Syaikhul Islam Abu Muhammad 'Abdullah bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Al-Jama'ili rahimahullah (wafat tahun 620 H) berkata di dalam kitab Lum'atul I'tiqad Al-Hadi ila Sabilir Rasyad:
وَالۡبَعۡثُ بَعۡدَ الۡمَوۡتِ حَقٌّ وَذٰلِكَ حِينَ يَنۡفُخُ إِسۡرَافِيلُ عَلَيۡهِ السَّلَامُ فِي الصُّورِ: ﴿فَإِذَا هُم مِّنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ يَنسِلُونَ﴾ [يس: ٥١].
Kebangkitan setelah kematian adalah benar. Peristiwa itu adalah ketika malaikat Israfil ‘alaihis salam meniup sangkakala. “Serta-merta mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.” (QS. Yasin: 51).[1]
Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah dalam syarahnya berkata:
[1] النَّفۡخُ فِي الصُّورِ:
النَّفۡخُ مَعۡرُوفٌ.
وَالصُّورُ لُغَةً: الۡقَرۡنُ. وَشَرۡعًا قَرۡنٌ عَظِيمٌ الۡتَقَمَهُ إِسۡرَافِيلُ يَنۡتَظِرُ مَتَى يُؤۡمَرُ بِنَفۡخِهِ.
وَإِسۡرَافِيلُ أَحَدُ الۡمَلَائِكَةِ الۡكِرَامِ الَّذِينَ يَحۡمِلُونَ الۡعَرۡشَ.
Peniupan sangkakala:
An-nafkh (peniupan) sudah dimengerti.
Ash-shur (sangkakala) secara bahasa adalah tanduk. Dalam istilah syariat adalah tanduk besar yang dikulum oleh malaikat Israfil sembari menunggu kapan diperintah meniupnya. Israfil adalah salah satu malaikat mulia pemikul 'arsy.
وَهُمَا نَفۡخَتَانِ:
إِحۡدَاهُمَا: نَفۡخَةُ الۡفَزَعِ يُنۡفَخُ فِيهِ فَيَفۡزَعُ النَّاسُ وَيَصۡعَقُونَ إِلَّا مَنۡ شَاءَ اللهُ.
وَالثَّانِيَةُ: نَفۡخَةُ الۡبَعۡثِ يُنۡفَخُ فِيهِ فَيُبۡعَثُونَ وَيَقُومُونَ مِنۡ قُبُورِهِمۡ.
Tiupan ini ada dua:
- Tiupan yang mengagetkan. Sangkakala ditiup sehingga mengagetkan manusia sehingga mereka mati kecuali yang Allah kehendaki.
- Tiupan yang membangkitkan. Sangkakala ditiup lalu manusia bangkit dari kubur mereka.
وَقَدۡ دَلَّ عَلَى النَّفۡخِ فِي الصُّورِ الۡكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَإِجۡمَاعُ الۡأُمَّةِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخۡرَىٰ فَإِذَا هُمۡ قِيَامٌ يَنظُرُونَ﴾ [الزمر: ٦٨]، ﴿وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ يَنسِلُونَ﴾ [يس: ٥١].
Alquran, sunah, dan kesepakatan ulama telah menunjukkan adanya peniupan sangkakala.
Allah taala berfirman (yang artinya), “Sangkakala itu ditiup sehingga matilah siapa saja yang ada di langit dan di bumi kecuali yang Allah kehendaki. Kemudian sangkakala itu ditiup sekali lagi, lalu serta-merta mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Q.S. Az-Zumar: 68). “Sangkakala itu ditiup, maka serta-merta mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.” (Q.S. Yasin: 51).
وَعَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (ثُمَّ يُنۡفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسۡمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصۡغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا ثُمَّ لَا يَبۡقَى أَحَدٌ إِلَّا صَعِقَ ثُمَّ يُنۡزِلُ اللهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطلُّ أَوِ الظلُّ (شَكَّ الرَّاوِى) فَتَنۡبُتُ مِنۡهُ أَجۡسَادُ النَّاسِ ثُمَّ يُنۡفَخُ فِيهِ أُخۡرَى فَإِذَا هُمۡ قِيَامٌ يَنۡظُرُونَ). رَوَاهُ مُسۡلِمٌ فِي حَدِيثٍ طَوِيلٍ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kemudian sangkakala itu ditiup. Tidak ada seorang pun yang mendengar suaranya kecuali akan memiringkan dan mengangkat lehernya. Kemudian tidaklah tersisa satu makhluk pun kecuali mati. Kemudian Allah turunkan hujan dari langit seperti gerimis atau naungan –perawi ragu—, lalu jasad-jasad manusia tumbuh darinya. Kemudian sangkakala ditiup sekali lagi, serta-merta mereka bangkit menunggu.” Diriwayatkan oleh Muslim [nomor 2940] dalam hadis yang panjang.
وَقَدِ اتَّفَقَتِ الۡأُمَّةُ عَلَى ثُبُوتِهِ.
Umat ini telah sepakat akan kepastian peristiwa itu.