Cari Blog Ini

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3043, 3044, dan 3045

٧١ – بَابُ الۡحَلۡقِ 
71. Bab menggunduli kepala 


٣٠٤٣ – (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَعَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ فُضَيۡلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بۡنُ الۡقَعۡقَاعِ، عَنۡ أَبِي زُرۡعَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (اللّٰهُمَّ! اغۡفِرۡ لِلۡمُحَلِّقِينَ) قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ! وَالۡمُقَصِّرِينَ؟ قَالَ: (اللّٰهُمَّ! اغۡفِرۡ لِلۡمُحَلِّقِينَ) ثَلَاثًا، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ! وَالۡمُقَصِّرِينَ؟ قَالَ: (وَالۡمُقَصِّرِينَ). [(الإرواء)(٤/٢٨٥): ق]. 

3043. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah dan ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Muhammad bin Fudhail menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Umarah bin Al-Qa’qa’ menceritakan kepada kami dari Abu Zur’ah, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan: 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang menggunduli kepalanya.” 

Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, juga orang-orang yang mencukur pendek rambut kepala.” 

Rasulullah bersabda, “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang menggunduli kepalanya.” Tiga kali. 

Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, juga orang-orang yang mencukur pendek rambut kepala.” 

Rasulullah bersabda, “Juga orang-orang yang mencukur pendek rambut kepala.” 

٣٠٤٤ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، وَأَحۡمَدُ بۡنُ أَبِي الۡحَوَارِيِّ الدِّمَشۡقِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ نُمَيۡرٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (رَحِمَ اللهُ الۡمُحَلِّقِينَ!) قَالُوا: وَالۡمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللهِ؟! قَالَ: (رَحِمَ اللهُ الۡمُحَلِّقِينَ!)، قَالُوا: وَالۡمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللهِ؟! قَالَ: (رَحِمَ اللهُ الۡمُحَلِّقِينَ!) قَالُوا: وَالۡمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (وَالۡمُقَصِّرِينَ). [(الإرواء)(٤/٢٨٥)، (صحيح أبي داود)(١٧٢٨): ق]. 

3044. [Sahih] ‘Ali bin Muhammad dan Ahmad bin Abu Al-Hawari Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: ‘Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar; 

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang menggunduli kepalanya.” 

Para sahabat berkata, “Dan orang-orang yang mencukur pendek rambut kepalanya, wahai Rasulullah?!” 

Rasulullah bersabda, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang menggunduli kepalanya.” 

Para sahabat berkata, “Dan orang-orang yang mencukur pendek rambut kepalanya, wahai Rasulullah?” 

Rasulullah bersabda, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang menggunduli kepalanya.” 

Para sahabat berkata, “Dan orang-orang yang mencukur pendek rambut kepalanya, wahai Rasulullah?!” 

Rasulullah bersabda, “Dan orang-orang yang mencukur pendek rambut kepalanya.” 

٣٠٤٥ – (حسن) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ نُمَيۡرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بۡنُ بُكَيۡرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ إِسۡحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي نَجِيحٍ، عَنۡ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ! لِمَ ظَاهَرۡتَ لِلۡمُحَلِّقِينَ ثَلَاثًا وَلِلۡمُقَصِّرِينَ وَاحِدَةً؟ قَالَ: (إِنَّهُمۡ لَمۡ يَشُكُّوا). [(الإرواء)(٤/٢٨٥-٢٨٦)]. 

3045. [Hasan] Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yunus bin Bukair menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Ishaq menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Abu Najih menceritakan kepada kami dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: 

Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau mengunggulkan bagi orang-orang yang menggunduli kepala (dengan mendoakan) tiga kali sedangkan bagi orang-orang yang memendekkan rambut kepala (hanya mendoakan) sekali saja?” 

Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya mereka tidak ragu.”

Asy-Syari'ah hadits nomor 88 dan 89

٨٨ – وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرٍ بۡنُ أَبِي دَاوُدَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ صَالِحٍ الۡمِصۡرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا أَسَدُ بۡنُ مُوسَى قَالَ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بۡنُ صَالِحٍ قَالَ: حَدَّثَنَا ضَمۡرَةُ بۡنُ حَبِيبٍ عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَمۡرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ عِرۡبَاضَ بۡنَ سَارِيَةَ السُّلَمِيَّ يَقُولُ: وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ مَوۡعِظَةً ذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡعُيُونُ، وَوَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ، قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنَّ هَٰذِهِ مَوۡعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَا تَعۡهَدُ إِلَيۡنَا؟ قَالَ: (قَدۡ تَرَكۡتُكُمۡ عَلَى الۡبَيۡضَاءِ لَيۡلَهَا وَنَهَارَهَا، وَلَا يَزِيغُ عَنۡهَا بَعۡدِي إِلَّا هَالِكٌ، وَمَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ فَسَيَرَى اخۡتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيۡكُمۡ بِمَا عَرَفۡتُمۡ مِنۡ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ، وَعَلَيۡكُمۡ بِالطَّاعَةِ، وَإِنۡ عَبۡدًا حَبَشِيًّا، عَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ). 

88. Abu Bakr bin Abu Dawud telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ahmad bin Shalih Al-Mishri menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Asad bin Musa menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mu’awiyah bin Shalih menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Dhamrah bin Habib menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami, bahwa beliau mendengar ‘Irbadh bin Sariyah As-Sulami mengatakan: 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi suatu nasihat kepada kami yang menyebabkan air mata berlinang dan hati-hati bergetar. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah nasihat orang yang akan berpisah. Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” 

Rasulullah bersabda, “Aku telah meninggalkan kalian di atas keadaan yang terang benderang, pada malam dan siangnya. Tidak ada yang berpaling darinya sepeninggalku kecuali orang yang celaka. Siapa saja yang hidup di antara kalian, maka dia akan melihat banyak perselisihan. Sehingga kalian wajib mengikuti sunahku yang kalian ketahui dan sunah para khalifah yang rasyid dan diberi petunjuk. Kalian wajib taat, walaupun dipimpin oleh seorang budak Abyssinia (Etiopia). Gigitlah sunah itu dengan gigi-gigi geraham.” 

٨٩ – حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرٍ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الۡحَمِيدِ الۡوَاسِطِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيۡرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ الۡمَرۡوَزِيُّ قَالَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بۡنُ مَخۡلَدٍ، عَنۡ ثَوۡرِ بۡنِ يَزِيدَ، وَذَكَرَ الۡحَدِيثَ نَحۡوًا مِنۡهُ إِلَى آخِرِهِ. 

89. Abu Bakr ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdul Hamid Al-Wasithi telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Zuhair bin Muhammad Al-Marwazi menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu ‘Ashim Adh-Dhahhak bin Makhlad mengabarkan kepada kami dari Tsaur bin Yazid. Beliau menyebutkan hadis semisal itu sampai akhir.

Asy-Syari'ah hadits nomor 86 dan 87

٨٦ – أَخۡبَرَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى الۡجَوۡزِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا دَاوُدُ بۡنُ رَشِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الۡوَلِيدُ بۡنُ مُسۡلِمٍ عَنۡ ثَوۡرِ بۡنِ يَزِيدَ عَنۡ خَالِدِ بۡنِ مَعۡدَانَ عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَمۡرٍو السُّلَمِيِّ وَحُجۡرٍ الۡكَلَاعِيِّ قَالَا: دَخَلۡنَا عَلَى الۡعِرۡبَاضِ بۡنِ سَارِيَةَ وَهُوَ الَّذِي نَزَلَتۡ فِيهِ: ﴿وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ﴾[التّوبة: ٩٢] الآية، وَهُوَ مَرِيضٌ، فَقُلۡنَا لَهُ: إِنَّا جِئۡنَاكَ زَائِرِينَ، وَعَائِدِينَ، وَمُقۡتَبِسِينَ، فَقَالَ عِرۡبَاضٌ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَلَّى صَلَاةَ الۡغَدَاةِ، ثُمَّ أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا، فَوَعَظَنَا بِمَوۡعِظَةٍ بَلِيغَةٍ، ذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡعُيُونُ، وَوَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنَّ هَٰذِهِ لَمَوۡعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَا تَعۡهَدُ إِلَيۡنَا؟ قَالَ: (أُوصِيكُمۡ بِتَقۡوَى اللهِ، وَالطَّاعَةِ؛ وَإِنۡ كَانَ عَبۡدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ بَعۡدِي سَيَرَى اخۡتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحۡدَثَةٍ بِدۡعَةٌ، وَكُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ). 

86. Ibrahim bin Musa Al-Jauzi telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Dawud bin Rasyid menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Walid bin Muslim menceritakan kepada kami dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan, dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami dan Hujr Al-Kala’i. Keduanya berkata: Kami masuk menemui Al-‘Irbadh bin Sariyah. Pada beliau turun ayat yang artinya, “dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan.” (QS. At-Taubah: 92). Ketika itu beliau sedang sakit. 

Kami berkata kepada beliau: Sesungguhnya kami datang kepadamu dalam rangka mengunjungi, menjenguk, dan mengambil ilmu. 

‘Irbadh mengatakan: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Subuh kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberi nasihat yang sangat mengena sehingga air mata berlinang dan hati-hati bergetar karenanya. 

Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” 

Rasulullah bersabda, “Aku wasiatkan kalian agar bertakwa kepada Allah dan taat walaupun dipimpin oleh budak Abyssinia (Etiopia). Karena siapa saja di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, kalian wajib mengikuti sunahku dan sunah para khalifah yang rasyid dan diberi petunjuk. Gigitlah sunah itu dengan gigi-gigi geraham dan waspadalah kalian dari perkara yang diada-adakan. Karena setiap yang diada-adakan adalah bidah dan setiap bidah adalah kesesatan.” 

٨٧ – وَحَدَّثَنَا أَبُو الۡفَضۡلِ جَعۡفَرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ الصَّنۡدَلِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الۡفَضۡلُ بۡنُ زِيَادٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبۡدِ اللهِ أَحۡمَدُ بۡنُ حَنۡبَلٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الۡوَلِيدُ بۡنُ مُسۡلِمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا ثَوۡرُ بۡنُ يَزِيدَ، وَذَكَرَ الۡحَدِيثَ مِثۡلَهُ إِلَى آخِرِهِ. 

87. Abu Al-Fadhl Ja’far bin Muhammad Ash-Shandali telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Fadhl bin Ziyad menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Walid bin Muslim menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Tsaur bin Yazid menceritakan kepada kami. Beliau menyebutkan hadis semisal itu sampai akhir.

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3042

٣٠٤٢ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِي مُحَمَّدٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ وَأَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنِ الۡقَاسِمِ بۡنِ مُحَمَّدٍ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: طَيَّبۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ لِإِحۡرَامِهِ حِينَ أَحۡرَمَ وَلِإِحۡلَالِهِ حِينَ أَحَلَّ. [(الإرواء)(١٠٤٧): ق]. 

3042. [Sahih] ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Khal-(paman dari jalur ibu)ku—yaitu Muhammad—, Abu Mu’awiyah, dan Abu Usamah menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Al-Qasim bin Muhammad, dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: Aku mengoleskan wewangian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ihram beliau ketika beliau hendak ihram dan untuk tahalul beliau ketika beliau tahalul.

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3039 dan 3040

٦٩ – بَابُ مَتَى يَقۡطَعُ الۡحَاجُّ التَّلۡبِيَةَ؟ 
69. Bab kapan orang yang berhaji berhenti bertalbiah? 


٣٠٣٩ – (صحيح) حَدَّثَنَا بَكۡرُ بۡنُ خَلَفٍ أَبُو بِشۡرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمۡزَةُ بۡنُ الۡحَارِثِ بۡنِ عُمَيۡرٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ لَبَّى حَتَّى رَمَى جَمۡرَةَ الۡعَقَبَةِ. [(الإرواء)(٤/٢٩٦)، (الروض النضير)(٨٣٤)، (صحيح أبي داود)(١٥٩٣): ق]. 

3039. [Sahih] Bakr bin Khalaf Abu Bisyr telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hamzah bin Al-Harits bin ‘Umair menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Ayyub, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertalbiah hingga melempar jamrah Aqabah. 

٣٠٤٠ – (صحيح) حَدَّثَنَا هَنَّادُ بۡنُ السَّرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡأَحۡوَصِ، عَنۡ خُصَيۡفٍ، عَنۡ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ قَالَ: قَالَ الۡفَضۡلُ بۡنُ عَبَّاسٍ: كُنۡتُ رِدۡفَ النَّبِيِّ ﷺ، فَمَا زِلۡتُ أَسۡمَعُهُ يُلَبِّي حَتَّى رَمَى جَمۡرَةَ الۡعَقَبَةِ، فَلَمَّا رَمَاهَا قَطَعَ التَّلۡبِيَةَ. [(الإرواء)(١٠٩٨)، (الروض)(٨٣٤): ق]. 

3040. [Sahih] Hannad bin As-Sari telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Al-Ahwash menceritakan kepada kami dari Khushaif, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Al-Fadhl bin ‘Abbas berkata: Aku dahulu membonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku terus mendengar beliau bertalbiah hingga beliau melempar jamrah Aqabah. Ketika beliau telah melemparnya, beliau berhenti bertalbiah.

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3038

٦٨ – بَابُ الرَّمۡيِ عَنِ الصِّبۡيَانِ 
68. Bab melempar jamrah untuk kepentingan bayi 


٣٠٣٨ – (ضعيف) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ نُمَيۡرٍ، عَنۡ أَشۡعَثَ، عَنۡ أَبِي الزُّبَيۡرِ، عَنۡ جَابِرٍ؛ قَالَ: حَجَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَمَعَنَا النِّسَاءُ وَالصِّبۡيَانُ، فَلَبَّيۡنَا عَنِ الصِّبۡيَانِ، وَرَمَيۡنَا عَنۡهُمۡ. [(حجة النبي ﷺ)(ص ٥٠)]. 

3038. [Daif] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami dari Asy’ats, dari Abu Az-Zubair, dari Jabir. Beliau mengatakan: Kami berhaji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para wanita dan bayi. Maka, kami bertalbiah atas nama bayi dan melempar jamrah atas nama mereka.

Syarh Ushul I'tiqad Ahlissunnah wal Jama'ah hadits nomor 80 dan 81

٨٠ – أَخۡبَرَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عُمَرَ بۡنِ مُحَمَّدِ بۡنِ حُمَيۡدٍ أنبا أَحۡمَدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ الۡوَكِيلُ أنبا عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ ثنا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بۡنُ مَخۡلَدٍ نا ثَوۡرٌ /ح/. 

80. Muhammad bin ‘Umar bin Muhammad bin Humaid telah mengabarkan kepada kami: Ahmad bin ‘Abdullah Al-Wakil memberitakan kepada kami: ‘Amr bin ‘Ali memberitakan kepada kami: Abu ‘Ashim Adh-Dhahhak bin Makhlad menceritakan kepada kami: Tsaur menceritakan kepada kami. 

٨١ - وَأَخۡبَرَنَا يَحۡيَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ بۡنِ زَكَرِيَّا النَّيۡسَابُور أنبا أَبُو حَامِدٍ أَحۡمَدُ بۡنُ الۡحُسَيۡنِ الشَّرۡفِيُّ ثنا مُحَمَّدُ بۡنُ يَحۡيَى ثنا عَبۡدُ الۡمَلِكِ بۡنُ الصَّبَّاحِ وَأَبُو عَاصِمٍ قَالَا: حَدَّثَنَا ثَوۡرٌ عَنۡ خَالِدِ بۡنِ مَعۡدَانَ عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَمۡرٍو السُّلَمِيِّ: 

81. Yahya bin Isma’il bin Zakariyya An-Naisabur telah mengabarkan kepada kami: Abu Hamid Ahmad bin Al-Husain Asy-Syarqi memberitakan kepada kami: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami: ‘Abdul Malik bin Ash-Shabbah dan Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Tsaur menceritakan kepada kami dari Khalid bin Ma’dan, dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami: 

عَنِ الۡعِرۡبَاضِ بۡنِ سَارِيَةَ وَكَانَ مِمَّنۡ أَنۡزَلَ اللهُ فِيهِمۡ: ﴿وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ﴾.. الآية. قَالَ: فَدَخَلۡنَا فَسَلَّمۡنَا عَلَيۡهِ وَقُلۡنَا: أَتَيۡنَاكَ زَائِرِينَ وَعَائِدِينَ وَمُقۡتَبِسِينَ فَقَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ. وَقَالَ أَبُو عَاصِمٍ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ الصُّبۡحَ يَوۡمًا فَأَقۡبَلَ عَلَيۡنَا فَوَعَظَنَا مَوۡعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡأَعۡيُنُ وَوَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ قَالَ: قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَٰذِهِ مَوۡعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعۡهَدۡ إِلَيۡنَا. قَالَ أَبُو عَاصِمٍ فِي حَدِيثِهِ: فَأَوۡصِنَا قَالَ: (أُوصِيكُمۡ عِبَادَ اللهِ بِتَقۡوَى اللهِ وَالسَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنۡ كَانَ عَبۡدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ فَسَيَرَى بَعۡدِي اخۡتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ) وَاللَّفۡظُ لِمُحَمَّدِ بۡنِ يَحۡيَى. 

وَلَفۡظُ عَمۡرِو بۡنِ عَلِيٍّ عَنۡ أَبِي عَاصِمٍ قَرِيبٌ مِنۡهُ. 

Dari Al-‘Irbadh bin Sariyah. Al-‘Irbadh adalah termasuk orang yang Allah turunkan ayat tentang mereka, yang artinya, “dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan…” (QS. At-Taubah: 92). 

Beliau berkata: Kami masuk, mengucapkan salam kepada Al-‘Irbadh, lalu kami berkata: Kami datang kepadamu dalam rangka mengunjungi, menjenguk, dan mengambil ilmu. Al-‘Irbadh mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat. Abu ‘Ashim berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Subuh mengimami kami pada suatu hari kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberi nasihat yang sangat mengena sehingga air mata berlinang dan hati-hati bergetar karenanya. 

Beliau berkata: Kami berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Abu ‘Ashim berkata di dalam hadisnya, “Berilah wasiat untuk kami.” 

Rasulullah bersabda, “Aku wasiatkan kalian, wahai hamba-hamba Allah, agar bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat walaupun dipimpin oleh budak Abyssinia (Etiopia). Karena siapa saja di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, kalian wajib mengikuti sunahku dan sunah para khalifah yang rasyid dan diberi petunjuk. Gigitlah sunah itu dengan gigi-gigi geraham dan waspadalah kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap bidah adalah kesesatan.” 

Redaksi ini milik Muhammad bin Yahya. Adapun redaksi ‘Amr bin ‘Ali dari Abu ‘Ashim mirip dengan itu.

Sunan Ad-Darimi hadits nomor 95

(١٦) بَابُ اتِّبَاعِ السُّنَّةِ 
16. Bab mengikuti sunah 


٩٥ – أَخۡبَرَنَا أَبُو عَاصِمٍ، أَخۡبَرَنَا ثَوۡرُ بۡنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي خَالِدُ بۡنُ مَعۡدَانَ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَمۡرٍو، عَنِ عِرۡبَاضِ بۡنِ سَارِيَةَ قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ صَلَاةَ الۡفَجۡرِ، ثُمَّ وَعَظَنَا مَوۡعِظَةً بَلِيغَةً، ذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡعُيُونُ، وَوَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوۡعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوۡصِنَا، فَقَالَ: (أُوصِيكُمۡ بِتَقۡوَى اللهِ، وَالسَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنۡ كَانَ عَبۡدًا حَبَشِيًّا؛ فَإِنَّهُ مَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ بَعۡدِي فَسَيَرَى اخۡتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمۡ وَالۡمُحۡدَثَاتِ؛ فَإِنَّ كُلَّ مُحۡدَثَةٍ بِدۡعَةٌ) وَقَالَ أَبُو عَاصِمٍ مَرَّةً: (وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ). 

95. Abu ‘Ashim telah mengabarkan kepada kami: Tsaur bin Yazid mengabarkan kepada kami: Khalid bin Ma’dan menceritakan kepadaku dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr, dari ‘Irbadh bin Sariyah. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Subuh mengimami kami kemudian beliau memberi nasihat yang sangat mengena sehingga air mata berlinang dan hati-hati bergetar karenanya. 

Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat orang yang akan berpisah. Berilah wasiat untuk kami.” 

Rasulullah bersabda, “Aku wasiatkan kalian agar bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat walaupun dipimpin oleh budak Abyssinia (Etiopia). Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, kalian wajib mengikuti sunahku dan sunah para khalifah yang rasyid dan diberi petunjuk. Gigitlah sunah itu dengan gigi-gigi geraham dan waspadalah kalian dari yang diada-adakan karena setiap yang diada-adakan adalah bidah.” 

Abu ‘Ashim pernah berkata suatu kali, “Waspadalah kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan karena setiap bidah adalah kesesatan.”

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3037

٣٠٣٧ – (صحيح) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يَحۡيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أَنۡبَأَنَا مَالِكُ بۡنُ أَنَسٍ. (ح) وَحَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ سِنَانٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ مَهۡدِيٍّ، عَنۡ مَالِكِ بۡنِ أَنَسٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي بَكۡرٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي الۡبَدَّاحِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ؛ قَالَ: رَخَّصَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِرِعَاءِ الۡإِبِلِ فِي الۡبَيۡتُوتَةِ أَنۡ يَرۡمُوا يَوۡمَ النَّحۡرِ، ثُمَّ يَجۡمَعُوا رَمۡيَ يَوۡمَيۡنِ بَعۡدَ النَّحۡرِ فَيَرۡمُونَهُ فِي أَحَدِهِمَا - قَالَ مَالِكٌ: ظَنَنۡتُ أَنَّهُ قَالَ: فِي الۡأَوَّلِ مِنۡهُمَا -، ثُمَّ يَرۡمُونَ يَوۡمَ النَّفۡرِ. [(الإرواء)(١٠٨٠)]. 

3037. [Sahih] Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik bin Anas memberitakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Ahmad bin Sinan telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami dari Malik bin Anas. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Abu Bakr menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Abu Al-Baddah bin ‘Ashim, dari ayahnya; Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan untuk para penggembala unta di Baitutah agar mereka melempar jamrah di hari nahar kemudian mengumpulkan pelemparan dua hari setelah hari nahar sehingga mereka melemparnya di salah satu dari dua hari tersebut. Malik berkata: Aku mengira bahwa beliau berkata: di hari pertama dari kedua hari tersebut. Kemudian mereka melempar pada hari nafar.

As-Sunnah Ibnu Abu 'Ashim hadis nomor 54

١٧ – بَابُ: مَا أَمَرَ بِهِ (ﷺ) مِنِ اتِّبَاعِ السُّنَّةِ، وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ 
17. Bab perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa mengikuti sunah dan sunah para khalifah yang rasyid 


٥٤ – ثنا أَبُو سُفۡيَانَ عَبۡدُ الرَّحِيمِ بۡنُ مُطَرِّفٍ، ثنا عِيسَى بۡنُ يُونُسَ، عَنۡ ثَوۡرِ بۡنِ يَزِيدَ، عَنۡ خَالِدِ بۡنِ مَعۡدَانَ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَمۡرٍو السُّلَمِيِّ، عَنِ الۡعِرۡبَاضِ بۡنِ سَارِيَةَ – قَالَ: وَكَانَ مِنَ الۡبَكَّائِينَ -: قَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ صَلَاةَ الۡغَدَاةِ، ثُمَّ أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا بِوَجۡهِهِ، فَوَعَظَنَا مَوۡعِظَةً بَلِيغَةً، ذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡأَعۡيُنُ، وَوَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ! كَأَنَّ هَٰذِهِ مَوۡعِظَةُ مُوَدِّعٍ؟ فَقَالَ: (اتَّقُوا اللهَ، وَعَلَيۡكُمۡ بِالسَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنۡ عَبۡدًا حَبَشِيًّا، وَإِنَّهُ مَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ بَعۡدِي فَسَيَرَى اخۡتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ مِنۡ بَعۡدِي، الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ). 

54. Abu Sufyan ‘Abdurrahim bin Mutharrif telah menceritakan kepada kami: ‘Isa bin Yunus menceritakan kepada kami dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan, dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami, dari Al-‘Irbadh bin Sariyah—Beliau berkata: Al-‘Irbadh adalah termasuk Al-Bakka`un (orang-orang yang menangis tidak bisa mengikuti perang Tabuk karena tidak memiliki senjata dan tunggangan)—. Al-‘Irbadh mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Subuh kemudian menghadapkan wajahnya ke arah kami. Lalu beliau memberi nasihat yang sangat mengena sehingga air mata berlinang dan hati-hati bergetar karenanya. 

Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat orang yang akan berpisah.” 

Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah. Kalian harus tetap mendengar dan taat walaupun dipimpin oleh budak Abyssinia (Etiopia). Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, kalian wajib mengikuti sunahku dan sunah para khalifah sepeninggalku yang rasyid dan diberi petunjuk. Gigitlah sunah itu dengan gigi-gigi geraham dan waspadalah kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan karena setiap bidah adalah kesesatan.”

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3034 dan 3035

٦٦ – بَابُ رَمۡيُ الۡجِمَارِ رَاكِبًا 
66. Bab melempar jamrah-jamrah dengan berkendara 


٣٠٣٤ – (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الۡأَحۡمَرُ، عَنۡ حَجَّاجٍ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ مِقۡسَمٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ رَمَى الۡجَمۡرَةَ عَلَى رَاحِلَتِهِ. [(صحيح أبي داود)(١٧١٩)]. 

3034. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Khalid Al-Ahmad menceritakan kepada kami dari Hajjaj, dari Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu ‘Abbas; Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melempar jamrah di atas hewan tunggangannya. 

٣٠٣٥ – (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ أَيۡمَنَ بۡنِ نَابِلٍ، عَنۡ قُدَامَةَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ الۡعَامِرِيِّ؛ قَالَ: رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ رَمَى الۡجَمۡرَةَ يَوۡمَ النَّحۡرِ عَلَى نَاقَةٍ لَهُ صَهۡبَاءَ، لَا ضَرۡبَ وَلَا طَرۡدَ، وَلَا إِلَيۡكَ! إِلَيۡكَ! [(المشكاة)(٢٦٢٣)]. 

3035. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Waki’ menceritakan kepada kami dari Aiman bin Nabil, dari Qudamah bin ‘Abdullah Al-‘Amiri. Beliau mengatakan: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melempar jamrah pada hari nahar di atas unta beliau yang berwarna coklat kemerahan, tanpa memukul atau mengusir seorang pun. Tidak pula mengatakan: Menjauhlah engkau, menjauhlah engkau!

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3032 dan 3033

٦٥ – بَابٌ إِذَا رَمَى جَمۡرَةَ الۡعَقَبَةِ لَمۡ يَقِفۡ عِنۡدَهَا 
65. Bab ketika melempar jamrah Aqabah, tidak berhenti di dekat situ 


٣٠٣٢ – (صحيح) حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا طَلۡحَةُ بۡنُ يَحۡيَى، عَنۡ يُونُسَ بۡنِ يَزِيدَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنِ سَالِمٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ؛ أَنَّهُ رَمَى جَمۡرَةَ الۡعَقَبَةِ وَلَمۡ يَقِفۡ عِنۡدَهَا، وَذَكَرَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ فَعَلَ مِثۡلَ ذٰلِكَ. [(الصحيحة)(٢٠٧٣)، (صحيح أبي داود)(١٧٢٢): خ]. 

3032. [Sahih] ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Thalhah bin Yahya menceritakan kepada kami dari Yunus bin Yazid, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu ‘Umar; Bahwa beliau melempar jamrah Aqabah dan tidak berhenti di dekat situ. Beliau menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan seperti itu. 

٣٠٣٣ – (صحيح بما قبله) حَدَّثَنَا سُوَيۡدُ بۡنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ، عَنِ الۡحَجَّاجِ، عَنِ الۡحَكَمِ بۡنِ عُتَيۡبَةَ، عَنۡ مِقۡسَمٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا رَمَى جَمۡرَةَ الۡعَقَبَةِ مَضَى وَلَمۡ يَقِفۡ. [(الصحيحة) أَيضًا]. 

3033. Suwaid bin Sa’id telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Ali bin Mushir menceritakan kepada kami dari Al-Hajjaj, dari Al-Hakam bin ‘Utaibah, dari Miqsam, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Dahulu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melempar jamrah Aqabah beliau terus berlalu dan tidak berhenti.

Sunan Abu Dawud hadits nomor 1905

٥٧ – بَابُ صِفَةِ حَجَّةِ النَّبِيِّ ﷺ 
57. Bab tata cara haji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 


١٩٠٥ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيۡلِيُّ وَعُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَهِشَامُ بۡنُ عَمَّارٍ وَسُلَيۡمَانُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ الدِّمَشۡقِيَّانِ، - وَرُبَّمَا زَادَ بَعۡضُهُمۡ عَلَى بَعۡضٍ الۡكَلِمَةَ وَالشَّىۡءَ -، قَالُوا: حَدَّثَنَا حَاتِمُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ، نا جَعۡفَرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أَبِيهِ، قَالَ: دَخَلۡنَا عَلَى جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، فَلَمَّا انۡتَهَيۡنَا إِلَيۡهِ سَأَلَ عَنِ الۡقَوۡمِ، حَتَّى انۡتَهَى إِلَىَّ، فَقُلۡتُ: أَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَلِيِّ بۡنِ حُسَيۡنٍ، فَأَهۡوَى بِيَدِهِ إِلَى رَأۡسِي فَنَزَعَ زِرِّي الۡأَعۡلَى، ثُمَّ نَزَعَ زِرِّيَ الۡأَسۡفَلَ، ثُمَّ وَضَعَ كَفَّهُ بَيۡنَ ثَدۡيَىَّ وَأَنَا يَوۡمَئِذٍ غُلَامٌ شَابٌّ، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِكَ وَأَهۡلًا يَا ابۡنَ أَخِي. سَلۡ عَمَّا شِئۡتَ، فَسَأَلۡتُهُ وَهُوَ أَعۡمَى، وَجَاءَ وَقۡتُ الصَّلَاةِ فَقَامَ فِي نِسَاجَةٍ مُلۡتَحِفًا بِهَا - يَعۡنِي ثَوۡبًا مُلَفَّقًا - كُلَّمَا وَضَعَهَا عَلَى مَنۡكِبِهِ رَجَعَ طَرَفَاهَا إِلَيۡهِ مِنۡ صِغَرِهَا، فَصَلَّى بِنَا وَرِدَاؤُهُ إِلَى جَنۡبِهِ عَلَى الۡمِشۡجَبِ، 

1905. ‘Abdullah bin Muhammad An-Nufaili, ‘Utsman bin Abu Syaibah, Hisyam bin ‘Ammar, dan Sulaiman bin ‘Abdurrahman Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami. Terkadang sebagian mereka menambahkan suatu kata pada riwayat sebagian yang lain. Mereka berkata: Hatim bin Isma’il menceritakan kepada kami: Ja'far bin Muhammad menceritakan kepada kami dari ayahnya. Beliau berkata: 

Kami masuk ke tempat Jabir bin ‘Abdullah. Ketika kami sampai bertemu beliau, beliau menanyai kami satu persatu, sampai giliranku. 

Maka aku berkata: Saya Muhammad bin ‘Ali bin Husain. 

Maka beliau menjulurkan tangannya ke kepalaku, kemudian melepas kancingku yang atas dan melepas kancingku yang bawah, kemudian beliau meletakkan telapak tangan beliau di antara kedua dadaku, ketika itu aku masih muda belia. Beliau berkata: Selamat datang wahai anak saudaraku, tanyakan apa yang engkau inginkan. 

Aku pun bertanya kepada beliau—dalam keadaan beliau buta—lalu waktu salat tiba. Beliau bangkit mengenakan kain tenun dengan menyelimutkannya. Setiap kali beliau meletakkan di atas pundaknya, ujung kain itu kembali melorot kepadanya karena kecilnya kain itu. Beliau salat mengimami kami dan kain bagian atas beliau berada di sampingnya di atas gantungan baju. 

فَقُلۡتُ: أَخۡبِرۡنِي عَنۡ حَجَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ بِيَدِهِ فَعَقَدَ تِسۡعًا، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ مَكَثَ تِسۡعَ سِنِينَ لَمۡ يَحُجَّ، ثُمَّ أُذِّنَ فِي النَّاسِ فِي الۡعَاشِرَةِ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَاجٌّ، فَقَدِمَ الۡمَدِينَةَ بَشَرٌ كَثِيرٌ كُلُّهُمۡ يَلۡتَمِسُ أَنۡ يَأۡتَمَّ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ وَيَعۡمَلَ بِمِثۡلِ عَمَلِهِ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَخَرَجۡنَا مَعَهُ، حَتَّى أَتَيۡنَا ذَا الۡحُلَيۡفَةِ، فَوَلَدَتۡ أَسۡمَاءُ بِنۡتُ عُمَيۡسٍ مُحَمَّدَ بۡنَ أَبِي بَكۡرٍ، فَأَرۡسَلَتۡ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ: كَيۡفَ أَصۡنَعُ قَالَ: (اغۡتَسِلِي وَاسۡتَذۡفِرِي بِثَوۡبٍ وَأَحۡرِمِي). 

Lalu aku berkata: Kabarkan kepadaku tentang haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengisyaratkan dengan tangan beliau, menandakan angka sembilan. Beliau berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sembilan tahun beliau belum menunaikan haji. Kemudian beliau mengumumkan kepada kaum muslimin pada tahun kesepuluh bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan berhaji. Manusia berbondong-bondong tiba di Madinah. Semuanya berupaya untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melakukan seperti amalan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dan kami pun keluar bersama beliau sampai datang di Dzul Hulaifah. 

Saat itu, Asma` bintu ‘Umais melahirkan Muhammad bin Abu Bakr. 

Asma` mengutus seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya, “Apa yang harus aku lakukan?” 

Beliau bersabda, “Mandilah, tutuplah dengan kain, dan berihramlah!” 

فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي الۡمَسۡجِدِ، ثُمَّ رَكِبَ الۡقَصۡوَاءَ، حَتَّى إِذَا اسۡتَوَتۡ بِهِ نَاقَتُهُ عَلَى الۡبَيۡدَاءِ، قَالَ جَابِرٌ: نَظَرۡتُ إِلَى مَدِّ بَصَرِي: مِنۡ بَيۡنِ يَدَيۡهِ مِنۡ رَاكِبٍ وَمَاشٍ، وَعَنۡ يَمِينِهِ مِثۡلَ ذٰلِكَ، وَعَنۡ يَسَارِهِ مِثۡلَ ذٰلِكَ، وَمِنۡ خَلۡفِهِ، مِثۡلَ ذٰلِكَ، وَرَسُولُ اللهِ ﷺ بَيۡنَ أَظۡهُرِنَا، وَعَلَيۡهِ يَنۡزِلُ الۡقُرۡآنُ، وَهُوَ يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُ، فَمَا عَمِلَ بِهِ مِنۡ شَىۡءٍ عَمِلۡنَا بِهِ، فَأَهَلَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِالتَّوۡحِيدِ: (لَبَّيۡكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيۡكَ، لَبَّيۡكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيۡكَ، إِنَّ الۡحَمۡدَ وَالنِّعۡمَةَ لَكَ وَالۡمُلۡكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ)، وَأَهَلَّ النَّاسُ بِهَٰذَا الَّذِي يُهِلُّونَ بِهِ، فَلَمۡ يَرُدَّ عَلَيۡهِمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ شَيۡئًا مِنۡهُ، وَلَزِمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ تَلۡبِيَتَهُ. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat di masjid. Kemudian beliau menunggang unta Al-Qashwa`, sampai ketika unta beliau telah berdiri tegak di atas Al-Baida`; Jabir berkata: aku melihat di hadapanku sejauh mata memandang, ada yang menaiki tunggangan dan berjalan kaki. Di samping kanan beliau semisal itu, di samping kiri semisal itu, dan di belakang beliau semisal itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih berada di tengah-tengah kami dan kepada beliau lah Alquran turun. Beliau yang mengerti tafsirnya dan apa saja yang beliau amalkan, maka kami pun juga mengamalkannya. 

Beliau memulai talbiah dengan kalimat tauhid, “Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu.” 

Orang-orang bertalbiah dengan kalimat talbiah yang mereka lantunkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari sedikit pun dari mereka dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus bertalbiah dengan kalimat talbiah beliau. 

قَالَ جَابِرٌ: لَسۡنَا نَنۡوِي إِلَّا الۡحَجَّ، لَسۡنَا نَعۡرِفُ الۡعُمۡرَةَ، حَتَّى إِذَا أَتَيۡنَا الۡبَيۡتَ مَعَهُ اسۡتَلَمَ الرُّكۡنَ فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرۡبَعًا، ثُمَّ تَقَدَّمَ إِلَى مَقَامِ إِبۡرَاهِيمَ فَقَرَأَ: ﴿وَاتَّخِذُوا مِنۡ مَقَامِ إِبۡرَاهِيمَ مُصَلًّى﴾ فَجَعَلَ الۡمَقَامَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ الۡبَيۡتِ، قَالَ: فَكَانَ أَبِي يَقُولُ: - قَالَ ابۡنُ نُفَيۡلٍ وَعُثۡمَانُ: وَلَا أَعۡلَمُهُ ذَكَرَهُ إِلَّا عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ سُلَيۡمَانُ: وَلَا أَعۡلَمُهُ إِلَّا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ - يَقۡرَأُ فِي الرَّكۡعَتَيۡنِ بِـ ﴿قُلۡ هُوَ اللهُ أَحَدٌ﴾ وَبِـ ﴿قُلۡ يَا أَيُّهَا الۡكَافِرُونَ﴾. 

Jabir mengatakan: Kami tidak berniat kecuali untuk haji. Kami tidak mengetahui umrah. Sampai ketika kami telah sampai di Kakbah bersama beliau, beliau menyentuh sudut (Hajar Aswad) dan berlari kecil tiga putaran, berjalan empat putaran. Kemudian beliau pergi ke arah makam (tempat berdiri) Ibrahim dan membaca, “Dan jadikanlah oleh kalian makam Ibrahim sebagai tempat salat.” (QS. Al-Baqarah: 125). Lalu beliau menjadikan makam Ibrahim antara beliau dengan Kakbah. Ayahku mengatakan—Ibnu Nufail dan ‘Utsman berkata: Aku tidak mengetahui beliau menyebutkannya kecuali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; Sulaiman berkata: Aku tidak mengetahui beliau kecuali berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda—beliau membaca di dalam dua rakaat tersebut surah Al-Ikhlash dan Al-Kafirun. 

ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الۡبَيۡتِ فَاسۡتَلَمَ الرُّكۡنَ، ثُمَّ خَرَجَ مِنَ الۡبَابِ إِلَى الصَّفَا، فَلَمَّا دَنَا مِنَ الصَّفَا قَرَأَ ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾ (نَبۡدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ) فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيۡهِ حَتَّى رَأَى الۡبَيۡتَ فَكَبَّرَ اللهَ وَوَحَّدَهُ وَقَالَ: (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ، لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ، وَلَهُ الۡحَمۡدُ، يُحۡيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ، أَنۡجَزَ وَعۡدَهُ، وَنَصَرَ عَبۡدَهُ، وَهَزَمَ الۡأَحۡزَابَ وَحۡدَهُ) ثُمَّ دَعَا بَيۡنَ ذٰلِكَ، وَقَالَ مِثۡلَ هَٰذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الۡمَرۡوَةِ، حَتَّى إِذَا انۡصَبَّتۡ قَدَمَاهُ رَمَلَ فِي بَطۡنِ الۡوَادِي، حَتَّى إِذَا صَعِدَ مَشَى حَتَّى أَتَى الۡمَرۡوَةَ، فَصَنَعَ عَلَى الۡمَرۡوَةِ مِثۡلَ مَا صَنَعَ عَلَى الصَّفَا، حَتَّى إِذَا كَانَ آخِرُ الطَّوَافِ عَلَى الۡمَرۡوَةِ قَالَ: (إِنِّي لَوِ اسۡتَقۡبَلۡتُ مِنۡ أَمۡرِي مَا اسۡتَدۡبَرۡتُ لَمۡ أَسُقِ الۡهَدۡىَ، وَلَجَعَلۡتُهَا عُمۡرَةً، وَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ لَيۡسَ مَعَهُ هَدۡىٌ فَلۡيَحۡلِلۡ وَلۡيَجۡعَلۡهَا عُمۡرَةً). 

Kemudian beliau kembali ke Hajar Aswad dan menyentuhnya. Kemudian keluar dari pintu ke bukit Shafa. Ketika beliau sudah dekat bukit Shafa, beliau membaca, “Sesungguhnya bukit Shafa dan Marwah termasuk syiar-syiar Allah. Aku memulai dengan yang Allah mulai.” Sehingga, beliau memulai dari bukit Shafa. Beliau naik ke atas bukit tersebut sampai beliau bisa melihat Kakbah, lalu beliau mengucapkan takbir kepada Allah, kalimat tauhid, dan berkata, “Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan. Dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata. Dia menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan pihak yang bersekutu (memerangi Rasul-Nya) sendirian.” Kemudian beliau berdoa di antara itu. Beliau membaca semisal ini sebanyak tiga kali. 

Kemudian beliau turun ke Marwah, sampai ketika kedua telapak kaki beliau telah tegak di dasar lembah, beliau berlari kecil. Sehingga ketika sudah menanjak, beliau berjalan kaki sampai beliau tiba di Marwah. Beliau berbuat di Marwah seperti yang beliau lakukan di Shafa. 

Sampai akhir tawaf beliau berada di atas bukit Marwah, lalu beliau bersabda, “Seandainya aku dahulu mengetahui perkaraku yang baru aku tahu sekarang ini, tentu aku tidak akan menggiring hewan hady (sembelihan haji). Aku akan menjadikannya sebagai umrah. Maka, siapa saja di antara kalian tidak membawa hewan hady, tahalul-lah dan jadikanlah sebagai umrah.” 

فَحَلَّ النَّاسُ كُلُّهُمۡ وَقَصَّرُوا، إِلَّا النَّبِيَّ ﷺ وَمَنۡ كَانَ مَعَهُ هَدۡىٌ، فَقَامَ سُرَاقَةُ بۡنُ جُعۡشُمٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلِعَامِنَا هَٰذَا أَمۡ لِلۡأَبَدِ؟ فَشَبَّكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَصَابِعَهُ فِي الۡأُخۡرَى ثُمَّ قَالَ: (دَخَلَتِ الۡعُمۡرَةُ فِي الۡحَجِّ) هَٰكَذَا مَرَّتَيۡنِ: [(لَا، بَلۡ لِأَبَدِ أَبَدٍ، لَا، بَلۡ لِأَبَدِ أَبَدٍ). 

Semua orang tahalul dan mencukur pendek rambut kepala kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang membawa hady

Suraqah bin Malik bin Ju’syum berdiri dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah untuk tahun ini saja atau untuk selamanya?” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalinkan jari-jemarinya satu sama lain seraya bersabda, “Umrah telah masuk di dalam haji.” Sebanyak dua kali. “Tidak hanya untuk tahun ini, bahkan untuk selama-lamanya.” 

قَالَ: وَقَدِمَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ مِنَ الۡيَمَنِ بِبُدۡنِ النَّبِيِّ ﷺ، فَوَجَدَ فَاطِمَةَ عَلَيۡهَا السَّلَامُ مِمَّنۡ حَلَّ وَلَبِسَتۡ ثِيَابًا صَبِيغًا وَاكۡتَحَلَتۡ، فَأَنۡكَرَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ ذٰلِكَ عَلَيۡهَا، وَقَالَ: مَنۡ أَمَرَكِ بِهَٰذَا؟ فَقَالَتۡ: أَبِي، قَالَ: وَكَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ بِالۡعِرَاقِ: ذَهَبۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ مُحَرِّشًا عَلَى فَاطِمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا فِي الۡأَمۡرِ الَّذِي صَنَعَتۡهُ، مُسۡتَفۡتِيًا لِرَسُولِ اللهِ ﷺ فِي الَّذِي ذَكَرَتۡ عَنۡهُ، فَأَخۡبَرۡتُهُ أَنِّي أَنۡكَرۡتُ ذٰلِكَ عَلَيۡهَا، فَقَالَتۡ: إِنَّ أَبِي أَمَرَنِي بِهَٰذَا، فَقَالَ: (صَدَقَتۡ صَدَقَتۡ. مَاذَا قُلۡتَ حِينَ فَرَضۡتَ الۡحَجَّ؟) قَالَ: قُلۡتُ: اللّٰهُمَّ إِنِّي أُهِلُّ بِمَا أَهَلَّ بِهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ، قَالَ: (فَإِنَّ مَعِيَ الۡهَدۡىَ، فَلَا تَحۡلِلۡ). 

Jabir berkata: ‘Ali radhiyallahu ‘anhu tiba dari Yaman dengan unta-unta sembelihan haji milik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mendapati Fathimah ‘alaihas salam termasuk orang-orang yang telah tahalul. Fathimah memakai pakaian celupan dan bercelak. 

‘Ali radhiyallahu ‘anhu mengingkarinya perihal keadaannya dan bertanya, “Siapa yang memerintahkan ini kepadamu?” 

Fathimah menjawab, “Ayahku.” 

Jabir mengatakan: Ketika ‘Ali radhiyallahu ‘anhu di ‘Iraq, beliau mengatakan: Waktu itu, aku pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan Fathimah radhiyallahu ‘anha tentang perbuatannya untuk meminta fatwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal yang telah dia sebutkan tentang beliau. Aku pun mengabarkan beliau bahwa aku mengingkarinya atas hal itu. Lalu Fathimah mengatakan bahwa ayahnya memerintahkan ini kepadanya. 

Beliau bersabda, “Fathimah telah benar, Fathimah telah benar. Apa yang telah engkau ucapkan ketika engkau menetapkan niat untuk haji?” 

‘Ali mengatakan, “Aku berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku ber-ihlal (memulai ihram) dengan ihlal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku membawa hady, maka engkau jangan tahalul.” 

قَالَ: وَكَانَ جَمَاعَةُ الۡهَدۡىِ الَّذِي قَدِمَ بِهِ عَلِيٌّ مِنَ الۡيَمَنِ وَالَّذِي أَتَى بِهِ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ الۡمَدِينَةِ مِئَةً. فَحَلَّ النَّاسُ كُلُّهُمۡ وَقَصَّرُوا، إِلَّا النَّبِيَّ ﷺ وَمَنۡ كَانَ مَعَهُ هَدۡىٌ. قَالَ: فَلَمَّا كَانَ يَوۡمُ التَّرۡوِيَةِ وَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى أَهَلُّوا بِالۡحَجِّ، فَرَكِبَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَصَلَّى بِمِنًى الظُّهۡرَ وَالۡعَصۡرَ وَالۡمَغۡرِبَ وَالۡعِشَاءَ وَالصُّبۡحَ، ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلًا حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمۡسُ، وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ لَهُ مِنۡ شَعَرٍ فَضُرِبَتۡ بِنَمِرَةَ، فَسَارَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَلَا تَشُكُّ قُرَيۡشٌ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ وَاقِفٌ عِنۡدَ الۡمَشۡعَرِ الۡحَرَامِ بِالۡمُزۡدَلِفَةِ كَمَا كَانَتۡ قُرَيۡشٌ تَصۡنَعُ فِي الۡجَاهِلِيَّةِ، فَأَجَازَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الۡقُبَّةَ قَدۡ ضُرِبَتۡ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا، 

Jabir berkata: Hewan hady yang datang bersama ‘Ali dari Yaman ditambah dengan yang datang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumlah seratus. Semua orang pun bertahalul dan mencukur pendek rambut, kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang membawa hady.

Ketika hari tarwiah, mereka berangkat menuju Mina dan memulai talbiah untuk haji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki tunggangan. Beliau salat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina, kemudian beliau tinggal sebentar sampai matahari terbit. Beliau memerintahkan dibuatkan sebuah kemah yang terbuat dari bulu di Namirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menempuh perjalanan dan Quraisy yakin bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan wukuf di Masy’aril Haram di Muzdalifah sebagaimana yang diperbuat Quraisy di masa jahiliah. Namun ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus lewat sampai tiba di Arafah. Beliau mendapati kemah telah dibuatkan untuk beliau di Namirah, lalu beliau singgah di situ. 

حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمۡسُ أَمَرَ بِالۡقَصۡوَاءِ فَرُحِلَتۡ لَهُ، فَرَكِبَ حَتَّى أَتَى بَطۡنَ الۡوَادِي، فَخَطَبَ النَّاسَ فَقَالَ: (إِنَّ دِمَاءَكُمۡ وَأَمۡوَالَكُمۡ عَلَيۡكُمۡ حَرَامٌ، كَحُرۡمَةِ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَا، فِي شَهۡرِكُمۡ هَٰذَا، فِي بَلَدِكُمۡ هَٰذَا، أَلَا إِنَّ كُلَّ شَىۡءٍ مِنۡ أَمۡرِ الۡجَاهِلِيَّةِ تَحۡتَ قَدَمَىَّ مَوۡضُوعٌ، وَدِمَاءُ الۡجَاهِلِيَّةِ مَوۡضُوعَةٌ، وَأَوَّلُ دَمٍ أَضَعُهُ دِمَاؤُنَا: دَمُ - قَالَ عُثۡمَانُ: دَمُ ابۡنِ رَبِيعَةَ وَقَالَ سُلَيۡمَانُ: دَمُ رَبِيعَةَ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ [وَقَالَ بَعۡضُ هَٰؤُلَاءِ]: كَانَ مُسۡتَرۡضَعًا فِي بَنِي سَعۡدٍ، فَقَتَلَتۡهُ هُذَيۡلٌ -، وَرِبَا الۡجَاهِلِيَّةِ مَوۡضُوعٌ، وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُهُ رِبَانَا: رِبَا عَبَّاسِ بۡنِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ، فَإِنَّهُ مَوۡضُوعٌ كُلُّهُ، اتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمۡ أَخَذۡتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ، وَاسۡتَحۡلَلۡتُمۡ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، وَإِنَّ لَكُمۡ عَلَيۡهِنَّ أَنۡ لَا يُوطِئۡنَ فُرُشَكُمۡ أَحَدًا تَكۡرَهُونَهُ، فَإِنۡ فَعَلۡنَ فَاضۡرِبُوهُنَّ ضَرۡبًا غَيۡرَ مُبَرِّحٍ، وَلَهُنَّ عَلَيۡكُمۡ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِالۡمَعۡرُوفِ، وَإِنِّي قَدۡ تَرَكۡتُ فِيكُمۡ مَا لَنۡ تَضِلُّوا بَعۡدَهُ إِنِ اعۡتَصَمۡتُمۡ بِهِ: كِتَابَ اللهِ، وَأَنۡتُمۡ مَسۡئُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنۡتُمۡ قَائِلُونَ؟) قَالُوا: نَشۡهَدُ أَنَّكَ قَدۡ بَلَّغۡتَ وَأَدَّيۡتَ وَنَصَحۡتَ، ثُمَّ قَالَ بِإِصۡبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرۡفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنۡكُتُهَا إِلَى النَّاسِ: (اللّٰهُمَّ اشۡهَدۡ، اللّٰهُمَّ اشۡهَدۡ، اللّٰهُمَّ اشۡهَدۡ). 

Sampai ketika Matahari telah mulai turun, beliau memerintahkan Al-Qashwa dipersiapkan untuk beliau. Beliau mengendarainya hingga mendatangi dasar lembah, lalu berkhotbah kepada manusia. Beliau bersabda, “Sesungguhnya darah-darah dan harta-harta kalian adalah suci seperti sucinya hari kalian ini, sucinya bulan kalian ini, dan sucinya negeri kalian ini. Ketahuilah, bahwa segala sesuatu dari perkara jahiliah terhapus dan diletakkan di bawah kedua telapak kakiku. Tuntutan darah jahiliah telah dihapuskan dan sesungguhnya tuntutan darah pertama yang aku hapus dari darah-darah kami adalah darah—‘Utsman berkata: darah Ibnu Rabi’ah; Sulaiman berkata: darah Rabi’ah bin Al-Harits bin ‘Abdul Muththalib. Sebagian periwayat berkata: Dia dulu disusui oleh seseorang dari Bani Sa’d, lalu dibunuh oleh Hudzail—. Dan riba jahiliah telah dihapus dan riba pertama yang aku hapus dari riba kami adalah riba ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib. Seluruhnya telah dihapus. Takutlah kepada Allah dalam perkara wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian telah menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Dan hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mempersilakan seorang pun yang kalian benci untuk menginjak permadani kalian. Jika mereka melakukannya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras. Dan hak mereka atas kalian adalah memberi rezeki dan pakaian kepada mereka dengan cara yang makruf. Aku telah tinggalkan pada kalian, sesuatu yang apabila kalian berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat setelahnya, yaitu kitab Allah. Kalian akan ditanya tentang aku, lalu apa yang akan kalian ucapkan?” 

Para sahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan amanah, dan memberi nasihat.” 

Lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk beliau. Beliau angkat ke arah langit dan menunjuk ke arah para sahabat, “Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah.” 

ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ، ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهۡرَ، ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الۡعَصۡرَ وَلَمۡ يُصَلِّ بَيۡنَهُمَا شَيۡئًا، ثُمَّ رَكِبَ الۡقَصۡوَاءَ حَتَّى أَتَى الۡمَوۡقِفَ فَجَعَلَ بَطۡنَ نَاقَتِهِ الۡقَصۡوَاءَ إِلَى الصَّخَرَاتِ، وَجَعَلَ حَبۡلَ الۡمُشَاةِ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، فَاسۡتَقۡبَلَ الۡقِبۡلَةَ، فَلَمۡ يَزَلۡ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمۡسُ وَذَهَبَتِ الصُّفۡرَةُ قَلِيلًا حِينَ غَابَ الۡقُرۡصُ، وَأَرۡدَفَ أُسَامَةَ خَلۡفَهُ، فَدَفَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَقَدۡ شَنَقَ لِلۡقَصۡوَاءِ الزِّمَامَ حَتَّى إِنَّ رَأۡسَهَا لَيُصِيبُ مَوۡرِكَ رَحۡلِهِ، وَهُوَ يَقُولُ بِيَدِهِ الۡيُمۡنَى: (السَّكِينَةَ أَيُّهَا النَّاسُ، السَّكِينَةَ أَيُّهَا النَّاسُ) كُلَّمَا أَتَى حَبۡلًا مِنَ الۡحِبَالِ أَرۡخَى لَهَا قَلِيلًا حَتَّى تَصۡعَدَ، حَتَّى أَتَى الۡمُزۡدَلِفَةَ فَجَمَعَ بَيۡنَ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيۡنِ. 

Kemudian Bilal mengumandangkan azan dan ikamah, lalu beliau salat Zuhur. Kemudian ikamah, lalu salat Asar. Dan beliau tidak salat apapun di antara kedua salat tersebut. Kemudian Rasulullah mengendarai Al-Qashwa` sampai tiba di tempat wukuf. Beliau merapatkan perut unta beliau, yaitu Al-Qashwa, ke bebatuan. Beliau menjadikan tempat rombongan pejalan kaki di depan beliau, lalu beliau menghadap kiblat. Beliau terus menerus wukuf sampai matahari terbenam dan warna kuning telah menghilang sejenak sampai bundaran matahari hilang. 

Beliau memboncengkan Usamah di belakang beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertolak dan beliau kadang mengencangkan tali kekang Al-Qashwa`, sampai kepala unta itu mengenai bagian pijakan kaki penunggangnya. Beliau mengatakan sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya, “Wahai manusia, tenang! Tenang!” 

Setiap kali melewati gundukan pasir, beliau sedikit mengendurkan tali kekang, sehingga bisa naik. Sampai tiba di Muzdalifah, beliau salat di situ Maghrib dan Isya dengan satu azan dan dua ikamah 

- قَالَ عُثۡمَانُ -: وَلَمۡ يُسَبِّحۡ بَيۡنَهُمَا شَيۡئًا، ثُمَّ اتَّفَقُوا - ثُمَّ اضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى طَلَعَ الۡفَجۡرُ، فَصَلَّى الۡفَجۡرَ حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبۡحُ. - قَالَ سُلَيۡمَانُ -: بِنِدَاءٍ وَإِقَامَةٍ، - ثُمَّ اتَّفَقُوا - ثُمَّ رَكِبَ الۡقَصۡوَاءَ حَتَّى أَتَى الۡمَشۡعَرَ الۡحَرَامَ فَرَقِيَ عَلَيۡهِ - قَالَ عُثۡمَانُ وَسُلَيۡمَانُ: فَاسۡتَقۡبَلَ الۡقِبۡلَةَ، فَحَمِدَ اللهَ وَكَبَّرَهُ [وَهَلَّلَهُ] - زَادَ عُثۡمَانُ: وَوَحَّدَهُ -. فَلَمۡ يَزَلۡ وَاقِفًا حَتَّى أَسۡفَرَ جِدًّا، ثُمَّ دَفَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قَبۡلَ أَنۡ تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ، وَأَرۡدَفَ الۡفَضۡلَ بۡنَ عَبَّاسٍ، وَكَانَ رَجُلًا حَسَنَ الشَّعۡرِ أَبۡيَضَ وَسِيمًا، فَلَمَّا دَفَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَرَّ الظُّعُنُ يَجۡرِينَ، فَطَفِقَ الۡفَضۡلُ يَنۡظُرُ إِلَيۡهِنَّ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ عَلَى وَجۡهِ الۡفَضۡلِ، وَصَرَفَ الۡفَضۡلُ وَجۡهَهُ إِلَى الشِّقِّ الۡآخَرِ، وَحَوَّلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ إِلَى الشِّقِّ الۡآخَرِ، وَصَرَفَ الۡفَضۡلُ وَجۡهَهُ إِلَى الشِّقِّ الۡآخَرِ يَنۡظُرُ. 

‘Utsman berkata: Beliau tidak salat sunah di antara keduanya. Kemudian para rawi bersepakat: Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbaring sampai terbit fajar. Beliau salat Subuh, ketika telah jelas masuk waktu Subuh—Sulaiman berkata:—dengan satu azan dan satu ikamah—Kemudian para rawi bersepakat—Kemudian beliau mengendarai Al-Qashwa` sampai tiba di Masy’aril Haram, beliau naik ke atasnya—‘Utsman dan Sulaiman berkata: Lalu menghadap kiblat, bertahmid kepada Allah, bertakbir, bertahlil—‘Utsman menambahkan: dan mengucapkan kalimat tauhid—. Beliau senantiasa wukuf sampai langit benar-benar menguning. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertolak sebelum matahari terbit dan memboncengkan Al-Fadhl bin ‘Abbas. Dia adalah seorang yang bagus rambutnya dan putih parasnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertolak, ada beberapa wanita melewatinya dengan berjalan. Al-Fadhl mulai memandang mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangan beliau di wajah Al-Fadhl. Al-Fadhl memindahkan wajahnya ke sisi lain. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memindahkan tangan beliau ke sisi lain sehingga Al-Fadhl memalingkan wajahnya memandang ke arah lain. 

[حَتَّى أَتَى مُحَسِّرًا فَحَرَّكَ] قَلِيلًا، ثُمَّ سَلَكَ الطَّرِيقَ الۡوُسۡطَى الَّذِي يُخۡرِجُكَ إِلَى الۡجَمۡرَةِ الۡكُبۡرَى، حَتَّى أَتَى الۡجَمۡرَةَ الَّتِي عِنۡدَ الشَّجَرَةِ، فَرَمَاهَا بِسَبۡعِ حَصَيَاتٍ، يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ مِنۡهَا بِمِثۡلِ حَصَى الۡخَذۡفِ، فَرَمَى مِنۡ بَطۡنِ الۡوَادِي، ثُمَّ انۡصَرَفَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى الۡمَنۡحَرِ، فَنَحَرَ بِيَدِهِ ثَلَاثًا وَسِتِّينَ، وَأَمَرَ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ فَنَحَرَ مَا غَبَرَ – يَقُولُ: مَا بَقِيَ - وَأَشۡرَكَهُ فِي هَدۡيِهِ، ثُمَّ أَمَرَ مِنۡ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضۡعَةٍ، فَجُعِلَتۡ فِي قِدۡرٍ، فَطُبِخَتۡ فَأَكَلَا مِنۡ لَحۡمِهَا وَشَرِبَا مِنۡ مَرَقِهَا. 

Sampai beliau tiba di dasar Muhassir, beliau bergerak cepat sejenak. Kemudian beliau menempuh jalan tengah yang keluar ke arah jamrah kubra. Sampai beliau tiba di Jamrah yang berada di dekat pohon. Beliau melemparnya dengan tujuh kerikil. Beliau bertakbir pada setiap kerikil seukuran kerikil khadzf (seukuran kacang, biasa dilempar menggunakan jari telunjuk dan ibu jari). Beliau melempar dari dasar lembah. 

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke tempat penyembelihan. Beliau menyembelih 63 ekor dengan tangan beliau sendiri, kemudian beliau memerintahkan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu menyembelih sisanya. Nabi menyertakannya di dalam hewan hady. Kemudian beliau memerintahkan dari setiap unta satu potong daging, lalu dimasukkan ke dalam periuk dan dimasak. Keduanya memakan dari dagingnya dan meminum kuahnya. 

- قَالَ سُلَيۡمَانُ -: ثُمَّ رَكِبَ، ثُمَّ أَفَاضَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى الۡبَيۡتِ فَصَلَّى بِمَكَّةَ الظُّهۡرَ، ثُمَّ أَتَى بَنِي عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ وَهُمۡ يَسۡقُونَ عَلَى زَمۡزَمَ فَقَالَ: (انۡزِعُوا بَنِي عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ، فَلَوۡلَا أَنۡ يَغۡلِبَكُمُ النَّاسُ عَلَى سِقَايَتِكُمۡ لَنَزَعۡتُ مَعَكُمۡ) فَنَاوَلُوهُ دَلۡوًا فَشَرِبَ مِنۡهُ. [م]. 

—Sulaiman berkata—: Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengendarai hewan tunggangan kemudian bertolak ke Kakbah. Beliau salat Zuhur di Makkah. Kemudian beliau mendatangi Bani ‘Abdul Muththalib yang memberi minum Zamzam. Beliau bersabda, “Timbalah wahai Bani ‘Abdul Muththalib! Kalaulah bukan karena khawatir orang beramai-ramai akan ikut menimbanya, niscaya aku ikut menimba bersama kalian.” Mereka pun menyodorkan satu ember, lalu beliau minum darinya.

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3030 dan 3031

٦٤ – بَابٌ مِنۡ أَيۡنَ تُرۡمَى جَمۡرَةُ الۡعَقَبَةِ؟ 
64. Bab dari mana jamrah Aqabah dilempar? 


٣٠٣٠ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنِ الۡمَسۡعُودِيِّ، عَنۡ جَامِعِ بۡنِ شَدَّادٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ يَزِيدَ؛ قَالَ: لَمَّا أَتَى عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡعُودٍ جَمۡرَةَ الۡعَقَبَةِ، اسۡتَبۡطَنَ الۡوَادِيَ، وَاسۡتَقۡبَلَ الۡكَعۡبَةَ، وَجَعَلَ الۡجَمۡرَةَ عَلَى حَاجِبِهِ الۡأَيۡمَنِ، ثُمَّ رَمَى بِسَبۡعِ حَصَيَاتٍ، يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ، ثُمَّ قَالَ: مِنۡ هَٰهُنَا، وَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيۡرُهُ! رَمَى الَّذِي أُنۡزِلَتۡ عَلَيۡهِ سُورَةُ الۡبَقَرَةِ. [(التعليق على صحيح ابن خزيمة)(٢٨٨٠)، (صحيح أبي داود)(١٧٣٣): ق]. 

3030. [Sahih] ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Waki’ menceritakan kepada kami dari Al-Mas’udi, dari Jami’ bin Syaddad, dari ‘Abdurrahman bin Yazid. Beliau berkata: Ketika ‘Abdullah bin Mas’ud mendatangi jamrah Aqabah, beliau masuk ke lembah, menghadap kiblat, dan menjadikan jamrah berada di sebelah kanan. Kemudian beliau melempar dengan tujuh kerikil. Beliau bertakbir bersamaan dengan setiap lemparan kerikil. Kemudian beliau mengatakan: Dari sinilah—demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain Dia—(Nabi Muhammad) yang diturunkan kepadanya surah Al-Baqarah melempar (jamrah Aqabah). 

٣٠٣١ – (حسن) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ، عَنۡ يَزِيدَ بۡنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ الۡأَحۡوَصِ، عَنۡ أُمِّهِ؛ قَالَتۡ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَوۡمَ النَّحۡرِ عِنۡدَ جَمۡرَةِ الۡعَقَبَةِ اسۡتَبۡطَنَ الۡوَادِيَ، فَرَمَى الۡجَمۡرَةَ بِسَبۡعِ حَصَيَاتٍ، يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ، ثُمَّ انۡصَرَفَ. [(صحيح أبي داود)(١٧١٥-١٧١٧)]. 

3031. [Hasan] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Ali bin Mushir menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abu Ziyad, dari Sulaiman bin ‘Amr bin Al-Ahwash, dari ibunya. Beliau mengatakan: Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari nahar di dekat jamrah Aqabah, beliau masuk ke lembah lalu melempar jamrah dengan tujuh kerikil. Beliau bertakbir bersamaan dengan setiap lemparan kerikil, kemudian pergi. 

٣٠٣١ – (م) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحِيمِ بۡنُ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ يَزِيدَ بۡنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ الۡأَحۡوَصِ، عَنۡ أُمِّ جُنۡدُبٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، بِنَحۡوِهِ. 

3031. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdurrahim bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abu Ziyad, dari Sulaiman bin ‘Amr bin Al-Ahwash, dari Ummu Jundub, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti hadis tersebut.

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3028 dan 3029

٦٣ – بَابُ قَدۡرِ حَصَى الرَّمۡيِ 
63. Bab ukuran kerikil untuk melempar jamrah 


٣٠٢٨ – (حسن) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ، عَنۡ يَزِيدَ بۡنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ الأَحۡوَصِ، عَنۡ أُمِّهِ؛ قَالَتۡ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَوۡمَ النَّحۡرِ عِنۡدَ جَمۡرَةِ الۡعَقَبَةِ وَهُوَ رَاكِبٌ عَلَى بَغۡلَةٍ، فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ! إِذَا رَمَيۡتُمُ الۡجَمۡرَةَ فَارۡمُوا بِمِثۡلِ حَصَى الۡخَذۡفِ). [(صحيح أبي داود)(١٧١٥)]. 

3028. [Hasan] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Ali bin Mushir menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abu Ziyad, dari Sulaiman bin ‘Amr bin Al-Ahwash, dari ibunya. Beliau berkata: Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari nahar di dekat jamrah Aqabah dalam keadaan menunggangi bagal, lalu beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, apabila kalian melempar jamrah, maka lemparlah dengan kerikil seukuran kerikil kecil (seukuran kacang, yang biasa dilempar menggunakan jari telunjuk dan ibu jari).” 

٣٠٢٩ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ عَوۡفٍ، عَنۡ زِيَادِ بۡنِ الۡحُصَيۡنِ، عَنۡ أَبِي الۡعَالِيَةِ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ غَدَاةَ الۡعَقَبَةِ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ: (الۡقُطۡ لِي حَصًى) فَلَقَطۡتُ لَهُ سَبۡعَ حَصَيَاتٍ، هُنَّ حَصَى الۡخَذۡفِ، فَجَعَلَ يَنۡفُضُهُنَّ فِي كَفِّهِ وَيَقُولُ: (أَمۡثَالَ هَٰؤُلَاءِ فَارۡمُوا)، ثُمَّ قَالَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمۡ وَالۡغُلُوَّ فِي الدِّينِ؛ فَإِنَّمَا أَهۡلَكَ مَنۡ كَانَ قَبۡلَكُمُ الۡغُلُوُّ فِي الدِّينِ). [(الصحيحة)(١٢٨٣)، (ظلال الجنة)(٩٨)]. 

3029. [Sahih] ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari ‘Auf, dari Ziyad bin Al-Hushain, dari Abu Al-‘Aliyah, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada keesokan hari Aqabah ketika beliau di atas untanya, “Pungutkan kerikil untukku.” Aku pun memungutkan tujuh kerikil untuk beliau. Kerikil itu adalah kerikil kecil (seukuran kacang, yang biasa dilempar menggunakan jari telunjuk dan ibu jari). Beliau menggerakkan kerikil itu di telapak tangan beliau seraya berkata, “Lemparlah dengan kerikil seukuran ini.” Kemudian beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, waspadalah kalian dari sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sikap berlebih-lebihan dalam agama ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3025, 3026, dan 3027

٦٢ – بَابُ مَنۡ تَقَدَّمَ مِنۡ جَمۡعٍ إِلَى مِنًى لِرَمۡيِ الۡجِمَارِ 
62. Bab siapa saja yang mendahului berangkat dari Muzdalifah ke Mina untuk melempar jamrah 


٣٠٢٥ – (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، وَعَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا مِسۡعَرٌ وَسُفۡيَانُ، عَنۡ سَلَمَةَ بۡنِ كُهَيۡلٍ، عَنِ الۡحَسَنِ الۡعُرَنِيِّ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ قَالَ: قَدِمۡنَا رَسُولَ اللهِ ﷺ أُغَيۡلِمَةَ بَنِي عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ عَلَى حُمُرَاتٍ لَنَا مِنۡ جَمۡعٍ، فَجَعَلَ يَلۡطَحُ أَفۡخَاذَنَا وَيَقُولُ: (أُبَيۡنِيَّ! لَا تَرۡمُوا الۡجَمۡرَةَ حَتَّى تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ). زَادَ سُفۡيَانُ فِيهِ: (وَلَا إِخَالُ أَحَدًا يَرۡمِيهَا حَتَّى تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ). [(الإرواء)(٤/٢٧٦)، (المشكاة)(٢٦١٣)، (صحيح أبي داود)(١٦٩٦-١٦٩٧)]. 

3025. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah dan ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Waki’ menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mis’ar dan Sufyan menceritakan kepada kami dari Salamah bin Kuhail, dari Al-Hasan Al-‘Urani, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahulukan kami para anak-anak bani ‘Abdul Muththalib dengan menaiki keledai-keledai kami dari Muzdalifah. Beliau menepuk paha-paha kami seraya berkata, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian melempar jamrah hingga matahari terbit.” 

Sufyan menambahkan dalam riwayatnya, “Jangan sampai ada seorangpun yang melemparnya hingga matahari terbit.” 

٣٠٢٦ – (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمۡرٌو، عَنۡ عَطَاءٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ؛ قَالَ: كُنۡتُ فِيمَنۡ قَدَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي ضَعَفَةِ أَهۡلِهِ. [(الإرواء)(٤/٢٧٣): م ولـ (خ) معناه]. 

3026. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Amr menceritakan kepada kami dari ‘Atha`, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Aku dahulu berada dalam kelompok orang-orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulukan dalam rombongan keluarga beliau yang lemah. 

٣٠٢٧ – (صحيح) حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ الۡقَاسِمِ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ؛ أَنَّ سَوۡدَةَ بِنۡتَ زَمۡعَةَ كَانَتِ امۡرَأَةً ثَبِطَةً، فَاسۡتَأۡذَنَتۡ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَنۡ تَدۡفَعَ مِنۡ جَمۡعٍ قَبۡلَ دُفۡعَةِ النَّاسِ، فَأَذِنَ لَهَا. [ق]. 

3027. [Sahih] ‘Ali bin Muhammad telah menceritakan kepad kami. Beliau berkata: Waki’ menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Al-Qasim, dari ayahnya, dari ‘Aisyah; Bahwa Saudah binti Zam’ah dahulu adalah wanita yang berat tubuhnya dan lambat gerakannya, lalu dia meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bertolak dari Muzdalifah sebelum orang-orang. Maka Rasulullah mengizinkannya.

Sunan Abu Dawud hadits nomor 4246

٤٢٤٦ – (حسن) حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ الۡقَعۡنَبِيُّ، نا سُلَيۡمَانُ - يَعۡنِي ابۡنَ الۡمُغِيرَةِ -، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ نَصۡرِ بۡنِ عَاصِمٍ اللَّيۡثِيِّ قَالَ: أَتَيۡنَا الۡيَشۡكُرِيَّ فِي رَهۡطٍ مِنۡ بَنِي لَيۡثٍ فَقَالَ: مَنِ الۡقَوۡمُ؟ فَقُلۡنَا: [بَنُو لَيۡثٍ]. [فَقُلۡنَا]: أَتَيۡنَاكَ نَسۡأَلُكَ عَنۡ حَدِيثِ حُذَيۡفَةَ، فَذَكَرَ الۡحَدِيثَ. قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ هَلۡ بَعۡدَ هَٰذَا الۡخَيۡرِ شَرٌّ؟ قَالَ: (فِتۡنَةٌ وَشَرٌّ) قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ [هَلۡ بَعۡدَ] هَٰذَا الشَّرِّ خَيۡرٌ؟ قَالَ: (يَا حُذَيۡفَةُ تَعَلَّمۡ كِتَابَ اللهِ وَاتَّبِعۡ مَا فِيهِ) ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ هَلۡ بَعۡدَ هَٰذَا الشَّرِّ خَيۡرٌ؟ قَالَ: (هُدۡنَةٌ عَلَى دَخَنٍ، وَجَمَاعَةٌ عَلَى أَقۡذَاءٍ فِيهَا – أَوۡ: فِيهِمۡ -). قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ الۡهُدۡنَةُ عَلَى الدَّخَنِ مَا هِيَ؟ قَالَ: (لَا تَرۡجِعُ قُلُوبُ أَقۡوَامٍ عَلَى الَّذِي كَانَتۡ عَلَيۡهِ). قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ [هَلۡ بَعۡدَ] هَٰذَا الۡخَيۡرِ شَرٌّ؟ [قَالَ: (يَا حُذَيۡفَةَ تَعَلَّمۡ كِتَابَ اللهِ وَاتَّبِعۡ مَا فِيهِ) ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ بَعۡدَ هَٰذَا الۡخَيۡرِ شَرٌّ؟] قَالَ: (فِتۡنَةٌ عَمۡيَاءُ صَمَّاءُ، عَلَيۡهَا دُعَاةٌ عَلَى أَبۡوَابِ النَّارِ، فَإِنۡ تَمُتۡ يَا حُذَيۡفَةُ وَأَنۡتَ عَاضٌّ عَلَى جِذۡلٍ خَيۡرٌ لَكَ مِنۡ أَنۡ تَتَّبِعَ أَحَدًا مِنۡهُمۡ). [انظر ما قبله].

4246. [Hasan] ‘Abdullah bin Maslamah Al-Qa’nabi telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Al-Mughirah menceritakan kepada kami dari Humaid, dari Nashr bin ‘Ashim Al-Laitsi. Beliau berkata: Kami datang kepada Al- dalam rombongan dari Bani Laits. Beliau bertanya: Siapa orang-orang ini? Kami menjawab: Bani Laits. Kami berkata: Kami datang kepadamu untuk bertanya tentang hadis Hudzaifah, lalu beliau menyebutkan hadis.

Hudzaifah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan?”

Rasulullah menjawab, “Ada ujian dan kejelekan.”

Hudzaifah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setelah kejelekan ini ada kebaikan?”

Rasulullah menjawab, “Wahai Hudzaifah, belajarlah kitab Allah dan ikutilah kandungannya.” Sebanyak tiga kali.

Hudzaifah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setelah kejelekan ini ada kebaikan?”

Rasulullah menjawab, “Kedamaian di atas asap dan jemaah kaum muslimin yang padanya ada kerusakan hati.”

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kedamaian di atas asap, apa itu?”

Rasulullah menjawab, “Hati orang-orang tidak kembali seperti keadaannya sebelum itu.”

Hudzaifah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan?”

Rasulullah menjawab, “Wahai Hudzaifah, pelajarilah kitab Allah dan ikutilah kandungannya.” Sebanyak tiga kali.

Hudzaifah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan?”

Rasulullah menjawab, “Suatu ujian kebutaan dan ketulian. Padanya ada para dai di pintu-pintu neraka. Wahai Hudzaifah, andai engkau mati dalam keadaan menggigit pangkal pohon adalah lebih baik bagimu daripada engkau mengikuti salah seorang di antara mereka.”

٤٢٤٦ / م- [حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ – يَعۡنِي ابۡنَ أَبِي حَازِمٍ -، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عُمَارَةَ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ الۡعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (كَيۡفَ بِكُمۡ وَبِزَمَانٍ أَوۡ يُوشِكُ أَنۡ يَأۡتِيَ زَمَانٌ يُغَرۡبَلُ فِيهِ النَّاسُ غَرۡبَلَةً يَبۡقَى حُثَالَةٌ مِنَ النَّاسِ قَدۡ مَرِجَتۡ عُهُودُهُمۡ وَأَمَانَاتُهُمۡ، وَاخۡتَلَفُوا فَكَانُوا هَٰكَذَا) وَشَبَّكَ بَيۡنَ أَصَابِعِهِ. قَالُوا: كَيۡفَ بِنَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (تَأۡخُذُونَ مَا تَعۡرِفُونَ، وَتَذَرُونَ مَا تُنۡكِرُونَ، وَتُقۡبِلُونَ عَلَى أَمۡرِ صَاحِبِكُمۡ، وَتَذَرُونَ أَمۡرَ عَامَّتِكُمۡ). قَالَ أَبُو دَاوُدَ: هَٰكَذَا رُوِيَ عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ مِنۡ غَيۡرِ وَجۡهٍ].

4246. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Hazim menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari ‘Umarah, dari ‘Amr bin Al-‘Ash.

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang akan kalian lakukan dengan suatu zaman? Atau hampir datang suatu zaman, yang akan menghilangkan orang-orang baiknya sehingga hanya menyisakan orang-orang yang hina. Janji-janji dan amanah-amanah mereka tersia-siakan. Mereka berselisih sehingga menjadi seperti ini.” Beliau menjalin jari-jemarinya.

Para sahabat bertanya, “Lalu apa yang harus kami lakukan wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, “Kalian ambil perkara yang makruf dan kalian tinggalkan perkara yang kalian ingkari. Kalian perhatikan urusan pribadi kalian dan kalian tinggalkan urusan keumuman orang.”

Abu Dawud berkata: Seperti inilah yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari satu jalur.

٤٢٤٦ / م – [حَدَّثَنَا هَارُونُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ، حَدَّثَنَا الۡفَضۡلُ بۡنِ دُكَيۡنٍ، حَدَّثَنَا يُونُسٌ – يَعۡنِي ابۡنَ أَبِي إِسۡحَاقَ -، عَنۡ هِلَالِ بۡنِ خَبَّابٍ أَبِي الۡعَلَاءِ، حَدَّثَنِي عِكۡرِمَةُ، حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَمۡرِو بۡنِ الۡعَاصِ قَالَ: بَيۡنَمَا نَحۡنُ حَوۡلَ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِذۡ ذَكَرَ ۡالۡفِتۡنَةَ – أَوۡ ذُكِرَتۡ عِنۡدَهُ – قَالَ: (وَرَأَيۡتُمُ النَّاسَ قَدۡ مُرِجَتۡ عُهُودُهُمۡ وَخَفَّتۡ أَمَانَاتُهُمۡ، وَكَانُوا هَٰكَذَا) وَشَبَّكَ بَيۡنَ أَصَابِعِهِ. قَالَ: فَقُمۡتُ إِلَيۡهِ فَقُلۡتُ: فَكَيۡفَ أَفۡعَلُ عِنۡدَ ذٰلِكَ جَعَلَنِيَ اللهُ فِدَاكَ؟ قَالَ: (الۡزَمۡ بَيۡتَكَ، وَامۡلِكۡ عَلَيۡكَ لِسَانَكَ، وَخُذۡ بِمَا تَعۡرِفُ، وَدَعۡ مَا تُنۡكِرُ، وَعَلَيۡكَ بِأَمۡرِ خَاصَّةِ نَفۡسِكَ، وَدَعۡ أَمۡرَ الۡعَامَّةِ)].

4246. Harun bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Al-Fadhl bin Dukain menceritakan kepada kami: Yunus bin Abu Ishaq menceritakan kepada kami dari Hilal bin Khabbab Abu Al-‘Ala`: ‘Ikrimah menceritakan kepadaku: ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash menceritakan kepadaku. Beliau mengatakan:

Ketika kami berada di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, tiba-tiba beliau menyebutkan ujian. Atau ada yang menyebutkan ujian di sisi beliau. Rasulullah bersabda, “Kalian melihat orang telah tersia-siakan janji-janji mereka dan amanah-amanah mereka dianggap sepele. Dan mereka seperti ini.” Beliau menjalin jari-jemarinya.

Hudzaifah berkata: Aku bangkit ke tempat beliau seraya bertanya, “Apa yang aku lakukan ketika terjadi hal itu? Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu.”

Rasulullah menjawab, “Tetaplah di rumahmu dan kendalikan lisanmu. Ambillah perkara yang engkau tahu itu makruf dan tinggalkan perkara yang engkau ingkari. Engkau urusi saja urusan dirimu sendiri dan tinggalkan urusan orang-orang.”

Sunan Abu Dawud hadits nomor 4244

٤٢٤٤ – (حسن) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: نا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ نَصۡرِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ سُبَيۡعِ بۡنِ خَالِدٍ قَالَ: أَتَيۡتُ الۡكُوفَةَ فِي زَمَنِ فُتِحَتۡ تُسۡتَرُ أَجۡلِبُ مِنۡهَا بِغَالًا، فَدَخَلۡتُ الۡمَسۡجِدَ، فَإِذَا صَدَعٌ مِنَ الرِّجَالِ، وَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ تَعۡرِفُ إِذَا رَأَيۡتَهُ أَنَّهُ مِنۡ رِجَالِ أَهۡلِ الۡحِجَازِ، قَالَ: قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ فَتَجَهَّمَنِي الۡقَوۡمُ وَقَالُوا: أَمَا تَعۡرِفُ هَٰذَا؟! هَٰذَا حُذَيۡفَةُ بۡنُ الۡيَمَانِ صَاحِبُ رَسُولِ اللهِ ﷺ. 

4244. [Hasan] Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Nashr bin ‘Ashim, dari Subai’ bin Khalid. Beliau berkata: Aku datang ke Kufah di zaman Tustar dikuasai. Aku menggiring beberapa ekor bagal dari Kufah. Lalu aku masuk ke masjid, ternyata ada sekumpulan pria. Di situ ada seorang pria yang duduk, yang apabila engkau melihatnya, maka engkau akan mengenalinya bahwa dia termasuk pria penduduk Hijaz. 

Subai’ berkata: Aku bertanya, “Siapa ini?” 

Orang-orang pun memelototi aku dan berkata, “Apa engkau tidak mengenal orang ini?! Ini adalah Hudzaifah bin Al-Yaman sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

فَقَالَ حُذَيۡفَةُ: إِنَّ النَّاسَ كَانُوا يَسۡأَلُونَ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنِ الۡخَيۡرِ، وَكُنۡتُ أَسۡأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ، فَأَحۡدَقَهُ الۡقَوۡمُ بِأَبۡصَارِهِمۡ، فَقَالَ: إِنِّي قَدۡ أَرَى الَّذِي تُنۡكِرُونَ، إِنِّي قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيۡتَ هَٰذَا الۡخَيۡرَ الَّذِي أَعۡطَانَا اللهُ تَعَالَى أَيَكُونُ بَعۡدَهُ شَرٌّ كَمَا كَانَ قَبۡلَهُ؟ قَالَ: (نَعَمۡ) قُلۡتُ: فَمَا الۡعِصۡمَةُ مِنۡ ذٰلِكَ؟ قَالَ: (السَّيۡفُ). قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، ثُمَّ مَاذَا يَكُونُ؟ قَالَ: (إِنۡ كَانَ لِلهِ تَعَالَى خَلِيفَةٌ فِي الۡأَرۡضِ فَضَرَبَ ظَهۡرَكَ وَأَخَذَ مَالَكَ فَأَطِعۡهُ، وَإِلَّا فَمُتۡ وَأَنۡتَ عَاضٌّ بِجِذۡلِ شَجَرَةٍ). قُلۡتُ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (ثُمَّ يَخۡرُجُ الدَّجَّالُ مَعَهُ نَهۡرٌ وَنَارٌ، فَمَنۡ وَقَعَ فِي نَارِهِ وَجَبَ أَجۡرُهُ وَحُطَّ وِزۡرُهُ، وَمَنۡ وَقَعَ فِي نَهۡرِهِ وَجَبَ وِزۡرُهُ وَحُطَّ أَجۡرُهُ) قَالَ: قُلۡتُ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (ثُمَّ هِيَ قِيَامُ السَّاعَةِ). [(الصحيحة)(١٧٩١)]. 

Hudzaifah berkata: Sesungguhnya dahulu orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku dahulu bertanya kepada beliau tentang kejelekan. 

Orang-orang memandangi beliau. 

Hudzaifah berkata: Sesungguhnya aku sudah mengira ada sesuatu yang ingkari. Sesungguhnya aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang kebaikan yang telah Allah taala berikan kepada kami ini, apakah setelahnya ada kejelekan sebagaimana dahulu kejelekan ada sebelum kebaikan?” 

Rasulullah menjawab, “Iya.” 

Aku bertanya, “Lalu apa yang bisa menjaga diri dari hal itu?” 

Rasulullah menjawab, “Pedang.” 

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kemudian apa yang terjadi?” 

Rasulullah menjawab, “Jika Allah taala memiliki khalifah di bumi, lalu dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka taatilah dia. Jika tidak ada (pemimpin), maka engkau meninggal dalam keadaan menggigit pangkal pohon (adalah lebih baik).” 

Aku bertanya, “Kemudian apa?” 

Rasulullah bersabda, “Kemudian Dajjal akan keluar, bersamanya ada sungai dan api. Siapa saja yang masuk ke apinya, maka dia wajib mendapatkan pahala dan dosanya dihapus. Dan siapa saja yang masuk ke sungainya, maka dia wajib mendapatkan dosa dan pahalanya dihapus.” 

Subai’ berkata: Aku bertanya, “Kemudian apa?” 

Rasulullah menjawab, “Kemudian terjadilah hari kiamat.”

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3074

٨٤ – بَابُ حَجَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ 
84. Bab haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 


٣٠٧٤ – (صحيح) حَدَّثَنَا هِشَامُ بۡنُ عَمَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَاتِمُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا جَعۡفَرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أَبِيهِ؛ قَالَ: دَخَلۡنَا عَلَى جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، فَلَمَّا انۡتَهَيۡنَا إِلَيۡهِ سَأَلَ عَنِ الۡقَوۡمِ، حَتَّى انۡتَهَى إِلَىَّ، فَقُلۡتُ: أَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَلِيِّ بۡنِ الۡحُسَيۡنِ، فَأَهۡوَى بِيَدِهِ إِلَى رَأۡسِي فَحَلَّ زِرِّي الۡأَعۡلَى ثُمَّ حَلَّ زِرِّي الۡأَسۡفَلَ، ثُمَّ وَضَعَ كَفَّهُ بَيۡنَ ثَدۡيَىَّ، وَأَنَا يَوۡمَئِذٍ غُلَامٌ شَابٌّ، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِكَ، سَلۡ عَمَّا شِئۡتَ، فَسَأَلۡتُهُ وَهُوَ أَعۡمَى، فَجَاءَ وَقۡتُ الصَّلَاةِ، فَقَامَ فِي نِسَاجَةٍ مُلۡتَحِفًا بِهَا، كُلَّمَا وَضَعَهَا عَلَى مَنۡكِبَيۡهِ رَجَعَ طَرَفَاهَا إِلَيۡهِ، مِنۡ صِغَرِهَا، وَرِدَاؤُهُ إِلَى جَانِبِهِ عَلَى الۡمِشۡجَبِ فَصَلَّى بِنَا، 

3074. [Sahih] Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hatim bin Isma'il menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ja’far bin Muhammad menceritakan kepada kami dari ayahnya. Beliau berkata: Kami menemui Jabir bin ‘Abdullah. Ketika kami bertemu beliau, beliau menanyai kami satu persatu, sampai giliranku. Maka aku jawab: Saya Muhammad bin ‘Ali bin Husain. Maka beliau menjulurkan tangannya ke kepalaku, kemudian melepas kancingku yang atas dan melepas kancingku yang bawah, kemudian beliau meletakkan telapak tangan beliau di antara kedua dadaku, ketika itu aku masih muda belia. 

Beliau berkata, “Selamat datang, tanyakan apa yang engkau inginkan.” 

Aku pun bertanya kepada beliau—dalam keadaan beliau buta—lalu waktu salat tiba. Beliau bangkit mengenakan kain tenun dengan menyelimutkannya. Setiap kali beliau meletakkan di atas pundaknya, ujung kain itu kembali melorot kepadanya karena kecilnya kain itu. Dan kain bagian atas beliau berada di sampingnya di atas gantungan baju. Beliau salat mengimami kami. 

فَقُلۡتُ: أَخۡبِرۡنَا عَنۡ حَجَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ بِيَدِهِ، فَعَقَدَ تِسۡعًا وَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ مَكَثَ تِسۡعَ سِنِينَ لَمۡ يَحُجَّ، فَأَذَّنَ فِي النَّاسِ فِي الۡعَاشِرَةِ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَاجٌّ، فَقَدِمَ الۡمَدِينَةَ بَشَرٌ كَثِيرٌ، كُلُّهُمۡ يَلۡتَمِسُ أَنۡ يَأۡتَمَّ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ وَيَعۡمَلَ بِمِثۡلِ عَمَلِهِ، فَخَرَجَ وَخَرَجۡنَا مَعَهُ، فَأَتَيۡنَا ذَا الۡحُلَيۡفَةِ، فَوَلَدَتۡ أَسۡمَاءُ بِنۡتُ عُمَيۡسٍ مُحَمَّدَ بۡنَ أَبِي بَكۡرٍ، فَأَرۡسَلَتۡ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ: كَيۡفَ أَصۡنَعُ؟ قَالَ: (اغۡتَسِلِي وَاسۡتَثۡفِرِي بِثَوۡبٍ وَأَحۡرِمِي)، 

Lalu aku berkata, “Kabarkan kepadaku tentang haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

Beliau mengisyaratkan dengan tangan beliau, menandakan angka sembilan. Beliau berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal (di Madinah) selama sembilan tahun belum menunaikan haji. Kemudian beliau mengumumkan kepada kaum muslimin pada tahun kesepuluh bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan berhaji. Manusia berbondong-bondong tiba di Madinah. Semuanya berupaya untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melakukan seperti amalan beliau. 

Kami pun keluar bersama beliau sampai datang di Dzul Hulaifah. Saat itu, Asma` bintu ‘Umais melahirkan Muhammad bin Abu Bakr. 

Asma` mengutus seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya, “Apa yang harus aku lakukan?” 

Beliau bersabda, “Mandilah, tutuplah dengan kain, dan berihramlah!” 

فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي الۡمَسۡجِدِ ثُمَّ رَكِبَ الۡقَصۡوَاءَ، حَتَّى إِذَا اسۡتَوَتۡ بِهِ نَاقَتُهُ عَلَى الۡبَيۡدَاءِ - قَالَ جَابِرٌ: - نَظَرۡتُ إِلَى مَدِّ بَصَرِي مِنۡ بَيۡنِ يَدَيۡهِ، بَيۡنَ رَاكِبٍ وَمَاشٍ، وَعَنۡ يَمِينِهِ مِثۡلُ ذٰلِكَ، وَعَنۡ يَسَارِهِ مِثۡلُ ذٰلِكَ، وَمِنۡ خَلۡفِهِ مِثۡلُ ذٰلِكَ، وَرَسُولُ اللهِ ﷺ بَيۡنَ أَظۡهُرِنَا وَعَلَيۡهِ يَنۡزِلُ الۡقُرۡآنُ، وَهُوَ يَعۡرِفُ تَأۡوِيلَهُ، مَا عَمِلَ مِنۡ شَىۡءٍ عَمِلۡنَا بِهِ، فَأَهَلَّ بِالتَّوۡحِيدِ: (لَبَّيۡكَ اللَّهُمَّ لَبَّيۡكَ! لَبَّيۡكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيۡكَ، إِنَّ الۡحَمۡدَ وَالنِّعۡمَةَ لَكَ وَالۡمُلۡكَ لَا شَرِيكَ لَكَ)، وَأَهَلَّ النَّاسُ بِهَٰذَا الَّذِي يُهِلُّونَ بِهِ، فَلَمۡ يَرُدَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَيۡهِمۡ شَيۡئًا مِنۡهُ، وَلَزِمَ رَسُولُ اللهِ تَلۡبِيَتَهُ، 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat di masjid. Kemudian beliau menunggang unta Al-Qashwa`, sampai ketika unta beliau telah berdiri tegak di atas Al-Baida`, Jabir berkata: aku melihat di hadapanku sejauh mata memandang, ada yang menaiki tunggangan dan berjalan kaki. Di samping kanan beliau semisal itu, di samping kiri semisal itu, dan di belakang beliau semisal itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih berada di tengah-tengah kami dan kepada beliau lah Alquran turun. Beliau yang mengerti tafsirnya dan apa saja yang beliau amalkan, maka kami pun juga mengamalkannya. 

Beliau memulai talbiah dengan kalimat tauhid, “Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu.” 

Orang-orang bertalbiah dengan kalimat talbiah yang mereka lantunkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari sedikit pun dari mereka dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus bertalbiah dengan kalimat talbiah beliau. 

قَالَ جَابِرٌ: لَسۡنَا نَنۡوِي إِلَّا الۡحَجَّ، لَسۡنَا نَعۡرِفُ الۡعُمۡرَةَ، حَتَّى إِذَا أَتَيۡنَا الۡبَيۡتَ مَعَهُ اسۡتَلَمَ الرُّكۡنَ، فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرۡبَعًا، ثُمَّ قَامَ إِلَى مَقَامِ إِبۡرَاهِيمَ، فَقَالَ: ﴿وَاتَّخِذُوا مِنۡ مَقَامِ إِبۡرَاهِيمَ مُصَلًّى﴾، فَجَعَلَ الۡمَقَامَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ الۡبَيۡتِ، فَكَانَ أَبِي يَقُولُ: - وَلَا أَعۡلَمُهُ إِلَّا ذَكَرَهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ - إِنَّهُ كَانَ يَقۡرَأُ فِي الرَّكۡعَتَيۡنِ: ﴿قُلۡ يَا أَيُّهَا الۡكَافِرُونَ﴾ وَ ﴿قُلۡ هُوَ اللهُ أَحَدٌ﴾، 

Jabir mengatakan: Kami tidak berniat kecuali untuk haji. Kami tidak mengetahui umrah. Sampai ketika kami telah sampai di Kakbah bersama beliau, beliau menyentuh sudut (Hajar Aswad) dan berlari kecil tiga putaran, berjalan empat putaran. Kemudian beliau pergi ke arah makam (tempat berdiri) Ibrahim dan membaca, “Dan jadikanlah oleh kalian makam Ibrahim sebagai tempat salat.” (QS. Al-Baqarah: 125). Lalu beliau menjadikan makam Ibrahim antara beliau dengan Kakbah. Dahulu, Ayahku mengatakan—dan aku tidak mengetahui beliau menyebutkannya kecuali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—: Beliau membaca di dalam dua rakaat tersebut surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlash. 

ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الۡبَيۡتِ فَاسۡتَلَمَ الرُّكۡنَ، ثُمَّ خَرَجَ مِنَ الۡبَابِ إِلَى الصَّفَا، حَتَّى إِذَا دَنَا مِنَ الصَّفَا قَرَأَ: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾، نَبۡدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ)، فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيۡهِ حَتَّى رَأَى الۡبَيۡتَ، فَكَبَّرَ اللهَ وَهَلَّلَهُ وَحَمِدَهُ وَقَالَ: (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ وَلَهُ الۡحَمۡدُ يُحۡيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنۡجَزَ وَعۡدَهُ، وَنَصَرَ عَبۡدَهُ، وَهَزَمَ الۡأَحۡزَابَ وَحۡدَهُ)، ثُمَّ دَعَا بَيۡنَ ذٰلِكَ، وَقَالَ مِثۡلَ هَٰذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الۡمَرۡوَةِ فَمَشَى حَتَّى إِذَا انۡصَبَّتۡ قَدَمَاهُ، رَمَلَ فِي بَطۡنِ الۡوَادِي، حَتَّى إِذَا صَعِدَتَا - يَعۡنِي قَدَمَاهُ - مَشَى حَتَّى أَتَى الۡمَرۡوَةَ، فَفَعَلَ عَلَى الۡمَرۡوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا، 

Kemudian beliau kembali ke Kakbah dan menyentuh Hajar Aswad. Kemudian keluar dari pintu ke bukit Shafa. Ketika beliau sudah dekat bukit Shafa, beliau membaca, “Sesungguhnya bukit Shafa dan Marwah termasuk syiar-syiar Allah. Aku memulai dengan yang Allah mulai.” Sehingga beliau memulai dari bukit Shafa. Beliau naik ke atas bukit tersebut sampai beliau bisa melihat Kakbah, lalu beliau membaca kalimat takbir, kalimat tauhid, dan kalimat tahmid untuk Allah dan berkata, “Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya lah segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata. Dia menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan pihak yang bersekutu (memerangi Rasul-Nya) sendirian.” Kemudian beliau berdoa di antara itu. Beliau membaca semisal ini sebanyak tiga kali. Kemudian beliau turun ke Marwah. Beliau berjalan sampai ketika kedua telapak kaki beliau telah tegak di dasar lembah, beliau berlari kecil. Sehingga ketika sudah menanjak, beliau berjalan kaki. Sampai beliau tiba di Marwah, beliau berbuat di Marwah seperti yang beliau lakukan di Shafa. 

فَلَمَّا كَانَ آخِرُ طَوَافِهِ عَلَى الۡمَرۡوَةِ قَالَ: (لَوۡ أَنِّي اسۡتَقۡبَلۡتُ مِنۡ أَمۡرِي مَا اسۡتَدۡبَرۡتُ لَمۡ أَسُقِ الۡهَدۡىَ، وَجَعَلۡتُهَا عُمۡرَةً، فَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ لَيۡسَ مَعَهُ هَدۡىٌ فَلۡيَحۡلِلۡ وَلۡيَجۡعَلۡهَا عُمۡرَةً)، فَحَلَّ النَّاسُ وَقَصَّرُوا إِلَّا النَّبِيَّ ﷺ وَمَنۡ كَانَ مَعَهُ الۡهَدۡىُ، فَقَامَ سُرَاقَةُ بۡنُ مَالِكِ بۡنِ جُعۡشُمٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ! أَلِعَامِنَا هَٰذَا أَمۡ لِأَبَدٍ؟ قَالَ: فَشَبَّكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَصَابِعَهُ فِي الۡأُخۡرَى وَقَالَ: (دَخَلَتِ الۡعُمۡرَةُ فِي الۡحَجِّ هَٰكَذَا) مَرَّتَيۡنِ (لَا، بَلۡ لِأَبَدِ الۡأَبَدِ) 

Sampai akhir tawaf beliau berada di atas bukit Marwah, lalu beliau bersabda, “Seandainya aku dahulu mengetahui perkaraku yang baru aku tahu sekarang ini, tentu aku tidak akan menggiring hewan hady (sembelihan haji). Aku akan menjadikannya sebagai umrah. Maka, siapa saja di antara kalian tidak membawa hewan hady, tahalul-lah dan jadikanlah sebagai umrah.” 

Lalu, orang-orang bertahalul dan memendekkan rambut kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan siapa saja yang membawa hewan hady. Suraqah bin Malik bin Ju’syum bangkit dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah untuk tahun ini saja atau untuk selamanya?” 

Jabir berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalinkan jari-jemarinya satu sama lain seraya bersabda, “Umrah telah masuk di dalam haji.” Sebanyak dua kali. “Tidak hanya untuk tahun ini, bahkan untuk selama-lamanya.” 

قَالَ: وَقَدِمَ عَلِيٌّ بِبُدۡنِ النَّبِيِّ ﷺ، فَوَجَدَ فَاطِمَةَ مِمَّنۡ حَلَّ وَلَبِسَتۡ ثِيابًا صَبِيغًا وَاكۡتَحَلَتۡ، فَأَنۡكَرَ ذٰلِكَ عَلَيۡهَا عَلِيٌّ، فَقَالَتۡ: أَمَرَنِي أَبِي بِهَٰذَا، فَكَانَ عَلِيٌّ يَقُولُ بِالۡعِرَاقِ: فَذَهَبۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ مُحَرِّشًا عَلَى فَاطِمَةَ فِي الَّذِي صَنَعَتۡهُ مُسۡتَفۡتِيًا رَسُولَ اللهِ فِي الَّذِي ذَكَرَتۡ عَنۡهُ، وَأَنۡكَرۡتُ ذٰلِكَ عَلَيۡهَا، فَقَالَ: (صَدَقَتۡ، صَدَقَتۡ، مَاذَا قُلۡتَ حِينَ فَرَضۡتَ الۡحَجَّ؟) قَالَ: قُلۡتُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أُهِلُّ بِمَا أَهَلَّ بِهِ رَسُولُكَ ﷺ، قَالَ: (فَإِنَّ مَعِيَ الۡهَدۡىَ، فَلَا تَحِلُّ)، قَالَ: فَكَانَ جَمَاعَةُ الۡهَدۡىِ الَّذِي جَاءَ بِهِ عَلِيٌّ مِنَ الۡيَمَنِ، وَالَّذِي أَتَى بِهِ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ الۡمَدِينَةِ مِئَةً، 

Jabir berkata: ‘Ali tiba dari Yaman dengan unta-unta sembelihan haji milik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mendapati Fathimah termasuk orang-orang yang telah tahalul. Fathimah memakai pakaian celupan dan bercelak. ‘Ali mengingkarinya perihal keadaannya. 

Fathimah mengatakan, “Sesungguhnya ayahku telah memerintahkan ini kepadaku.” 

Ketika ‘Ali di ‘Iraq, beliau mengatakan: Waktu itu, aku pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan Fathimah tentang perbuatannya untuk meminta fatwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal yang telah dia sebutkan tentang beliau dan aku mengingkarinya atas hal itu. 

Beliau bersabda, “Fathimah telah benar, Fathimah telah benar. Apa yang telah engkau ucapkan ketika engkau menetapkan niat untuk haji?” 

‘Ali mengatakan, “Aku berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku ber-ihlal (memulai ihram) dengan ihlal Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku membawa hady, maka engkau jangan tahalul.” 

Jabir berkata: Ketika itu, hewan hady yang dibawa ‘Ali dari Yaman ditambah dengan yang dibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumlah seratus. 

ثُمَّ حَلَّ النَّاسُ كُلُّهُمۡ وَقَصَّرُوا إِلَّا النَّبِيَّ ﷺ وَمَنۡ كَانَ مَعَهُ هَدۡىٌ، فَلَمَّا كَانَ يَوۡمُ التَّرۡوِيَةِ وَتَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى، أَهَلُّوا بِالۡحَجِّ فَرَكِبَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَصَلَّى بِمِنًى، الظُّهۡرَ وَالۡعَصۡرَ وَالۡمَغۡرِبَ وَالۡعِشَاءَ وَالصُّبۡحَ، ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلًا حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمۡسُ، وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ مِنۡ شَعَرٍ فَضُرِبَتۡ لَهُ بِنَمِرَةَ، فَسَارَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، لَا تَشُكُّ قُرَيۡشٌ إِلَّا أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنۡدَ الۡمَشۡعَرِ الۡحَرَامِ أَوِ الۡمُزۡدَلِفَةِ، كَمَا كَانَتۡ قُرَيۡشٌ تَصۡنَعُ فِي الۡجَاهِلِيَّةِ، فَأَجَازَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ، فَوَجَدَ الۡقُبَّةَ قَدۡ ضُرِبَتۡ لَهُ بِنَمِرَةَ، فَنَزَلَ بِهَا، حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمۡسُ أَمَرَ بِالۡقَصۡوَاءِ فَرُحِلَتۡ لَهُ، فَرَكِبَ حَتَّى أَتَى بَطۡنَ الۡوَادِي، 

Semua orang pun bertahalul dan mencukur pendek rambut, kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang membawa hady. Ketika hari tarwiah, mereka berangkat menuju Mina dan memulai talbiah untuk haji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki tunggangan. Beliau salat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina, kemudian beliau tinggal sebentar sampai matahari terbit. Beliau memerintahkan dibuatkan sebuah kemah yang terbuat dari bulu di Namirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menempuh perjalanan dan Quraisy yakin bahwa beliau akan berhenti di Masy’aril Haram atau Muzdalifah sebagaimana yang diperbuat Quraisy di masa jahiliah. Namun ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus lewat sampai tiba di Arafah. Beliau mendapati kemah telah dibuatkan untuk beliau di Namirah, lalu beliau singgah di situ. Sampai ketika Matahari telah mulai turun, beliau memerintahkan agar unta Al-Qashwa dipersiapkan untuk beliau berangkat. Beliau menungganginya hingga mendatangi dasar lembah, 

فَخَطَبَ النَّاسَ، فَقَالَ: (إِنَّ دِمَاءَكُمۡ وَأَمۡوَالَكُمۡ عَلَيۡكُمۡ حَرَامٌ كَحُرۡمَةِ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَا فِي شَهۡرِكُمۡ هَٰذَا، فِي بَلَدِكُمۡ هَٰذَا، أَلَا وَإِنَّ كُلَّ شَىۡءٍ مِنۡ أَمۡرِ الۡجَاهِلِيَّةِ مَوۡضُوعٌ تَحۡتَ قَدَمَىَّ هَاتَيۡنِ، وَدِمَاءُ الۡجَاهِلِيَّةِ مَوۡضُوعَةٌ، وَأَوَّلُ دَمٍ أَضَعُهُ دَمُ رَبِيعَةَ بۡنِ الۡحَارِثِ - كَانَ مُسۡتَرۡضِعًا فِي بَنِي سَعۡدٍ، فَقَتَلَتۡهُ هُذَيۡلٌ -، وَرِبَا الۡجَاهِلِيَّةِ مَوۡضُوعٌ، وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُهُ رِبَانَا رِبَا الۡعَبَّاسِ بۡنِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ، فَإِنَّهُ مَوۡضُوعٌ كُلُّهُ، فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمۡ أَخَذۡتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ، وَاسۡتَحۡلَلۡتُمۡ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، وَإِنَّ لَكُمۡ عَلَيۡهِنَّ أَنۡ لَا يُوطِئۡنَ فُرُشَكُمۡ أَحَدًا تَكۡرَهُونَهُ، فَإِنۡ فَعَلۡنَ ذٰلِكَ فَاضۡرِبُوهُنَّ ضَرۡبًا غَيۡرَ مُبَرِّحٍ، وَلَهُنَّ عَلَيۡكُمۡ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِالۡمَعۡرُوفِ، وَقَدۡ تَرَكۡتُ فِيكُمۡ مَا لَمۡ تَضِلُّوا إِنِ اعۡتَصَمۡتُمۡ بِهِ: كِتَابَ اللهِ، وَأَنۡتُمۡ مَسۡؤُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنۡتُمۡ قَائِلُونَ؟) قَالُوا: نَشۡهَدُ أَنَّكَ قَدۡ بَلَّغۡتَ وَأَدَّيۡتَ وَنَصَحۡتَ، فَقَالَ بِإِصۡبَعِهِ السَّبَّابَةِ إِلَى السَّمَاءِ، وَيَنۡكُبُهَا إِلَى النَّاسِ: (اللَّهُمَّ! اشۡهَدِ، اللَّهُمَّ! اشۡهَدۡ) ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، 

Beliau berkhotbah kepada manusia dan bersabda, “Sesungguhnya darah-darah dan harta-harta kalian adalah suci seperti sucinya hari kalian ini, sucinya bulan kalian ini, dan sucinya negeri kalian ini. Ketahuilah, bahwa segala sesuatu dari perkara jahiliah terhapus dan diletakkan di bawah kedua telapak kakiku. Tuntutan darah jahiliah telah dihapuskan dan sesungguhnya tuntutan darah pertama yang aku hapus dari darah-darah kami adalah darah Ibnu Rabi’ah ibnul Harits. Dia dulu disusui oleh seseorang dari Bani Sa’d, lalu dibunuh oleh Hudzail. Dan riba jahiliah telah dihapus dan riba pertama yang aku hapus dari riba kami adalah riba Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib. Seluruhnya telah dihapus. Takutlah kepada Allah dalam perkara wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian telah menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Dan hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mempersilakan seorang pun yang kalian benci untuk menginjak permadani kalian. Jika mereka melakukannya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras. Dan hak mereka atas kalian adalah memberi rezeki dan pakaian kepada mereka dengan cara yang makruf. Aku telah tinggalkan pada kalian, sesuatu yang apabila kalian berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat setelahnya, yaitu kitab Allah. Kalian akan ditanya tentang aku, lalu apa yang akan kalian ucapkan?” 

Para sahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan amanah, dan memberi nasihat.” 

Lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk beliau. Beliau angkat ke arah langit dan menunjuk ke arah para sahabat, “Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah.” Sebanyak tiga kali. 

ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهۡرَ، ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الۡعَصۡرَ، وَلَمۡ يُصَلِّ بَيۡنَهُمَا شَيۡئًا، ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى أَتَى الۡمَوۡقِفَ، فَجَعَلَ بَطۡنَ نَاقَتِهِ إِلَى الصَّخَرَاتِ، وَجَعَلَ حَبۡلَ الۡمُشَاةِ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، وَاسۡتَقۡبَلَ الۡقِبۡلَةَ، فَلَمۡ يَزَلۡ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتۡ الشَّمۡسُ وَذَهَبَتِ الصُّفۡرَةُ قَلِيلًا، حَتَّى غَابَ الۡقُرۡصُ، وَأَرۡدَفَ أُسَامَةَ بۡنَ زَيۡدٍ خَلۡفَهُ، فَدَفَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَقَدۡ شَنَقَ الۡقَصۡوَاءَ بِالزِّمَامِ، حَتَّى إِنَّ رَأۡسَهَا لَيُصِيبُ مَوۡرِكَ رَحۡلِهِ، وَيَقُولُ بِيَدِهِ الۡيُمۡنَى: (أَيُّهَا النَّاسُ! السَّكِينَةَ، السَّكِينَةَ)، كُلَّمَا أَتَى حَبۡلًا مِنَ الۡحِبَالِ أَرۡخَى لَهَا قَلِيلًا حَتَّى تَصۡعَدَ، ثُمَّ أَتَى الۡمُزۡدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الۡمَغۡرِبَ وَالۡعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيۡنِ، وَلَمۡ يُصَلِّ بَيۡنَهُمَا شَيۡئًا، 

Kemudian Bilal mengumandangkan azan dan ikamah, lalu Rasulullah salat Zuhur. Kemudian ikamah, lalu salat Asar. Dan beliau tidak salat apapun di antara kedua salat tersebut. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki tunggangan sampai tiba di tempat wukuf. Beliau merapatkan perut unta beliau, yaitu Al-Qashwa, ke bebatuan. Beliau menjadikan tempat rombongan pejalan kaki di depan beliau, lalu beliau menghadap kiblat. Beliau terus menerus wukuf sampai matahari terbenam dan warna kuning telah menghilang sejenak sampai bundaran matahari hilang. Beliau memboncengkan Usamah di belakang beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertolak dan beliau kadang mengencangkan tali kekang Al-Qashwa`, sampai kepala unta itu mengenai bagian pijakan kaki penunggangnya. Beliau mengatakan sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya, “Wahai manusia, tenang! Tenang!” 

Setiap kali melewati bukit pasir, beliau sedikit mengendurkan tali kekang, sehingga bisa naik. Sampai tiba di Muzdalifah, beliau salat di situ Maghrib dan Isya dengan satu azan dan dua ikamah dan tidak salat sunah di antara keduanya. 

ثُمَّ اضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى طَلَعَ الۡفَجۡرُ، فَصَلَّى الۡفَجۡرَ حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبۡحُ بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ، ثُمَّ رَكِبَ الۡقَصۡوَاءَ حَتَّى أَتَى الۡمَشۡعَرَ الۡحَرَامَ، فَرَقِيَ عَلَيۡهِ فَحَمِدَ اللهَ وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ، فَلَمۡ يَزَلۡ وَاقِفًا حَتَّى أَسۡفَرَ جِدًّا، ثُمَّ دَفَعَ قَبۡلَ أَنۡ تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ، وَأَرۡدَفَ الۡفَضۡلَ بۡنَ الۡعَبَّاسِ، وَكَانَ رَجُلًا حَسَنَ الشَّعَرِ، أَبۡيَضَ وَسِيمًا، فَلَمَّا دَفَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَرَّ الظُّعُنُ يَجۡرِينَ، فَطَفِقَ يَنۡظُرُ إِلَيۡهِنَّ الۡفَضۡلُ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ مِنَ الشِّقِّ الۡآخَرِ، فَصَرَفَ الۡفَضۡلُ وَجۡهَهُ مِنَ الشِّقِّ الآخَرِ يَنۡظُرُ، حَتَّى أَتَى مُحَسِّرًا حَرَّكَ قَلِيلًا، ثُمَّ سَلَكَ الطَّرِيقَ الۡوُسۡطَى الَّتِي تُخۡرِجُكَ إِلَى الۡجَمۡرَةِ الۡكُبۡرَى، حَتَّى أَتَى الۡجَمۡرَةَ الَّتِي عِنۡدَ الشَّجَرَةِ، فَرَمَى بِسَبۡعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ مِنۡهَا مِثۡلَ حَصَى الۡخَذۡفِ، وَرَمَى مِنۡ بَطۡنِ الۡوَادِي، 

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbaring sampai terbit fajar. Beliau salat Subuh, ketika telah jelas masuk waktu Subuh, dengan satu azan dan satu ikamah. Kemudian beliau mengendarai Al-Qashwa` sampai tiba di Masy’aril Haram. Beliau naik ke situ, lalu memuji Allah, bertakbir, dan mengucapkan kalimat tauhid. Beliau masih berhenti sampai langit benar-benar menguning. Beliau bertolak sebelum matahari terbit dan memboncengkan Al-Fadhl bin ‘Abbas. Dia adalah seorang yang bagus rambutnya dan putih parasnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertolak, ada beberapa wanita melewatinya dengan berjalan. Al-Fadhl mulai memandang mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangan beliau dari sisi lain. Al-Fadhl memalingkan wajahnya ke sisi lain sehingga bisa memandang. 

Sampai beliau tiba di dasar Muhassir, beliau bergerak cepat sejenak. Kemudian beliau menempuh jalan tengah yang keluar ke arah jamrah kubra. Sampai beliau tiba di Jamrah yang berada di dekat pohon. Beliau melemparnya dengan tujuh kerikil. Beliau bertakbir pada setiap kerikil seukuran batu untuk ketapel. Beliau melempar dari dasar lembah. 

ثُمَّ انۡصَرَفَ إِلَى الۡمَنۡحَرِ، فَنَحَرَ ثَلَاثًا وَسِتِّينَ بَدَنَةً بِيَدِهِ، وَأَعۡطَى عَلِيًّا فَنَحَرَ مَا غَبَرَ، وَأَشۡرَكَهُ فِي هَدۡيِهِ، ثُمَّ أَمَرَ مِنۡ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضۡعَةٍ، فَجُعِلَتۡ فِي قِدۡرٍ، فَطُبِخَتۡ فَأَكَلَا مِنۡ لَحۡمِهَا وَشَرِبَا مِنۡ مَرَقِهَا، ثُمَّ أَفَاضَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى الۡبَيۡتِ، فَصَلَّى بِمَكَّةَ الظُّهۡرَ، فَأَتَى بَنِي عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ وَهُمۡ يَسۡقُونَ عَلَى زَمۡزَمَ، فَقَالَ: (انۡزِعُوا بَنِي عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ! لَوۡلَا أَنۡ يَغۡلِبَكُمُ النَّاسُ عَلَى سِقَايَتِكُمۡ لَنَزَعۡتُ مَعَكُمۡ). فَنَاوَلُوهُ دَلۡوًا فَشَرِبَ مِنۡهُ. [(حجة النبي ﷺ)، (الإرواء)(١١٢٠)، (صحيح أبي داود)(١٦٦٣): م بلفظ: (أبدًا) وهو الصواب]. 

Kemudian beliau pergi ke tempat penyembelihan. Beliau menyembelih 63 ekor dengan tangan beliau sendiri, kemudian beliau menyerahkan kepada ‘Ali dan ‘Ali menyembelih sisanya. Nabi menyertakannya di dalam hewan hady. Kemudian beliau memerintahkan dari setiap unta satu potong daging, lalu dimasukkan ke dalam periuk dan dimasak. Keduanya memakan dari dagingnya dan meminum kuahnya. 

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertolak ke Kakbah. Beliau salat Zuhur di Makkah. Kemudian beliau mendatangi Bani ‘Abdul Muththalib yang memberi minum Zamzam. Beliau bersabda, “Timbalah wahai Bani ‘Abdul Muththalib! Kalaulah bukan karena khawatir orang beramai-ramai akan ikut menimbanya, niscaya aku ikut menimba bersama kalian.” Mereka pun menyodorkan satu ember, lalu beliau minum darinya.