نِيَابَةُ الۡفَتۡحَةِ عَنِ الۡكَسۡرَةِ:
Penggantian harakat fatah dari harakat kasrah:
قَوۡلُهُ –رَحِمَهُ اللهُ-: (وَأَمَّا الۡفَتۡحَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلۡخَفۡضِ فِي الۡاسۡمِ الَّذِي لَا يَنۡصَرِفُ).
يَعۡنِي: فِي مَوۡضِعٍ وَاحِدٍ، وَهُوَ الۡاسۡمُ الَّذِي لَا يَنۡصَرِفُ، فَأَفَادَ الۡمُؤَلِّفُ هُنَا، وَفِيمَا سَبَقَ فِي قَوۡلِهِ: (الۡاسۡمِ الۡمُفۡرَدِ الۡمُنۡصَرِفِ، وَجَمۡعِ التَّكۡسِيرِ الۡمُنۡصَرِفِ) أَنَّ الۡأَسۡمَاءَ نَوۡعَانِ: مُنۡصَرِفٌ، وَغَيۡرُ مُنۡصَرِفٍ.
Ucapan mualif rahimahullah, “Adapun harakat fatah menjadi tanda khafdh pada isim yang tidak munsharif (menerima tanwin).”
Yakni pada satu tempat yaitu isim yang tidak bisa ditanwin. Mualif memberi faedah di sini dan pada ucapan beliau yang telah lalu, “Isim mufrad yang munsharif dan jamak taksir yang munsharif”, bahwa isim ada dua jenis, yaitu: munsharif dan tidak munsharif.
(الۡمُنۡصَرِفُ): مَا يَقۡبَلُ التَّنۡوِينَ، وَغَيۡرُ الۡمُنۡصَرِفِ: مَا لَا يَقۡبَلُ التَّنۡوِينَ.
هَٰذَا هُوَ الضَّابِطُ، وَدَلِيلُ هَٰذَا قَوۡلُ ابۡنُ مَالِكٍ –رَحِمَهُ اللهُ- فِي الۡأَلۡفِيَةِ:
الصَّرۡفُ تَنۡوِينٌ أَتَى مُبَيِّنا مَعۡنًى بِهِ يَكُونُ الۡاسۡمُ أَمۡكَنَا
هَٰذَا التَّنۡوِينُ، وَقَالُوا: سُمِّيَ التَّنۡوِينُ صَرۡفًا لِأَنَّ لَهُ رَنَّةً كَرَنِينِ الدَّرَاهِمِ عِنۡدَ (الصَّيَارِفَةِ).
Munsharif adalah kata yang menerima tanwin. Ghairu munsharif adalah kata yang tidak menerima tanwin.
Ini ketentuannya. Dalil hal ini adalah ucapan Ibnu Malik rahimahullah di dalam Al-Alfiyah[1], “Sharf adalah tanwin yang ada untuk menjelaskan suatu makna yang dengannya isim tersebut menjadi lebih kokoh.”
Ini adalah tanwin. Mereka berkata, “Dinamakan tanwin dengan istilah sharf karena tanwin memiliki bunyi denting seperti gemerincing uang-uang dirham di tempat penukaran uang.”
الۡاسۡمُ الَّذِي لَا يَنۡصَرِفُ هَلۡ هُوَ مَعۡدُودٌ أَوۡ مَحۡدُودٌ؟ نَقُولُ: عِلَلُهُ مَعۡدُودَةٌ، وَأَفۡرَادُهُ لَا تُحۡصَى، لٰكِنۡ إِذَا عَرَفَ الۡإِنۡسَانُ الۡعِلَلَ، سَهُلَ عَلَيۡهِ التَّطۡبِيقُ.
الۡعِلَلُ الۡمَانِعَةُ مِنَ الصَّرۡفِ تِسۡعَةٌ، مَجۡمُوعَةٌ فِي قَوۡلِ الشَّاعِرِ:
اجۡمَعۡ وَزِنۡ عَادِلًا أَنِّثۡ بِمَعۡرِفَةٍ رَكِّبۡ وَزِدۡ عُجۡمَةً فَالۡوَصۡفُ قَدۡ كَمُلَا
Isim yang tidak munsharif apakah dapat dihitung dan terbatas jumlahnya? Kita katakan: Faktor penyebabnya dapat dihitung, namun kata per katanya tidak terhitung. Tetapi jika seseorang sudah mengetahui faktor penyebabnya, maka penerapannya akan mudah.
Faktor penghalang ditanwin ada sembilan, terkumpul dalam ucapan penyair, “اجۡمَعۡ وَزِنۡ عَادِلًا أَنِّثۡ بِمَعۡرِفَةٍ رَكِّبۡ وَزِدۡ عُجۡمَةً فَالۡوَصۡفُ قَدۡ كَمُلَا.”
[1] Al-Alfiyah, bab Kata yang Tidak Bisa Ditanwin, bait nomor 649.