Cari Blog Ini

At-Tuhfatul Wushabiyyah - Bagian-bagian Kalam

أَجۡزَاءُ الۡكَلَامِ

قَالَ: وَأَقۡسَامُهُ ثَلَاثَةٌ: اسۡمٌ، وَفِعۡلٌ، وَحَرۡفٌ جَاءَ لِمَعۡنًى.
Pembagian kalam ada tiga: isim, fi'il, dan huruf yang memiliki makna.
أَقُولُ: أَقۡسَامُ الۡكَلَامِ -أَيۡ: أَجۡزَاؤُهُ- الَّتِي يَتَأَلَّفُ مِنۡهَا أَوۡ مِنۡ بَعۡضِهَا ثَلَاثَةٌ لَا رَابِعَ لَهَا بِاتِّفَاقِ النَّحۡوِيِّينَ:
الۡأَوَّلُ: الۡاسۡمُ. الثَّانِي: الۡفِعۡلَ. الثَّالِثُ: الۡحَرۡفُ الَّذِي لَهُ مَعۡنًى.
فَمِثَالُ تَأَلُّفِهِ مِنۡهَا كُلِّهَا وَهُوَ الۡأَكۡثَرُ قَوۡلُكَ: (لَمۡ يُسَافِرۡ خَالِدٌ) فَـ(لَمۡ) حَرۡفٌ، وَ(يُسَافِرُ) فِعۡلٌ، وَ(خَالِدٌ) اسۡمٌ.
وَمِثَالُ تَأَلُّفِهِ مِنۡ بَعۡضِهَا قَوۡلُكَ: (حَضَرَ زَيۡدٌ) وَ(الصِّدۡقُ نَجَاةٌ) فَالۡأَوَّلُ مُؤَلَّفٌ مِنۡ فِعۡلٍ وَاسۡمٍ. وَالثَّانِي: مُؤَلَّفٌ مِنۡ اسۡمَيۡنِ.
وَقُدِّمَ الۡاسۡمُ عَلَى الۡفِعۡلِ وَالۡحَرۡفِ؛ لِشَرَفِهِ عَلَيۡهِمَا.
Pembagian kalam yang kalam itu tersusun darinya atau dari sebagiannya ada tiga, tidak ada keempatnya, menurut kesepakatan ahli nahwu: 
  1. Isim 
  2. Fi'il 
  3. Huruf yang memiliki makna. 
Contoh susunan kalam yang terdiri dari semua tiga bagian ini -dan ini yang paling banyak- adalah perkataanmu: لَمۡ يُسَافِرۡ خَالِدٌ. Di sini لَمۡ adalah huruf, يُسَافِرۡ adalah fi'il, dan خَالِدٌ adalah isim. Contoh susunan kalam yang terdiri dari sebagiannya saja adalah perkataanmu: حَضَرَ زَيۡدٌ dan الصِّدۡقُ نَجَاةٌ. Contoh pertama tersusun dari fi'il dan isim, contoh kedua tersusun dari dua isim.
Isim disebut lebih dahulu daripada fi'il dan huruf karena kemuliaannya di atas keduanya.
وَالۡاسۡمُ لُغَةً: مَا دَلَّ عَلَى مُسَمًّى. وَاصۡطِلَاحًا: كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا وَلَمۡ تَقۡتَرِنۡ بِزَمَانٍ، نَحۡوُ: (زَيۡدٌ شُجَاعٌ) فَإِنَّ كُلًّا مِنۡ (زَيۡدٌ)، وَ(شُجَاعٌ) كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا. فَـ(زَيۡدٌ) دَلَّ عَلَى ذَاتٍ مُسَمًّى بِهِ. وَ(شُجَاعٌ) دَلَّ عَلَى ذَاتٍ مَوۡصُوفَةٍ بِهٰذَا الۡوَصۡفِ وَهُوَ (الشَّجَاعَةُ)، وَكُلٌّ مِنۡهُمَا لَمۡ يَقۡتَرِنۡ بِزَمَانٍ.
فَخَرَجَ بِقَوۡلِنَا: (دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا) الۡحَرۡفُ؛ فَإِنَّهُ كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي غَيۡرِهَا.
وَخَرَجَ بِقَوۡلِنَا: (وَلَمۡ تَقۡتَرِنۡ بِزَمَانٍ) الۡفِعۡلُ؛ فَإِنَّهُ كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا وَاقۡتَرَنَتۡ بِزَمَانٍ.
Isim secara bahasa adalah yang menunjukkan kepada yang dinamai. Adapun secara istilah adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna pada kata itu sendiri dan tidak berkaitan dengan waktu. Contoh: زَيۡدٌ شُجَاعٌ, setiap dari زَيۡدٌ dan شُجَاعٌ adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri. Jadi زَيۡدٌ menunjukkan suatu zat yang dinamai dengan Zaid. شُجَاعٌ menunjukkan suatu zat yang disifati dengan sifat ini yaitu الشُجَاعَةُ (keberanian). Dan setiap keduanya tidak berkaitan dengan waktu.
Dengan definisi “menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri” maka harf tidak termasuk ke dalamnya. Karena harf itu adalah kata yang menunjukkan suatu makna di dalam selain kata tersebut. Dan dengan definisi “dan tidak berkaitan dengan waktu” maka fi'il tidak termasuk ke dalamnya. Karena fi'il adalah kalimat yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri dan berkaitan dengan waktu.
وَالۡفِعۡلُ لُغَةً: هُوَ نَفۡسُ الۡحَدَثِ الَّذِي يُحۡدِثُهُ الۡفَاعِلُ مِنۡ قِيَامٍ وَقُعُودٍ وَنَحۡوِهِمَا.
وَاصۡطِلَاحًا: كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا وَاقۡتَرَنَتۡ بِأَحَدِ الۡأَزۡمِنَةِ الثَّلَاثَةِ الَّتِي هِيَ: الۡمَاضِي وَالۡحَالُ وَالۡاسۡتِقۡبَالُ، نَحۡوُ: (خَرَجَ زَيۡدٌ).
فَـ(خَرَجَ) كَلِمَةٌ دَلَّتۡ فِي نَفۡسِهَا عَلَى مَعۡنًى وَهُوَ الۡخُرُوجُ، وَاقۡتَرَنَتۡ بِأَحَدِ الۡأَزۡمِنَةِ وَهُوَ الزَّمَنُ الۡمَاضِي الَّذِي حَصَلَ فِيهِ الۡخُرُوجُ.
فَخَرَجَ بِقَوۡلِنَا: (دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا) الۡحَرۡفُ؛ فَإِنَّهُ كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي غَيۡرِهَا.
وَخَرَجَ بِقَوۡلِنَا: (وَاقۡتَرَنَتۡ بِأَحَدِ الۡأَزۡمِنَةِ) الۡاسۡمُ؛ فَإِنَّهُ كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا وَلَمۡ تَقۡتَرِنۡ بِزَمَانٍ كَمَا تَقَدَّمَ.
Fi'il secara bahasa adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku berupa berdiri, duduk, dan semisal keduanya. Adapun secara istilah adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri dan berkaitan dengan salah satu dari tiga waktu, yaitu: madhi (lampau), hal (sekarang), dan istiqbal (akan datang). Contoh: خَرَجَ زَيۡدٌ. Di sini خَرَجَ adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri yaitu keluar dan ia berkaitan dengan salah satu zaman yaitu zaman madhi (lampau) yang terjadi padanya perbuatan keluar itu.
Definisi “menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri” mengeluarkan harf. Karena harf adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di selain kata tersebut. Dan dengan definisi “berkaitan dengan salah satu zaman” mengeluarkan isim. Karena isim adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri dan tidak berkaitan dengan waktu sebagaimana penjelasannya telah lewat.
ثُمَّ اعۡلَمۡ أَنَّ الۡفِعۡلَ يَنۡقَسِمُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَقۡسَامٍ:
الۡأَوَّلُ: الۡمَاضِي: وَهُوَ (مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ وَقَعَ قَبۡلَ زَمَانِ التَّكَلُّمِ) نَحۡوُ: (خَرَجَ وَأَكۡرَمَ وَانۡطَلَقَ وَاسۡتَخۡرَجَ).
وَالثَّانِي: الۡمُضَارِعُ: وَهُوَ (مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ يَقَعُ فِي زَمَانِ التَّكَلُّمِ أَوۡ بَعۡدَهُ) نَحۡوُ: (يَخۡرُجُ وَيُكۡرِمُ وَيَنۡطَلِقُ وَيَسۡتَخۡرِجُ).
وَالثَّالِثُ: الۡأَمۡرُ: وَهُوَ (مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ مُسۡتَقۡبَلٍ يُطۡلَبُ حُصُولُهُ أَوِ اسۡتِمۡرَارُهُ)، فَالۡأَوَّلُ: -وَهُوَ الۡأَكۡثَرُ- نَحۡوُ: (اخۡرُجۡ وَأَكۡرِمۡ وَانۡطَلِقۡ وَاسۡتَخۡرِجۡ) وَالثَّانِي: نَحۡوُ قَوۡلِكَ لِلۡمُجۡتَهِدِ: (اجۡتَهِدۡ) أَيۡ: اسۡتَمِرَّ عَلَى الۡاجۡتِهَادِ. وَمِنۡهُ قَوۡلُهُ تَعَالَى لَسَيِّدِ الۡمُتَّقِينَ: ﴿اتَّقِ اللهَ﴾ [الأحزاب: ١] أَيۡ: اسۡتَمِرَّ عَلَى تَقۡوَاكَ.
Kemudian, ketahuilah, bahwa fi'il terbagi menjadi tiga bagian: 
  1. Madhi, yaitu: fi'il yang menunjukkan suatu perbuatan yang terjadi sebelum waktu pembicaraan. Contoh: خَرَجَ, أَكۡرَمَ, انۡطَلَقَ, dan اسۡتَخۡرَجَ. 
  2. Mudhari', yaitu: fi'il yang menunjukkan suatu perbuatan yang terjadi pada waktu pembicaraan atau setelahnya. Contoh: يَخۡرُجُ, يُكۡرِمُ, يَنۡطَلِقُ, dan يَسۡتَخۡرِجُ. 
  3. Amr, yaitu fi'il yang menunjukkan suatu perbuatan yang akan datang yang dituntut untuk diwujudkan atau dituntut untuk tetap berlangsung. Contoh yang pertama dan ini yang paling banyak: اخۡرُجۡ, أَكۡرِمۡ, انۡطَلِقۡ, dan اسۡتَخۡرِجۡ. Contoh kedua adalah ucapanmu kepada seorang yang bersungguh-sungguh: اجۡتَهِدۡ yakni teruslah bersungguh-sungguh. Termasuk contoh ini adalah firman Allah ta'ala kepada tuannya orang-orang yang bertakwa: اتَّقِ اللهَ (QS. Al-Ahzab: 1), yakni teruslah di atas ketakwaanmu. 
وَالۡحَرۡفُ لُغَةً: الطَّرَفُ -بِفَتۡحِ الرَّاءِ- وَاصۡطِلَاحًا: (كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي غَيۡرِهَا) نَحۡوُ: (لَمۡ)، فَإِنَّهُ كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى وَهُوَ النَّفۡيُ.
وَهَٰذَا الۡمَعۡنَى لَا يَظۡهَرُ إِلَّا فِي غَيۡرِهِ وَهُوَ الۡفِعۡلُ. فَإِذَا قُلۡتَ: (لَمۡ يَقُمۡ زَيۡدٌ) كَانَ مَعۡنَاهُ نَفۡيَ الۡقِيَامِ عَنۡ زَيۡدٍ.
وَمِثۡلُهُ (هَلۡ)، فَإِنَّهُ كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى وَهُوَ الۡاسۡتِفۡهَامُ، وَهَٰذَا الۡمَعۡنَى لَا يَظۡهَرُ إِلَّا فِي غَيۡرِهِ، وَهُوَ الۡفِعۡلُ أَوِ الۡاسۡمُ، نَحۡوُ: (هَلۡ قَامَ زَيۡدٌ)، وَ(هَلۡ مُحَمَّدٌ كَرِيمٌ). فَالۡأَوَّلُ مَعۡنَاهُ: الۡاسۡتِفۡهَامُ عَنۡ قِيَامِ زَيۡدٍ. وَالثَّانِي مَعۡنَاهُ: الۡاسۡتِفۡهَامُ عَنۡ كَرَمِ مُحَمَّدٍ.
فَخَرَجَ بِقَوۡلِنَا: (دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي غَيۡرِهَا) الۡاسۡمُ وَالۡفِعۡلُ؛ فَإِنَّ كُلًّا مِنۡهُمَا كَلِمَةٌ دَلَّتۡ عَلَى مَعۡنًى فِي نَفۡسِهَا كَمَا تَقَدَّمَ.
Harf secara bahasa adalah tharaf (samping / tepi) dan secara istilah adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam selain kata itu. Contoh: لَمۡ adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna yaitu nafi (peniadaan). Makna ini tidak muncul kecuali di selain kata ini yaitu di fi'il setelahnya. Jika engkau katakan: لَمۡ يَقُمۡ زَيۡدٌ, maka maknanya adalah meniadakan berdirinya Zaid.
Semisal itu adalah هَلۡ, yaitu kata yang menunjukkan suatu makna berupa pertanyaan. Dan makna ini tidak muncul kecuali di selain kata ini, bisa di fi'il atau isim setelahnya. Contoh: هَلۡ قَامَ زَيۡدٌ dan هَلۡ مُحَمَّدٌ كَرِيمٌ. Contoh pertama maknanya adalah menanyakan dari berdirinya Zaid. Dan contoh kedua maknanya adalah mempertanyakan kedermawanan Muhammad.
Dan keluar dari ucapan kami “yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam selain kata tersebut” adalah isim dan fi'il. Karena setiap dari keduanya adalah kata yang menunjukkan kepada suatu makna di dalam kata itu sendiri sebagaimana yang penjelasannya telah lewat.
وَقَيَّدَ الۡمُصَنِّفُ الۡحَرۡفَ بِقَوۡلِهِ: (جَاءَ لِمَعۡنًى)؛ لِيُبَيِّنَ أَنَّ الۡحَرۡفَ الَّذِي يَدۡخُلُ فِي تَرۡكِيبِ الۡكَلَامِ هُوَ الَّذِي يَكُونُ لَهُ مَعۡنًى مِنَ الۡمَعَانِي كَـ(لَمۡ) فَإِنَّ مَعۡنَاهُ النَّفۡيُ، وَ(هَلۡ) فَإِنَّ مَعۡنَاهُ الۡاسۡتِفۡهَامُ، وَ(فِي) فَإِنَّ مَعۡنَاهُ الظَّرۡفِيَّةُ، وَنَحۡوُ ذَلِكَ مِنۡ حُرُوفِ الۡمَعَانِي.
فَإِنۡ لَمۡ يَكُنۡ لَهُ مَعۡنًى لَمۡ يَدۡخُلۡ فِي تَرۡكِيبِ الۡكَلَامِ كَزَايِ (زَيۡدٍ) وَيَائِهِ وَدَالِهِ؛ فَإِنَّهَا لَا مَعۡنًى لَهَا.
وَالۡحَاصِلُ: أَنَّ الۡحَرۡفَ يَنۡقَسِمُ إِلَى قِسۡمَيۡنِ:
أَحَدِهِمَا: حَرۡفُ مَعۡنًى، وَهُوَ الَّذِي يَدۡخُلُ فِي تَرۡكِيبِ الۡكَلَامِ، كَالۡبَاءِ فِي قَوۡلِكَ: (بِاللهِ لَأَجۡتَهِدَنَّ)؛ فَإِنَّهَا تُفِيدُ الۡقَسَمَ.
وَالثَّانِي: حَرۡفُ مَبۡنًى، وَهُوَ الَّذِي يَدۡخُلُ فِي تَرۡكِيبِ الۡكَلِمَةِ، وَلَا يَكُونُ لَهُ مَعۡنًى، كَالۡبَاءِ فِي قَوۡلِكَ: (بَابٌ).
Penulis telah memberi batasan dengan perkataan beliau “yang memiliki makna” untuk menjelaskan bahwa harf yang termasuk di dalam susunan kalam adalah yang memiliki makna. Seperti لَمۡ yang bermakna nafi, هَلۡ yang bermakna pertanyaan, dan فِي yang bermakna keterangan, serta contoh lain dari huruf-huruf ma'ani (yang memiliki makna). Sehingga, apabila harf tidak memiliki makna, maka tidak termasuk di dalam susunan kalam. Seperti huruf zay, ya`, dan dal pada زَيۡدٍ, karena huruf-huruf itu tidak memiliki makna.
Kesimpulannya, harf terbagi menjadi dua bagian:
  1. Harf ma'nan, yaitu huruf yang masuk di dalam susunan kalam, seperti huruf ba` pada ucapanmu: بِاللهِ لَأَجۡتَهِدَنَّ yang memberi faidah sumpah. 
  2. Harf mabnan, yaitu huruf yang masuk di dalam susunan kata dan tidak memiliki makna, seperti huruf ba` dalam ucapanmu: بَابٌ.

Lihat juga: