Cari Blog Ini

Usdul Ghabah - 2890. ‘Abdullah bin Abu Hadrad

٢٨٩٠ - عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي حَدۡرَدٍ
2890. ‘Abdullah bin Abu Hadrad


ب د ع: عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي حَدۡرَدٍ الۡأَسۡلَمِيُّ، وَاسۡمُ أَبِي حَدۡرَدٍ سَلَامَةُ بۡنُ عُمَيۡرِ بۡنِ أَبِي سَلَامَةَ بۡنِ سَعۡدِ بۡنِ مُسَابِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ عَبۡسِ بۡنِ هَوَزَانَ بۡنِ أَسۡلَمَ، وَقِيلَ عَبۡدُ بۡنُ عُمَيۡرِ بۡنِ عَامِرٍ.

‘Abdullah bin Abu Hadrad Al-Aslami. Nama Abu Hadrad adalah Salamah bin ‘Umair bin Abu Salamah bin Sa’d bin Musab bin Al-Harits bin ‘Abs bin Hawazan bin Aslam. Ada pula yang mengatakan (bahwa nama Abu Hadrad) adalah ‘Abd bin ‘Umair bin ‘Amir.

لَهُ صُحۡبَةٌ، يُكۡنَى أَبَا مُحَمَّدٍ، وَأَوَّلُ مَشَاهِدِهِ الۡحُدَيۡبِيَّةُ وَخَيۡبَرُ وَمَا بَعۡدَهُمَا، وَبَعَثَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَيۡنًا إِلَى مَالِكِ بۡنِ عَوۡفٍ النَّصۡرِيِّ وَفِي سَرِيَّةٍ أُخۡرَى قُتِلَ فِيهَا عَامِرُ بۡنُ الۡأَضۡبَطِ فَحَيَاهُمۡ بِتَحِيَّةِ الۡإِسۡلَامِ، فَقَتَلَهُ مُحَلِّمُ بۡنُ جَثَّامَةَ، فَنَزَلَتۡ: ﴿يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبۡتُمۡ فِي سَبِيلِ اللهِ فَتَبَيَّنُوا﴾... الۡآيَة.

Beliau memiliki kedudukan sebagai sahabat Nabi. Beliau bernama kunyah Abu Muhammad. Awal peperangan yang beliau ikuti adalah Hudaibiyyah, Khaibar, dan peperangan setelah itu.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus beliau untuk memata-matai Malik bin ‘Auf An-Nashri dan dalam sebuah pasukan lain yang ‘Amir bin Al-Adhbath dibunuh pada peristiwa itu. Ketika itu, ‘Amir mengucapkan salam penghormatan Islam, namun Muhallim bin Jatstsamah membunuhnya. Lalu turunlah ayat, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, telitilah! …”

وَاتَّفَقَ أَهۡلُ الۡمَعۡرِفَةِ عَلَى أَنَّ لَهُ صُحۡبَةً، وَشَذَّ بَعۡضُهُمۡ فَقَالَ: لَا صُحۡبَةَ لَهُ، وَإِنَّ أَحَادِيثَهُ مُرۡسَلَةٌ.

Ulama bersepakat bahwa beliau memiliki kedudukan sebagai sahabat Nabi, namun sebagian mereka berpendapat ganjil bahwa dia bukan sahabat Nabi dan bahwa hadis-hadisnya mursal.

وَمَنۡ قَالَ هَٰذَا فَقَدۡ أَخۡطَأَ؛ لِأَنَّ فِيمَا تَقَدَّمَ - مِنۡ إِرۡسَالِهِ مَرَّةً عَيۡنًا، وَمَرَّةً فِي السَّرِيَّةِ الَّتِي قَتَلَ فِيهَا مُحَلِّمٌ عَامِرَ بۡنَ الۡأَضۡبَطِ - حُجَّةً لِمَنۡ يَقُولُ: لَهُ صُحۡبَةٌ، رَوَى ذٰلِكَ ابۡنُ إِسۡحَاقَ، وَرَوَى مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرِ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي حَدۡرَدٍ: قَالَ: كُنۡتُ فِي سَرِيَّةٍ بَعَثَهَا النَّبِيُّ ﷺ إِلَى إِضَمٍ - وَادٍ مِنۡ أَوۡدِيَةِ أَشۡجَعَ - فَهَٰذَا كُلُّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ لَهُ صُحۡبَةً.

Barang siapa yang berpendapat demikian, dia telah keliru karena sebagaimana yang telah disebutkan di awal bahwa ‘Abdullah bin Abu Hadrad pernah diutus sekali sebagai mata-mata dan sekali dalam rombongan pasukan yang padanya Muhallim membunuh ‘Amir bin Al-Adhbath. Ini merupakan bukti bagi yang berpendapat bahwa ‘Abdullah bin Abu Hadrad adalah sahabat Nabi. Hal itu diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq.

Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair juga meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Abu Hadrad. Beliau berkata: Aku pernah dalam rombongan pasukan yang dikirim oleh Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menuju Idham, salah satu lembah di Asyja’. Ini semua menunjukkan bahwa ‘Abdullah bin Abu Hadrad adalah sahabat Nabi.

قَالَ أَبُو عُمَرَ: وَقَدۡ قِيلَ: إِنَّ الۡقَعۡقَاعَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي حَدۡرَدٍ لَهُ صُحۡبَةٌ. وَهَٰذَا لَيۡسَ بِشَيۡءٍ.

Abu ‘Umar berkata: Sungguh ada yang berkata bahwa Al-Qa’qa’ bin ‘Abdullah bin Abu Hadrad adalah sahabat Nabi. Namun, pendapat ini tidak ada apa-apanya.

وَاحۡتَجَّ مَنۡ زَعَمَ أَنَّ عَبۡدَ اللهِ لَا صُحۡبَةَ لَهُ بِأَنَّهُ يَرۡوِي عَنۡ أَبِيهِ. وَلَيۡسَ فِيهِ حُجَّةٌ، فَقَدۡ رَوَى ابۡنُ عُمَرَ عَنۡ أَبِيهِ، وَكَثِيرٌ مِمَّنۡ لَهُ وَلِأَبِيهِ صُحۡبَةٌ يَرۡوِي الۡاِبۡنُ تَارَةً عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، وَتَارَةً عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِي بَعۡضِ مَا يَرۡوِي، وَأَمَّا رِوَايَةُ الصَّحَابَةِ بَعۡضِهِمۡ عَنۡ بَعۡضٍ فَكَثِيرٌ، حَتَّى إِنَّ عَلِيًّا مَعَ كَثۡرَةِ صُحۡبَتِهِ وَمُلَازَمَتِهِ يَرۡوِي عَنۡ أَبِي بَكۡرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Orang yang menyatakan bahwa ‘Abdullah bukan sahabat beralasan karena dia meriwayatkan dari ayahnya. Akan tetapi ini bukan alasan. Ibnu ‘Umar telah meriwayatkan dari ayahnya. Banyak seseorang yang merupakan sahabat dan ayahnya pun juga sahabat. Terkadang si anak meriwayatkan dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan di waktu lain (meriwayatkan) dari ayahnya, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam sebagian riwayatnya.

Adapun sahabat yang satu meriwayatkan dari sahabat yang lain juga sering terjadi. Sampaipun ‘Ali yang sering menemani dan menyertai Nabi, meriwayatkan dari Abu Bakr, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ بۡنُ هِبَةِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ بِإِسۡنَادِهِ إِلَى عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَحۡمَدَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ إِسۡحَاقَ، حَدَّثَنَا حَاتِمُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ الۡمَدَنِيُّ، حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ أَبِي يَحۡيَى، عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ ابۡنِ أَبِي حَدۡرَدٍ الۡأَسۡلَمِيِّ، أَنَّهُ قَالَ:

‘Abdul Wahhab bin Hibatullah bin ‘Abdul Wahhab telah mengabarkan kepada kami melalui sanadnya sampai ‘Abdullah bin Ahmad. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku: Ibrahim bin Ishaq menceritakan kepada kami: Hatim bin Isma’il Al-Madani menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Muhammad bin Abu Yahya menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Ibnu Abu Hadrad Al-Aslami, bahwa beliau berkata:

كَانَ لِيَهُودِيٍّ عَلَيۡهِ أَرۡبَعَةُ دَرَاهِمَ، فَاسۡتَعۡدَى عَلَيۡهِ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ لِي عَلَى هَٰذَا أَرۡبَعَةَ دَرَاهِمَ، وَقَدۡ غَلَبَنِي عَلَيۡهَا. فَقَالَ: (أَعۡطِهِ حَقَّهُ). قَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالۡحَقِّ مَا أَقۡدِرُ عَلَيۡهَا! قَالَ: (أَعۡطِهِ حَقَّهُ). قَالَ: وَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ مَا أَقۡدِرُ عَلَيۡهَا، قَدۡ أَخۡبَرۡتُهُ أَنَّكَ تَبۡعَثُنَا إِلَى خَيۡبَرَ، فَأَرۡجُوا أَنۡ تُغۡنِمَنَا شَيۡئًا فَأَرۡجِعَ فَأَقۡضِيَهُ. قَالَ: (فَأَعۡطِهِ حَقَّهُ)

Dahulu, Ibnu Abu Hadrad memiliki utang empat dirham kepada seorang Yahudi. Orang Yahudi itu meminta bantuan Nabi untuk berbicara kepada Ibnu Abu Hadrad. Si Yahudi itu berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya aku memiliki piutang empat dirham pada orang ini dan aku sedang membutuhkan uang tersebut.”

Nabi bersabda (kepada Ibnu Abu Hadrad), “Berikan haknya!”

Ibnu Abu Hadrad berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku belum mampu melunasinya.”

Nabi bersabda, “Berikan haknya!”

Ibnu Abu Hadrad berkata, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku belum mampu melunasinya. Aku sudah mengabarkan kepadanya bahwa engkau akan mengirim kami ke Khaibar lalu aku berharap bisa mendapat sedikit ganimah sehingga aku bisa kembali dan melunasi utangnya.”

Nabi bersabda, “Berikan haknya!”

قَالَ: وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا قَالَ ثَلَاثًا لَا يُرَاجِعُ - فَخَرَجَ بِهِ ابۡنُ أَبِي حَدۡرَدٍ إِلَى السُّوقِ وَعَلَى رَأۡسِهِ عِصَابَةٌ، وَهُوَ مُتَّزِرٌ بِبُرۡدَةٍ، فَنَزَعَ الۡعِمَامَةَ مِنۡ رَأۡسِهِ فَاتَّزَرَ بِهَا، وَنَزَعَ الۡبُرۡدَةَ فَقَالَ: اشۡتَرِ مِنِّي هَٰذِهِ الۡبُرۡدَةَ، فَبَاعَهَا مِنۡهُ بِأَرۡبَعَةِ دَرَاهِمَ، فَمَرَّتۡ عَجُوزٌ فَقَالَتۡ: مَا لَكَ يَا صَاحِبَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرَهَا، فَقَالَتۡ: هَا دُونَكَ هَٰذَا، لِبُرۡدٍ عَلَيۡهَا، فَطَرَحَتۡهُ عَلَيۡهِ.

Ibnu Abu Hadrad berkata: Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila sudah berkata tiga kali, beliau tidak akan mengulanginya.

Ibnu Abu Hadrad keluar menuju pasar dengan memakai serban di kepalanya dan bersarungkan burdah. Beliau melepas serban dari kepalanya lalu menyarungkannya dan beliau melepas burdahnya. Ibnu Abu Hadrad berkata, “Belilah burdah ini dariku!” Beliau menjualnya seharga empat dirham.

Lalu ada seorang wanita tua lewat lalu bertanya, “Ada apa denganmu, wahai sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?” Ibnu Abu Hadrad mengabarkan kepadanya.

Wanita tua itu berkata, “Pakailah ini!” Sambil menunjuk ke burdah yang dia pakai, lalu dia melemparkan burdah itu kepada Ibnu Abu Hadrad.

وَتُوُفِّيَ عَبۡدُ اللهِ سَنَةَ إِحۡدَى وَسَبۡعِينَ، قَالَهُ الۡوَاقِدِيُّ: وَضَمۡرَةُ بۡنُ رَبِيعَةَ، وَيَحۡيَى بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بُكَيۡرٍ، وَإِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ، وَكَانَ عُمۡرُهُ إِحۡدَى وَثَمَانِينِ سَنَةً، وَقَالَ خَلِيفَةُ: مَاتَ زَمَنَ مُصۡعَبِ بۡنِ الزُّبَيۡرِ. رَوَى عَنۡهُ ابۡنُهُ الۡقَعۡقَاعُ وَغَيۡرُهُ.

‘Abdullah bin Abu Hadrad wafat pada tahun 71 H. Ini dikatakan oleh Al-Waqidi, Dhamrah bin Rabi’ah, Yahya bin ‘Abdullah bin Bukair, dan Ibrahim bin Al-Mundzir. Umur beliau 81 tahun. Khalifah berkata, “Beliau meninggal pada masa Mush’ab bin Az-Zubair.”

Yang meriwayatkan dari beliau adalah putra beliau, yaitu Al-Qa’qa’ dan selain dia.