Adapun menyatakan diri mengikuti jalan salaf, maka aku katakan:
Engkau telah mengetahui--wahai orang yang semoga diberi taufik--bahwa mengikuti jalan kaum mukminin dari kalangan salaf adalah wajib. Jadi pengakuan mengikuti mereka adalah suatu kehormatan dan kemuliaan untukmu.
Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata[1],
لَا عَيۡبَ عَلَىٰ مَنۡ أَظۡهَرَ مَذۡهَبَ السَّلَفِ، وَانۡتَسَبَ إِلَيۡهِ، وَاعۡتَزَىٰ إِلَيۡهِ، بَلۡ يَجِبُ قَبُولُ ذٰلِكَ مِنۡهُ؛ فَإِنَّ مَذۡهَبَ السَّلَفِ لَا يَكُونُ إِلَّا حَقًّا
“Tidak ada aib bagi orang yang ingin menampakkan mazhab salaf, mengaku pengikut mereka, dan menyatakan memiliki hubungan dengan mereka. Bahkan wajib menerima itu darinya karena mazhab salaf pasti merupakan kebenaran.”
Kalau engkau perhatikan—wahai pecinta kebenaran—dalam wasiat-wasiat para imam, pasti engkau dapatkan bahwa mereka mewasiatkan untuk mengikuti dan menetapi jalan salaf saleh (para sahabat) radhiyallahu ‘anhum dan melarang dari menjauhinya. Di antara wasiat itu adalah:
1. Ucapan Al-Imam Al-Auza’i, imam penduduk Syam,
اصۡبِرۡ نَفۡسَكَ عَلَىٰ السُّنَّةِ، وَقِفۡ حَيۡثُ وَقَفَ الۡقَوۡمُ، وَقُلۡ بِمَا قَالُوا، وَكُفَّ عَمَّا كَفُّوا، وَاسۡلُكۡ سَبِيلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ؛ فَإِنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمۡ
“Sabarkan dirimu di atas sunah, berhentilah di tempat para sahabat berhenti, berkatalah dengan ucapan mereka, tahan dirimu dari apa saja yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan pendahulumu yang saleh, karena hal yang telah mencukupi mereka, akan mencukupimu.”[2]
2. Beliau juga berkata,
عَلَيۡكَ بِآثَارِ السَّلَفِ وَإِنۡ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنۡ زَخۡرَفُوا لَكَ الۡقَوۡلَ، فَإِنَّ الۡأَمۡرَ يَنۡجَلِي حِينَ يَنۡجَلِي وَأَنۡتَ مِنۡهُ عَلَىٰ طَرِيقٍ مُسۡتَقِيمٍ
“Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf, meskipun orang-orang menentangmu. Hati-hatilah engkau dari pendapat-pendapat orang walaupun mereka menghias-hiasi ucapan itu. Karena perkaranya akan terlihat pada saatnya dalam keadaan engkau berada di jalan yang lurus.”[3]
3. Al-Imam Abu ‘Utsman Isma’il Ash-Shabuni berkata dalam kitab ‘Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits[4],
وَيَقۡتَدُونَ بِالنَّبِيِّ ﷺ وَأَصۡحَابِهِ الَّذِينَ هُمۡ كَالنَّجُومِ... وَيَقۡتَدُونَ بِالسَّلَفِ الصَّالِحِينَ مِنۡ أَئِمَّةِ الدِّينِ وَعُلَمَاءِ الۡمُسۡلِمِينَ، وَيَتَمَسَّكُونَ بِمَا كَانُوا بِهِ مُتَمَسِّكِينَ مِنَ الدِّينِ الۡمَتِينِ، وَالۡحَقِّ الۡمُبِينِ
“Mereka mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yang mereka itu seperti bintang-bintang… dan mereka mencontoh salaf saleh dari kalangan para imam agama ini dan ulama kaum muslimin. Mereka berpegang erat dengan agama yang kokoh dan kebenaran nyata yang dipegangi oleh para pendahulu mereka.”
4. Al-Imam Al-Barbahari berkata di dalam Syarhus Sunnah[5],
وَالۡأَسَاسُ الَّذِي تُبۡنَىٰ عَلَيۡهِ الۡجَمَاعَةِ، وَهُمۡ أَصۡحَابُ مُحَمَّدٍ ﷺ، وَهُمۡ أَهۡلُ السُّنَّةِ وَالۡجَمَاعَةِ، فَمَنۡ لَمۡ يَأۡخُذۡ عَنۡهُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ وَابۡتَدَعَ، وَكُلُّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ...
“Pondasi yang dibangun di atasnya al-jama’ah, mereka adalah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka adalah ahli sunah waljamaah. Siapa saja yang tidak mengambil agama dari mereka, maka dia telah sesat dan berbuat bidah. Dan setiap bidah adalah kesesatan…”
Aku tutup pembahasan ini dengan ucapan yang baik dan kuat dari syekh kami Zaid bin Hadi Al-Madkhali—semoga Allah menjaga dan memelihara beliau—sebagai jawaban dari suatu pertanyaan yang panjang. Awal pertanyaannya adalah, “Sebagian orang berkata: Mengapa kita memakai lakab/label salafiyyah dan mengapa kita tidak memakai lakab Muhammadiyyah dalam rangka nisbah kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?...” Sampai akhir pertanyaan.
Maka syekh—semoga Allah menjaga beliau—menjawab dengan ucapan beliau, “Kita katakan kepadanya: Sesungguhnya sikap protesmu kepada orang yang menampakkan mazhab salaf saleh dan menjadi pengikutnya adalah suatu kebatilan. Hal yang membuat engkau bersikap protes ini adalah:
- kebodohanmu yang mengerikan terhadap ajaran salaf yang sahih dan para pendahulu pengusung kitab dan sunah dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para imam ilmu dan dakwah yang berada di atas jalan mereka dari kurun yang utama yang mereka dipersaksikan kebaikannya,
- atau engkau ingin membuat kesamaran pada para penuntut ilmu bahwa mazhab salaf hanyalah suatu partai atau organisasi yang dibentuk oleh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab sehingga harus dijauhi dan tidak boleh mengikutinya.
Yang benar adalah tidak boleh bagi seorangpun mengingkari orang yang menyatakan pengikut salaf dan salafiyyah. Jadi siapa saja yang berkata: saya seorang salafi dan akidahku adalah salafiyyah, maka tidak boleh dicela, bahkan wajib menerimanya dengan kesepakatan para ulama rabbaniyyin (ulama yang memperbaiki keadaan manusia dengan mengajari agama dan memulai dari permasalahan yang kecil sebelum yang besar) dan murid-murid mereka. Karena mazhab salaf hanyalah merupakan kebenaran. Dan bahwa salafiyyah merupakan penyandaran penamaan kepada salaf. Suatu penamaan yang tidak bisa dipisah sekejap pun dari umat Islam, bahkan ini merupakan penamaan terbaik. Berbeda dengan keanggotaan kepada partai-partai dan organisasi-organisasi bidah seperti partai Ikhwanul Muslimin dan kelompok Jama’ah Tabligh, atau kelompok apapun yang loyal dengan keduanya yang telah berlalu penjelasannya dan penjelasan metode dakwahnya.
Adapun ucapan orang yang menentang akidah salafiyyah dan pengikutnya: Mengapa tidak dikatakan Muhammadiyyah saja? Kita katakan: Ini membuat kesamaran pada manusia, seperti jenis sebelumnya. Umat ini semuanya disebut dengan umat Muhammadiyyah. Yakni: bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabinya. Dan umat terbagi menjadi umat dakwah (seluruh umat yang didakwahi untuk masuk Islam) dan umat ijabat (umat Islam yang telah menerima dakwah Rasulullah). Umat ijabat terbagi menjadi tujuh puluh tiga kelompok. Semuanya di neraka kecuali satu. Yaitu kelompok yang berada di atas jalan seperti yang ditempuh Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Jadi para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah salaf. Juga siapa saja yang datang setelah mereka, menempuh jalan mereka, dan mengikuti jejak mereka, maka ia pun digolongkan mereka. Sehingga dikatakan bahwa dia salafi dan akidahnya salafiyyah…”[6] Sampai akhir ucapan beliau.
Kemudian aku nasehatkan kepadamu—wahai orang yang mencintai kebenaran—untuk merujuk kitab-kitab sunah, maka engkau akan mendapatkan nas-nas yang tidak terhitung banyaknya, yang akan mendukung wasiat yang telah aku sebutkan untuk menetapi jalan salaf dan waspada dari menjauhinya. Allah lah yang memberi taufik.
[1] Majmu’ Fatawa Syaikhil Islam (4/149).
[2] Asy-Syari’ah karya Al-Ajurri (58) dan selainnya.
[3] Sumber sebelumnya dan Syaraf Ashhabil Hadits karya Al-Khathib halaman 7. Sahih.
[4] Halaman 82.
[5] Halaman 65.
[6] Al-Ajwibah Al-Atsariyyah ‘anil Masa`il Al-Manhajiyyah pertanyaan 23, halaman 77-79.