Cari Blog Ini

Taisirul 'Allam - Hadits ke-176

الۡحَدِيثُ السَّادِسُ وَالسَّبۡعُونَ بَعۡدَ الۡمِائَةِ 

١٧٦ - عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً). 
176. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sahurlah kalian karena di dalam sahur ada keberkahan.”[1]

الۡغَرِيبُ: 

سَحُورٌ بِفَتۡحِ السِّينِ، مَا يَتَسَحَّرُ بِهِ، وَبِضَمِّهَا الۡفِعۡلُ. 
وَالۡبَرَكَةُ مُضَافَةٌ إِلَى كُلِّ مِنَ الۡفِعۡلِ وَمَا يَتَسَحَّرُ بِهِ جَمِيعًا. 

Kosakata asing: 

Sahur dengan huruf sin yang difatah adalah apa saja yang disantap ketika sahur. Bisa juga dengan huruf sin yang didamah bermakna perbuatan sahur. 
Keberkahan bisa disandarkan kepada perbuatan dan santapan sahur sekaligus. 

الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِي: 

يَأۡمُرُ النَّبِيُّ ﷺ بِالتَّسَحُّرِ، الَّذِي هُوَ الۡأَكۡلُ وَالشُّرۡبُ وَقۡتَ السَّحَرِ، اسۡتِعۡدَادًا لِلصِّيَامِ، وَيَذۡكُرُ الۡحِكۡمَةَ الۡإِلٰهِيَّةَ فِيهِ، وَهِيَ حُلُولُ الۡبَرَكَةِ، وَالۡبَرَكَةُ تَشۡمُلُ مَنَافِعَ الدُّنۡيَا وَالۡآخِرَةِ. 
فَمِنۡ بَرَكَةِ السَّحُورِ، مَا يَحۡصُلُ بِهِ مِنَ الۡإِعَانَةِ عَلَى طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى فِي النَّهَارِ. 
فَإِنَّ الۡجَائِعَ وَالظَّامِئَ، يَكۡسَلُ عَنِ الۡعِبَادَةِ. 

Makna secara umum: 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk makan sahur, yaitu makan dan minum di waktu sahur dalam rangka bersiap-siap untuk puasa. Beliau menyebutkan hikmah keilahian padanya, yaitu datangnya keberkahan. Keberkahan di sini mencakup berbagai manfaat dunia dan akhirat. 
Di antara berkah sahur adalah dapat membantu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah taala di siang hari. Karena orang yang lapar dan haus, akan malas dari melakukan ibadah. 
وَمِنۡ بَرَكَةِ السُّحُورِ أَنَّ الصَّائِمَ إِذَا تَسَحَّرَ لَا يَمَلُّ إِعَادَةَ الصِّيَامِ، خِلَافًا لِمَنۡ لَمۡ يَتَسَحَّرۡ، فَإِنَّهُ يَجِدُ حَرَجًا وَمَشَقَّةً يُثۡقِلَانِ عَلَيۡهِ الۡعَوۡدَةَ إِلَيۡهِ. 
وَمِنۡ بَرَكَةِ السُّحُورِ، الثَّوَابُ الۡحَاصِلُ مِنۡ مُتَابَعَةِ الرَّسُولِ عَلَيۡهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. 
Termasuk berkah sahur adalah bahwa orang yang berpuasa jika telah sahur, maka dia tidak akan bosan untuk mengulangi puasa. Berbeda dengan orang yang tidak sahur. Karena dia akan mendapatkan rasa berat dan kesulitan yang akan membuatnya merasa berat untuk mengulangi puasa. 
Termasuk berkah sahur pula adalah pahala yang bisa diperoleh karena mengikuti Rasul ‘alaihi ash-shalatu wassalam
وَمِنۡ بَرَكَتِهِ أَيۡضًا، أَنَّ الۡمُتَسَحِّرَ يَقُومُ فِي آخِرِ اللَّيۡلِ، فَيَذۡكُرُ اللهُ تَعَالَى، وَيَسۡتَغۡفِرُهُ، ثُمَّ يُصَلِّي صَلَاةَ الۡفَجۡرِ جَمَاعَةً. 
بِخِلَافِ مَنۡ لَمۡ يَتَسَحَّرۡ. وَهَٰذَا مُشَاهَدٌ. 
فَإِنَّ عَدَدَ الۡمُصَلِّينَ فِي صَلَاةِ الصُّبۡحِ مَعَ الۡجَمَاعَةِ فِي رَمَضَانَ أَكۡثَرُ مِنۡ غَيۡرِهِ مِنۡ أَجۡلِ السُّحُورِ. 
وَمِنۡ بَرَكَةِ السُّحُورِ، أَنَّهُ عِبَادَةٌ، إِذَا نُوِيَ بِهِ الۡاسۡتِعَانَةُ عَلَى طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى، وَالۡمُتَابَعَةُ لِلرَّسُولِ ﷺ، وَلِلهِ فِي شَرۡعِهِ حِكَمٌ وَأَسۡرَارٌ. 
Termasuk berkahnya pula adalah bahwa orang yang sahur akan bangun di akhir malam, sehingga dia bisa berzikir kepada Allah taala, memohon ampunan-Nya, kemudian salat Subuh secara berjemaah. Berbeda dengan orang yang tidak sahur. 
Ini adalah sesuatu yang bisa disaksikan. Sesungguhnya jumlah orang yang salat Subuh bersama jemaah ketika bulan Ramadan lebih banyak daripada bulan selainnya karena sahur. 
Termasuk keberkahan sahur adalah bahwa sahur merupakan ibadah jika diniatkan untuk membantu dalam ketaatan kepada Allah taala dan mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dan Allah memiliki banyak hikmah dan rahasia di dalam syariat-Nya. 

مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ: 

١ - اسۡتِحۡبَابُ السُّحُورِ وَامۡتِثَالُ الۡأَمۡرِ الشَّرۡعِيِّ بِفِعۡلِهِ. 
٢ - لِمَا يَحۡصُلُ فِيهِ مِنَ الۡبَرَكَةِ، فَلَا يَنۡبَغِي تَرۡكُهُ، وَالۡبَرَكَةُ تُحۡمَلُ عَلَى الۡفِعۡلِ وَعَلَى الۡمُتَسَحَّرِ بِهِ. وَلَا يُعَدُّ هَٰذَا مِنۡ بَابِ حَمۡلِ اللَّفۡظِ الۡوَاحِدِ عَلَى مَعۡنَيَيۡنِ مُخۡتَلِفَيۡنِ، وَإِنَّمَا يُسۡتَفَادُ مِنۡ صِيغَتَيِ الۡفَتۡحِ وَالضَّمِّ. 
٣ - ظَاهِرُ الۡأَمۡرِ الۡوُجُوبُ، وَلَٰكِنۡ ثُبُوتُ الۡوِصَالُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ يُصَرِّفُ الۡأَمۡرَ إِلَى الۡاسۡتِحۡبَابِ. 
٤ - يَرَى الصُّوفِيَّةُ أَنَّ مُدَّةَ تَنَاوُلِ السُّحُورِ كَمُدَّةِ الۡإِفۡطَارِ، وَهَٰذَا مُخِلٌّ بِالۡحِكۡمَةِ مِنَ الصَّوۡمِ وَهِيَ كَسۡرُ شَهۡوَتَيِ الطَّعَامِ وَالنِّكَاحِ، وَلَا يُمۡكِنُ ذٰلِكَ إِلَّا بِتَقۡلِيلِ الۡغِذَاءِ. وَأَجَابَ عَلَيۡهِمُ الۡآخَرُونَ بِأَنَّ حِكۡمَةَ الصَّوۡمِ لَيۡسَتۡ مَنُوطَةً بِتَقۡلِيلِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ بَلۡ بِامۡتِثَالِ أَمۡرِ اللهِ تَعَالىَ. 

Faedah hadis ini: 

  1. Disukai sahur dan mengerjakan perintah syariat dengan mengerjakannya. 
  2. Tidak sepantasnya meninggalkan sahur karena terdapat keberkahan padanya. Keberkahan ini bisa terdapat pada perbuatan sahur dan bisa juga pada santapan sahur. Hal ini tidak terhitung dari bab membawa satu lafal kepada dua makna yang berbeda, namun mengambil faedah dari dua bentuk fatah dan damah. 
  3. Lahiriah perintah di sini menunjukkan wajib, namun telah pasti bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan puasa yang bersambung. Hal ini mengalihkan hukum perintah kepada hal yang disukai. 
  4. Aliran sufi berpendapat bahwa rentang waktu makan sahur seperti rentang waktu berbuka dan ini tidak sesuai dengan hikmah puasa yaitu meredam keinginan terhadap makanan dan berhubungan suami istri. Hal itu tidak mungkin kecuali dengan menyedikitkan asupan makanan. Kalangan lain memberi tanggapan kepada mereka bahwa hikmah puasa tidak terkait dengan sedikit makan dan minum akan tetapi dengan melaksanakan perintah Allah taala. 

[1] HR. Al-Bukhari nomor 1923, Muslim nomor 1095, At-Tirmidzi nomor 708, An-Nasa`i (4/141), Ad-Darimi (2/6), Ibnu Majah nomor 1692.