رَجُلٌ إِسۡنَادَهُ. [طرفه في: ١٩٠٣].
6057. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abu Dzi`b menceritakan kepada kami, dari Al-Maqburi, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, beramal dengannya, dan kebodohan. Maka Allah tidak menerima amalan dia meninggalkan makan dan minum.” Ahmad berkata: Seseorang memahamkan kepadaku sanad-sanadnya.

Shahih Muslim hadits nomor 1095

٩ – بَابُ فَضۡلِ السَّحُورِ، وَتَأۡكِيدِ اسۡتِحۡبَابِهِ، وَاسۡتِحۡبَابِ تَأۡخِيرِهِ وَتَعۡجِيلِ الۡفِطۡرِ

9. Bab keutamaan sahur, penekanan disukainya sahur, dan disukai mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka

٤٥ – (١٠٩٥) – حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ قَالَ: أَخۡبَرَنَا هُشَيۡمٌ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ صُهَيۡبٍ، عَنۡ أَنَسٍ. (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَزُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ، عَنِ ابۡنِ عُلَيَّةَ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ. (ح) وَحَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ قَتَادَةَ وَعَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ صُهَيۡبٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً).
45. (1095). Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: Husyaim mengabarkan kepada kami, dari 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib, dari Anas. (Dalam riwayat lain) Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu 'Ulayyah, dari 'Abdul 'Aziz, dari Anas radhiyallahu 'anhu. (Dalam riwayat lain) Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami: Abu 'Awanah menceritakan kepada kami, dari Qatadah dan 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib, dari Anas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sahurlah kalian, karena pada sahur itu ada keberkahan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1923

١٩٢٣ – حَدَّثَنَا آدَمُ بۡنُ أَبِي إِيَاسٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ صُهَيۡبٍ قَالَ: سَمِعۡتُ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَسَحَّرُوا، فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً).
1923. Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami: Syu'bah menceritakan kepada kami: 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib menceritakan kepada kami, beliau berkata: Aku mendengar Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahurlah kalian, karena di dalam sahur ada keberkahan.”

Shahih Muslim hadits nomor 1098

٤٨ – (١٠٩٨) – حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيۡرٍ مَا عَجَّلُوا الۡفِطۡرَ).
48. (1098). Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami: 'Abdul 'Aziz bin Abu Hazim mengabarkan kepada kami, dari ayahnya, dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.”
(…) - وَحَدَّثَنَاهُ قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ. (ح) وَحَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ بۡنُ مَهۡدِيٍّ، عَنۡ سُفۡيَانَ. كِلَاهُمَا عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. بِمِثۡلِهِ.
Qutaibah telah menceritakan hadits ini kepada kami: Ya'qub menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: 'Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, dari Sufyan. Keduanya dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam semisal hadits itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1957

٤٥ – بَابُ تَعۡجِيلِ الۡإِفۡطَارِ

45. Bab menyegerakan berbuka

١٩٥٧ – حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيۡرٍ مَا عَجَّلُوا الۡفِطۡرَ).
1957. 'Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami, dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa'd: Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.”

Shahih Muslim hadits nomor 1155

٣٣ – بَابٌ أَكۡلُ النَّاسِي وَشُرۡبُهُ وَجِمَاعُهُ لَا يُفَطِّرُ

33. Bab makan, minum, dan jima'nya orang yang lupa tidak membatalkan puasa

١٧١ – (١١٥٥) – وَحَدَّثَنِي عَمۡرُو بۡنُ مُحَمَّدٍ النَّاقِدُ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ هِشَامٍ الۡقُرۡدُوسِيِّ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ سِيرِينَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوۡ شَرِبَ فَلۡيُتِمَّ صَوۡمَهُ، فَإِنَّمَا أَطۡعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ).
171. (1155). 'Amr bin Muhammad An-Naqid telah menceritakan kepadaku: Isma'il bin Ibrahim menceritakan kepada kami, dari Hisyam Al-Qurdusi, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa lupa sedangkan dia berpuasa, lalu makan atau minum, maka hendaknya dia menyempurnakan puasanya. Karena sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan minum.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1933

٢٦ – بَابُ الصَّائِمِ إِذَا أَكَلَ أَوۡ شَرِبَ نَاسِيًا

26. Bab orang berpuasa jika makan atau minum dalam keadaan lupa

وَقَالَ عَطَاءٌ: إِنِ اسۡتَنۡثَرَ فَدَخَلَ الۡمَاءُ فِي حَلۡقِهِ لَا بَأۡسَ إِنۡ لَمۡ يَمۡلِكۡ. وَقَالَ الۡحَسَنُ: إِنۡ دَخَلَ حَلۡقَهُ الذُّبَابُ فَلَا شَيۡءَ عَلَيۡهِ. وَقَالَ الۡحَسَنُ وَمُجَاهِدٌ: إِنۡ جَامَعَ نَاسِيًا فَلَا شَيۡءَ عَلَيۡهِ.
'Atha` berkata: Jika seseorang mengeluarkan air dari hidung, lalu air masuk ke tenggorokannya, maka tidak mengapa jika tidak bisa menahan air masuk. Al-Hasan berkata: Jika seekor lalat masuk ke tenggorokan seseorang, maka tidak batal puasanya. Al-Hasan dan Mujahid berkata: Jika seseorang melakukan hubungan suami istri dalam keadaan lupa, maka tidak batal puasanya.
١٩٣٣ – حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ: حَدَّثَنَا ابۡنُ سِيرِينَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلۡيُتِمَّ صَوۡمَهُ، فَإِنَّمَا أَطۡعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ). [الحديث ١٩٣٣ – طرفه في: ٦٦٦٩].
1933. 'Abdan telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai' mengabarkan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami: Ibnu Sirin menceritakan kepada kami, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika orang yang berpuasa lupa kemudian makan dan minum, maka hendaknya dia menyempurnakan puasanya. Karena sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan minum.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1909

١٩٠٩ – حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ زِيَادٍ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، أَوۡ قَالَ: قَالَ أَبُو الۡقَاسِمِ ﷺ: (صُومُوا لِرُؤۡيَتِهِ وَأَفۡطِرُوا لِرُؤۡيَتِهِ، فَإۡنِ غُبِّيَ عَلَيۡكُمۡ فَأَكۡمِلُوا عِدَّةَ شَعۡبَانَ ثَلَاثِينَ).
1909. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu'bah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ziyad menceritakan kepada kami, beliau berkata: Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, atau dia berkata: Abul Qasim shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah (selesai Ramadhan) karena melihat hilal. Jika bulan itu tertutupi, maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban tiga puluh hari.”

At-Tuhfatus Saniyyah - Tanda-tanda Rafa', Tempat-tempat Dhammah

(بَابُ مَعْرِفَةِ عَلَامَاتِ الْإِعْرَابِ) لِلرَّفْعِ أَرْبَعُ عَلَامَاتٍ: الضَّمَّةُ وَالْوَاوُ وَالْأَلِفُ وَالنُّونُ.
Bab Mengenal Tanda-tanda I’rabRafa’ memiliki empat tanda: dhammah, wawu, alif, dan nun.
وَأَقُولُ: تَسْتَطِيعُ أَنْ تَعْرِفَ أَنَّ الْكَلِمَةَ مَرْفُوعَةٌ بِوُجُودِ عَلَامَةٍ فِي آخِرِهَا مِنْ أَرْبَعِ عَلَامَاتٍ: وَاحِدَةٌ مِنْهَا أَصْلِيَّةٌ، وَهِيَ الضَّمَّةُ، وَثَلَاثٌ فُرُوعٌ عَنْهَا، وَهِيَ: الْوَاوُ، وَالْأَلِفُ، وَالنُّونُ.
Engkau dapat mengenali bahwa suatu kata adalah marfu’ dengan adanya tanda-tanda pada akhir katanya termasuk dari empat tanda: salah satunya merupakan tanda asli yaitu dhammah, dan tiga lainnya adalah cabang dari dhammah yaitu: wawu, alif, dan nun.
فَأَمَّا الضَّمَّةُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ: الْإِسْمِ الْمُفْرَدِ وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ وَجَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ.
Adapun dhammah menjadi tanda rafa’ pada empat tempat: isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim, dan fi’il mudhari’ yang tidak ada satu huruf pun yang ditambahkan di akhir katanya.
وَأَقُولُ: تَكُونُ الضَّمَّةُ عَلَامَةً عَلَى رَفْعِ الْكَلِمَةِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ: الْمَوْضِعُ الْأَوَّلُ: الْإِسْمُ الْمُفْرَدُ، وَالْمَوْضِعُ الثَّانِي: جَمْعُ التَّكْسِيرِ، وَالْمَوْضِعُ الثَّالِثُ: جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمُ، وَالْمَوْضِعُ الرَّابِعُ: الْفِعْلُ الْمُضَارِعُ الَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِهِ أَلِفُ اثْنَيْنِ، وَلَا وَاوُ جَمَاعةٍ، وَلَا يَاءُ مُخَاطَبَةٍ، وَلَا نُونُ تَوْكِيدٍ خَفِيفَةٌ أَوْ ثَقِيلَةٌ، وَلَا نُونُ نِسْوَةٍ.
Dhammah menjadi tanda rafa’ suatu kata pada empat tempat:
1. Isim mufrad
2. Jamak taksir
3. Jamak muannats salim
4. Fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan alif tatsniyah, wawu jama’ah, ya` mukhathabah, nun taukid baik yang khafifah ataupun yang tsaqilah, dan nun niswah.
أَمَّا الْإِسْمُ الْمُفْرَدُ فَالْمُرَادُ بِهِ هَهُنَا: مَا لَيْسَ مُثَنًّى وَلَا مَجْمُوعًا وَلَا مُلْحَقًا بِهِمَا وَلَا مِنَ الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ: سَوَاءٌ أَكَانَ الْمُرَادُ بِهِ مُذَكَّرًا مِثْلَ: مُحَمَّدٌ، وَعَلِيٌّ، وَحَمْزَةُ، أَمْ كَانَ الْمُرَادُ بِهِ مُؤَنَّثًا مِثْلَ: فَاطِمَةُ، وَعَائِشَةُ، وَزَيْنَبُ، وَسَوَاءٌ أَكَانَتْ الضَّمَّةُ ظَاهِرَةً كَمَا فِي نَحْوِ (حَضَرَ مُحَمَّدٌ) وَ (سَافَرَتْ فَاطِمَةُ) ، أَمْ كَانَتْ مُقَدَّرَةً نَحْوُ (حَضَرَ الْفَتَى وَالْقَاضِي وَأَخِي) وَنَحْوُ (تَزَوَّجَتْ لَيْلَى وَنُعْمَى) فَإِنَّ (مُحَمَّدٌ) وَكَذَا (فَاطِمَةُ) مَرْفُوعَانِ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهَا الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ، وَ (الْفَتَى) وَمِثْلُهُ (لَيْلَى) وَ (نُعْمَى) مَرْفُوعَاتٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِنَّ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى الْأَلِفِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ، وَ (الْقَاضِي) مَرْفُوعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى الْيَاءِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ، وَ (أَخِي) مَرْفُوعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى مَا قَبْلَ يَاءِ الْمُتَكَلِّمِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا حَرَكَةُ الْمُنَاسَبَةِ.
Yang dimaksud isim mufrad adalah isim yang bukan mutsanna, jamak, bukan pula yang mulhaq dari keduanya, dan bukan pula yang termasuk dari asma`ul khamsah. Sama saja apakah isim itu mudzakkar, seperti: مُحَمَّدٌ، وَعَلِيٌّ، وَحَمْزَةُ, ataukan muannats, seperti: فَاطِمَةُ، وَعَائِشَةُ، وَزَيْنَبُ. Dan sama saja juga apakah dhammahnya nampak seperti pada contoh حَضَرَ مُحَمَّدٌ dan سَافَرَتْ فَاطِمَةُ, ataukah tersembunyi seperti حَضَرَ الْفَتَى وَالْقَاضِي وَأَخِي dan تَزَوَّجَتْ لَيْلَى وَنُعْمَى. Maka, مُحَمَّدٌ dan فَاطِمَةُ keduanya marfu’ dan tanda rafa’nya dhammah yang nampak. Dan الْفَتَى, لَيْلَى, dan نُعْمَى semuanya marfu’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada huruf alif, ta’adzdzur (sulit) mencegah dari munculnya harakat dhammah. Dan الْقَاضِي adalah marfu’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada huruf ya`, tsiqal (berat) mencegah dari munculnya dhammah. Dan أَخِي adalah marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada sebelum huruf ya` mutakallim, tercegah munculnya dhammah karena menyesuaikan harakat.
وَأَمَّا جَمْعُ التَّكْسِيرِ فَالْمُرَادُ بِهِ: مَا دَلَّ عَلَى أَكْثَرَ مِنَ اثْنَيْنِ أَوِ اثْنَتَيْنِ مَعَ تَغَيُّرٍ فِي صِيغَةِ مُفْرَدِهِ.
Jamak taksir adalah kata yang menunjukkan lebih dari dua disertai perubahan pada bentuk mufradnya.
وَأَنْوَاعُ التَّغَيُّرِ الْمَوْجُودَةُ فِي جُمُوعِ التَّكْسِيرِ سِتَّةٌ:
Jenis perubahan yang terdapat pada jamak taksir ada enam:
١ - تَغَيُّرٌ بِالشَّكَلِ لَيْسَ غَيْرُ، نَحْوُ: أَسَدٌ وَأُسْدٌ، وَنَمِرٌ وَنُمُرٌ؛ فَإِنَّ حُرُوفَ الْمُفْرَدِ وَالْجَمْعِ فِي هَذَيْنِ الْمِثَالَيْنِ مُتَّحِدَةٌ، وَالْإِخْتِلَافُ بَيْنَ الْمُفْرَدِ وَالْجَمْعِ إِنَّمَا هُوَ فِي شَكْلِهَا.
1. Perubahan harakatnya saja, contoh: أَسَدٌ وَأُسْدٌ dan نَمِرٌ وَنُمُرٌ; Huruf mufrad dan jamak pada dua contoh ini adalah sama, dan beda antara isim mufrad dan jamak di sini hanya pada harakatnya.
٢ - تَغَيُّرٌ بِالنَّقْصِ لَيْسَ غَيْرُ، نَحْوُ: تُهَمَةٌ وَتُهَمٌ، وَتُخَمَةٌ وَتُخَمٌ، فَأَنْتَ تَجِدُ الْجَمْعَ قَدْ نَقَصَ حَرْفًا فِي هَذَيْنِ الْمِثَالَيْنِ - وَهُوَ التَّاءُ - وَبَاقِي الْحُرُوفِ عَلَى حَالِهَا فِي الْمُفْرَدِ.
2. Perubahan berupa pengurangan huruf saja, contoh: تُهَمَةٌ وَتُهَمٌ dan تُخَمَةٌ وَتُخَمٌ (kekenyangan). Engkau dapati bahwa bentuk jamaknya kurang satu huruf pada dua contoh ini - yaitu huruf ta`- dan huruf sisanya tetap pada bentuk mufrad.
٣ - تَغَيُّرٌ بِالزِّيَادَةِ لَيْسَ غَيْرُ، نَحْوُ: صِنْوٌ وَصِنْوَانٌ، فِي مِثْلِ قَوْلِهِ تَعَالَى: (صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ).
3. Perubahan berupa penambahan huruf saja, contoh: صِنْوٌ وَصِنْوَانٌ seperti pada firman Allah ta’ala: (صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ).
٤ - تَغَيُّرٌ فِي الشَّكَلِ مَعَ النَّقْصِ، نَحْوُ: سَرِيرٌ وَسُرُرٌ، وَكِتَابٌ وَكُتُبٌ، وَأَحْمَرُ وَحُمْرٌ، وَأَبْيَضُ وَبَيْضٌ.
4. Perubahan pada harakat disertai pengurangan huruf, contoh: سَرِيرٌ وَسُرُرٌ, كِتَابٌ وَكُتُبٌ, أَحْمَرُ وَحُمْرٌ, dan وَأَبْيَضُ وَبَيْضٌ.
٥ - تَغَيُّرٌ فِي الشَّكَلِ مَعَ الزِّيَادَةِ، نَحْوُ: سَبَبٌ وَأَسْبَابٌ، وَبَطَلٌ وَأَبْطَالٌ، وَهِنْدٌ وَهُنُودٌ، وَسَبُعٌ وَسِبَاعٌ، وَذِئْبٌ وَذِئَابٌ، وَشُجَاعٌ وَشُجْعَانُ.
5. Perubahan pada harakat disertai penambahan huruf, contoh: سَبَبٌ وَأَسْبَابٌ, بَطَلٌ وَأَبْطَالٌ, هِنْدٌ وَهُنُودٌ, سَبُعٌ وَسِبَاعٌ, ذِئْبٌ وَذِئَابٌ, dan شُجَاعٌ وَشُجْعَانُ (berani).
٦ - تَغَيُّرٌ فِي الشَّكَلِ مَعَ الزِّيَادَةِ وَالنَّقْصِ جَمِيعًا، نَحْوُ: كَرِيمٌ وَكُرَمَاءُ، وَرَغِيفٌ وَرُغْفَانُ، وَكَاتِبٌ وَكُتَّابٌ، وَأَمِيرٌ وَأُمَرَاءُ.
6. Perubahan pada harakat disertai penambahan dan pengurangan huruf sekaligus, contoh: كَرِيمٌ وَكُرَمَاءُ, رَغِيفٌ وَرُغْفَانُ, كَاتِبٌ وَكُتَّابٌ, dan أَمِيرٌ وَأُمَرَاءُ.
وَهَذِهِ الْأَنْوَاعُ كُلُّهَا تَكُونُ مَرْفُوعَةٌ بِالضَّمَّةِ، سَوَاءٌ أَكَانَ الْمُرَادُ مِنْ لَفْظِ الْجَمْعِ مُذَكَّرًا، نَحْوُ: رِجَالٌ، وَكُتَّابٌ، أَمْ كَانَ الْمُرَادُ مِنْهُ مُؤَنَّثًا، نَحْوُ: هُنُودٌ، وَزَيَانِبُ، وَسَوَاءٌ أَكَانَتْ الضَّمَّةُ ظَاهِرَةً كَمَا فِي هَذِهِ الْأَمْثِلَةِ، أَمْ كَانَتْ مُقَدَّرَةً كَمَا فِي نَحْوِ: (سُكَارَى، وَجَرْحَى)، وَنَحْوُ: (عَذَارَى، وَحَبَالَى) تَقُولُ: (قَامَ الرِّجَالُ وَالزَّيَانِبُ) فَتَجِدُهُمَا مَرْفُوعَيْنِ بِالضَّمَّةِ الظَّاهِرَةِ، وَتَقُولُ: (حَضَرَ الْجَرْحَى وَالْعَذَارَى) فَيَكُونُ كُلٌّ مِنْ (الْجَرْحَى) وَ (الْعَذَارَى) مَرْفُوعًا بِضَمَّةٍ مُقَدَّرَةٍ عَلَى الْأَلِفِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ.
Seluruh jenis-jenis jamak taksir ini dirafa’ dengan dhammah, sama saja apakah termasuk dari jamak mudzakkar, seperti: رِجَالٌ، وَكُتَّابٌ atau muannats, seperti: هُنُودٌ، وَزَيَانِبُ. Dan sama saja pula apakah dhammahnya nampak seperti pada contoh-contoh tersebut ataukah tersembunyi seperti: سُكَارَى، وَجَرْحَى dan عَذَارَى (perawan-perawan), dan حَبَالَى (wanita-wanita hamil). Contoh: قَامَ الرِّجَالُ وَالزَّيَانِبُ, engkau dapati dua kata yang marfu’ dengan dhammah yang nampak. Contoh: حَضَرَ الْجَرْحَى وَالْعَذَارَى, setiap kata dari الْجَرْحَى dan الْعَذَارَى adalah marfu’ dengan dhammah muqaddarah pada huruf alif, ta’adzdzur mencegah dari munculnya dhammah.
وَأَمَّا جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمُ فَهُوَ: مَا دَلَّ عَلَى أَكْثَرَ مِنَ اثْنَتَيْنِ بِزِيَادَةِ أَلِفٍ وَتَاءٍ فِى آخِرِهِ، نَحْوُ: (زَيْنَبَاتٌ، وَفَاطِمَاتٌ، وَحَمَّامَاتٌ) تَقُولُ: (جَاءَ الزَّيْنَبَاتُ، وَسَافَرَ الْفَاطِمَاتُ) فَالزَّيْنَبَاتُ وَالْفَاطِمَاتُ مَرْفُوعَانِ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِمَا الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ، وَلَا تَكُونُ الضَّمَّةُ مُقَدَّرَةً فِي جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ، إِلَّا عِنْدَ إِضَافَتِهِ لِيَاءِ الْمُتَكَلِّمِ نَحْوُ: (هَذِهِ شَجَرَاتِي وَبَقَرَاتِي).
Adapun jamak muannats salim adalah isim yang menunjukkan lebih dari dua dengan tambahan huruf alif dan ta` di akhirnya. Contoh: زَيْنَبَاتٌ، وَفَاطِمَاتٌ، وَحَمَّامَاتٌ. Engkau ucapkan: جَاءَ الزَّيْنَبَاتُ، وَسَافَرَ الْفَاطِمَاتُ. Maka الزَّيْنَبَاتُ dan الْفَاطِمَاتُ adalah dua isim yang marfu’, tanda rafa’nya dhammah yang nampak. Dhammah tidak bisa tersembunyi pada jamak muannats salim kecuali ketika diidhafahkan kepada huruf ya` mutakallim, seperti: هَذِهِ شَجَرَاتِي وَبَقَرَاتِي.
فَإِنْ كَانَتِ الْأَلِفُ غَيْرَ زَائِدَةٍ: بِأَنْ كَانَتْ مَوْجُودَةً فِي الْمُفْرَدِ نَحْوُ (الْقَاضِي وَالْقُضَاةُ، وَالدَّاعِي وَالدُّعَاةُ) لَمْ يَكُنْ جَمْعَ مُؤَنَّثٍ سَالِمًا، بَلْ هُوَ حِينَئِذٍ جَمْعُ تَكْسِيرٍ، وَكَذَلِكَ لَوْ كَانَتِ التَّاءُ لَيْسَتْ زَائِدَةً: بِأَنْ كَانَتْ مَوْجُودَةً فِي الْمُفْرَدِ نَحْوُ (مَيْتٌ وَأَمْوَاتٌ، وَبَيْتٌ وَأَبْيَاتٌ، وَصَوْتٌ وَأَصْوَاتٌ) كَانَ مِنْ جَمْعِ التَّكْسِيرِ، وَلَمْ يَكُنْ مِنْ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ.
Dan jika huruf alif bukan tambahan karena memang sudah ada pada bentuk mufradnya, seperti: الْقَاضِي وَالْقُضَاةُ، وَالدَّاعِي وَالدُّعَاةُ, maka tidak bisa menjadi jamak muannats salim, tetapi saat ini menjadi jamak taksir. Demikian pula apabila huruf ta` bukan tambahan, ketika memang sudah ada pada bentuk mufradnya, seperti: مَيْتٌ وَأَمْوَاتٌ، وَبَيْتٌ وَأَبْيَاتٌ، وَصَوْتٌ وَأَصْوَاتٌ termasuk ke dalam jamak taksir dan bukan jamak muannats salim.
وَأَمَّا الْفِعْلُ الْمُضَارِعُ فَنَحْوُ (يَضْرِبُ) وَ (يَكْتُبُ) فَكُلٌّ مِنْ هَذَيْنِ الْفِعْلَيْنِ مَرْفُوعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ، وَكَذَلِكَ (يَدْعُو، وَيَرْجُو) فَكُلٌّ مِنْهُمَا مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى الْوَاوِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ، وَكَذَلِكَ (يَقْضِي، وَيُرْضِي) فَكُلٌّ مِنْهُمَا مَرْفُوعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى الْيَاءِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا الثِّقَلُ، وَكَذَلِكَ (يَرْضَى، وَيَقْوَى) فَكُلٌّ مِنْهُمَا مَرْفُوعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى الْأَلِفِ مَنَعَ مِنْ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ.
Adapun fi’il mudhari’ seperti يَضْرِبُ dan يَكْتُبُ, setiap dua fi’il ini adalah marfu’. Tanda rafa’nya adalah dhammah yang nampak. Begitu pula يَدْعُو dan يَرْجُو setiap dari dua kata ini adalah marfu’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada huruf wawu, tercegah dari munculnya karena ats-tsiqal (berat). Begitu pula يَقْضِي dan يُرْضِي, setiap dari dua kata ini adalah marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah muqaddarah pada huruf ya`, ats-tsiqal (berat) menghalangi dari nampaknya dhammah. Demikian pula يَرْضَى dan يَقْوَى, setiap dari dua kata ini adalah marfu’, tanda rafa’nya dhammah muqaddarah pada huruf alif, at-ta’adzdzur (sulit) menghalangi dari nampaknya dhammah.
وَقَوْلُنَا: (الَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِهِ أَلِفُ اثْنَيْنِ أَوْ وَاوُ جَمَاعَةٍ أَوْ يَاءُ مُخَاطَبَةٍ) يُخْرِجُ مَا اتَّصَلَ بِهِ وَاحِدٌ مِنْ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ؛ فَمَا اتَّصَلَ بِهِ أَلِفُ الْإِثْنَيْنِ نَحْوُ: (يَكْتُبَانِ، وَيَنْصُرَانِ) وَمَا اتَّصَلَ بِهِ وَاوُ الْجَمَاعَةِ نَحْوُ: (يَكْتُبُونَ، وَيَنْصُرُونَ) وَمَا اتَّصَلَ بِهِ يَاءُ الْمُخَاطَبَةِ نَحْوُ: (تَكْتُبِينَ، وَتَنْصُرِينَ) وَلَا يُرْفَعُ حِينَئِذٍ بَالضَّمَّةِ، بَلْ يُرْفَعُ بِثُبُوتِ النُّونِ، وَالْأَلِفُ أَوِ الْوَاوُ أَوِ الْيَاءُ فَاعِلٌ، وَسَيَأْتِي إِيضَاحُ ذَلِكَ.
Dan ucapan kami: (Yang tidak tersambung dengan alif tatsniyah, wawu jama’ah, atau ya` mukhathabah), ini mengeluarkan kata yang bersambung dengan salah satu dari tiga hal ini. Sehingga kata yang bersambung dengan alif tatsniyah seperti: يَكْتُبَانِ dan يَنْصُرَانِ, kata yang bersambung dengan wawu jama’ah seperti: يَكْتُبُونَ dan يَنْصُرُونَ, dan kata yang bersambung dengan ya` mukhathabah seperti: تَكْتُبِينَ dan تَنْصُرِينَ, tidak dirafa’ lagi dengan dhammah, namun dirafa’ dengan tetapnya nun. Sedangkan alif, wawu, dan ya` adalah fa’il, dan penjelasan hal ini akan datang.
وَقَوْلُنَا: (وَلَا نُونُ تَوْكِيدٍ خَفِيفَةٌ أَوْ ثَقِيلَةٌ) يُخْرِجُ الْفِعْلَ الْمُضَارِعَ الَّذِي اتَّصَلَتْ بِهِ إِحْدَى النُّونَيْنِ، نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى: (لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَنَّ مِنَ الصَّاغِرِينَ) وَالْفِعْلُ حِينَئِذٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ.
Dan ucapan kami: (Yang tidak bersambung nun taukid khafifah atau tsaqilah) mengeluarkan fi’il mudhari’ yang bersambung dengan salah satu dari dua nun ini. Seperti firman Allah ta’ala: لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَنَّ مِنَ الصَّاغِرِينَ, sehingga fi’il ini pada keadaan ini menjadi mabni atas tanda fathah.
وَقَوْلُنَا: (وَلَا نُونُ نِسْوَةٍ) يُخْرِجُ الْفِعْلَ الْمُضَارِعَ الَّذِي اتَّصَلَتْ بِهِ نُونُ النِّسْوَةِ، نَحْوُ قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: (وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ) وَالْفِعْلُ حِينَئِذٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ.
Dan ucapan kami: (Dan tidak bersambung dengan nun niswah) mengeluarkan fi’il mudhari’ yang bersambung dengan nun niswah, seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala: وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ, sehingga fi’il pada keadaan ini menjadi mabni atas tanda sukun.

Shahih Muslim hadits nomor 1080

٢ – بَابُ وُجُوبِ صَوۡمِ رَمَضَانَ لِرُؤۡيَةِ الۡهِلَالِ وَالۡفِطۡرِ لِرُؤۡيَةِ الۡهِلَالِ وَأَنَّهُ إِذَا غُمَّ فِي أَوَّلِهِ أَوۡ آخِرِهِ أُكۡمِلَتۡ عِدَّةُ الشَّهۡرِ ثَلَاثِينَ يَوۡمًا

2. Bab wajib berpuasa awal Ramadhan karena melihat hilal dan berbuka selesai Ramadhan karena melihat hilal dan jika tertutup awan pada awal berpuasa atau akhir berpuasa, maka disempurnakan hitungan bulan menjadi tiga puluh hari

٣ – (١٠٨٠) – حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ قَالَ: قَرَأۡتُ عَلَىٰ مَالِكٍ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ؛ أَنَّهُ ذَكَرَ رَمَضَانَ فَقَالَ: (لَا تَصُومُوا حَتَّىٰ تَرَوُا الۡهِلَالَ، وَلَا تُفۡطِرُوا حَتَّىٰ تَرَوۡهُ، فَإِنۡ أُغۡمِيَ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا لَهُ).
3. (1080). Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: Aku membaca di hadapan Malik, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam; Bahwa beliau menjelaskan Ramadhan, kemudian beliau bersabda, “Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal, dan jangan kalian berbuka (berhenti puasa dengan masuknya bulan Syawwal) hingga kalian melihatnya, dan jika kalian terhalangi awan, maka hitunglah.”
[البخاري: كتاب الصوم، باب قول النبي ﷺ: (إذا رأيتم الهلال فصوموا...)، رقم: ١٩٠٦].
٤ - (…) - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ ذَكَرَ رَمَضَانَ فَضَرَبَ بِيَدَيۡهِ فَقَالَ: (الشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا وَهٰكَذَا – ثُمَّ عَقَدَ إِبۡهَامَهُ فِي الثَّالِثَةِ - فَصُومُوا لِرُؤۡيَتِهِ وَأَفۡطِرُوا لِرُؤۡيَتِهِ، فَإِنۡ أُغۡمِيَ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ).
4. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami: 'Ubaidullah menceritakan kepada kami, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan Ramadhan lalu beliau menggerakkan kedua tangan beliau seraya berkata, “Bulan itu begini dan begini dan begini – kemudian beliau menekuk ibu jari pada kali yang ketiga -. Maka berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Dan jika tertutup awan maka hitunglah tiga puluh hari.”
(…) - وَحَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ، بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ. وَقَالَ: (فَإِنۡ غُمَّ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا ثَلَاثِينَ) نَحۡوَ حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ.
Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: 'Ubaidullah menceritakan kepada kami, dengan sanad ini. Beliau bersabda, “Dan jika tertutup awan, maka hitunglah tiga puluh.” seperti hadits Abu Usamah.
٥ - (…) - وَحَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ، وَقَالَ: ذَكَرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ رَمَضَانَ فَقَالَ: (الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ، الشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا وَهٰكَذَا). وَقَالَ: (فَاقۡدِرُوا لَهُ) وَلَمۡ يَقُلۡ: (ثَلَاثِينَ).
5. 'Ubaidullah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, dari 'Ubaidullah, dengan sanad ini. Dan beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan Ramadhan lalu bersabda, “Bulan itu dua puluh sembilan. Bulan itu begini dan begini dan begini.” Beliau berkata, “Maka hitunglah.” Namun beliau tidak berkata, “Tiga puluh.”
٦ - (…) - وَحَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا؛ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّمَا الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ، فَلَا تَصُومُوا حَتَّىٰ تَرَوۡهُ، وَلَا تُفۡطِرُوا حَتَّىٰ تَرَوۡهُ، فَإِنۡ غُمَّ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا لَهُ).
6. Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: Isma'il menceritakan kepada kami, dari Ayyub, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu ada dua puluh sembilan hari. Maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan janganlah kalian berbuka sampai kalian melihatnya. Dan jika tertutup awan, maka hitunglah.”
٧ - (…) - وَحَدَّثَنِي حُمَيۡدُ بۡنُ مَسۡعَدَةَ الۡبَاهِلِيُّ: حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ الۡمُفَضَّلِ: حَدَّثَنَا سَلَمَةُ - وَهُوَ ابۡنُ عَلۡقَمَةَ - عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا؛ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ، فَإِذَا رَأَيۡتُمُ الۡهِلَالَ فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيۡتُمُوهُ فَأَفۡطِرُوا، فَإِنۡ غُمَّ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا لَهُ).
7. Humaid bin Mas'adah Al-Bahili telah menceritakan kepadaku: Bisyr ibnul Mufadhdhal menceritakan kepada kami: Salamah bin 'Alqamah menceritakan kepada kami, dari Nafi', dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Beliau berkata: Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu dua puluh sembilan hari. Jika kalian telah melihat hilal, maka berpuasalah. Dan jika kalian telah melihatnya, maka berbukalah. Dan jika tertutup awan, maka hitunglah.”
٨ - (…) - حَدَّثَنِي حَرۡمَلَةُ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: حَدَّثَنِي سَالِمُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ؛ أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (إِذَا رَأَيۡتُمُوهُ فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيۡتُمُوهُ فَأَفۡطِرُوا، فَإِنۡ غُمَّ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا لَهُ).
8. Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Syihab, beliau berkata: Salim bin 'Abdullah menceritakan kepadaku; Bahwa 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian telah melihat hilal, maka berpuasalah. Dan jika kalian telah melihatnya, maka berbukalah. Dan jika tertutup awan, maka hitunglah.”
٩ - (…) - وَحَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ وَيَحۡيَىٰ بۡنُ أَيُّوبَ وَقُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ وَابۡنُ حُجۡرٍ - قَالَ يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا. وَقَالَ الۡآخَرُونَ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ، وَهُوَ ابۡنُ جَعۡفَرٍ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا؛ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ لَيۡلَةً، لَا تَصُومُوا حَتَّىٰ تَرَوۡهُ، وَلَا تُفۡطِرُوا حَتَّىٰ تَرَوۡهُ، إِلَّا أَنۡ يَغُمَّ عَلَيۡكُمۡ، فَإِنۡ غُمَّ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدِرُوا لَهُ).
9. Yahya bin Yahya, Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa'id, dan Ibnu Hujr telah menceritakan kepada kami. Yahya bin Yahya berkata: Telah mengabarkan kepada kami. Selain beliau berkata: Isma'il bin Ja'far menceritakan kepada kami, dari 'Abdullah bin Dinar; Bahwa beliau mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu ada dua puluh sembilan malam. Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal, dan janganlah kalian berbuka hingga kalian melihat hilal. Kecuali jika tertutup awan. Jika tertutup awan, maka hitunglah.”
١٠ - (…) - حَدَّثَنَا هَارُونُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا رَوۡحُ بۡنُ عُبَادَةَ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بۡنُ إِسۡحَاقَ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (الشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا وَهٰكَذَا) وَقَبَضَ إِبۡهَامَهُ فِي الثَّالِثَةِ.
10. Harun bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami: Rauh bin 'Ubadah menceritakan kepada kami: Zakariyya bin Ishaq menceritakan kepada kami: 'Amr bin Dinar menceritakan kepada kami; Bahwa beliau mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu begini, begini, dan begini.” Dan beliau melipat ibu jari pada kali yang ketiga.
١١ - (…) - وَحَدَّثَنِي حَجَّاجُ بۡنُ الشَّاعِرِ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ الۡأَشۡيَبُ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ يَحۡيَىٰ قَالَ: وَأَخۡبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ؛ أَنَّهُ سَمِعَ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ).
11. Hajjaj ibnusy Sya'ir telah menceritakan kepadaku: Hasan Al-Asyyab menceritakan kepada kami: Syaiban menceritakan kepada kami, dari Yahya, beliau berkata: Abu Salamah mengabarkan kepadaku; Bahwa beliau mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu ada dua puluh sembilan hari.”
١٢ - (…) - وَحَدَّثَنَا سَهۡلُ بۡنُ عُثۡمَانَ: حَدَّثَنَا زِيَادُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ الۡبَكَّائِيُّ، عَنۡ عَبۡدِ الۡمَلِكِ بۡنِ عُمَيۡرٍ، عَنۡ مُوسَىٰ بۡنِ طَلۡحَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (الشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا وَهٰكَذَا: عَشۡرًا وَعَشۡرًا وَتِسۡعًا).
12. Sahl bin 'Utsman telah menceritakan kepada kami: Ziyad bin 'Abdullah Al-Bakka`i menceritakan kepada kami, dari 'Abdul Malik bin 'Umair, dari Musa bin Thalhah, dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bulan itu begini, begini, dan begini: sepuluh, sepuluh, dan sembilan.”
١٣ - (…) - وَحَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ مُعَاذٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ جَبَلَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (الشَّهۡرُ كَذَا وَكَذَا وَكَذَا) وَصَفَّقَ بِيَدَيۡهِ مَرَّتَيۡنِ بِكُلِّ أَصَابِعِهِمَا، وَنَقَصَ فِي الصَّفۡقَةِ الثَّالِثَةِ إِبۡهَامَ الۡيُمۡنَىٰ أَوِ الۡيُسۡرَىٰ.
13. 'Ubaidullah bin Mu'adz telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Syu'bah menceritakan kepada kami, dari Jabalah, beliau berkata: Aku mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu begini, begini, dan begini.” Beliau mengepakkan dua tangan dua kali dengan semua jari-jemari beliau, dan mengurangi ibu jari yang kanan atau kiri pada kali yang ketiga.
[البخاري: كتاب الصوم، باب قول النبي ﷺ: (إذا رأيتم الهلال فصوموا...)، رقم: ١٩٠٨].
١٤ - (…) - وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ عُقۡبَةَ - وَهُوَ ابۡنُ حُرَيۡثٍ - قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ) وَطَبَّقَ شُعۡبَةُ يَدَيۡهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ، وَكَسَرَ الۡإِبۡهَامَ فِي الثَّالِثَةِ.
قَالَ عُقۡبَةُ: وَأَحۡسِبُهُ قَالَ: (الشَّهۡرُ ثَلَاثُونَ) وَطَبَّقَ كَفَّيۡهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ.
14. Muhammad ibnul Mutsanna telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami: Syu'bah menceritakan kepada kami, dari 'Uqbah bin Huraits, beliau berkata: Aku mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu ada dua puluh sembilan hari.” Syu'bah membentangkan kedua tangannya tiga kali, dan beliau menurunkan ibu jarinya pada kali yang ketiga.
'Uqbah berkata: Aku menyangka dia berkata, “Bulan itu ada tiga puluh hari.” Beliau membentangkan dua telapak tangan beliau tiga kali.
١٥ - (…) - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ، عَنۡ شُعۡبَةَ. (ح) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى وَابۡنُ بَشَّارٍ. قَالَ ابۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ بۡنِ قَيۡسٍ قَالَ: سَمِعۡتُ سَعِيدَ بۡنَ عَمۡرِو بۡنِ سَعِيدٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يُحَدِّثُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لَا نَكۡتُبُ وَلَا نَحسُبُ، الشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا وَهٰكَذَا) وَعَقَدَ الۡإِبۡهَامَ فِي الثَّالِثَةِ: (وَالشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا وَهٰكَذَا) يَعۡنِي تَمَامَ ثَلَاثِينَ.
15. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Ghundar menceritakan kepada kami, dari Syu'bah. (Dalam riwayat lain) Muhammad ibnul Mutsanna dan Ibnu Basysyar telah menceritakan kepada kami. Ibnul Mutsanna berkata: Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami: Syu'bah menceritakan kepada kami, dari Al-Aswad bin Qais, beliau berkata: Aku mendengar Sa'id bin 'Amr bin Sa'id bahwa beliau mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma menceritakan hadits, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya kita adalah umat yang ummi, kita tidak menulis dan tidak menghitung. Bulan itu begini, begini, dan begini.” Beliau menggenggam ibu jari pada kali yang ketiga. “Dan bulan itu begini, begini, dan begini.” Yakni sempurna tiga puluh.
[البخاري: كتاب الصوم، باب قول النبي ﷺ: (لا نكتب ولا نحسب)، رقم: ١٩١٣].
(…) - وَحَدَّثَنِيهِ مُحَمَّدُ بۡنُ حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ مَهۡدِيٍّ، عَنۡ سُفۡيَانَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ بۡنِ قَيۡسٍ، بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ، وَلَمۡ يَذۡكُرۡ لِلشَّهۡرِ الثَّانِي: ثَلَاثِينَ.
Muhammad bin Hatim telah menceritakan hadits ini kepadaku: Ibnu Mahdi menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Al-Aswad bin Qais, dengan sanad ini. Namun, beliau tidak menyebutkan pada bulan yang kedua lafazh: tiga puluh.
١٦ - (…) - حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الۡجَحۡدَرِيُّ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ بۡنُ زِيَادٍ: حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ سَعۡدِ بۡنِ عُبَيۡدَةَ قَالَ: سَمِعَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا رَجُلًا يَقُولُ: اللَّيۡلَةَ لَيۡلَةُ النِّصۡفِ. فَقَالَ لَهُ: مَا يُدۡرِيكَ أَنَّ اللَّيۡلَةَ النِّصۡفُ؟ سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (الشَّهۡرُ هٰكَذَا وَهٰكَذَا – وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ الۡعَشۡرِ مَرَّتَيۡنِ - وَهٰكَذَا – فِي الثَّالِثَةِ وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ كُلِّهَا وَحَبَسَ أَوۡ خَنَسَ إِبۡهَامَهُ -).
16. Abu Kamil Al-Jahdari telah menceritakan kepada kami: 'Abdul Wahid bin Ziyad menceritakan kepada kami: Al-Hasan bin 'Ubaidullah menceritakan kepada kami, dari Sa'd bin 'Ubaidah, beliau berkata: Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma mendengar seseorang laki-laki mengatakan: Malam ini malam pertengahan bulan. Lalu beliau bertanya kepadanya: Bagaimana engkau mengetahui bahwa malam ini adalah pertengahan bulan? Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bulan itu begini, begini – beliau memberi isyarat dengan sepuluh jari-jemari beliau dua kali -, dan begini – pada kali yang ketiga beliau memberi isyarat dengan seluruh jari-jemari dan menahan atau meninggalkan ibu jari beliau -.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1900

١٩٠٠ – حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ بُكَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَالِمٌ: أَنَّ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (إِذَا رَأَيۡتُمُوهُ فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيۡتُمُوهُ فَأَفۡطِرُوا، فَإِنۡ غُمَّ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡدُرُوا لَهُ). وَقَالَ غَيۡرُهُ، عَنِ اللَّيۡثِ: حَدَّثَنِي عُقَيۡلٌ وَيُونُسُ: لِهِلَالِ رَمَضَانَ.
1900. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepadaku, dari 'Uqail, dari Ibnu Syihab, beliau berkata: Salim mengabarkan kepadaku: Bahwa Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Jika kalian telah melihat hilal bulan Ramadhan, maka berpuasalah kalian. Dan jika kalian telah melihat hilal bulan Syawwal, maka berbukalah kalian. Dan jika tertutupi awan, maka tentukanlah.” Dan selain beliau berkata, dari Al-Laits: 'Uqail dan Yunus menceritakan kepadaku: Yakni pada hilal bulan Ramadhan.
[الحديث ١٩٠٠ – طرفاه في: ١٩٠٦، ١٩٠٧].

Manhajus Salikin - Kitab Zakat (3), Bab Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat dan yang Tidak Berhak Menerimanya

Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat dan yang Tidak Berhak Menerimanya

Tidak diberikan zakat kecuali kepada delapan golongan yang Allah sebutkan dalam firmanNya,
إِنَّمَا ٱلصَّدَقَـٰتُ لِلْفُقَرَآءِ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱلْعَـٰمِلِينَ عَلَيْهَا وَٱلْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَٱلْغَـٰرِمِينَ وَفِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ ٱللَّهِ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya sedekah-sedekah itu hanyalah untuk fakir, miskin, ‘amil zakat, orang yang dilunakkan hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang terlilit hutang, orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang kehabisan bekal di dalam perjalanan; sebagai kewajiban dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60).
Boleh untuk mencukupkan dengan salah satu golongan di antara mereka. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz,
فَإِنْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
“Jika mereka menaatimu pada hal tersebut, maka beritahulah mereka sesungguhnya Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir mereka.” (Muttafaqun ‘alaih[1]).
Zakat tidak halal untuk orang kaya, orang yang kuat yang bekerja, keluarga Muhammad, yaitu Bani Hasyim dan maula-maula (budak yang dimerdekakan) mereka, orang yang wajib dinafkahi oleh yang berzakat, dan orang kafir.
Adapun sedekah sunnah, maka boleh diberikan kepada mereka dan selain mereka. Namun, bila sedekah itu bisa bermanfaat baik manfaat umum atau khusus, maka itu lebih sempurna. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلِيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ
“Barangsiapa meminta harta manusia untuk memperbanyak hartanya, sesungguhnya dia meminta bara api. Terserah dia mau minta sedikit atau banyak.” (HR. Muslim[2]).
Nabi bersabda kepada ‘Umar radhiyallahu ‘anhu,
مَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ، وَمَا لَا فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسُكَ
“Barangsiapa yang datang kepadamu dengan harta ini, dalam keadaan kamu tidak berambisi kepadanya dan tidak pula memintanya, maka ambillah. Adapun kalau tidak demikian, janganlah engkau menggantungkan jiwamu kepadanya.” (HR. Muslim[3]).

[1] HR. Al-Bukhari (1395) dan Muslim (19) dari hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
[2] Nomor 1041 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1473

٥٢ – بَابُ مَنۡ أَعۡطَاهُ اللهُ شَيۡئًا مِنۡ غَيۡرِ مَسۡأَلَةٍ وَلَا إِشۡرَافِ نَفۡسٍ ﴿وَفِي أَمۡوَالِهِمۡ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالۡمَحۡرُومِ﴾ الذاريات: ١٩

52. Bab barangsiapa yang Allah memberinya sesuatu tanpa meminta-minta dan berambisi mendapatkannya (Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian) [Adz-Dzariyat: 19]

١٤٧٣ – حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ سَالِمٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: سَمِعۡتُ عُمَرَ يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُعۡطِينِي الۡعَطَاءَ، فَأَقُولُ: أَعۡطِهِ مَنۡ هُوَ أَفۡقَرُ إِلَيۡهِ مِنِّي، فَقَالَ: (خُذۡهُ، إِذَا جَاءَكَ مِنۡ هٰذَا الۡمَالِ شَيۡءٌ، وَأَنۡتَ غَيۡرُ مُشۡرِفٍ وَلَا سَائِلٍ، فَخُذۡهُ، وَمَ لَا، فَلَا تُتۡبِعۡهُ نَفۡسَكَ).
1473. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami, dari Yunus, dari Az-Zuhri, dari Salim: Bahwa 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Aku mendengar 'Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberiku sebuah pemberian. Kemudian aku katakan: Berikanlah ini kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada saya. Beliau bersabda, “Ambillah ini! Jika ada harta yang datang kepadamu dalam keadaan engkau tidak berambisi kepadanya, tidak pula meminta-minta, maka ambillah. Adapun jika tidak demikian, maka janganlah engkau menggantungkan jiwamu padanya.”
[الحديث ١٤٧٣ – طرفاه في: ٧١٦٣، ٧١٦٤].

Shahih Muslim hadits nomor 1045

٣٧ – بَابُ إِبَاحَةِ الۡأَخۡذِ لِمَنۡ أُعۡطِيَ مِنۡ غَيۡرِ مَسۡأَلَةٍ وَلَا إِشۡرَافٍ

37. Bab bolehnya mengambil suatu pemberian tanpa meminta-minta dan tanpa berambisi mendapatkannya

١١٠ – (١٠٤٥) – وَحَدَّثَنَا هَارُونُ بۡنُ مَعۡرُوفٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ. (ح) وَحَدَّثَنِي حَرۡمَلَةُ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعۡتُ عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ: قَدۡ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُعۡطِينِي الۡعَطَاءَ فَأَقُولُ: أَعۡطِهِ أَفۡقَرَ إِلَيۡهِ مِنِّي، حَتَّىٰ أَعۡطَانِي مَرَّةً مَالًا، فَقُلۡتُ: أَعۡطِهِ أَفۡقَرَ إِلَيۡهِ مِنِّي. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (خُذۡهُ، وَمَا جَاءَكَ مِنۡ هٰذَا الۡمَالِ وَأَنۡتَ غَيۡرُ مُشۡرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذۡهُ، وَمَا لَا، فَلَا تُتۡبِعۡهُ نَفۡسَكَ).
110. (1045). Harun bin Ma'ruf telah menceritakan kepada kami: 'Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin 'Abdullah bin 'Umar, dari ayahnya, beliau berkata: Aku mendengar 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberi aku sebuah pemberian. Lalu aku katakan: Berikan ini kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada saya. Sampai lain waktu, beliau memberiku harta. Lalu aku katakan: Berikan ini kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada saya. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ambillah ini! Harta yang datang kepadamu dalam keadaan engkau tidak berambisi mendapatkannya dan tidak meminta-minta, maka ambillah. Adapun jika tidak demikian, maka janganlah engkau menggantungkan jiwamu padanya.”
[البخاري: كتاب الزكاة، باب من أعطاه الله شيئا من غير مسألة...، رقم: ١٤٧٣].
١١١ - (…) - وَحَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرُو بۡنُ الۡحَارِثِ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يُعۡطِي عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ الۡعَطَاءَ فَيَقُولُ لَهُ عُمَرُ: أَعۡطِهِ يَا رَسُولَ اللهِ أَفۡقَرَ إِلَيۡهِ مِنِّي. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (خُذۡهُ فَتَمَوَّلۡهُ أَوۡ تَصَدَّقۡ بِهِ، وَمَا جَاءَكَ مِنۡ هٰذَا الۡمَالِ وَأَنۡتَ غَيۡرُ مُشۡرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذۡهُ، وَمَا لَا، فَلَا تُتۡبِعۡهُ نَفۡسَكَ).
قَالَ سَالِمٌ: فَمِنۡ أَجۡلِ ذٰلِكَ كَانَ ابۡنُ عُمَرَ لَا يَسۡأَلُ أَحَدًا شَيۡئًا، وَلَا يَرُدُّ شَيۡئًا أُعۡطِيَهُ.
111. Abuth Thahir telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami: 'Amr ibnul Harits mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin 'Abdullah, dari ayahnya; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberi 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu sebuah pemberian, lalu 'Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, berikanlah ini kepada yang lebih membutuhkannya daripada aku. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada 'Umar, “Ambillah ini! Simpanlah atau bersedekahlah dengannya. Harta yang datang kepada engkau, tanpa engkau berambisi mendapatkannya dan tanpa meminta-minta, ambillah. Adapun jika tidak demikian, maka janganlah engkau menggantungkan jiwamu padanya.”
Salim berkata: Karena alasan inilah, Ibnu 'Umar tidak pernah meminta sesuatupun kepada seseorang dan tidak pernah menolak sesuatupun yang diberikan kepada beliau.
(…) - وَحَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ. قَالَ عَمۡرٌو: وَحَدَّثَنِي ابۡنُ شِهَابٍ بِمِثۡلِ ذٰلِكَ، عَنِ السَّائِبِ بۡنِ يَزِيدَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ السَّعۡدِيِّ، عَنۡ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ.
Abuth Thahir telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami. 'Amr berkata: Ibnu Syihab menceritakan kepadaku semisal hadits ini, dari As-Sa`ib bin Yazid, dari 'Abdullah bin As-Sa'di, dari 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
١١٢ - (…) - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ، عَنۡ بُكَيۡرٍ، عَنۡ بُسۡرِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنِ ابۡنِ السَّاعِدِيِّ الۡمَالِكِيِّ؛ أَنَّهُ قَالَ: اسۡتَعۡمَلَنِي عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ عَلَىٰ الصَّدَقَةِ، فَلَمَّا فَرَغۡتُ مِنۡهَا وَأَدَّيۡتُهَا إِلَيۡهِ أَمَرَ لِي بِعُمَالَةِ. فَقُلۡتُ: إِنَّمَا عَمِلۡتُ لِلهِ، وَأَجۡرِي عَلَىٰ اللهِ. فَقَالَ: خُذۡ مَا أُعۡطِيتَ، فَإِنِّي عَمِلۡتُ عَلَىٰ عَهۡدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَعَمَّلَنِي، فَقُلۡتُ مِثۡلَ قَوۡلِكَ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا أُعۡطِيتَ شَيۡئًا مِنۡ غَيۡرِ أَنۡ تَسۡأَلَ، فَكُلۡ وَتَصَدَّقۡ).
112. Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami, dari Bukair, dari Busr bin Sa'id, dari Ibnus Sa'idi Al-Maliki; Bahwa beliau berkata: 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu menugaskan aku mengurusi sedekah. Tatkalah aku telah selesai dan menunaikannya, beliau memerintahkan untuk memberiku upah. Aku pun mengatakan: Aku hanya bekerja untuk Allah, dan upahku hanyalah dari Allah. Maka beliau berkata: Ambillah apa yang diberikan kepadamu, sungguh aku pernah bekerja di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu beliau mengupahku. Lalu aku mengucapkan seperti ucapanmu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Jika engkau diberi sesuatu tanpa engkau minta, maka ambillah dan bersedekahlah.”
(…) - وَحَدَّثَنِي هَارُونُ بۡنُ سَعِيدٍ الۡأَيۡلِيُّ: حَدَّثَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرُو بۡنُ الۡحَارِثِ، عَنۡ بُكَيۡرِ بۡنِ الۡأَشَجِّ، عَنۡ بُسۡرِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنِ ابۡنِ السَّعۡدِيِّ؛ أَنَّهُ قَالَ: اسۡتَعۡمَلَنِي عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ عَلَىٰ الصَّدَقَةِ. بِمِثۡلِ حَدِيثِ اللَّيۡثِ.
Harun bin Sa'id Al-Aili telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb menceritakan kepada kami: 'Amru ibnul Harits mengabarkan kepadaku, dari Bukair ibnul Asyaj, dari Busr bin Sa'id, dari Ibnus Sa'idi; bahwa dia berkata: 'Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu telah mempekerjakanku mengurusi sedekah. Semisal hadits Al-Laits.

Shahih Muslim hadits nomor 1041

١٠٥ – (١٠٤١) – حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيۡبٍ وَوَاصِلُ بۡنُ عَبۡدِ الۡأَعۡلَىٰ. قَالَا: حَدَّثَنَا ابۡنُ فُضَيۡلٍ، عَنۡ عُمَارَةَ بۡنِ الۡقَعۡقَاعِ، عَنۡ أَبِي زُرۡعَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ سَأَلَ النَّاسَ أَمۡوَالَهُمۡ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسۡأَلُ جَمۡرًا، فَلۡيَسۡتَقِلَّ أَوۡ لِيَسۡتَكۡثِرۡ).
105. (1041). Abu Kuraib dan Washil bin 'Abdul A'la telah menceritakan kepada kami. Mereka berdua berkata: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, dari 'Umarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zur'ah, dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meminta harta manusia untuk memperbanyak hartanya, sesungguhnya dia sedang meminta bara api. Terserah dia mau minta sedikit atau banyak.”

Shahih Muslim hadits nomor 19

٧ – بَابُ الدُّعَاءِ إِلَى الشَّهَادَتَيۡنِ وَشَرَائِعِ الۡإِسۡلَامِ

7. Bab berdakwah kepada dua kalimat syahadat dan syari'at Islam

٢٩ – (١٩) – حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَأَبُو كُرَيۡبٍ وَإِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، جَمِيعًا عَنۡ وَكِيعٍ، قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ زَكَرِيَّاءَ بۡنِ إِسۡحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنِي يَحۡيَىٰ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ صَيۡفِيٍّ، عَنۡ أَبِي مَعۡبَدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنۡ مُعَاذِ بۡنِ جَبَلٍ. قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: رُبَّمَا قَالَ وَكِيعٌ: عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ مُعَاذًا قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ، قَالَ: (إِنَّكَ تَأۡتِي قَوۡمًا مِنۡ أَهۡلِ الۡكِتَابِ، فَادۡعُهُمۡ إِلَى شَهَادَةِ أَنۡ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، فَإِنۡ هُمۡ أَطَاعُوا لِذٰلِكَ، فَأَعۡلِمۡهُمۡ أَنَّ اللهَ افۡتَرَضَ عَلَيۡهِمۡ خَمۡسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوۡمٍ وَلَيۡلَةٍ، فَإِنۡ هُمۡ أَطَاعُوا لِذٰلِكَ، فَأَعۡلِمۡهُمۡ أَنَّ اللهَ افۡتَرَضَ عَلَيۡهِمۡ صَدَقَةً تُؤۡخَذُ مِنۡ أَغۡنِيَائِهِمۡ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمۡ، فَإِنۡ هُمۡ أَطَاعُوا لِذٰلِكَ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمۡوَالِهِمۡ، وَاتَّقِ دَعۡوَةَ الۡمَظۡلُومِ، فَإِنَّهُ لَيۡسَ بَيۡنَهَا وَبَيۡنَ اللهِ حِجَابٌ).
29. (19). Abu Bakr bin Abu Syaibah, Abu Kuraib, dan Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Seluruhnya dari Waki'. Abu Bakr berkata: Waki' menceritakan kepada kami, dari Zakariyya bin Ishaq, beliau berkata: Yahya bin 'Abdullah bin Shaifi menceritakan kepadaku, dari Abu Ma'bad, dari Ibnu 'Abbas, dari Mu'adz bin Jabal. Abu Bakr berkata: Barangkali Waki' berkata: Dari Ibnu 'Abbas: Bahwa Mu'adz berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusku, beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab, maka serulah mereka untuk mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka menaati hal tersebut, maka beritahu mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka lima shalat sehari semalam. Jika mereka menaati hal tersebut, maka beritahu mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shadaqah yang diambil dari orang-orang kaya lalu diserahkan kepada orang-orang fakir mereka. Jika mereka menaati hal tersebut, maka hati-hatilah dari harta-harta mereka yang sangat berharga dan takutlah doa orang yang dizhalimi karena tidak ada penghalang antara doa itu dengan Allah.”
٣٠ - (…) - حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ: حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ السَّرِيِّ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بۡنُ إِسۡحَاقَ، (ح) وَحَدَّثَنَا عَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنۡ زَكَرِيَّاءَ بۡنِ إِسۡحَاقَ، عَنۡ يَحۡيَىٰ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ صَيۡفِيٍّ، عَنۡ أَبِي مَعۡبَدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الۡيَمَنِ. فَقَالَ: (إِنَّكَ سَتَأۡتِي قَوۡمًا...) بِمِثۡلِ حَدِيثِ وَكِيعٍ.
30. Ibnu Abu 'Umar telah menceritakan kepada kami: Bisyr ibnus Sari menceritakan kepada kami: Zakariyya bin Ishaq menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) 'Abdu bin Humaid telah menceritakan kepada kami: Abu 'Ashim menceritakan kepada kami, dari Zakariyya bin Ishaq, dari Yahya bin 'Abdullah bin Shaifi, dari Abu Ma'bad, dari Ibnu 'Abbas: Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz ke Yaman. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum...” Semisal hadits Waki'.
٣١ - (…) - حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بۡنُ بِسۡطَامَ الۡعَيۡشِيُّ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا رَوۡحٌ وَهُوَ ابۡنُ الۡقَاسِمِ، عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ بۡنِ أُمَيَّةَ، عَنۡ يَحۡيَىٰ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ صَيۡفِيٍّ، عَنۡ أَبِي مَعۡبَدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الۡيَمَنِ قَالَ: (إِنَّكَ تَقۡدَمُ عَلَى قَوۡمِ أَهۡلِ كِتَابٍ، فَلۡيَكُنۡ أَوَّلَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِ عِبَادَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا عَرَفُوا اللهَ، فَأَخۡبِرۡهُمۡ أَنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَيۡهِمۡ خَمۡسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوۡمِهِمۡ وَلَيۡلَتِهِمۡ، فَإِذَا فَعَلُوا، فَأَخۡبِرۡهُمۡ أَنَّ اللهَ قَدۡ فَرَضَ عَلَيۡهِمۡ زَكَاةً تُؤۡخَذُ مِنۡ أَغۡنِيَائِهِمۡ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمۡ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا، فَخُذۡ مِنۡهُمۡ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمۡوَالِهِمۡ).
31. Umayyah bin Bistham Al-'Aisyi telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai' menceritakan kepada kami: Rauh ibnul Qasim menceritakan kepada kami, dari Isma'il bin Umayyah, dari Yahya bin 'Abdullah bin Shaifi, dari Abu Ma'bad, dari Ibnu 'Abbas: Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab. Hendaklah yang pertama-tama engkau seru mereka adalah ibadah kepada Allah 'azza wa jalla. Jika mereka telah mengenal Allah, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka lima shalat setiap sehari semalam. Jika mereka telah mengerjakannya, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya lalu diserahkan kepada orang-orang fakir mereka. Jika mereka menaatinya, maka ambillah dari mereka dan hati-hatilah dari harta-harta yang sangat berharga milik mereka.”

At-Tuhfatus Saniyyah - Macam-macam I'rab

وَأَقْسَامُهُ أَرْبَعَةٌ: رَفْعٌ وَنَصْبٌ وَخَفْضٌ وَجَزْمٌ. فَلِلْأَسْمَاءِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالْخَفْضُ وَلَا جَزْمَ فِيهَا. وَلِلْأَفْعَالِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالْجَزْمُ وَلَا خَفْضَ فِيهَا.
Pembagian i’rab ada empat: rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Isim memiliki i’rab rafa’, nashab, dan khafdh; tidak ada jazm pada isim. Fi’il memiliki i’rab rafa’, nashab, dan jazm; tidak ada khafdh pada fi’il.
وَأَقُولُ: أَنْوَاعُ الْإِعْرَابِ الَّتِي تَقَعُ فِي الْإِسْمِ وَالْفِعْلِ جَمِيعًا أَرْبَعَةٌ: الْأَوَّلُ: الرَّفْعُ، وَالثَّانِي: النَّصْبُ، وَالثَّالِثُ: الْخَفْضُ، وَالرَّابِعُ: الْجَزْمُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الْأَنْوَاعِ الْأَرْبَعَةِ مَعْنًى فِي اللُّغَةِ، وَمَعْنًى فِي اصْطِلَاحِ النُّحَاةِ.
Jenis-jenis i’rab yang ada pada isim dan fi’il seluruhnya ada empat: rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Setiap satu dari empat jenis ini mempunyai makna dari sisi bahasa dan makna secara istilah ahli nahwu.
أَمَّا الرَّفْعُ فَهُوَ فِي اللُّغَةِ: الْعُلُوُّ وَالْإِرْتِفَاعُ، وَهُوَ فِي الْإِصْطِلَاحِ: تَغَيُّرٌ مَخْصُوصٌ عَلَامَتُهُ الضَّمَّةُ وَمَا نَابَ عَنْهَا، وَسَتَعْرِفُ قَرِيبًا مَا يَنُوبُ عَنِ الضَّمَّةِ فِي الْفَصْلِ الْآتِي إِنْ شَاءَ اللهُ، وَيَقَعُ الرَّفْعُ فِي كُلٍّ مِنَ الْإِسْمِ وَالْفِعْلِ، نَحْوُ: (يَقُومُ عَلِيٌّ) وَ (يَصْدَحُ الْبُلْبُلُ).
Adapun rafa’ secara bahasa artinya tinggi dan naik. Secara istilah adalah perubahan khusus yang tandanya dhammah atau yang menggantinya. Sebentar lagi engkau akan tahu apa pengganti dhammah pada pasal yang akan datang, insya Allah. Rafa’ terdapat pada isim dan fi’il, contoh: يَقُومُ عَلِيٌّ dan يَصْدَحُ الْبُلْبُلُ.
وَأَمَّا النَّصْبُ فَهُوَ فِي اللُّغَةِ: الْإِسْتِوَاءُ وَالْإِسْتِقَامَةُ، وَهُوَ فِي الْإِصْطِلَاحِ: تَغَيُّرٌ مَخْصُوصٌ عَلَامَتُهُ الْفَتْحَةُ وَمَا نَابَ عَنْهَا، وَيَقَعُ النَّصْبُ فِي كُلٍّ مِنَ الْإِسْمِ وَالْفِعْلِ أَيْضًا، نَحْوُ: (لَنْ أُحِبَّ الْكَسَلَ).
Adapun nashab secara bahasa adalah tegak dan lurus. Secara istilah nashab adalah perubahan khusus yang tandanya fathah atau yang menggantikannya. Nashab terdapat pada isim dan fi’il juga. Contoh: لَنْ أُحِبَّ الْكَسَلَ.
وَأَمَّا الْخَفْضُ فَهُوَ فِي اللُّغَةِ: التَّسَفُّلُ، وَهُوَ فِي الْإِصْطِلَاحِ: تَغَيُّرٌ مَخْصُوصٌ عَلَامَتُهُ الْكَسْرَةُ وَمَا نَابَ عَنْهَا، وَلَا يَكُونُ الْخَفْضُ إِلَّا فِي الْإِسْمِ، نَحْوُ: (تَأَلَّمْتُ مِنَ الْكَسُولِ).
Adapun khafdh secara bahasa adalah menurunkan. Secara istilah, khafdh adalah perubahan khusus yang tandanya kasrah atau yang menggantikannya. Khafdh hanya terdapat pada isim. Contoh: تَأَلَّمْتُ مِنَ الْكَسُولِ.
وَأَمَّا الْجَزْمُ فَهُوَ فِي اللُّغَةِ: الْقَطْعُ، وَفِي الْإِصْطِلَاحِ تَغَيُّرٌ مَخْصُوصٌ عَلَامَتُهُ السُّكُونُ وَمَا نَابَ عَنْهُ، وَلَا يَكُونُ الْجَزْمُ إِلَّا فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ، نَحْوُ: (لَمْ يَفُزْ مُتَكَاسِلٌ).
Adapun jazm secara bahasa adalah memotong. Secara istilah, jazm adalah perubahan khusus yang tandanya sukun atau yang menggantikannya. Jazm hanya terdapat pada fi’il mudhari’. Contoh: لَمْ يَفُزْ مُتَكَاسِلٌ
فَقَدْ تَبَيَّنَ لَكَ أَنَّ أَنْوَاعَ الْإِعْرَابِ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ: قِسْمٌ مُشْتَرِكٌ بَيْنَ الْأَسْمَاءِ وَالْأَفْعَالِ، وَهُوَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ، وَقِسْمٌ مُخْتَصٌّ بِالْأَسْمَاءِ، وَهُوَ الْخَفْضُ، وَقِسْمٌ مُخْتَصٌّ بِالْأَفْعَالِ، وَهُوَ الْجَزْمُ.
Telah jelas bagimu bahwa jenis-jenis i’rab ada tiga bagian: satu bagian berserikat antara isim dan fi’il, yakni rafa’ dan nashab; satu bagian khusus untuk isim, yaitu khafdh; dan satu bagian khusus untuk fi’il, yaitu jazm.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1395

١ – بَابُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ

1. Bab kewajiban zakat

وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ﴾ [البقرة: ٤٣]. وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: حَدَّثَنِي أَبُو سُفۡيَانَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ؛ فَذَكَرَ حَدِيثَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَأۡمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّلَةِ وَالۡعَفَافِ.
Dan firman Allah ta'ala, “Dan tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (QS. Al-Baqarah: 43). Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Abu Sufyan radhiyallahu 'anhu telah menceritakan kepadaku; Lalu beliau menyebutkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda: Beliau memerintahkan kami untuk shalat, zakat, menyambung silaturahmi, dan menjaga kehormatan diri.
١٣٩٥ – حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بۡنُ مَخۡلَدٍ، عَنۡ زَكَرِيَّاءَ بۡنِ إِسۡحَاقَ، عَنۡ يَحۡيَىٰ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ صَيۡفِيِّ، عَنۡ أَبِي مَعۡبَدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ إِلَى الۡيَمَنِ، فَقَالَ: (ادۡعُهُمۡ إِلَى شَهَادَةِ أَنۡ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، فَإِنۡ هُمۡ أَطَاعُوا لِذٰلِكَ، فَأَعۡلِمۡهُمۡ أَنَّ اللهَ قَدِ افۡتَرَضَ عَلَيۡهِمۡ خَمۡسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوۡمٍ وَلَيۡلَةٍ، فَإِنۡ هُمۡ أَطَاعُوا لِذٰلِكَ، فَأَعۡلِمۡهُمۡ أَنَّ اللهَ افۡتَرَضَ عَلَيۡهِمۡ صَدَقَةً فِي أَمۡوَالِهِمۡ، تُؤۡخَذُ مِنۡ أَغۡنِيَائِهِمۡ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمۡ).
1395. Abu 'Ashim Adh-Dhahhak bin Makhlad telah menceritakan kepada kami, dari Zakariyya bin Ishaq, dari Yahya bin 'Abdullah bin Shaifi, dari Abu Ma'bad, dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma: Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz ke Yaman, kemudian beliau bersabda, “Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaati hal itu, maka beritahu mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima shalat dalam sehari semalam. Jika mereka mentaati hal itu, maka beritahu mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah pada harta-harta mereka, yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir mereka.”
[الحديث ١٣٩٥ – أطرافه في: ١٤٥٨، ١٤٩٦، ٢٤٤٨، ٤٣٤٧، ٧٣٧١، ٧٣٧٢].

Manhajus Salikin - Kitab Zakat (2), Bab Zakat Fithri

Bab Zakat Fithri

Dari Ibnu Umar, beliau berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ: صَاعًا مِنْ تَمْرٍ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ، عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى، وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ. وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat al-fithr 1 sha’ kurma atau 1 sha’ jelai, atas orang yang merdeka atau hamba, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun orang dewasa dari kalangan kaum muslimin. Dan beliau memerintahkannya untuk ditunaikan sebelum keluarnya manusia untuk shalat ‘idul fithr.” (Muttafaqun ‘alaih[1]). Zakat wajib atas diri seseorang dan atas orang-orang yang berada di bawah tanggungannya, jika dia memiliki kelebihan kebutuhan pokoknya pada hari dan malam tersebut, yaitu berupa 1 sha’ kurma, sya'ir (jelai), aqith (susu yang dikeringkan), zabib (kismis), atau burr (gandum).
Yang paling utama adalah yang paling bermanfaat, dan tidak boleh mengakhirkannya setelah hari ‘id.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkannya sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa, makanan bagi orang miskin. Barangsiapa yang menunaikan sebelum shalat ‘id, maka itu adalah zakat yang diterima. Barangsiapa yang menunaikan setelah shalat, maka itu adalah sedekah dari sedekah-sedekah sunnah. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah[2]).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي طَاعَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ مُعَلَّقٌ قَلْبُهُ بِالْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Tujuh golongan yang akan Allah naungi di dalam naunganNya pada hari tidak naungan kecuali naunganNya: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, seorang yang tergantung hatinya kepada masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu dia berkata: Sesungguhnya saya takut kepada Allah; dan seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian, lalu dia menangis.” (Muttafaqun ‘alaih[3]).

[1] HR. Al-Bukhari (1503) dan Muslim (984).
[2] HR. Abu Dawud (1609) dan Ibnu Majah (1827) dari hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
[3] HR. Al-Bukhari (660) dan Muslim (1031) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Shahih Muslim hadits nomor 1031

٣٠ – بَابُ فَضۡلِ إِخۡفَاءِ الصَّدَقَةِ

30. Bab keutamaan menyembunyikan sedekah

٩١ – (١٠٣١) – حَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ وَمُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى. جَمِيعًا عَنۡ يَحۡيَىٰ الۡقَطَّانِ. قَالَ زُهَيۡرٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ: أَخۡبَرَنِي خُبَيۡبُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: (سَبۡعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوۡمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الۡإِمَامُ الۡعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلۡبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الۡمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ، اجۡتَمَعَا عَلَيۡهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيۡهِ، وَرَجُلٌ دَعَتۡهُ امۡرَأَةٌ ذَاتُ مَنۡصَبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخۡفَاهَا حَتَّىٰ لَا تَعۡلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنۡفِقُ شِمَالُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتۡ عَيۡنَاهُ).
91. (1031). Zuhair bin Harb dan Muhammad ibnul Mutsanna telah menceritakan kepadaku. Semuanya dari Yahya Al-Qaththan. Zuhair berkata: Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, dari 'Ubaidullah: Khubaib bin 'Abdurrahman mengabarkan kepada kami, dari Hafsh bin 'Ashim, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi di bawah naunganNya pada hari yang tidak ada satu naunganpun selain naunganNya: (1) pemimpin yang adil, (2) pemuda yang tumbuh di dalam peribadahan kepada Allah, (3) seseorang yang hatinya terpaut di masjid-masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karenaNya, (5) seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun dia berkata: Sesungguhnya aku takut kepada Allah, (6) seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah, lalu dia menyembunyikannya sampai-sampai tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kirinya, (7) dan seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga berlinang air matanya.”
(…) - وَحَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ. قَالَ: قَرَأۡتُ عَلَىٰ مَالِكٍ، عَنۡ خُبَيۡبِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ - أَوۡ عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ -؛ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ. بِمِثۡلِ حَدِيثِ عُبَيۡدِ اللهِ، وَقَالَ: (وَرَجُلٌ مُعَلَّقٌ بِالۡمَسۡجِدِ إِذَا خَرَجَ مِنۡهُ حَتَّىٰ يَعُودَ إِلَيۡهِ).
Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku membaca di hadapan Malik, dari Khubaib bin 'Abdurrahman, dari Hafsh bin 'Ashim, dari Abu Sa'id Al-Khudri -atau dari Abu Hurairah-; Bahwa beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda semisal hadits 'Ubaidullah, dan beliau berkata, “Seseorang yang terpaut dengan masjid ketika dia keluar darinya sampai dia kembali ke masjid.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 660

٦٦٠ – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي خُبَيۡبُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (سَبۡعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ، يَوۡمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الۡإِمَامُ الۡعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلۡبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الۡمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجۡتَمَعَا عَلَيۡهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيۡهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتۡهُ امۡرَأَةٌ ذَاتُ مَنۡصَبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخۡفَى حَتَّى لَا تَعۡلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنۡفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتۡ عَيۡنَاهُ).
660. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami dari 'Ubaidullah, beliau berkata: Khubaib bin 'Abdurrahman menceritakan kepadaku, dari Hafsh bin 'Ashim, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi di bawah naunganNya pada hari tidak ada satu naunganpun kecuali naunganNya: (1) pemimpin yang adil, (2) pemuda yang tumbuh di dalam peribadahan kepada Rabbnya, (3) seseorang yang hatinya terkait di masjid-masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karenaNya, (5) seseorang yang diajak (berzina) wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia berkata: Sesungguhnya aku takut kepada Allah, (6) seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kanannya, (7) dan seseorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya hingga berlinang air matanya.”
[الحديث ٦٦٠ – أطرافه في: ١٤٢٣، ٦٤٧٩، ٦٨٠٨].

Shahih Muslim hadits nomor 984

٤ – بَابُ زَكَاةِ الۡفِطۡرِ عَلَى الۡمُسۡلِمِينَ مِنَ التَّمۡرِ وَالشَّعِيرِ

4. Bab zakat fithri wajib atas kaum muslimin dari kurma dan jelai

١٢ – (٩٨٤) – حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ بۡنِ قَعۡنَبٍ وَقُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ. قَالَا: حَدَّثَنَا مَالِكٌ. (ح) وَحَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ - وَاللَّفۡظُ لَهُ -، قَالَ: قَرَأۡتُ عَلَىٰ مَالِكٍ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَرَضَ زَكَاةَ الۡفِطۡرِ مِنۡ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ: صَاعًا مِنۡ تَمۡرٍ، أَوۡ صَاعًا مِنۡ شَعِيرٍ، عَلَىٰ كُلِّ حُرٍّ أَوۡ عَبۡدٍ، ذَكَرٍ أَوۡ أُنۡثَىٰ مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ.
12. (984). 'Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab dan Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami. Mereka berdua berkata: Malik menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami – dan ini lafazh beliau -, beliau berkata: Aku membaca di hadapan Malik, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri di bulan Ramadhan kepada manusia - berupa satu sha' tamr (kurma) atau satu sha' sya'ir (jelai / barley) - atas orang yang merdeka atau budak, laki-laki atau wanita dari kalangan kaum muslimin.
[البخاري: كتاب الزكاة، باب صدقة الفطر على العبد وغيره من المسلمين، رقم: ١٥٠٤].
١٣ - (…) حَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا أَبِي. (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ - وَاللَّفۡظُ لَهُ -، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ نُمَيۡرٍ وَأَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ؛ قَالَ: فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الۡفِطۡرِ صَاعًا مِنۡ تَمۡرٍ، أَوۡ صَاعًا مِنۡ شَعِيرٍ، عَلَىٰ كُلِّ عَبۡدٍ أَوۡ حُرٍّ، صَغِيرٍ أَوۡ كَبِيرٍ.
13. Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami – dan ini lafazh beliau -, beliau berkata: 'Abdullah bin Numair dan Abu Usamah menceritakan kepada kami, dari 'Ubaidullah, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar; Beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri berupa satu sha' tamr (kurma), atau satu sha' sya'ir (jelai), kepada setiap budak atau orang yang merdeka, anak kecil atau orang dewasa.
١٤ - (…) - وَحَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ؛ قَالَ: فَرَضَ النَّبِيُّ ﷺ صَدَقَةَ رَمَضَانَ عَلَى الۡحُرِّ وَالۡعَبۡدِ، وَالذَّكَرِ وَالۡأُنۡثَىٰ، صَاعًا مِنۡ تَمۡرٍ، أَوۡ صَاعًا مِنۡ شَعِيرٍ.
قَالَ: فَعَدَلَ النَّاسُ بِهِ نِصۡفَ صَاعٍ مِنۡ بُرٍّ.
14. Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai' mengabarkan kepada kami, dari Ayyub, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar; Beliau berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat Ramadhan kepada orang yang merdeka dan budak, laki-laki dan wanita, berupa satu sha' tamr (kurma) atau satu sha' sya'ir (jelai).
Beliau berkata: Orang-orang menyamakannya dengan setengah sha' burr (gandum).
[البخاري: كتاب الزكاة، باب صدقة الفطر على الحر والمملوك، رقم: ١٥١١].
١٥ - (…) - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ. (ح) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رُمۡحٍ: أَخۡبَرَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ نَافِعٍ؛ أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَمَرَ بِزَكَاةِ الۡفِطۡرِ، صَاعٍ مِنۡ تَمۡرٍ، أَوۡ صَاعٍ مِنۡ شَعِيرٍ.
قَالَ ابۡنُ عُمَرَ: فَجَعَلَ النَّاسُ عَدۡلَهُ مُدَّيۡنِ مِنۡ حِنۡطَةٍ.
15. Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Muhammad bin Rumh telah menceritakan kepada kami: Al-Laits mengabarkan kepada kami, dari Nafi'; Bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan zakat fithri berupa satu sha' tamr (kurma) atau satu sha' sya'ir (jelai).
Ibnu 'Umar berkata: Orang-orang menyamakannya dengan dua mud hinthah (gandum).
[البخاري: كتاب الزكاة، باب صدقة الفطر صاعا من تمر، رقم: ١٥٠٧].
١٦ - (…) - وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي فُدَيۡكٍ: أَخۡبَرَنَا الضَّحَّاكُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَرَضَ زَكَاةَ الۡفِطۡرِ مِنۡ رَمَضَانَ عَلَىٰ كُلِّ نَفۡسٍ مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ، حُرٍّ أَوۡ عَبۡدٍ، أَوۡ رَجُلٍ أَوِ امۡرَأَةٍ، صَغِيرٍ أَوۡ كَبِيرٍ، صَاعًا مِنۡ تَمۡرٍ، أَوۡ صَاعًا مِنۡ شَعِيرٍ.
16. Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abi Fudaik menceritakan kepada kami: Adh-Dhahhak mengabarkan kepada kami, dari Nafi', dari 'Abdullah bin 'Umar; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri di bulan Ramadhan kepada setiap jiwa dari kaum muslimin, merdeka atau budak, pria atau wanita, anak kecil atau orang dewasa, berupa satu sha' tamr (kurma) atau satu sha' sya'ir (jelai).