٩ – بَابُ الۡدَّلِيلِ عَلَى صِحَّةِ إِسۡلَامِ مَنۡ حَضَرَهُ الۡمَوۡتُ، مَا لَمۡ يَشۡرَعۡ فِي النِّزَاعِ، وَهُوَ الۡغَرۡغَرَةُ وَنَسۡخِ جَوَازِ الۡإِسۡتِغۡفَارِ لِلۡمُشۡرِكِينَ وَالدَّلِيلِ عَلَى أَنَّ مَنۡ مَاتَ عَلَى الشِّرۡكِ فَهُوَ فِي أَصۡحَابِ الۡجَحِيمِ وَلَا يُنۡقِذُهُ مِنۡ ذٰلِكَ شَيۡءٌ مِنَ الۡوَسَائِلِ
9. Bab dalil atas sahnya keislaman seseorang yang hampir meninggal selama belum sekarat dan dihapusnya kebolehan memohon ampunan untuk kaum musyrikin dan dalil atas bahwa barang siapa meninggal dalam keadaan syirik, maka dia termasuk penghuni neraka Jahim dan tidak ada sedikitpun perantara yang dapat menyelamatkannya
٣٩ – (٢٤) – وَحَدَّثَنِي حَرۡمَلَةُ بۡنُ يَحۡيَىٰ التُّجِيبِيُّ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ، عَنۡ أَبِيهِ؛ قَالَ: لَمَّا حَضَرَتۡ أَبَا طَالِبٍ الۡوَفَاةُ، جَاءَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَوَجَدَ عِنۡدَهُ أَبَا جَهۡلٍ، وَعَبۡدَ اللهِ بۡنَ أَبِي أُمَيَّةَ بِنۡ الۡمُغِيرَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يَا عَمِّ، قُلۡ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، كَلِمَةً أَشۡهَدُ لَكَ بِهَا عِنۡدَ اللهِ). فَقَالَ أَبُو جَهۡلٍ وَعَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَتَرۡغَبُ عَنۡ مِلَّةِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ؟ فَلَمۡ يَزَلۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَعۡرِضُهَا عَلَيۡهِ، وَيُعِيدُ لَهُ تِلۡكَ الۡمَقَالَةَ، حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمۡ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ. وَأَبٰى أَنۡ يَقُولَ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَا وَاللهِ، لَأَسۡتَغۡفِرَنَّ لَكَ مَا لَمۡ أُنۡهَ عَنۡكَ)، فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن يَسۡتَغۡفِرُوا۟ لِلۡمُشۡرِكِينَ وَلَوۡ كَانُوٓا۟ أُو۟لِى قُرۡبَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُمۡ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَحِيمِ﴾ [التوبة: ١١٣] وَأَنۡزَلَ اللهُ تَعَالَى فِي أَبِي طَالِبٍ، فَقَالَ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ: ﴿إِنَّكَ لَا تَهۡدِى مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللهَ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦﴾ [القصص: ٥٦].
[البخاري: كتاب الجنائز، باب إذا قال المشرك عند الموت: لا إله إلا الله، رقم: ١٣٦٠].
39. (24). Harmalah bin Yahya At-Tujibi telah menceritakan kepadaku: 'Abdullah bin Wahb mengabarkan kepada kami, beliau berkata: Yunus mengabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab, beliau berkata: Sa'id ibnul Musayyab mengabarkan kepadaku, dari ayahnya; Beliau berkata: Ketika menjelang ajalnya Abu Thalib, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi beliau. Beliau mendapati di sisi Abu Thalib ada Abu Jahl dan 'Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaaha illallaah, satu kalimat yang aku bersaksi dengannya untukmu di sisi Allah.” Abu Jahl dan 'Abdullah bin Abu Umayyah berkata: Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama 'Abdul Muththalib? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus-menerus menawarkan dan mengulangi ucapan tersebut, sampai akhirnya Abu Thalib mengucapkan perkataan terakhirnya kepada mereka bahwa dia tetap berada di atas agama 'Abdul Muththalib. Dia enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah. Sehingga, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang.” Maka Allah 'azza wa jalla berfirman yang artinya, “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-Taubah: 113). Dan Allah ta'ala menurunkan firmanNya mengenai Abu Thalib, beliau berfirman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56).
٤٠ - (…) - وَحَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ وَعَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ، قَالَا: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ. (ح) وَحَدَّثَنَا حَسَنٌ الۡحُلۡوَانِيُّ وَعَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ، -وَهُوَ ابۡنُ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ سَعۡدٍ- قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، كِلَاهُمَا عَنِ الزُّهۡرِيِّ بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ... مِثۡلَهُ.
غَيۡرَ أَنَّ حَدِيثَ صَالِحٍ انۡتَهَى عِنۡدَ قَوۡلِهِ: فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ، وَلَمۡ يَذۡكُرِ الۡآيَتَيۡنِ. وَقَالَ فِي حَدِيثِهِ: وَيَعُودَانِ فِي تِلۡكَ الۡمَقَلَةِ. وَفِي حَدِيثِ مَعۡمَرٍ مَكَانَ هٰذِهِ الۡكَلِمَةِ: فَلَمۡ يَزَالَا بِهِ.
40. Ishaq bin Ibrahim dan 'Abd bin Humaid telah menceritakan kepada kami. Mereka berdua berkata: 'Abdur Razzaq mengabarkan kepada kami: Ma'mar mengabarkan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Hasan Al-Hulwani dan 'Abd bin Humaid telah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd menceritakan kepada kami, beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dari Shalih, keduanya dari Az-Zuhri dengan sanad ini... semisal hadits ini.
Hanya saja hadits Shalih hanya sampai ucapannya: Maka Allah 'azza wa jalla menurunkan firmanNya mengenainya, dan beliau tidak menyebutkan dua ayat tersebut. Beliau berkata dalam haditsnya: Keduanya (Abu Jahl dan 'Abdullah bin Abu Umayyah) mengulang-ulang ucapan itu. Dan dalam hadits Ma'mar di tempat kata ini: Keduanya terus-menerus mengucapkannya.