Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7535

٤٩ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الۡإِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا. وَإِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوعًا﴾ [المعارج: ١٩ - ٢١]: هَلُوعًا: ضَجُورًا
49. Bab firman Allah taala, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat banyak mengeluh lagi kikir. Apabila kejelekan menimpanya, dia mudah mengeluh. Apabila dia mendapat kebaikan, dia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19-21); halu’a artinya dhajura (banyak mengeluh dan kikir)


٧٥٣٥ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ: حَدَّثَنَا جَرِيرُ بۡنُ حَازِمٍ، عَنِ الۡحَسَنِ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ تَغۡلِبَ قَالَ: أَتَى النَّبِيَّ ﷺ مَالٌ، فَأَعۡطَى قَوۡمًا وَمَنَعَ آخَرِينَ، فَبَلَغَهُ أَنَّهُمۡ عَتَبُوا، فَقَالَ: (إِنِّي أُعۡطِي الرَّجُلَ وَأَدَعُ الرَّجُلَ، وَالَّذِي أَدَعُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الَّذِي أُعۡطِي، أُعۡطِي أَقۡوَامًا لِمَا فِي قُلُوبِهِمۡ مِنَ الۡجَزَعِ وَالۡهَلَعِ، وَأَكِلُ أَقۡوَامًا إِلَى مَا جَعَلَ اللهُ فِي قُلُوبِهِمۡ مِنَ الۡغِنَى وَالۡخَيۡرِ، مِنۡهُمۡ عَمۡرُو بۡنُ تَغۡلِبَ). فَقَالَ عَمۡرٌو: مَا أُحِبُّ أَنَّ لِي بِكَلِمَةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ حُمۡرَ النَّعَمِ. [طرفه في: ٩٢٣].

7535. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami: Jarir bin Hazim menceritakan kepada kami dari Al-Hasan: ‘Amr bin Taghlib menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Ada harta yang diserahkan kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau memberi sebagian orang dan tidak memberi yang lain. Lalu kabar sampai kepada beliau bahwa mereka (yang tidak diberi) merasa kesal.

Beliau bersabda, “Sungguh aku memang memberi orang ini dan tidak memberi orang itu, padahal orang yang tidak aku beri lebih aku cintai daripada orang yang aku beri. Hanya saja aku memberi orang-orang karena aku melihat di dalam hati-hati mereka ada sifat mudah mengeluh dan tidak puas. Sementara itu, aku biarkan orang-orang yang lain kepada perasaan cukup dan sifat baik yang telah Allah jadikan di hati-hati mereka. Di antara mereka adalah ‘Amr bin Taghlib.”

‘Amr berkata, “Sungguh aku tidak lebih mencintai unta terbaik daripada perkataan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tersebut.”