Pembawa Rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Beliau berkuniah Abu Abdillah. Nama ayahnya adalah Husail bin Jabir, yang lebih akrab dengan panggilan Al Yaman. Al Yaman dan istrinya termasuk orang-orang pertama yang menyambut dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke negeri Madinah. Tak mengherankan kalau akhirnya Hudzaifah menjadi seorang yang tumbuh dalam keimanan. Beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun beliau ketika itu belum pernah melihatnya.
Dalam perjalanan dakwah Islam, tak sedikit gangguan orang-orang musyrik yang berupaya memadamkan cahaya agama Allah. Namun, dengan tegar kaum muslimin menghadapi berbagai gangguan tersebut, walau jiwa harus dikorbankan sebagai tebusannya. Termasuk Hudzaifah dan ayahnya, Al Yaman. Sejarah menyebutkan bahwa Hudzaifah senantiasa mengikuti setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali dalam perang Badr. Karena kala itu, beliau dan ayahnya sedang keluar dari Madinah. Di tengah perjalanan, beliau dan ayahnya ditangkap oleh orang-orang Quraisy, walaupun kemudian keduanya dibebaskan.
Dalam perang Uhud, Hudzaifah beserta ayah dan saudaranya yang bernama Sufyan, tidak ketinggalan menyambut panggilan jihad melawan tentara syaithan. Namun dalam perang ini, Al Yaman radhiyallahu ‘anhu terbunuh di tangan kaum muslimin sendiri. Hal ini karena mereka tidak mengenal Al Yaman dan menyangkanya termasuk dari kelompok kaum musyrikin. Apalagi, kondisi saat itu sangat kacau.
Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu ‘anhu termasuk dalam jajaran shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terpandang. Pada perang Khandaq, beliau ditugaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk ke jantung pasukan musyrikin, menjadi mata-mata dan mencuri berita tentang keadaan musuh. Hal ini menunjukkan kepandaian dan keahlian beliau. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengirimkan seseorang ke medan yang sangat berbahaya, kecuali orang tersebut benar-benar mampu melakukannya.
Salah satu keistimewaan yang beliau miliki adalah beliau terkenal sebagai pemegang rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang dipercaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga rahasia, mengetahui orang-orang munafik yang ada ketika itu, dalam rangka mengawasi gerak-gerik mereka. Seorang munafik pada hakekatnya adalah orang kafir namun berbaju muslim dan beramal sebagaimana layaknya kaum muslimin. Sehingga, tidak diketahui kemunafikan dan permusuhannya terhadap Islam kecuali dengan wahyu.
Oleh karenanya Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu senantiasa berpedoman dengan shalat jenazah Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu dalam mengenali orang munafik. Jika Hudzaifah mau menshalati jenazah seseorang, maka menunjukkan bahwa mayit tersebut bukan seorang munafik. Sehingga Umar pun ikut menshalatinya.
Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu ‘anhu adalah seorang shahabat yang diberi keluasan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memilih antara menjadi seorang Muhajirin atau Anshar. Hal ini disebabkan secara garis keturunan ayah beliau, Al Yaman, adalah seorang penduduk Makkah, namun menetap di Madinah. Dengan ini beliau bisa dikategorikan sebagai seorang Muhajirin sekaligus sebagai seorang Anshar. Dan pada akhirnya beliau pun lebih memilih menjadi seorang Anshar.
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu adalah seorang mujahid tangguh. Banyak peperangan demi peperangan yang beliau ikuti demi meninggikan setinggi-tingginya kalimat Allah di muka bumi. Dalam perang Nahawand, tatkala Nu’man bin Muqarrin, sang pembawa bendera perang gugur, beliau pun segera memegang bendera menggantikan posisinya. Demikian pula ditaklukkannya kota Hamdzan, Rayy, dan Dinwar, semuanya di bawah komando Hudzaifah bin Al Yaman. Pembukaan kota-kota ini terjadi pada tahun 22 Hijriah. Beliau membebaskan kota-kota tersebut dari genggaman kekuatan Persia.
Hudzaifah termasuk shahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari kalangan shahabat senior, beliau banyak meriwayatkan ucapan Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Sedangkan shahabat yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah Jabir bin Abdillah, Jundub, Abdullah bin Yazid, dan Abu Thufail. Dari kalangan tabi’in yang meriwayatkan dari beliau di antaranya Bilal, anak beliau sendiri, Rib’i bin Khirasy, Zaid bin Wahb, Zirr bin Hubaisy, dan Abu Wail.
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu juga termasuk tokoh yang memprakarsai penyeragaman mushhaf Al Quran. Karena kemampuan beliau ini, Umar radhiyallahu ‘anhu pernah menugaskan beliau sebagai gubernur di beberapa kota, sampai beliau radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia.
Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu ‘anhuma meninggal pada tahun 36 Hijriah. Beliau radhiyallahu ‘anhu meninggal di kota Madain (salah satu kota di Irak yang dekat dengan Sungai Tigris), setelah tragedi terbunuhnya Khalifatur Rasyid Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, pada awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, tepatnya sebelum terjadinya fitnah perang Jamal. Sebelum meninggal, beliau radhiyallahu ‘anhu berwasiat kepada kedua anak beliau yang bernama Shafwan dan Sa’id, untuk berbaiat dan taat kepada Khalifatur Rasyid Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang menggantikan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Dan akhirnya kedua anak beliau ini meninggal pada perang Siffin, dalam barisan pasukan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Sang pemegang rahasia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhainya. Amin. [hammam]
Referensi:
Al Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhab, Imam Abu Umar bin Abdul Barr rahimahullah.
Al Ishabah fi Tamyiz Ash Shahabah, Imam Ibnu Hajar rahimahullah.
Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 16 vol.02 1433H-2012M, rubrik Figur.