Cari Blog Ini

Syarh Al-Ajurrumiyyah - Pe-nashb Fiil Mudhari' - أن

نَوَاصِبُ الۡمُضَارِعِ:
Pe-nashb Fiil Mudhari’


قَوۡلُهُ: (فَالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ، وَهِيَ: أَنۡ، وَلَنۡ، وَإِذَنۡ، وَكَيۡ، وَلَامُ كَيۡ، وَلَامُ الۡجُحُودِ، وَحَتَّی). 

Ucapan mualif, “Yang me-nashb-kan (fiil mudhari’) ada sepuluh, yaitu: أَنۡ, لَنۡ, إِذَنۡ, كَيۡ, لَامُ كَيۡ, لَامُ الۡجُحُودِ, dan حَتَّى.” 

يَقُولُ الۡمُؤَلِّفُ –رَحِمَهُ اللهُ-: (فَالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ) فَمَا الدَّلِيلُ عَلَى انۡحِصَارِهَا بِعَشَرَةٍ؟ التَّتَبُّعُ وَالۡاِسۡتِقۡرَاءُ، فَعُلَمَاءُ اللُّغَةِ تَتَبَّعُوا كَلَامَ الۡعَرَبِ فَوَجَدُوا أَنَّ الَّذِي يَنۡصِبُ الۡفِعۡلَ الۡمُضَارِعَ عَشَرَةُ أَشۡيَاءَ فَقَطۡ. 

Mualif—rahimahullah—berkata, “Yang me-nashb-kan (fiil mudhari’) ada sepuluh.” Apa dalil dia dibatasi hanya sepuluh? Pengamatan dan penelitian. Ulama bahasa mengamati perkataan orang Arab, lalu mereka dapati bahwa yang me-nashb-kan fiil mudhari’ ada sepuluh saja.

أَوَّلُهَا: (أَنۡ) مِثۡلُ: أَنۡ تَقُولَ: (أُحِبُّ أَنۡ تَفۡهَمَ) فِي هَٰذِهِ الۡجُمۡلَةِ فِعۡلَانِ مُضَارِعَانِ: الۡأَوَّلُ: (أُحِبُّ)، وَالثَّانِي: (تَفۡهَمَ) لَكِنَّهُمَا مُخۡتَلِفَانِ، الۡأَوَّلُ مَرۡفُوعٌ وَالثَّانِي مَنۡصُوبٌ؛ لِأَنَّ الۡأَوَّلَ لَمۡ يَدۡخُلۡ عَلَيۡهِ نَاصِبٌ، وَالثَّانِي دَخَلَ عَلَيۡهِ نَاصِبٌ، وَلِهَٰذَا لَوۡ قُلۡتَ: (أُحِبَّ أَنۡ تَفۡهَمُ) قُلۡنَا: هَٰذَا خَطَأٌ؛ لِأَنَّكَ نَصَبۡتَ مَا لَمۡ يَدۡخُلۡ عَلَيۡهِ النَّاصِبُ، وَرَفَعۡتَ مَا دَخَلَ عَلَيۡهِ النَّاصِبُ. إِذَنۡ الصَّوَابُ (أُحِبُّ أَنۡ تَفۡهَمَ). 

Yang pertama adalah أَنۡ. Contoh: Engkau katakan, “أُحِبُّ أَنۡ تَفۡهَمَ (Aku senang engkau paham).” Dalam kalimat ini ada dua fiil mudhari’. Yang pertama adalah أُحِبُّ dan yang kedua adalah تَفۡهَمَ. Akan tetapi keduanya berbeda. Yang pertama di-raf’, sedangkan yang kedua di-nashb. Sebabnya karena yang pertama tidak didahului oleh pe-nashb, adapun yang kedua, didahului oleh pe-nashb. Oleh karena ini, andai engkau katakan, “أُحِبَّ أَنۡ تَفۡهَمُ,” kita katakan bahwa ini keliru. Karena engkau me-nashb fiil mudhari’ yang tidak didahului oleh pe-nashb dan engkau me-raf’ fiil mudhari’ yang didahului oleh pe-nashb. Jadi yang benar adalah, “أُحِبُّ أَنۡ تَفۡهَمَ.” 

كَيۡفَ أُعۡرِبُهَا؟ نَقُولُ: 

(أَنۡ): مَصۡدَرِيَّةٌ تَنۡصِبُ الۡفِعۡلَ الۡمُضَارِعَ. 

(تَفۡهَمَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ فَتۡحَةٌ ظَاهِرَةٌ فِي آخِرِهِ، وَالۡفَاعِلُ مُسۡتَتِرٌ وُجُوبًا تَقۡدِيرُهُ (أَنۡتَ). 

لِمَاذَا قُلۡنَا: إِنَّهَا حَرۡفُ مَصۡدَرٍ؟ يَقُولُ الۡعُلَمَاءُ: لِأَنَّهَا تُسۡبَكُ هِيَ وَمَا بَعۡدَهَا بِمَصۡدَرٍ، فَقَوۡلُكَ: (أُحِبُّ أَنۡ تَفۡهَمَ) إِذَا حَوَّلۡتَهَا إِلَى مَصۡدَرٍ صَارَتۡ: (أُحِبُّ فَهۡمَكَ)، وَلِهَٰذَا سَمَّيۡنَا (أَنۡ) مَصۡدَرِيَّةً. 

Bagaimana saya mengikrabnya? Kita katakan: 

أَنۡ adalah huruf masdar yang me-nashb-kan fiil mudhari’. 

تَفۡهَمَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak di akhir kata. Adapun fa’il/pelakunya mustatir wujuban (wajib disembunyikan). Asumsinya adalah anta (engkau). 

Mengapa kita katakan bahwa أَنۡ adalah huruf masdar? Ulama mengatakan karena kata ini dan kata setelahnya dapat diubah bentuk menjadi masdar. Jadi ucapanmu, “أُحِبُّ أَنۡ تَفۡهَمَ,” apabila engkau ubah menjadi masdar, maka menjadi “أُحِبُّ فَهۡمَكَ”. Oleh karena ini, kita namakan أَنۡ adalah mashdariyyah/huruf masdar. 

(أُحِبُّ أَنۡ أَرَاكَ مَسۡرُورًا). 

(أُحِبُّ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ بِالضَّمَّةِ الظَّاهِرَةِ لِتَجَرُّدِهِ مِنۡ نَاصِبٍ أَوۡ جَازِمٍ، وَفَاعِلُهُ مُسۡتَتِرٌ وُجُوبًا تَقۡدِيرُهُ (أَنَا). 

(أَنۡ): مَصۡدَرِيَّةٌ. 

(أَرَی): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ فَتۡحَةٌ مُقَدَّرَةٌ عَلَى الۡأَلِفِ مَنَعَ مِنۡ ظُهُورِهَا التَّعَذُّرُ. 

“أُحِبُّ أَنۡ أَرَاكَ مَسۡرُورًا (Aku senang melihatmu gembira).” 

أُحِبُّ adalah fiil mudhari’ yang di-raf’ dengan harakat damah yang tampak karena tidak ada yang me-nashb-kan dan men-jazm-kan. Fa’il-nya mustatir wujuban, asumsinya adalah ana. 

أَنۡ adalah huruf masdar. 

أَرَى adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang disembunyikan pada huruf alif. Yang menghalangi dari munculnya adalah ta’adzdzur (tidak bisa diucapkan). 

(أُحِبُّ أَنۡ أَرۡمِيَ). 

(أُحِبُّ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ بِالضَّمَّةِ الظَّاهِرَةِ لِتَجَرُّدِهِ مِنۡ نَاصِبٍ أَوۡ جَازِمٍ. 

(أَنۡ) مَصۡدَرِيَّةٌ. 

(أَرۡمِيَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ فَتۡحَةٌ ظَاهِرَةٌ فِي آخِرِهِ. 

فَلَوۡ قَالَ قَائِلٌ: لِمَاذَا نَصَبۡتَهُ بِالۡفَتۡحَةِ وَآخِرُهُ حَرۡفُ عِلَّةٍ؟ فَالۡجَوَابُ: لِأَنَّ الۡفَتۡحَةَ تَظۡهَرُ عَلَى الۡيَاءِ. 

“أُحِبُّ أَنۡ أَرۡمِيَ (Aku senang melempar).” 

أُحِبُّ adalah fiil mudhari’ dengan harakat damah yang tampak karena tidak ada yang me-nashb-kan atau men-jazm-kan. 

أَنۡ adalah huruf masdar. 

أَرۡمِيَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak di akhir kata. 

Andai ada yang bertanya, “Mengapa engkau nashb dia dengan harakat fatah, padahal huruf akhirnya merupakan huruf ilat?” 

Jawabannya, “Karena harakat fatah bisa muncul pada huruf ya.” 

(أُحِبُّ أَنۡ أَغۡزُوَ). 

(أُحِبُّ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ لِتَجَرُّدِهِ مِنۡ نَاصِبٍ أَوۡ جَازِمٍ، وَفَاعِلُهُ مُسۡتَتِرٌ وُجُوبًا تَقۡدِيرُهُ (أَنَا). 

(أَنۡ): حَرۡفُ مَصۡدَرٍ يَنۡصِبُ الۡفِعۡلَ الۡمُضَارِعَ. 

(أَغۡزُوَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ فَتۡحَةٌ ظَاهِرَةٌ فِي آخِرِهِ. 

فَلَوۡ قَالَ قَائِلٌ: لِمَاذَا نَصَبۡتَهُ بِالۡفَتۡحَةِ وَآخِرُهُ مُعۡتَلٌّ؟ فَالۡجَوَابُ: لِأَنَّ الۡفَتۡحَةَ تَظۡهَرُ عَلَى الۡوَاوِ. 

“أُحِبُّ أَنۡ أَغۡزُوَ (Aku senang berperang).” 

أُحِبُّ adalah fiil mudhari’ yang di-raf’. Tanda raf’-nya adalah harakat damah yang tampak karena tidak ada yang me-nashb-kan atau men-jazm-kan. Fa’il-nya mustatir wujuban. Asumsinya adalah ana. 

أَنۡ adalah huruf masdar yang me-nashb-kan fiil mudhari’. 

أَغۡزُوَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak di akhir kata. 

Kalau ada yang bertanya, “Mengapa engkau nashb-kan dia, padahal dia mu’tall (diakhiri huruf ilat)?” 

Jawabnya, “Karena harakat fatah bisa muncul pada huruf wawu.” 

(يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَقُومَ). 

(يُعۡجِبُنِي): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ، لِأَنَّهُ لَمۡ يَسۡبِقۡه نَاصِبٌ وَلَا جَازِمٌ، وَ(النُّونُ) لِلۡوِقَايَةِ، وَ(الۡيَاءُ) مَفۡعُولٌ بِهِ مُقَدَّمٌ. 

(أَنۡ): حَرۡفُ مَصۡدَرِيٍّ وَنَصۡبٍ. 

(تَقُومَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ)، وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الظَّاهِرَةُ، وَالۡفَاعِلُ ضَمِيرٌ مُسۡتَتِرٌ تَقۡدِيرُهُ (أَنۡتَ)، وَالۡجُمۡلَةُ فِي مَحَلِّ رَفۡعٍ فَاعِلٌ. 

“يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَقُومَ (Perbuatanmu berdiri itu menyenangkanku).” 

يُعۡجِبُنِي adalah fiil mudhari’ yang di-raf’ karena tidak didahului oleh pe-nashb atau pen-jazm. Huruf nun untuk wiqayah (menjaga fiil agar huruf terakhir tidak berharakat kasrah). Huruf ya adalah maf’ul bih yang didahulukan. 

أَنۡ adalah huruf masdar dan nashb. 

تَقُومَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak. Fa’il/pelakunya adalah kata ganti yang disembunyikan. Asumsinya adalah anta. 

Kalimat أَنۡ تَقُومَ berada di kedudukan raf’ sebagai fa’il (dari fiil يُعۡجِبُ). 

(رَغِبۡتُ أَنۡ أَذۡهَبَ إِلَى الۡمَسۡجِدِ). 

(رَغِبۡتُ): فِعۡلٌ وَفَاعِلٌ. 

(أَنۡ): حَرۡفُ مَصۡدَرٍ يَنۡصِبُ الۡفِعۡلَ الۡمُضَارِعَ. 

(أَذۡهَبَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الظَّاهِرَةُ، وَالۡفَاعِلُ ضَمِيرٌ مُسۡتَتِرٌ تَقۡدِيرُهُ (أَنَا). 

“رَغِبۡتُ أَنۡ أَذۡهَبَ إِلَى الۡمَسۡجِدِ (Aku senang pergi ke masjid).” 

رَغِبۡتُ adalah fiil dan fa’il. 

أَنۡ adalah huruf masdar yang me-nashb-kan fiil mudhari’. 

أَذۡهَبَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak. Pelakunya adalah kata ganti yang disembunyikan. Asumsinya adalah ana. 

وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَٱللَّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيۡكُمۡ﴾ [النساء: ٢٧]. 

(يُرِيدُ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ لِأَنَّهُ لَمۡ يَسۡبِقۡهُ نَاصِبٌ وَلَا جَازِمٌ. 

(أَنۡ): حَرۡفُ مَصۡدَرِيٍّ وَنَصۡبٍ. 

(يَتُوبَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الظَّاهِرَةُ، وَالۡفَاعِلُ ضَمِيرٌ مُسۡتَتِرٌ تَقۡدِيرُهُ (هُوَ). 

Allah taala berfirman, “Allah hendak menerima tobat kalian.” (QS. An-Nisa`: 27). 

يُرِيدُ adalah fiil mudhari’ yang di-raf’ karena tidak didahului oleh pe-nashb atau pen-jazm. 

أَنۡ adalah huruf masdar dan nashb. 

يَتُوبَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak. Fa’il-nya adalah kata ganti yang disembunyikan. Asumsinya adalah dia (pria). 

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَأُمِرۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ﴾ [يونس: ٧٢]، فَالۡفِعۡلُ (أَكُونَ): مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ). 

Allah taala berfirman, “Dan aku (Nuh) disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang muslim.” (QS. Yunus: 72). 

Fiil أَكُونَ di-nashb dengan أَنۡ. 

(أُحِبُّ أَنۡ تَكۡتُبَ). 

(أُحِبُّ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَرۡفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفۡعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ. 

(أَنۡ): أَدَاةُ نَصۡبٍ وَمَصۡدَرٍ. 

(تَكۡتُبَ): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(أَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ الۡفَتۡحَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ. 

“أُحِبُّ أَنۡ تَكۡتُبَ (Aku senang engkau menulis).” 

أُحِبُّ adalah fiil mudhari’ yang di-raf’. Tanda raf’-nya adalah harakat damah yang tampak di akhir kata. 

أَنۡ adalah perangkat nashb dan masdar. 

تَكۡتُبَ adalah fiil mudhari’ yang di-nashb dengan أَنۡ. Tanda nashb-nya adalah harakat fatah yang tampak di akhir kata.