Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5874

٥١ - بَابُ الۡخَاتَمِ فِي الۡخِنۡصَرِ
51. Bab cincin di jari kelingking


٥٨٧٤ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ صُهَيۡبٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: صَنَعَ النَّبِيُّ ﷺ خَاتَمًا، قَالَ: (إِنَّا اتَّخَذۡنَا خَاتَمًا، وَنَقَشۡنَا فِيهِ نَقۡشًا، فَلَا يَنۡقُشۡ عَلَيۡهِ أَحَدٌ). قَالَ: فَإِنِّي لَأَرَى بَرِيقَهُ فِي خِنۡصَرِهِ. [طرفه في: ٦٥]. 

5874. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membuat sebuah cincin. Beliau bersabda, “Sesungguhnya kami membuat sebuah cincin dan kami mengukirnya. Jadi jangan ada seorang pun yang membuat ukiran (yang sama) di atas cincinnya.” 

Anas mengatakan, “Aku masih terbayang kilap cincin itu di jari kelingking beliau.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5872

٥٠ - بَابُ نَقۡشِ الۡخَاتَمِ
50. Bab pengukiran cincin


٥٨٧٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡأَعۡلَى: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ نَبِيَّ اللهِ ﷺ أَرَادَ أَنۡ يَكۡتُبَ إِلَى رَهۡطٍ، أَوۡ أُنَاسٍ مِنَ الۡأَعَاجِمِ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّهُمۡ لَا يَقۡبَلُونَ كِتَابًا إِلَّا عَلَيۡهِ خَاتَمٌ، فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ ﷺ خَاتَمًا مِنۡ فِضَّةٍ، نَقۡشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ، فَكَأَنِّي بِوَبِيصِ، أَوۡ: بِبَصِيصِ الۡخَاتَمِ فِي إِصۡبَعِ النَّبِيِّ ﷺ، أَوۡ فِي كَفِّهِ. [طرفه في: ٦٥]. 

5872. ‘Abdul A’la telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—: 

Bahwa Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ingin menulis surat kepada beberapa orang dari kalangan non-arab. Lalu ada yang berkata kepada beliau, “Sesungguhnya mereka tidak menerima tulisan kecuali dibubuhi stempel.” Maka, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membuat sebuah cincin dari perak. Ukirannya adalah tulisan Muhammad Rasulullah. 

Aku masih terbayang kemilau cincin itu di jari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—atau di telapak tangan beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5870

٥٨٧٠ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا مُعۡتَمِرٌ قَالَ: سَمِعۡتُ حُمَيۡدًا يُحَدِّثُ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ خَاتَمُهُ مِنۡ فِضَّةٍ، وَكَانَ فَصُّهُ مِنۡهُ. وَقَالَ يَحۡيَى بۡنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنِي حُمَيۡدٌ: سَمِعَ أَنَسًا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٦٥]. 

5870. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Mu’tamir mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Humaid menceritakan dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu cincinnya terbuat dari perak dan mata cincinnya juga terbuat dari perak. 

Yahya bin Ayyub berkata: Humaid menceritakan kepadaku: Beliau mendengar Anas dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2938

١٠١ - بَابُ دَعۡوَةِ الۡيَهُودِيِّ وَالنَّصۡرَانِيِّ، وَعَلَى مَا يُقَاتَلُونَ عَلَيۡهِ وَمَا كَتَبَ النَّبِيُّ ﷺ إِلَى كِسۡرَى وَقَيۡصَرَ، وَالدَّعۡوَةِ قَبۡلَ الۡقِتَالِ 
101. Bab mendakwahi orang Yahudi dan Nasrani, dasar memeranginya, surat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kepada Kisra dan Qaishar, serta berdakwah sebelum berperang 


٢٩٣٨ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ الۡجَعۡدِ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ قَتَادَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ أَنَسًا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ: لَمَّا أَرَادَ النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يَكۡتُبَ إِلَى الرُّومِ، قِيلَ لَهُ: إِنَّهُمۡ لَا يَقۡرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا أَنۡ يَكُونَ مَخۡتُومًا، فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنۡ فِضَّةٍ، فَكَأَنِّي أَنۡظُرُ إِلَى بَيَاضِهِ فِي يَدِهِ، وَنَقَشَ فِيهِ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ. 

[طرفه في: ٦٥]. 

2938. ‘Ali bin Al-Ja’d telah menceritakan kepada kami: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Qatadah. Beliau berkata: Aku mendengar Anas—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ingin menulis surat kepada Romawi, ada yang berkata kepada beliau, “Sesungguhnya mereka tidak mau membaca surat kecuali disegel.” 

Maka, beliau menjadikan sebuah cincin (untuk menyegel) dari perak. Aku masih terbayang warna putih cincin itu di tangan beliau. Beliau memberi ukiran dengan tulisan Muhammad Rasulullah.

Hak-hak Istri Nabi

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 620 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata,
٢٦ – وَمِنَ السُّنَّةِ التَّرَضِّي عَنۡ أَزۡوَاجِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ الۡمُطَهَّرَاتِ الۡمُبَرَّآتِ مِنۡ كُلِّ سُوءٍ. 
أَفۡضَلُهُنَّ خَدِيجَةُ بِنۡتُ خُوَيۡلِدٍ وَعَائِشَةُ الصِّدِّيقَةُ بِنۡتُ الصِّدِّيقِ الَّتِي بَرَّأَهَا اللهُ فِي كِتَابِهِ، زَوۡجُ النَّبِيِّ ﷺ فِي الدُّنۡيَا وَالۡآخِرَةِ، فَمَنۡ قَذَفَهَا بِمَا بَرَّأَهَا اللهُ مِنۡهُ فَقَدۡ كَفَرَ بِاللهِ الۡعَظِيمِ. 
26. Termasuk sunah adalah mendoakan keridaan untuk para istri Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, ibunda kaum mukminin yang disucikan dan dibersihkan dari keburukan. 
Yang paling afdal di antara mereka adalah Khadijah binti Khuwailid dan ‘Aisyah Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq yang telah Allah bebaskan dari tuduhan di dalam kitab-Nya. Yaitu istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menuduhnya dengan tuduhan yang sudah Allah bersihkan beliau darinya, maka dia telah kufur kepada Allah yang Mahaagung.[1]


Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata di dalam syarahnya,

[1] حُقُوقُ زَوۡجَاتِ النَّبِيِّ ﷺ: 

Hak-hak para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

زَوۡجَاتُ النَّبِيِّ ﷺ زَوۡجَاتُهُ فِي الدُّنۡيَا وَالۡآخِرَةِ وَأُمَّهَاتُ الۡمُؤۡمِنِينَ، وَلَهُنَّ مِنَ الۡحُرۡمَةِ وَالتَّعۡظِيمِ مَا يَلِيقُ بِهِنَّ كَزَوۡجَاتٍ لِخَاتَمِ النَّبِيِّينَ، فَهُنَّ مِنۡ آلِ بَيۡتِهِ، طَاهِرَاتُ مُطَهَّرَاتٌ، طَيِّبَاتٌ مُطَيَّبَاتٌ بَرِيئَاتٌ مُبَرَّآتٌ مِنۡ كُلِّ سُوءٍ يَقۡدَحُ فِي أَعۡرَاضِهِنَّ وَفُرُشِهِنَّ، فَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِبَاتِ، فَرَضِيَ اللهُ عَنۡهُنَّ وَأَرۡضَاهُنَّ أَجۡمَعِينَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّهِ الصَّادِقِ الۡأَمِينِ. 

Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah istri beliau di dunia dan akhirat, serta ibunda kaum mukminin. Mereka tidak halal dinikahi dan berhak mendapatkan pengagungan yang layak untuk mereka. Seperti predikat sebagai istri-istri penutup para nabi, mereka juga termasuk ahli bait beliau. Mereka suci dan disucikan, baik dan dijaga, bersih dan terbebas dari segala kejelekan yang dituduhkan pada kehormatan mereka dan perkara intern dalam keluarga mereka. Jadi wanita-wanita yang baik untuk pria-pria yang baik. Pria-pria yang baik untuk wanita-wanita yang baik. Allah meridai mereka seluruhnya dan membuat mereka rida. Semoga Allah mencurahkan selawat dan salam kepada Nabi-Nya yang jujur lagi tepercaya. 

زَوۡجَاتُهُ ﷺ اللَّاتِي كَانَ فِرَاقُهُنَّ بِالۡوَفَاةِ وَهُنَّ: 

Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berpisah karena wafat adalah: 

١ - خَدِيجَةُ بِنۡتُ خُوَيۡلِدٍ أُمُّ أَوۡلَادِهِ مَا عَدَا إِبۡرَاهِيمَ تَزَوَّجَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بَعۡدَ زَوۡجَيۡنِ الۡأَوَّلُ عَتِيقُ بۡنُ عَابِدٍ وَالثَّانِي أَبُو هَالَةَ التَّمِيمِيُّ وَلَمۡ يَتَزَوَّجۡ ﷺ عَلَيۡهَا حَتَّى مَاتَتۡ سَنَةَ ١٠ مِنَ الۡبِعۡثَةِ قَبۡلَ الۡمِعۡرَاجِ. 

1. Khadijah binti Khuwailid. Dia adalah ibu dari anak-anak Nabi selain Ibrahim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Khadijah setelah dua mantan suaminya. Yang pertama adalah ‘Atiq bin ‘Abid. Yang kedua adalah Abu Halah At-Tamimi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah lagi selama beristrikan Khadijah hingga Khadijah meninggal pada tahun 10 sejak diutusnya Nabi sebelum mikraj. 

٢ - عَائِشَةُ بِنۡتُ أَبِي بَكۡرٍ الصِّدِّيقِ أُرِيهَا ﷺ فِي الۡمَنَامِ مَرَّتَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثًا وَقِيلَ: هَٰذِهِ امۡرَأَتُكَ فَعَقَدَ عَلَيۡهَا، وَلَهَا سِتُّ سِنِينَ بِمَكَّةَ وَدَخَلَ عَلَيۡهَا فِي الۡمَدِينَةِ وَلَهَا تِسۡعُ سِنِينَ، تُوُفِّيَتۡ سَنَةَ ٥٨هـ. 

2. ‘Aisyah binti Abu Bakr Ash-Shiddiq. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperlihatkan ‘Aisyah dalam mimpi sebanyak dua atau tiga kali. Dikatakan: Ini adalah istrimu. Maka, Nabi melamarnya ketika berumur enam tahun di Makkah. Dan Nabi menggaulinya di Madinah ketika berumur sembilan tahun. ‘Aisyah wafat tahun 58 H. 

٣ - سَوۡدَةُ بِنۡتُ زَمۡعَةَ الۡعَامِرِيَّةُ تَزَوَّجَهَا بَعۡدَ زَوۡجِ مُسۡلِمٍ هُوَ: السَّكۡرَانُ بۡنُ عَمۡرٍو أَخُو سُهَيۡلِ بۡنِ عَمۡرٍو تُوُفِّيَتۡ آخِرَ خِلَافَةِ عُمَرَ وَقِيلَ: سَنَةَ ٥٤هـ. 

3. Saudah binti Zam’ah Al-‘Amiriyyah. Nabi menikahinya setelah ditinggal suami seorang muslim, yaitu As-Sakran bin ‘Amr, saudara Suhail bin ‘Amr. Saudah wafat di akhir kekhalifahan ‘Umar. Ada yang berpendapat tahun 54 H. 

٤ - حَفۡصَةُ بِنۡتُ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ، تَزَوَّجَهَا ﷺ بَعۡدَ زَوۡجِ مُسۡلِمٍ هُوَ: خُنَيۡسُ بۡنُ حُذَافَةَ الَّذِي قُتِلَ فِي أُحُدٍ وَمَاتَتۡ سَنَةَ ٤١هـ. 

4. Hafshah binti ‘Umar bin Al-Khaththab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya sepeninggal suami muslim, yaitu Khunais bin Hudzafah yang terbunuh di perang Uhud. Hafshah meninggal tahun 41 H. 

٥ - زَيۡنَبُ بِنۡتُ خُزَيۡمَةَ الۡهِلَالِيَّةُ أُمُّ الۡمَسَاكِينِ، تَزَوَّجَهَا بَعۡدَ اسۡتِشۡهَادِ زَوۡجِهَا عَبۡدِ اللهِ بۡنِ جَحۡشٍ فِي أُحُدٍ وَمَاتَتۡ سَنَةَ ٤ هـ بَعۡدَ زَوَاجِهَا بِيَسِيرٍ. 

5. Zainab binti Khuzaimah Al-Hilaliyyah, ibunda orang-orang miskin. Nabi menikahinya setelah suaminya mati syahid, yaitu ‘Abdullah bin Jahsy dalam perang Uhud. Zainab meninggal pada tahun 4 H, tidak lama setelah pernikahannya. 

٦ - أُمُّ سَلَمَةَ هِنۡدُ بِنۡتُ أَبِي أُمَيَّةَ الۡمَخۡزُومِيَّةُ، تَزَوَّجَهَا بَعۡدَ مَوۡتِ زَوۡجِهَا أَبِي سَلَمَةَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ الۡأَسَدِ مِنۡ جِرَاحَةِ أَصَابَتۡهُ فِي أُحُدٍ وَمَاتَتۡ سَنَةَ ٦١هـ. 

6. Ummu Salamah Hind binti Abu Umayyah Al-Makhzumiyyah. Nabi menikahinya sepeninggal suaminya, yaitu Abu Salamah ‘Abdullah bin ‘Abdul Asad karena luka yang didapatkannya dalam perang Uhud. Ummu Salamah meninggal pada tahun 61 H. 

٧ - زَيۡنَبُ بِنۡتُ جَحۡشٍ الۡأَسَدِيَّةُ بِنۡتُ عَمَّتِهِ ﷺ، تَزَوَّجَهَا بَعۡدَ مَوۡلَاهُ زَيۡدِ بۡنِ حَارِثَةَ سَنَةَ ٥ هـ وَمَاتَتۡ سَنَةَ ٢٠هـ. 

7. Zainab binti Jahsy Al-Asadiyyah, putri dari bibi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi menikahinya setelah diceraikan oleh maula (bekas budak) Nabi, yaitu Zaid bin Haritsah pada tahun 5 H. Zainab meninggal pada tahun 20 H. 

٨ - جُوَيۡرِيَةُ بِنۡتُ الۡحَارِثِ الۡخُزَاعِيَّةُ، تَزَوَّجَهَا بَعۡدَ زَوۡجِهَا مُسَافِعَ بۡنَ صَفۡوَانَ وَقِيلَ: مَالِكُ بۡنُ صَفۡوَانَ سَنَةَ ٦هـ وَمَاتَتۡ سَنَةَ ٥٦هـ. 

8. Juwairiyah binti Al-Harits Al-Khuza’iyyah. Nabi menikahinya setelah suaminya sebelumnya, yaitu Musafi’ bin Shafwan—ada yang berpendapat: Malik bin Shafwan—pada tahun 6 H. Juwairiyah meninggal pada tahun 56 H. 

٩ - أُمُّ حَبِيبَةَ رَمۡلَةُ بِنۡتُ أَبِي سُفۡيَانَ، تَزَوَّجَهَا بَعۡدَ زَوۡجِ أَسۡلَمَ ثُمَّ تَنَصَّرَ، هُوَ عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ جَحۡشٍ، وَمَاتَتۡ فِي الۡمَدِينَةِ فِي خِلَافَةِ أَخِيهَا سَنَةَ ٤٤هـ. 

9. Ummu Habibah Rahmlah binti Abu Sufyan. Nabi menikahinya setelah suami sebelumnya masuk Islam kemudian masuk agama Nasrani, yaitu ‘Ubaidullah bin Jahsy. Ummu Habibah meninggal di Madinah ketika kekhalifahan saudaranya ada tahun 44 H. 

١٠ - صَفِيَّةُ بِنۡتُ حُيَيِ بۡنِ أَخۡطَبَ مِنۡ بَنِي النَّضِيرِ مِنۡ ذُرِّيَّةِ هَارُونَ بۡنِ عِمۡرَانَ ﷺ، أَعۡتَقَهَا وَجَعَلَ عِتۡقَهَا صَدَاقَهَا بَعۡدَ زَوۡجَيۡنِ أَوَّلُهُمَا سَلَّامُ بۡنُ مِشۡكَمٍ وَالثَّانِي كِنَانَةُ بۡنُ أَبِي الۡحَقِيقِ بَعۡدَ فَتۡحِ خَيۡبَرَ سَنَةَ ٦هـ، وَمَاتَتۡ سَنَةَ ٥٠هـ. 

10. Shafiyyah binti Huyai bin Akhthab dari bani An-Nadhir, dari keturunan Harun bin ‘Imran shallallahu ‘alaih wa sallam. Nabi membebaskannya dari tawanan dan menjadikan pembebasannya itu sebagai maharnya, setelah dua suami sebelumnya. Yang pertama adalah Sallam bin Misykam. Yang kedua adalah Kinanah bin Abu Al-Haqiq. Pernikahan dengan Nabi terjadi setelah penaklukan Khaibar pada tahun 6 H. Shafiyyah meninggal pada tahun 50 H. 

١١ - مَيۡمُونَةُ بِنۡتُ الۡحَارِثِ الۡهِلَالِيَّةُ، تَزَوَّجَهَا سَنَةَ ٧هـ فِي عُمۡرَةِ الۡقَضَاءِ بَعۡدَ زَوۡجَيۡنِ الۡأَوَّلُ ابۡنُ عَبۡدِ يَالِيلَ وَالثَّانِي أَبُو رَهۡمِ بۡنُ عَبۡدِ الۡعُزَّى، بَنَى بِهَا فِي سَرِفَ وَمَاتَتۡ فِيهِ سَنَةَ ٥١هـ. 

11. Maimunah binti Al-Harits Al-Hilaliyyah. Nabi menikahinya pada tahun 7 H ketika umrah Al-Qadha` setelah dua suami sebelumnya. Yang pertama adalah Ibnu ‘Abdu Yalil. Yang kedua adalah Abu Rahm bin ‘Abdu Al-‘Uzza. Nabi berumah tangga dengannya di Sarif. Maimunah meninggal di situ pada tahun 51 H. 

فَهَٰذِهِ زَوۡجَاتُ النَّبِيِّ ﷺ اللَّاتِي كَانَ فِرَاقُهُنَّ بِالۡوَفَاةِ اثۡنَتَانِ تَوۡفِيتًا قَبۡلَهُ وَهُمَا: خَدِيجَةُ وَزَيۡنَبُ بِنۡتُ خُزَيۡمَةَ، وَتِسۡعٌ تُوُفِّيَ عَنۡهُنَّ وَهُنَّ الۡبَوَاقِي. 

Inilah istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berpisah karena wafat. Dua wafat sebelum Nabi, yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah. Sedangkan sembilan sisanya ditinggal wafat oleh beliau. 

وَبَقَى اثۡنَتَانِ لَمۡ يَدۡخُلۡ بِهِمَا وَلَا يَثۡبُتُ لَهُمَا مِنَ الۡأَحۡكَامِ وَالۡفَضِيلَةِ مَا يَثۡبُتُ لِلسَّابِقَاتِ وَهُمَا: 

Ada dua istri yang tidak beliau gauli dan tidak ada hukum-hukum dan fadilat yang berlaku untuk mereka berdua sebagaimana berlaku untuk istri-istri beliau yang telah disebutkan. Mereka berdua adalah: 

١ - أَسۡمَاءُ بِنۡتُ النُّعۡمَانِ الۡكِنۡدِيَّةُ تَزَوَّجَهَا النَّبِيُّ ﷺ ثُمَّ فَارَقَهَا، وَاخۡتُلِفَ فِي سَبَبِ الۡفِرَاقِ فَقَالَ ابۡنُ إِسۡحَاقَ إِنَّهُ وَجَدَ فِي كَشۡحِهَا بَيَاضًا فَفَارَقَهَا، فَتَزَوَّجَهَا بَعۡدَهُ الۡمُهَاجِرُ بۡنُ أَبِي أُمَيَّةَ. 

1. Asma` binti An-Nu’man Al-Kindiyyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya kemudian menceraikannya. Diperselisihkan sebab penceraian beliau. Ibnu Ishaq berkata bahwa beliau mendapati belang putih di antara pinggang dan rusuk, lalu beliau menceraikannya. Setelah itu dia dinikahi oleh Al-Muhajir bin Abu Umayyah. 

٢ - أُمَيۡمَةُ بِنۡتُ النُّعۡمَانِ بۡنِ شَرَاحِيلَ الۡجَوۡنِيَّةُ، وَهِيَ الَّتِي قَالَتۡ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنۡكَ فَفَارَقَهَا وَاللهُ أَعۡلَمُ. 

2. Umaimah binti An-Nu’man bin Syarahil Al-Jauniyyah. Dia adalah wanita yang berkata: Aku berlindung kepada Allah darimu. Maka Nabi pun menceraikannya. Wallahualam. 

وَأَفۡضَلُ زَوۡجَاتِ النَّبِيِّ ﷺ خَدِيجَةُ وَعَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، وَلِكُلٍّ مِنۡهُمَا مَزِيَّةٌ عَلَى الۡأُخۡرَى، فَلِخَدِيجَةَ فِي أَوَّلِ الۡإِسۡلَامِ مَا لَيۡسَ لِعَائِشَةَ مِنَ السَّبۡقِ وَالۡمُؤَازَرَةِ وَالنُّصۡرَةِ، وَلِعَائِشَةَ فِي آخِرِ الۡأَمۡرِ مَا لَيۡسَ لِخَدِيجَةَ مِنۡ نَشۡرِ الۡعِلۡمِ وَنَفۡعِ الۡأُمَّةِ، وَقَدۡ بَرَّأَهَا اللهُ مِمَّا رَمَاهَا بِهِ أَهۡلُ النِّفَاقِ مِنَ الۡإِفۡكِ فِي سُورَةِ النُّورِ. 

Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling afdal adalah Khadijah dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhuma. Setiap masing-masing dari mereka berdua memiliki keistimewaan atas yang lainnya. Khadijah memiliki keistimewaan di awal Islam yang tidak dimiliki ‘Aisyah, seperti kepeloporan, bantuan, dan pembelaan. Sementara ‘Aisyah memiliki keistimewaan di akhirnya yang tidak dimiliki Khadijah, seperti penyebaran ilmu dan memberi manfaat kepada umat. Allah juga telah membersihkan ‘Aisyah dari tuduhan berita bohong yang dilontarkan oleh orang-orang munafik di dalam surah An-Nur. 

قَذۡفُ أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ: 

قَذۡفُ عَائِشَةَ بِمَا بَرَّأَهَا اللهُ مِنۡهُ كُفۡرٌ لِأَنَّهُ تَكۡذِيبٌ لِلۡقُرۡآنِ. 

وَفِي قَذۡفِ غَيۡرِهَا مِنۡ أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ قَوۡلَانِ لِأَهۡلِ الۡعِلۡمِ: أَصَحُّهُمَا: أَنَّهُ كُفۡرٌ لِأَنَّهُ قَدۡحٌ فِي النَّبِيِّ ﷺ فَإِنَّ الۡخَبِيثَاتِ لِلۡخَبِيثِينَ. 

Menuduh ibunda kaum mukminin: 

Menuduh ‘Aisyah dengan tuduhan yang telah Allah bersihkan beliau darinya merupakan kekufuran, karena hal ini berarti mendustakan Alquran. Adapun menuduh ibunda kaum mukminin selain ‘Aisyah, maka ada dua pendapat ulama. Yang lebih sahih adalah hal itu juga merupakan kekufuran, karena sama halnya dengan mencacati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dikarenakan wanita-wanita yang jelek adalah untuk laki-laki yang jelek pula. 

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7264

٤ - بَابُ مَا كَانَ يَبۡعَثُ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ الۡأُمَرَاءِ وَالرُّسُلِ وَاحِدًا بَعۡدَ وَاحِدٍ 
4. Bab dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa mengirim para amir dan utusan satu per satu 


وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: بَعَثَ النَّبِيُّ ﷺ دِحۡيَةَ الۡكَلۡبِيَّ بِكِتَابِهِ إِلَى عَظِيمِ بُصۡرَى: أَنۡ يَدۡفَعَهُ إِلَى قَيۡصَرَ. 

Ibnu ‘Abbas mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus Dihyah Al-Kalbi membawa suratnya kepada pembesar Bushra agar dia memberikannya kepada Qaishar. 

٧٢٦٤ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنِي اللَّيۡثُ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ أَنَّهُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ بَعَثَ بِكِتَابِهِ إِلَى كِسۡرَى، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَدۡفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ الۡبَحۡرَيۡنِ، يَدۡفَعُهُ عَظِيمُ الۡبَحۡرَيۡنِ إِلَى كِسۡرَى، فَلَمَّا قَرَأَهُ كِسۡرَى مَزَّقَهُ، فَحَسِبۡتُ أَنَّ ابۡنَ الۡمُسَيَّبِ قَالَ: فَدَعَا عَلَيۡهِمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنۡ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ. [طرفه في: ٦٤]. 

7264. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepadaku dari Yunus, dari Ibnu Syihab, bahwa beliau berkata: ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas mengabarkan kepadanya: 

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengirimkan utusan membawa suratnya kepada Kisra. Beliau memerintahkan utusan tersebut agar menyerahkannya kepada pembesar Bahrain. Pembesar Bahrain menyerahkannya kepada Kisra. Ketika Kisra membacanya, dia merobeknya. 

Seingatku Ibnu Al-Musayyab berkata: Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendoakan kejelekan terhadap mereka agar mereka diporak-porandakan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4424

٨٤ - بَابٌ كِتَابُ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى كِسۡرَى وَقَيۡصَرَ
84. Bab surat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kepada Kisra dan Qaishar


٤٤٢٤ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ ابۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ بَعَثَ بِكِتَابِهِ إِلَى كِسۡرَى، مَعَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ حُذَافَةَ السَّهۡمِيِّ، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَدۡفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ الۡبَحۡرَيۡنِ، فَدَفَعَهُ عَظِيمُ الۡبَحۡرَيۡنِ إِلَى كِسۡرَى، فَلَمَّا قَرَأَهُ مَزَّقَهُ، فَحَسِبۡتُ أَنَّ ابۡنَ الۡمُسَيَّبِ قَالَ: فَدَعَا عَلَيۡهِمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنۡ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ. [طرفه في: ٦٤]. 

4424. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah mengabarkan kepadaku: Bahwa Ibnu ‘Abbas mengabarkan kepadanya: 

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengirim utusan bersama ‘Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi kepada Kisra dengan membawa surat beliau. Beliau memerintahkannya agar memberikan surat itu kepada pembesar Bahrain. Lalu pembesar Bahrain memberikannya kepada Kisra. Ketika dia telah membacanya, dia merobeknya. 

Seingatku Ibnu Al-Musayyab berkata: Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendoakan kejelekan terhadap mereka agar mereka diporak-porandakan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2939

٢٩٣٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ قَالَ: حَدَّثَنِي عُقَيۡلٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ بَعَثَ بِكِتَابِهِ إِلَى كِسۡرَى، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَدۡفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ الۡبَحۡرَيۡنِ، يَدۡفَعُهُ عَظِيمُ الۡبَحۡرَيۡنِ إِلَى كِسۡرَى، فَلَمَّا قَرَأَهُ كِسۡرَى خَرَّقَهُ، فَحَسِبۡتُ أَنَّ سَعِيدَ بۡنَ الۡمُسَيَّبِ قَالَ: فَدَعَا عَلَيۡهِمُ النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ. 

2939. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Uqail menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas mengabarkan kepadanya: 

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus utusan membawa surat kepada Kisra. Beliau memerintahkan utusan itu agar menyerahkannya kepada pembesar Bahrain, lalu pembesar Bahrain memberikannya kepada Kisra. Tatkala Kisra membacanya, dia merobeknya. 

Aku mengira Sa’id bin Al-Musayyab berkata: Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendoakan kejelekan bagi mereka agar mereka diporak-porandakan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6144

٦١٤٤ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ: حَدَّثَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَخۡبِرُونِي بِشَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الۡمُسۡلِمِ، تُؤۡتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذۡنِ رَبِّهَا، وَلَا تَحُتُّ وَرَقُهَا). فَوَقَعَ فِي نَفۡسِي النَّخۡلَةُ، فَكَرِهۡتُ أَنۡ أَتَكَلَّمَ، وَثَمَّ أَبُو بَكۡرٍ وَعُمَرُ، فَلَمَّا لَمۡ يَتَكَلَّمَا، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (هِيَ النَّخۡلَةُ). فَلَمَّا خَرَجۡتُ مَعَ أَبِي قُلۡتُ: يَا أَبَتَاهُ، وَقَعَ فِي نَفۡسِي النَّخۡلَةُ، قَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنۡ تَقُولَهَا؟ لَوۡ كُنۡتَ قُلۡتَهَا كَانَ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنۡ كَذَا وَكَذَا، قَالَ: مَا مَنَعَنِي إِلَّا أَنِّي لَمۡ أَرَكَ وَلَا أَبَا بَكۡرٍ تَكَلَّمۡتُمَا فَكَرِهۡتُ. [طرفه في: ٦١]. 

6144. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah: Nafi’ menceritakan kepadaku dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kabarkan kepadaku suatu pohon yang permisalannya seperti seorang muslim. Pohon itu memberikan buahnya di setiap muslim dengan izin Tuhannya dan daunnya tidak gugur.” 

Terlintas dalam benakku pohon kurma, namun aku tidak suka berbicara sementara di sana ada Abu Bakr dan ‘Umar. 

Ketika keduanya tidak berbicara, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Itu adalah pohon kurma.” 

Ketika aku telah keluar bersama ayahku, aku berkata, “Wahai ayahanda, tadi terlintas dalam benakku pohon kurma.” 

‘Umar bertanya, “Apa yang menghalangimu mengatakannya? Andai engkau tadi mengatakannya, tentu hal itu lebih aku sukai daripada ini dan itu.” 

Ibnu ‘Umar menjawab, “Tidak ada yang menghalangiku kecuali karena aku tidak melihat engkau, tidak pula Abu Bakr, berbicara, sehingga aku tidak suka (berbicara).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6122

٦١٢٢ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا مُحَارِبُ بۡنُ دِثَارٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عُمَرَ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَثَلُ الۡمُؤۡمِنِ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ خَضۡرَاءَ، لَا يَسۡقُطُ وَرَقُهَا وَلَا يَتَحَاتُّ). فَقَالَ الۡقَوۡمُ: هِيَ شَجَرَةُ كَذَا، هِيَ شَجَرَةُ كَذَا، فَأَرَدۡتُ أَنۡ أَقُولَ: هِيَ النَّخۡلَةُ، وَأَنَا غُلَامٌ شَابٌّ فَاسۡتَحۡيَيۡتُ، فَقَالَ: (هِيَ النَّخۡلَةُ). وَعَنۡ شُعۡبَةَ: حَدَّثَنَا خُبَيۡبُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ: مِثۡلَهُ، وَزَادَ: فَحَدَّثۡتُ بِهِ عُمَرَ، فَقَالَ: لَوۡ كُنۡتَ قُلۡتَهَا لَكَانَ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنۡ كَذَا وَكَذَا. [طرفه في: ٦١]. 

6122. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Muharib bin Ditsar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Umar mengatakan: 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Permisalan seorang mukmin seperti suatu pohon yang hijau, tidak gugur daunnya, dan tidak rontok.” 

Para sahabat berkata, “Itu adalah pohon yang demikian. Itu adalah pohon yang demikian.” 

Aku ingin berkata, “Itu adalah pohon kurma.” Sementara aku masih anak muda, maka aku malu. 

Nabi bersabda, “Itu adalah pohon kurma.” 

Juga dari Syu’bah: Khubaib bin ‘Abdurrahman menceritakan kepada kami dari Hafsh bin ‘Ashim, dari Ibnu ‘Umar semisal hadis tersebut. Beliau menambahkan: Lalu aku menceritakannya kepada ‘Umar, lalu ‘Umar berkata, “Andai engkau tadi mengatakannya, tentu hal itu lebih aku sukai daripada ini dan itu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5448

٤٧ - بَابُ بَرَكَةِ النَّخۡلِ
47. Bab keberkahan pohon kurma


٥٤٤٨ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ طَلۡحَةَ، عَنۡ زُبَيۡدٍ، عَنۡ مُجَاهِدٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةٌ، تَكُونُ مِثۡلَ الۡمُسۡلِمِ، وَهۡىَ النَّخۡلَةُ). [طرفه في: ٦١]. 

5448. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Thalhah menceritakan kepada kami dari Zubaid, dari Mujahid. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Umar dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Di antara pepohonan ada sebuah pohon yang semisal muslim. Yaitu pohon kurma.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5444

٤٣ – بَابُ أَكۡلِ الۡجُمَّارِ
43. Bab memakan jantung pohon kurma


٥٤٤٤ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصِ بۡنِ غِيَاثٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي مُجَاهِدٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بَيۡنَا نَحۡنُ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ جُلُوسٌ إِذَا أُتِيَ بِجُمَّارِ نَخۡلَةٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الۡمُسۡلِمِ). فَظَنَنۡتُ أَنَّهُ يَعۡنِي النَّخۡلَةَ، فَأَرَدۡتُ أَنۡ أَقُولَ: هِيَ النَّخۡلَةُ يَا رَسُولَ اللهِ، ثُمَّ الۡتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا عَاشِرُ عَشَرَةٍ أَنَا أَحۡدَثُهُمۡ فَسَكَتُّ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (هِيَ النَّخۡلَةُ). [طرفه في: ٦١]. 

5444. ‘Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mujahid menceritakan kepadaku dari ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Ketika kami duduk di dekat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, beliau dibawakan jantung pohon kurma. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya di antara berbagai pohon, ada yang berkahnya seperti berkah seorang muslim.” 

Aku menyangka bahwa yang beliau maksud adalah pohon kurma. Aku ingin mengatakan, “Itu adalah pohon kurma, wahai Rasulullah.” Namun aku menoleh, ternyata aku adalah orang kesepuluh dan yang paling muda di antara mereka, sehingga aku diam. 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Itu adalah pohon kurma.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4698

١ – بَابُ قَوۡلِهِ: ﴿كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٌ وَفَرۡعُهَا فِي السَّمَاءِ ۞ تُؤۡتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ﴾ [٢٤-٢٥]
1. Bab firman Allah yang artinya, “Seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya di setiap musim.” (QS. Ibrahim: 24-25)


٤٦٩٨ - حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ، عَنۡ أَبِي أُسَامَةَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: كُنَّا عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ: (أَخۡبِرُونِي بِشَجَرَةٍ تُشۡبِهُ، أَوۡ: كَالرَّجُلِ الۡمُسۡلِمِ، لَا يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا، وَلَا وَلَا وَلَا، تُؤۡتِي أُكۡلَهَا كُلَّ حِينٍ). قَالَ ابۡنُ عُمَرَ: فَوَقَعَ فِي نَفۡسِي أَنَّهَا النَّخۡلَةُ، وَرَأَيۡتُ أَبَا بَكۡرٍ وَعُمَرَ لَا يَتَكَلَّمَانِ، فَكَرِهۡتُ أَنۡ أَتَكَلَّمَ، فَلَمَّا لَمۡ يَقُولُوا شَيۡئًا، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هِيَ النَّخۡلَةُ). فَلَمَّا قُمۡنَا قُلۡتُ لِعُمَرَ: يَا أَبَتَاهُ، وَاللهِ لَقَدۡ كَانَ وَقَعَ فِي نَفۡسِي أَنَّهَا النَّخۡلَةُ، فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنۡ تَكَلَّمَ؟ قَالَ: لَمۡ أَرَكُمۡ تَكَلَّمُونَ، فَكَرِهۡتُ أَنۡ أَتَكَلَّمَ أَوۡ أَقُولَ شَيۡئًا، قَالَ عُمَرُ: لَأَنۡ تَكُونَ قُلۡتَهَا، أَحَبُّ إِلَىَّ مِنۡ كَذَا وَكَذَا. [طرفه في: ٦١]. 

4698. ‘Ubaid bin Isma’il telah menceritakan kepadaku dari Abu Usamah, dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Kami pernah berada di dekat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu beliau bersabda, “Kabarkan kepadaku suatu pohon yang menyerupai atau seperti seorang muslim. Daunnya tidak berguguran, tidak begini, tidak begitu, dan pohon itu memberikan buahnya di setiap musim.” 

Ibnu ‘Umar berkata: Terlintas di dalam hatiku bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Namun aku melihat Abu Bakr dan ‘Umar tidak berbicara sehingga aku pun tidak suka berbicara. 

Ketika para sahabat tidak mengatakan apapun, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Itu adalah pohon kurma.” 

Ketika kami telah beranjak pergi, aku berkata kepada ‘Umar, “Wahai ayahanda, demi Allah, tadi terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma.” 

‘Umar bertanya, “Apa yang menghalangimu untuk berbicara?” 

Ibnu ‘Umar menjawab, “Aku tidak melihat kalian berbicara, sehingga aku tidak suka berbicara atau mengatakan sesuatu.” 

‘Umar berkata, “Jika engkau tadi mengatakannya, maka hal itu lebih aku cintai daripada ini dan ini.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 106, 107, dan 108

٣٩ - بَابُ إِثۡمِ مَنۡ كَذَبَ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ 
39. Bab dosa bagi siapa saja yang berdusta atas nama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam— 


١٠٦ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ الۡجَعۡدِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَنۡصُورٌ قَالَ: سَمِعۡتُ رِبۡعِيَّ بۡنَ حِرَاشٍ يَقُولُ: سَمِعۡتُ عَلِيًّا يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَكۡذِبُوا عَلَىَّ، فَإِنَّهُ مَنۡ كَذَبَ عَلَىَّ فَلۡيَلِجِ النَّارَ). 

106. ‘Ali bin Al-Ja’d telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Manshur mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Rib’i bin Hirasy berkata: Aku mendengar ‘Ali mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janganlah kalian berdusta atas namaku! Karena siapa saja yang berdusta atas namaku, maka dia akan masuk neraka.” 

١٠٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ جَامِعِ بۡنِ شَدَّادٍ، عَنۡ عَامِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: قُلۡتُ لِلزُّبَيۡرِ: إِنِّي لَا أَسۡمَعُكَ تُحَدِّثُ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَمَا يُحَدِّثُ فُلَانٌ وَفُلَانٌ؟ قَالَ: أَمَا إِنِّي لَمۡ أُفَارِقۡهُ، وَلَكِنۡ سَمِعۡتُهُ يَقُولُ: (مَنۡ كَذَبَ عَلَىَّ فَلۡيَتَبَوَّأۡ مَقۡعَدَهُ مِنَ النَّارِ). 

107. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Jami’ bin Syaddad, dari ‘Amir bin ‘Abdullah bin Az-Zubair, dari ayahnya. Beliau berkata: Aku bertanya kepada Az-Zubair: Mengapa aku tidak mendengar engkau menceritakan dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebagaimana si Polan dan si Polan bercerita? Az-Zubair menjawab: Sebenarnya aku tidak memisahkan diri dari beliau, hanya saja aku mendengar beliau bersabda, “Siapa saja yang berdusta atas namaku, maka silakan dia menempati tempat duduknya di neraka.” 

١٠٨ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ: قَالَ أَنَسٌ: إِنَّهُ لَيَمۡنَعُنِي أَنۡ أُحَدِّثَكُمۡ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا فَلۡيَتَبَوَّأۡ مَقۡعَدَهُ مِنَ النَّارِ). 

108. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami dari ‘Abdul ‘Aziz: Anas mengatakan: Sungguh, yang menghalangi aku untuk menceritakan hadis yang banyak kepada kalian adalah bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang menyengaja berdusta atas namaku, maka silakan dia menempati tempat duduknya di neraka.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2209

٩٤ - بَابُ بَيۡعِ الۡجُمَّارِ وَأَكۡلِهِ
94. Bab jual beli jantung pohon kurma dan memakannya


٢٢٠٩ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ هِشَامُ بۡنُ عَبۡدِ الۡمَلِكِ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ أَبِي بِشۡرٍ، عَنۡ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: كُنۡتُ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ وَهۡوَ يَأۡكُلُ جُمَّارًا، فَقَالَ: (مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةٌ كَالرَّجُلِ الۡمُؤۡمِنِ). فَأَرَدۡتُ أَنۡ أَقُولَ: هِيَ النَّخۡلَةُ، فَإِذَا أَنَا أَحۡدَثُهُمۡ، قَالَ: (هِيَ النَّخۡلَةُ). [طرفه في: ٦١]. 

2209. Abu Al-Walid Hisyam bin ‘Abdul Malik telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Abu Bisyr, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku pernah berada di dekat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika beliau sedang memakan jantung pohon kurma. 

Beliau bersabda, “Di antara berbagai pohon ada satu pohon yang seperti seorang mukmin.” 

Aku ingin mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, namun ternyata aku paling muda di antara mereka. 

Beliau bersabda, “Itu adalah pohon kurma.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6496

٣٥ - بَابُ رَفۡعِ الۡأَمَانَةِ
35. Bab hilangnya sifat amanah


٦٤٩٦ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سِنَانٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ: حَدَّثَنَا هِلَالُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا ضُيِّعَتِ الۡأَمَانَةُ فَانۡتَظِرِ السَّاعَةَ). قَالَ: كَيۡفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (إِذَا أُسۡنِدَ الۡأَمۡرُ إِلَى غَيۡرِ أَهۡلِهِ فَانۡتَظِرِ السَّاعَةَ). [طرفه في: ٥٩]. 

6496. Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami: Fulaih bin Sulaiman menceritakan kepada kami: Hilal bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat.” 

Abu Hurairah bertanya, “Bagaimana bentuk menyia-nyiakan amanah, wahai Rasulullah?” 

Rasulullah bersabda, “Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 105

١٠٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ مُحَمَّدٍ عَنِ ابۡنِ أَبِي بَكۡرَةَ، عَنۡ أَبِي بَكۡرَةَ ذُكِرَ النَّبِيُّ ﷺ قَالَ: (فَإِنَّ دِمَاءَكُمۡ وَأَمۡوَالَكُمۡ ـ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحۡسِبُهُ قَالَ – وَأَعۡرَاضَكُمۡ، عَلَيۡكُمۡ حَرَامٌ، كَحُرۡمَةِ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَا، فِي شَهۡرِكُمۡ هَٰذَا، أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنۡكُمُ الۡغَائِبَ)، وَكَانَ مُحَمَّدٌ يَقُولُ: صَدَقَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، كَانَ ذٰلِكَ: (أَلَا هَلۡ بَلَّغۡتُ) مَرَّتَيۡنِ. [طرفه في: ٦٧]. 

105. ‘Abdullah bin ‘Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hammad menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Muhammad (bin Sirin), dari Ibnu Abu Bakrah, dari Abu Bakrah, disebutkan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya darah, harta,—Muhammad berkata: Aku mengira Ibnu Abu Bakrah mengatakan—, dan kehormatan kalian adalah suci atas kalian, seperti kesucian hari kalian ini, di bulan kalian ini. Perhatikan! Hendaknya orang yang hadir di antara kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.” 

Ketika itu Muhammad (bin Sirin) berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—benar. 

Beliau bersabda, “Perhatikan! Bukankah aku telah menyampaikan?” Sebanyak dua kali.

Shahih Al-Bukhari - 3. Kitab Ilmu

Kitab Ilmu

  1. Bab keutamaan ilmu
  2. Bab barang siapa yang ditanya suatu ilmu dalam keadaan sedang melangsungkan pembicaraan, maka dia menyelesaikan pembicaraan kemudian menjawab si penanya
    1. Hadis nomor 59
  3. Bab orang yang mengeraskan suaranya untuk menyampaikan ilmu
    1. Hadis nomor 60
  4. Bab ucapan ahli hadis: Telah menceritakan kepada kami, atau telah mengabarkan kepada kami, dan telah memberitakan kepada kami
    1. Hadis nomor 61
  5. Bab seorang imam melontarkan pertanyaan kepada para sahabatnya untuk menguji ilmu yang mereka miliki
    1. Hadis nomor 62
  6. Bab riwayat tentang ilmu
  7. Bab qira'ah dan ardh kepada ahli hadis
    1. Hadis nomor 63
  8. Bab riwayat yang disebutkan tentang munawalah (menyerahkan tulisan kepada seseorang agar disampaikan kepada yang lain) dan penulisan ilmu oleh ulama kepada penduduk berbagai negeri
    1. Hadis nomor 64 dan 65
  9. Bab barang siapa duduk di tempat di belakang majelis dan barang siapa yang melihat ada tempat kosong di halkah lalu dia duduk di situ
    1. Hadis nomor 66
  10. Bab sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Terkadang orang yang diberi kabar lebih paham daripada orang yang mendengar langsung”
    1. Hadis nomor 67
  11. Bab ilmu sebelum ucapan dan perbuatan
  12. Bab dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih waktu dalam memberikan mauizah dan ilmu untuk para sahabat agar tidak pergi menjauh
    1. Hadis nomor 68 dan 69
  13. Bab barang siapa menjadikan hari-hari tertentu untuk penuntut ilmu
    1. Hadis nomor 70
  14. Bab Barangsiapa yang Allah Inginkan padanya Kebaikan, akan Allah pahamkan Dia di dalam Agama
    1. Hadis nomor 71
  15. Bab memahami ilmu
    1. Hadis nomor 72
  16. Bab bergibtah dalam hal ilmu dan hikmah
    1. Hadis nomor 73
  17. Bab riwayat yang disebutkan tentang kepergian Musa—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di lautan ke tempat Khadhir
    1. Hadis nomor 74
  18. Bab sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Allah, pahamkanlah Alquran baginya.”
    1. Hadis nomor 75
  19. Bab kapan peristiwa yang dialami anak kecil bisa diterima periwayatannya
    1. Hadis nomor 76
    2. Hadis nomor 77
  20. Bab keluar bepergian menuntut ilmu
    1. Hadis nomor 78
  21. Bab keutamaan siapa saja yang berilmu dan mengajar
    1. Hadis nomor 79
  22. Bab diangkatnya ilmu dan merebaknya kejahilan
    1. Hadis nomor 80 dan 81
  23. Bab keutamaan ilmu
    1. Hadis nomor 82
  24. Bab memberi fatwa dalam keadaan menaiki hewan tunggangan dan selainnya
    1. Hadis nomor 83
  25. Bab barang siapa yang memberi fatwa dengan isyarat tangan dan kepala
    1. Hadis nomor 84
    2. Hadis nomor 85
    3. Hadis nomor 86
  26. Bab penyemangatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada utusan ‘Abdul Qais agar mereka menghafalkan iman dan ilmu, serta agar mengabarkan kepada orang-orang yang tinggal di kampung halaman mereka
    1. Hadis nomor 87
  27. Bab rihlah untuk menanyakan permasalahan yang sedang terjadi dan pengajaran keluarganya
    1. Hadis nomor 88
  28. Bab bergantian dalam mencari ilmu
    1. Hadis nomor 89
  29. Bab marah ketika menyampaikan mauizah atau taklim apabila dia melihat hal yang tidak disukainya
    1. Hadis nomor 90, 91, dan 92
  30. Bab barang siapa yang berlutut di dekat imam atau orang yang berbicara
    1. Hadis nomor 93
  31. Bab barang siapa yang mengulangi pembicaraan sebanyak tiga kali agar bisa dipahami
    1. Hadis nomor 94 dan 95
    2. Hadis nomor 96
  32. Bab pengajaran seorang pria kepada budak wanitanya dan keluarganya
    1. Hadis nomor 97
  33. Bab nasehat pemimpin kepada para wanita dan pengajaran kepada mereka
    1. Hadis nomor 98
  34. Bab bersemangat terhadap hadits
    1. Hadis nomor 99
  35. Bab bagaimana ilmu agama ini dicabut
    1. Hadis nomor 100
  36. Bab apakah boleh ada satu hari khusus dijadikan untuk mengajari para wanita
    1. Hadis nomor 101 dan 102
  37. Bab barang siapa mendengar sesuatu lalu dia merujuk kembali hingga memahaminya
    1. Hadis nomor 103
  38. Bab seorang yang hadir agar menyampaikan ilmu kepada orang yang tidak hadir
    1. Hadis nomor 104
    2. Hadis nomor 105
  39. Bab dosa bagi siapa saja yang berdusta atas nama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam
    1. Hadis nomor 106, 107, dan 108
    2. Hadis nomor 109 dan 110
  40. Bab penulisan ilmu
    1. Hadis nomor 111
    2. Hadis nomor 112
    3. Hadis nomor 113 dan 114
  41. Bab menyampaikan ilmu dan nasihat di malam hari
    1. Hadis nomor 115
  42. Bab Begadang untuk Ilmu
    1. Hadis nomor 116
    2. Hadis nomor 117
  43. Bab menghafal ilmu
    1. Hadis nomor 118, 119, dan 120
  44. Bab diam untuk menyimak ucapan ulama
    1. Hadis nomor 121
  45. Bab yang disunahkan bagi seorang yang alim apabila ditanya: Siapa orang yang paling berilmu? Agar dia memasrahkan ilmu kepada Allah
    1. Hadis nomor 122
  46. Bab barang siapa bertanya dalam keadaan berdiri kepada seorang alim yang sedang duduk
    1. Hadis nomor 123
  47. Bab pertanyaan dan fatwa ketika melempari jamrah
    1. Hadis nomor 124
  48. Bab firman Allah taala yang artinya, “Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit”
    1. Hadis nomor 125
  49. Bab barang siapa yang meninggalkan sebagian ikhtiar karena khawatir sebagian manusia belum memahaminya sehingga mereka jatuh ke dalam perkara yang lebih parah daripadanya
    1. Hadis nomor 126
  50. Bab barang siapa mengkhususkan suatu ilmu kepada sebagian orang, tidak kepada yang lain karena khawatir mereka tidak bisa memahami
    1. Hadis nomor 127, 128, dan 129
  51. Bab malu dalam hal ilmu
    1. Hadis nomor 130
    2. Hadis nomor 131
  52. Bab barang siapa malu, lalu menyuruh orang lain untuk bertanya
    1. Hadis nomor 132
  53. Bab menyampaikan ilmu dan fatwa di dalam masjid
    1. Hadis nomor 133
  54. Bab barang siapa yang menjawab orang yang bertanya dengan jawaban yang lebih banyak daripada pertanyaan yang dia ajukan
    1. Hadis nomor 134

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 64 dan 65

٨ - بَابُ مَا يُذۡكَرُ فِي الۡمُنَاوَلَةِ وَكِتَابِ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ بِالۡعِلۡمِ إِلَى الۡبُلۡدَانِ
8. Bab riwayat yang disebutkan tentang munawalah (menyerahkan tulisan kepada seseorang agar disampaikan kepada yang lain) dan penulisan ilmu oleh ulama kepada penduduk berbagai negeri


وَقَالَ أَنَسٌ: نَسَخَ عُثۡمَانُ الۡمَصَاحِفَ فَبَعَثَ بِهَا إِلَى الۡآفَاقِ. وَرَأَى عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ وَيَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ وَمَالِكٌ ذٰلِكَ جَائِزًا. وَاحۡتَجَّ بَعۡضُ أَهۡلِ الۡحِجَازِ فِي الۡمُنَاوَلَةِ بِحَدِيثِ النَّبِيِّ ﷺ حَيۡثُ كَتَبَ لِأَمِيرِ السَّرِيَّةِ كِتَابًا وَقَالَ: (لَا تَقۡرَأۡهُ حَتَّى تَبۡلُغَ مَكَانَ كَذَا وَكَذَا)، فَلَمَّا بَلَغَ ذٰلِكَ الۡمَكَانَ قَرَأَهُ عَلَى النَّاسِ، وَأَخۡبَرَهُمۡ بِأَمۡرِ النَّبِيِّ ﷺ. 

Anas berkata: ‘Utsman memerintahkan penulisan mushaf-mushaf, lalu mengirimkannya ke berbagai penjuru negeri. ‘Abdullah bin ‘Umar, Yahya bin Sa’id, dan Malik memandang bahwa hal itu boleh. Sebagian ulama Hijaz beralasan bolehnya penyerahan ilmu dengan hadis Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika beliau menulis sebuah tulisan untuk pemimpin pasukan perang dan bersabda, “Janganlah engkau membaca hingga engkau sampai tempat ini dan ini.” Ketika dia sudah sampai tempat tersebut, maka dia membacakan tulisan itu kepada orang-orang dan mengabarkan perintah Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kepada mereka. 

٦٤ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ بۡنِ مَسۡعُودٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ بَعَثَ بِكِتَابِهِ رَجُلًا، وَأَمَرَهُ أَنۡ يَدۡفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ الۡبَحۡرَيۡنِ، فَدَفَعَهُ عَظِيمُ الۡبَحۡرَيۡنِ إِلَى كِسۡرَى، فَلَمَّا قَرَأَهُ مَزَّقَهُ، فَحَسِبۡتُ أَنَّ ابۡنَ الۡمُسَيَّبِ قَالَ: فَدَعَا عَلَيۡهِمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنۡ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ. [الحديث ٦٤ – أطرافه في: ٢٩٣٩، ٤٤٢٤، ٧٢٦٤]. 

64. Isma’il bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepadaku dari Shalih, dari Ibnu Syihab, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdllah bin ‘Utbah bin Mas’ud: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas mengabarkan kepadanya: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus seseorang dengan membawa tulisan beliau. Beliau memerintahkan orang itu untuk menyerahkan tulisan tersebut kepada pembesar Bahrain. Lalu pembesar Bahrain menyerahkan tulisan tersebut kepada Kisra. Ketika Kisra membacanya, dia merobeknya. 

Seingatku Ibnu Al-Musayyab berkata: Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendoakan kejelekan atas mereka agar mereka dihancurkan sehancur-hancurnya. 

٦٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ مُقَاتِلٍ أَبُو الۡحَسَنِ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ قَالَ: كَتَبَ النَّبِيُّ ﷺ كِتَابًا، أَوۡ أَرَادَ أَنۡ يَكۡتُبَ فَقِيلَ لَهُ: إِنَّهُمۡ لَا يَقۡرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخۡتُومًا، فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنۡ فِضَّةٍ نَقۡشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ، كَأَنِّي أَنۡظُرُ إِلَى بَيَاضِهِ فِي يَدِهِ، فَقُلۡتُ لِقَتَادَةَ: مَنۡ قَالَ: نَقۡشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ؟ قَالَ: أَنَسٌ. [الحديث ٦٥ – أطرافه في: ٢٩٣٨، ٥٨٧٠، ٥٨٧٢، ٥٨٧٤، ٥٨٧٥، ٥٨٧٧، ٧١٦٢]. 

65. Muhammad bin Muqatil Abu Al-Hasan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Qatadah, dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan: 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menulis suatu tulisan atau hendak menulis. Lalu ada yang berkata kepada beliau, “Sesungguhnya mereka tidak mau membaca tulisan kecuali yang disegel.” 

Lalu beliau membuat sebuah cincin dari perak berukirkan tulisan Muhammad Rasulullah. Seakan-akan aku memandang putihnya cincin itu di tangan beliau. 

Aku bertanya kepada Qatadah, “Siapa yang mengatakan: Berukirkan tulisan Muhammad Rasulullah?” 

Qatadah menjawab, “Anas.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 63

٦٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ سَعِيدٍ هُوَ الۡمَقۡبُرِيُّ عَنۡ شَرِيكِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي نَمِرٍ: أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ يَقُولُ: 

63. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Sa’id Al-Maqburi, dari Syarik bin ‘Abdullah bin Abu Namr: Bahwa beliau mendengar Anas bin Malik mengatakan: 

بَيۡنَمَا نَحۡنُ جُلُوسٌ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي الۡمَسۡجِدِ، دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ، فَأَنَاخَهُ فِي الۡمَسۡجِدِ، ثُمَّ عَقَلَهُ، ثُمَّ قَالَ لَهُمۡ: أَيُّكُمۡ مُحَمَّدٌ؟ وَالنَّبِيُّ ﷺ مُتَّكِىءٌ بَيۡنَ ظَهۡرَانَيۡهِمۡ، فَقُلۡنَا: هَٰذَا الرَّجُلُ الۡأَبۡيَضُ الۡمُتَّكِىءُ، فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: ابۡنَ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: (قَدۡ أَجَبۡتُكَ)، 

Ketika kami sedang duduk bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, ada seorang lelaki menaiki unta masuk. Dia menderumkan untanya di masjid, lalu mengikatnya. 

Kemudian dia bertanya kepada para sahabat, “Mana di antara kalian yang bernama Muhammad?” Sementara Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang bertelekan di tengah-tengah mereka. 

Kami berkata, “Lelaki putih yang sedang bertelekan ini.” 

Lelaki tadi berkata kepada beliau, “Wahai putra ‘Abdul Muththalib.” 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadanya, “Aku jawab panggilanmu.” 

فَقَالَ الرَّجُلُ لِلنَّبِيِّ ﷺ: إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيۡكَ فِي الۡمَسۡأَلَةِ، فَلَا تَجِدۡ عَلَيَّ فِي نَفۡسِكَ، فَقَالَ: (سَلۡ عَمَّا بَدَا لَكَ). فَقَالَ: أَسۡأَلُكَ بِرَبِّكَ وَرَبِّ مَنۡ قَبۡلَكَ، آللهُ أَرۡسَلَكَ إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمۡ؟ فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ نَعَمۡ). قَالَ: أَنۡشُدُكَ بِاللهِ، آللهُ أَمَرَكَ أَنۡ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ الۡخَمۡسَ فِي الۡيَوۡمِ وَاللَّيۡلَةِ؟ قَالَ: (اللّٰهُمَّ نَعَمۡ). 

Lelaki itu berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu dan akan mendesakmu dalam pertanyaan itu, jadi engkau jangan marah kepadaku.” 

Nabi bersabda, “Tanyakanlah yang engkau inginkan!” 

Lelaki itu berkata, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Rabb-mu dan Rabb orang sebelummu. Apakah Allah yang mengutusmu kepada seluruh manusia?” 

Nabi menjawab, “Ya Allah, benar.” 

Lelaki itu bertanya, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah. Apakah Allah memerintahkan engkau agar kami salat lima waktu dalam sehari semalam?” 

Nabi menjawab, “Ya Allah, benar.” 

قَالَ: أَنۡشُدُكَ بِاللهِ، آللهُ أَمَرَكَ أَنۡ نَصُومَ هَٰذَا الشَّهۡرَ مِنَ السَّنَةِ؟ قَالَ: (اللّٰهُمَّ نَعَمۡ)، قَالَ: أَنۡشُدُكَ بِاللهِ، آللهُ أَمَرَكَ أَنۡ تَأۡخُذَ هَٰذِهِ الصَّدَقَةَ مِنۡ أَغۡنِيَائِنَا فَتَقۡسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (اللّٰهُمَّ نَعَمۡ). فَقَالَ الرَّجُلُ: آمَنۡتُ بِمَا جِئۡتَ بِهِ وَأَنَا رَسُولُ مَنۡ وَرَائِي مِنۡ قَوۡمِي، وَأَنَا ضِمَامُ بۡنُ ثَعۡلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعۡدِ بۡنِ بَكۡرٍ. 

Lelaki itu bertanya, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah. Apakah Allah memerintahkanmu agar kami berpuasa satu bulan Ramadan dalam setahun?” 

Nabi menjawab, “Ya Allah, benar.” 

Lelaki itu bertanya, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah. Apakah Allah memerintahkanmu agar engkau mengambil zakat dari orang-orang kaya lalu engkau bagikan kepada orang-orang fakir?” 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjawab, “Ya Allah, benar.” 

Lelaki itu berkata, “Aku beriman dengan yang engkau bawa. Aku adalah utusan kaumku yang aku tinggal pergi di belakangku. Aku adalah Dhimam bin Tsalabah, saudara bani Sa’d bin Bakr.” 

رَوَاهُ مُوسَى وَعَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ الۡحَمِيدِ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ ثَابِتٍ، عَنۡ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ بِهَٰذَا. 

Musa dan ‘Ali bin ‘Abdul Hamid meriwayatkannya dari Sulaiman, dari Tsabit, dari Anas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan hadis ini.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 103

٣٧ - بَابُ مَنۡ سَمِعَ شَيۡئًا فَرَاجَعَ حَتَّى يَعۡرِفَهُ
37. Bab barang siapa mendengar sesuatu lalu dia mengulanginya kembali hingga memahaminya


١٠٣ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا نَافِعُ بۡنُ عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ: كَانَتۡ لَا تَسۡمَعُ شَيۡئًا لَا تَعۡرِفُهُ، إِلَّا رَاجَعَتۡ فِيهِ حَتَّى تَعۡرِفَهُ، وَأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ حُوسِبَ عُذِّبَ) قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: أَوَ لَيۡسَ يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾؟ [الانشقاق: ٨] قَالَتۡ: فَقَالَ: (إِنَّمَا ذٰلِكَ الۡعَرۡضُ، وَلَكِنۡ مَنۡ نُوقِشَ الۡحِسَابَ يَهۡلِكۡ). 

[الحديث ١٠٣ – أطرافه في: ٤٩٣٩، ٦٥٣٦، ٦٥٣٧]. 

103. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Nafi’ bin ‘Umar mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Abu Mulaikah menceritakan kepadaku: Bahwa ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu tidak mendengar sesuatu yang tidak beliau pahami kecuali beliau meminta diulangi hingga memahaminya. 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah bersabda, “Siapa saja yang dihisab, maka dia akan diazab.” 

‘Aisyah berkata: Aku mengatakan, “Bukankah Allah taala mengatakan yang artinya: Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah (QS. Al-Insyiqaq: 8)?” 

‘Aisyah berkata: Beliau bersabda, “Hisab yang mudah itu hanyalah diperlihatkan, namun siapa saja yang dihisab dengan teliti, maka dia akan binasa.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 101 dan 102

٣٦ - بَابُ هَلۡ يُجۡعَلُ لِلنِّسَاءِ يَوۡمٌ عَلَى حِدَةٍ فِي الۡعِلۡمِ
36. Bab apakah boleh ada satu hari khusus dijadikan untuk mengajari para wanita


١٠١ - حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ الۡأَصۡبَهَانِيِّ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا صَالِحٍ ذَكۡوَانَ: يُحَدِّثُ عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ: قَالَتِ النِّسَاءُ لِلنَّبِيِّ ﷺ غَلَبَنَا عَلَيۡكَ الرِّجَالُ، فَاجۡعَلۡ لَنَا يَوۡمًا مِنۡ نَفۡسِكَ، فَوَعَدَهُنَّ يَوۡمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ، فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ، فَكَانَ فِيمَا قَالَ لَهُنَّ: (مَا مِنۡكُنَّ امۡرَأَةٌ تُقَدِّمُ ثَلَاثَةً مِنۡ وَلَدِهَا، إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ). فَقَالَتِ امۡرَأَةٌ: وَاثۡنَيۡنِ؟ فَقَالَ: (وَاثۡنَيۡنِ). [الحديث ١٠١ – طرفاه في: ١٢٤٩، ٧٣١٠].

101. Adam telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Al-Ashbahani menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Abu Shalih Dzakwan menceritakan dari Abu Sa’id Al-Khudri: Para wanita berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Para lelaki telah mengalahkan kami dalam mempelajari agama darimu. Tentukan olehmu satu hari untuk kami.” Maka beliau menjanjikan satu hari untuk menemui mereka, sehingga beliau memberi mereka nasihat dan perintah. 

Beliau pernah mengatakan kepada mereka, “Tidaklah seorang wanita pun di antara kalian yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya kecuali hal itu menjadi penghalang dia dari neraka.” 

Seorang wanita bertanya, “Dua anak juga?” 

Beliau menjawab, “Dua anak juga demikian.” 

١٠٢ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ الۡأَصۡبَهَانِيِّ، عَنۡ ذَكۡوَانَ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ بِهَٰذَا‏.‏ 

وَعَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ الأَصۡبَهَانِيِّ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا حَازِمٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: (ثَلَاثَةً لَمۡ يَبۡلُغُوا الۡحِنۡثَ). [الحديث ١٠٢ – طرفه في: ١٢٥٠]. 

102. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ghundar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Al-Ashbahani, dari Dzakwan, dari Abu Sa’id Al-Khudri dengan hadis ini. 

Dan dari ‘Abdurrahman bin Al-Ashbahani. Beliau berkata: Aku mendengar Abu Hazim, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan, “Tiga anak yang belum terkena dosa (belum balig).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 100

٣٥ - بَابُ كَيۡفَ يُقۡبَضُ الۡعِلۡمُ
35. Bab bagaimana ilmu agama ini dicabut


وَكَتَبَ عُمَرُ بۡنُ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ إِلَى أَبِي بَكۡرِ بۡنِ حَزۡمٍ: انۡظُرۡ مَا كَانَ مِنۡ حَدِيثِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَاكۡتُبۡهُ، فَإِنِّي خِفۡتُ دُرُوسَ الۡعِلۡمِ وَذَهَابَ الۡعُلَمَاءِ، وَلَا تَقۡبَلۡ إِلَّا حَدِيثَ النَّبِيِّ ﷺ، وَلۡتُفۡشُوا الۡعِلۡمَ، وَلۡتَجۡلِسُوا حَتَّى يُعَلَّمَ مَنۡ لَا يَعۡلَمُ، فَإِنَّ الۡعِلۡمَ لَا يَهۡلِكُ حَتَّى يَكُونَ سِرًّا.

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat kepada Abu Bakr bin Hazm: Lihatlah apa saja yang berasal dari hadis Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu tulislah. Karena aku mengkhawatirkan pelajaran-pelajaran ilmu agama dan hilangnya para ulama. Janganlah engkau menerima kecuali hadis Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Sebarkanlah ilmu agama, bermajelislah hingga orang yang tidak mengetahui itu diajari karena ilmu tidak akan binasa kecuali ketika ilmu itu menjadi sesuatu yang dirahasiakan. 

حَدَّثَنَا الۡعَلَاءُ بۡنُ عَبۡدِ الۡجَبَّارِ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ مُسۡلِمٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ بِذٰلِكَ، يَعۡنِي حَدِيثَ عُمَرَ بۡنِ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ، إِلَى قَوۡلِهِ: ذَهَابَ الۡعُلَمَاءِ. 

Al-‘Ala` bin ‘Abdul Jabbar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul ‘Aziz bin Muslim menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Dinar riwayat itu, yakni riwayat ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, hingga ucapan beliau: hilangnya para ulama. 

١٠٠ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ أَبِي أُوَيۡسٍ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ الۡعَاصِ، قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (إِنَّ اللهَ لَا يَقۡبِضُ الۡعِلۡمَ انۡتِزَاعًا يَنۡتَزِعُهُ مِنَ الۡعِبَادِ، وَلَكِنۡ يَقۡبِضُ الۡعِلۡمَ بِقَبۡضِ الۡعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمۡ يُبۡقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا، فَأَفۡتَوۡا بِغَيۡرِ عِلۡمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا). 

100. Isma’il bin Abu Uwais telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash. Beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara langsung dari para hamba. Tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para alim ulama hingga ketika Dia telah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang pun menjadikan orang-orang jahil sebagai pemimpin. Maka mereka pun ditanya lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” 

قَالَ الۡفِرَبۡرِيُّ: حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ: حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ هِشَامٍ نَحۡوَهُ. 

[الحديث ١٠٠ – طرفه في: ٧٣٠٧]. 

Al-Firabri berkata: ‘Abbas menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Qutaibah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Hisyam semisal hadis itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 85

٨٥ - حَدَّثَنَا الۡمَكِّيُّ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا حَنۡظَلَةُ بۡنُ أَبِي سُفۡيَانَ، عَنۡ سَالِمٍ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (يُقۡبَضُ الۡعِلۡمُ، وَيَظۡهَرُ الۡجَهۡلُ وَالۡفِتَنُ، وَيَكۡثُرُ الۡهَرۡجُ)، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا الۡهَرۡجُ؟ فَقَالَ هَٰكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا، كَأَنَّهُ يُرِيدُ الۡقَتۡلَ. 

[الحديث ٨٥ – أطرافه في: ١٠٣٦، ١٤١٢، ٣٦٠٨، ٣٦٠٩، ٤٦٣٥، ٤٦٣٦، ٦٠٣٧، ٦٥٠٦، ٦٩٣٥، ٧٠٦١، ٧١١٥، ٧١٢١]. 

85. Al-Makki bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hanzhalah bin Abu Sufyan mengabarkan kepada kami dari Salim. Beliau berkata: Aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. 

Beliau bersabda, “Ilmu agama ini akan dicabut, kejahilan dan cobaan-cobaan akan bermunculan, dan al-harj akan banyak terjadi.”

Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah al-harj?”

Beliau memberi isyarat dengan tangannya begini, seakan-akan beliau memaksudkan pembunuhan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 82

٢٣ - بَابُ فَضۡلِ الۡعِلۡمِ
23. Bab keutamaan ilmu


٨٢ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ عُفَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيۡثُ قَالَ: حَدَّثَنِي عُقَيۡلٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ حَمۡزَةَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ: أَنَّ ابۡنَ عُمَرَ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (بَيۡنَمَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبۡتُ حَتَّى أَنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخۡرُجُ فِي أَظۡفَارِي، ثُمَّ أَعۡطَيۡتُ فَضۡلِي عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ)، قَالُوا: فَمَا أَوَّلۡتَهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡعِلۡمَ). 

[الحديث ٨٢ – أطرافه في: ٣٦٨١، ٧٠٠٦، ٧٠٠٧، ٧٠٢٧، ٧٠٣٢]. 

82. Sa’id bin ‘Ufair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepadaku. Beliau berkata: ‘Uqail menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari Hamzah bin ‘Abdullah bin ‘Umar: Bahwa Ibnu ‘Umar mengatakan: 

Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ketika aku sedang tidur malam, aku (mimpi) diberi segelas susu. Aku minum hingga aku benar-benar melihat cairan keluar dari kuku-kukuku. Kemudian aku memberikan sisa susu kepada ‘Umar bin Al-Khaththab.” 

Para sahabat bertanya, “Engkau takwilkan itu apa, wahai Rasulullah?” 

Beliau menjawab, “Ilmu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 80 dan 81

٢٢ - بَابُ رَفۡعِ الۡعِلۡمِ وَظُهُورِ الۡجَهۡلِ
22. Bab diangkatnya ilmu dan merebaknya kejahilan


وَقَالَ رَبِيعَةُ: لَا يَنۡبَغِي لِأَحَدٍ عِنۡدَهُ شَيۡءٌ مِنَ الۡعِلۡمِ أَنۡ يُضَيِّعَ نَفۡسَهُ. 

Rabi’ah berkata: Tidak sepantasnya bagi seseorang yang memiliki sedikit ilmu untuk menyia-nyiakan dirinya. 

٨٠ - حَدَّثَنَا عِمۡرَانُ بۡنُ مَيۡسَرَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ، عَنۡ أَبِي التَّيَّاحِ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ مِنۡ أَشۡرَاطِ السَّاعَةِ: أَنۡ يُرۡفَعَ الۡعِلۡمُ، وَيَثۡبُتَ الۡجَهۡلُ، وَيُشۡرَبَ الۡخَمۡرُ، وَيَظۡهَرَ الزِّنَا). [الحديث ٨٠ – أطرافه في: ٨١، ٥٢٣١، ٥٥٧٧، ٦٨٠٨]. 

80. ‘Imran bin Maisarah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami dari Abu At-Tayyah, dari Anas. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah ilmu diangkat, kejahilan dilestarikan, khamar diminum, dan zina merebak.” 

٨١ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ شُعۡبَةَ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: لَأُحَدِّثَنَّكُمۡ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمۡ أَحَدٌ بَعۡدِي، سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (مِنۡ أَشۡرَاطِ السَّاعَةِ: أَنۡ يَقِلَّ الۡعِلۡمُ، وَيَظۡهَرَ الۡجَهۡلُ، وَيَظۡهَرَ الزِّنَا، وَتَكۡثُرَ النِّسَاءُ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمۡسِينَ امۡرَأَةً الۡقَيِّمُ الۡوَاحِدُ). [طرفه في: ٨٠]. 

81. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas. Beliau mengatakan: Sungguh aku akan ceritakan kepada kalian suatu hadis yang tidak ada seorang pun yang menceritakan kepada kalian selainku. Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah ilmu agama sedikit, kejahilan menyebar, zina merebak, jumlah wanita menjadi banyak, sedangkan jumlah pria sedikit. Sampai-sampai lima puluh wanita akan diurus oleh seorang pria.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 79

٢١ - بَابُ فَضۡلِ مَنۡ عَلِمَ وَعَلَّمَ
21. Bab keutamaan siapa saja yang berilmu dan mengajar


٧٩ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ مِنَ الۡهُدَى وَالۡعِلۡمِ، كَمَثَلِ الۡغَيۡثِ الۡكَثِيرِ أَصَابَ أَرۡضًا، فَكَانَ مِنۡهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الۡمَاءَ، فَأَنۡبَتَتِ الۡكَلَأَ وَالۡعُشۡبَ الۡكَثِيرَ، وَكَانَتۡ مِنۡهَا أَجَادِبُ، أَمۡسَكَتِ الۡمَاءَ، فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوۡا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتۡ مِنۡهَا طَائِفَةً أُخۡرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمۡسِكُ مَاءً، وَلاَ تُنۡبِتُ كَلَأً، فَذٰلِكَ مَثَلُ مَنۡ فَقُهَ فِي دِينِ اللهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنۡ لَمۡ يَرۡفَعۡ بِذٰلِكَ رَأۡسًا، وَلَمۡ يَقۡبَلۡ هُدَى اللهِ الَّذِي أُرۡسِلۡتُ بِهِ). 

قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: قَالَ إِسۡحَاقُ: وَكَانَ مِنۡهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتِ الۡمَاءَ، قَاعٌ يَعۡلُوهُ الۡمَاءُ، وَالصَّفۡصَفُ: الۡمُسۡتَوِي مِنَ الۡأَرۡضِ. 

79. Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hammad bin Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid bin ‘Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya seperti hujan lebat yang mengenai muka bumi. Di antara permukaan bumi itu ada tanah yang subur, bisa menerima air, sehingga menumbuhkan banyak tetumbuhan. Di antara permukaan bumi itu ada tanah yang tidak menyerap air dan tidak subur, namun dia bisa menahan air sehingga Allah memberi manfaat kepada manusia dengannya. Mereka bisa minum, mengairi, dan bercocok tanam. Hujan juga mengenai permukaan bumi lain, yaitu tanah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak bisa menumbuhkan tetumbuhan. Itulah permisalan siapa saja yang fakih dalam agama Allah. Apa yang Allah utus aku dengannya dapat memberi manfaat kepadanya, sehingga dia berilmu dan mengajar. Juga permisalan siapa saja yang tidak acuh dengan hal itu dan dia tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.” 

Abu ‘Abdullah berkata: Ishaq berkata: Di antara permukaan bumi ada bagian tanah yang menyerap air. Qa’ adalah dataran yang hanya dilewati air. Shafshaf adalah permukaan bumi yang datar.