Syaikhul Islam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 620 H) berkata dalam kitab Lum'atul I'tiqad Al-Hadi ila Sabilir Rasyad:
وَعَذَابُ الۡقَبۡرِ وَنَعِيمُهُ حَقٌّ. وَقَدۡ اسۡتَعَاذَ النَّبِيُّ ﷺ مِنۡهُ، وَأَمَرَ بِهِ فِي كُلِّ صَلَاةٍ.
Azab dan nikmat kubur adalah benar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari azab kubur dan memerintahkannya dalam setiap salat.[1]
Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata dalam syarah beliau:
[1] عَذَابُ الۡقَبۡرِ أَوۡ نَعِيمُهُ:
عَذَابُ الۡقَبۡرِ أَوۡ نَعِيمُهُ حَقٌّ ثَابِتٌ بِظَاهِرِ الۡقُرۡآنِ وَصَرِيحِ السُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ أَهۡلِ السُّنَّةِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي سُورَةِ الۡوَاقِعَةِ:
﴿فَلَوۡلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلۡحُلۡقُومَ ٨٣ وَأَنتُمۡ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ﴾ [الواقعة: ٨٣، ٨٤]، إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿فَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ٨٨ فَرَوۡحٌ وَرَيۡحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ﴾ [الواقعة: ٨٨، ٨٩] إلخ السُّورَةِ.
Azab atau nikmat kubur:
Azab atau kenikmatan kubur adalah hal yang benar adanya dan pasti sesuai dengan Alquran secara eksplisit, sunah yang gamblang, dan kesepakatan ahli sunah. Allah taala berfirman dalam surah Al-Waqi’ah (yang artinya), “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat,” (QS. Al-Waqi’ah: 83-84). Sampai firman-Nya, “Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta janah kenikmatan.” (QS. Al-Waqi’ah: 88-89). Sampai akhir surah.
وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَتَعَوَّذُ بِاللهِ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ، وَأَمَرَ أُمَّتَهُ بِذٰلِكَ.
وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ فِي حَدِيثِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ الۡمَشۡهُورِ فِي قِصَّةِ فِتۡنَةِ الۡقَبۡرِ قَالَ فِي الۡمُؤۡمِنِ: (فَيُنَادِى مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنۡ صَدَقَ عَبۡدِي فَأَفۡرِشُوهُ مِنَ الۡجَنَّةِ وَأَلۡبِسُوهُ مِنَ الۡجَنَّةِ وَافۡتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الۡجَنَّةِ، فَيَأۡتِيهِ مِنۡ رِيحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفۡسَحُ لَهُ فِي قَبۡرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ). وَقَالَ فِي الۡكَافِرِ: (فَيُنَادِى مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنۡ كَذَبَ عَبۡدِي فَأَفۡرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَافۡتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ، فَيَأۡتِيهِ مِنۡ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيِّقُ عَلَيۡهِ قَبۡرُهُ حَتَّى تَخۡتَلِفَ أَضۡلَاعُهُ). الۡحَدِيثُ رَوَاهُ أَحۡمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa berlindung kepada Allah dari siksa kubur dan memerintahkan hal itu kepada umatnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis Al-Bara` bin ‘Azib yang terkenal tentang kisah ujian kubur. Beliau bersabda tentang orang mukmin, “Ada yang berseru dari langit: Hamba-Ku ini telah benar. Hamparkan untuknya hamparan dari surga, pakaikan pakaian dari surga, dan bukakan untuknya pintu menuju surga. Maka, angin dan wangi surga mendatanginya dan diluaskan kuburnya sejauh mata memandang.” Nabi bersabda tentang orang kafir, “Ada yang menyeru dari langit: Hamba-Ku telah berdusta. Hamparkan untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya satu pintu menuju neraka. Maka, hawa panas mendatanginya. Lalu kuburnya disempitkan sehingga tulang-tulang rusuknya bersilangan.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud [nomor 4753].
وَقَدۡ اتَّفَقَ السَّلَفُ وَأَهۡلُ السُّنَّةِ عَلَى إِثۡبَاتِ عَذَابِ الۡقَبۡرِ وَنَعِيمِهِ ذَكَرَهُ ابۡنُ الۡقَيِّمِ فِي كِتَابِ (الرُّوحِ).
وَأَنۡكَرَ الۡمَلَاحِدَةُ عَذَابَ الۡقَبۡرِ مُتَعَلِّلِينَ بِأَنَّنَا لَوۡ نَبَشۡنَا الۡقَبۡرَ لَوَجَدۡنَاهُ كَمَا هُوَ.
نَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ بِأَمۡرَيۡنِ:
١ - دَلَالَةُ الۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَإِجۡمَاعِ السَّلَفِ عَلَى ذٰلِكَ.
٢ - أَنَّ أَحۡوَالَ الۡآخِرَةِ لَا تُقَاسُ بِأَحۡوَالِ الدُّنۡيَا، فَلَيۡسَ الۡعَذَابُ أَوِ النَّعِيمُ فِي الۡقَبۡرِ كَالۡمَحۡسُوسِ فِي الدُّنۡيَا.
Ulama salaf dan ahlus sunnah telah sepakat akan penetapan adanya azab dan nikmat kubur. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim dalam kitab beliau Ar-Ruh.
Orang-orang ateis mengingkari adanya azab kubur dengan alasan bahwa kalau kita bongkar sebuah kuburan niscaya kita akan mendapatinya seperti sediakala.
Kita bantah mereka dengan dua perkara:
- Alquran, sunah, dan kesepakatan ulama salaf menunjukkan adanya hal itu.
- Bahwa keadaan alam akhirat tidak bisa dikiaskan dengan keadaan alam dunia. Sehingga azab dan nikmat kubur tidak seperti hal yang bisa dirasakan di dunia.
هَلۡ عَذَابُ الۡقَبۡرِ أَوۡ نَعِيمُهُ عَلَى الرُّوحِ أَوۡ عَلَى الۡبَدَنِ؟
قَالَ شَيۡخُ الۡإِسۡلَامِ ابۡنُ تَيۡمِيَّةَ:
مَذۡهَبُ سَلَفِ الۡأُمَّةِ وَأَئِمَّتِهَا: أَنَّ الۡعَذَابَ أَوِ النَّعِيمَ يَحۡصُلُ لِرُوحِ الۡمَيِّتِ وَبَدَنِهِ، وَأَنَّ الرُّوحَ تَبۡقَى بَعۡدَ مُفَارَقَةِ الۡبَدَنِ مُنۡعَمَةً أَوۡ مُعَذَّبَةً، وَأَنَّهَا تَتَّصِلُ بِالۡبَدَنِ أَحۡيَانًا فَيَحۡصُلُ لَهُ مَعَهَا النَّعِيمُ أَوِ الۡعَذَابُ.
Apakah azab dan nikmat kubur terjadi pada roh atau pada badan?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
Mazhab para pendahulu umat ini dan imamnya adalah bahwa azab dan nikmat kubur terjadi pada roh dan jasad si mayit. Juga bahwa roh setelah terpisah dengan badan tetap dalam keadaan mendapat nikmat atau azab dan terkadang bersatu dengan jasad sehingga kenikmatan atau azab terjadi pada roh beserta jasad.