فَإِنۡ فَقَدَ شَرۡطٌ مِنۡ هٰذِهِ الشُّرُوطِ وَجَبَ جَرُّهُ بِحَرۡفِ جَرٍّ يَدُلُّ عَلَى التَّعۡلِيلِ كَـ(اللَّامِ) وَنَحۡوِهَا.
Jika tidak terpenuhi salah satu syarat dari syarat-syarat ini, maka wajib men-jarr-kannya dengan huruf jar yang menunjukkan kepada sebab seperti huruf lam dan yang semisalnya.
فَمِثَالُ مَا فَقَدَ الشَّرۡطُ الۡأَوَّلُ -وَهُوَ كَوۡنُهُ مَصۡدَرًا- قَوۡلُكَ: (جِئۡتُ لِلسَّمۡنِ وَالۡعَسَلِ) أَيۡ: مِنۡ أَجۡلِ السَّمۡنِ وَالۡعَسَلِ، وَكِلَاهُمَا غَيۡرُ مَصۡدَرٍ.
Contoh tidak terpenuhinya syarat pertama -yaitu berupa mashdar- adalah ucapanmu: جِئۡتُ لِلسَّمۡنِ وَالۡعَسَلِ, yaitu: Aku datang karena minyak samin dan madu. Kedua kata tersebut bukan mashdar.
وَمِثَالُ مَا فَقَدَ الشَّرۡطُ الثَّانِي -وَهُوَ كَوۡنُهُ قَلۡبِيًّا- قَوۡلُكَ: (جِئۡتُ لِلۡقِرَاءَةِ وَالۡكِتَابَةِ) أَيۡ: مِنۡ أَجۡلِ الۡقِرَاءَةِ وَالۡكِتَابَةِ، وَكِلَاهُمَا مِنۡ أَفۡعَالِ الۡجَوَارِحِ.
Contoh tidak terpenuhinya syarat kedua -yaitu berupa amalan hati- adalah ucapanmu: جِئۡتُ لِلۡقِرَاءَةِ وَالۡكِتَابَةِ (Aku datang untuk membaca dan menulis). Kedua kata tersebut termasuk amalan-amalan anggota badan.
وَمِثَالُ مَا فَقَدَ الشَّرۡطُ الثَّالِثُ -وَهُوَ كَوۡنُهُ عِلَّةً لِمَا قَبۡلَهُ- قَوۡلُكَ: (أَحۡبَبۡتُ إِجۡلَالَ زَيۡدٍ) فَـ(إِجۡلَالَ زَيۡدٍ) مَفۡعُولٌ بِهِ؛ لِأَنَّهُ وَقَعَ عَلَيۡهِ الۡفِعۡلُ وَهُوَ (الۡحُبُّ) وَلَيۡسَ عِلَّةً لِمَا قَبۡلَهُ.
Contoh tidak terpenuhinya syarat ketiga -yaitu merupakan sebab dari perbuatan yang disebutkan sebelumnya- adalah ucapanmu: أَحۡبَبۡتُ إِجۡلَالَ زَيۡدٍ (Aku mencintai memuliakan Zaid). Di sini إِجۡلَالَ زَيۡدٍ adalah maf'ul bih karena perbuatan cinta itu terjadi padanya dan bukan merupakan sebab dari sebelumnya.
وَمِثَالُ مَا فَقَدَ الشَّرۡطُ الرَّابِعُ -وَهُوَ كَوۡنُهُ مُتَّحِدًا مَعَ عَامِلِهِ فِي الزَّمَنِ- قَوۡلُكَ: (جِئۡتُكَ الۡيَوۡمَ لِلۡإِكۡرَامِ غَدًا) فَزَمَنُ الۡمَجِيءِ مُتَقَدَّمٌ عَلَى زَمَانِ الۡإِكۡرَامِ.
Contoh tidak terpenuhinya syarat keempat -yaitu satu zaman dengan 'amilnya- adalah ucapanmu: جِئۡتُكَ الۡيَوۡمَ لِلۡإِكۡرَامِ غَدًا (Aku datang kepadamu hari ini untuk memuliakanmu besok). Di contoh ini waktu datang lebih dahulu daripada waktu pemuliaan.
وَمِثَالُ مَا فَقَدَ الشَّرۡطُ الۡخَامِسُ -وَهُوَ كَوۡنُهُ مُتَّحِدًا مَعَ عَامِلِهِ فِي الۡفَاعِلِ- قَوۡلُكَ: (جِئۡتُكَ لِمَحَبَّتِكَ إِيَّايَ) فَفَاعِلُ الۡمَجِيءِ هُوَ الۡمُتَكَلِّمُ، وَفَاعِلُ الۡمَحَبَّةِ هُوَ الۡمُخَاطَبُ.
Contoh tidak terpenuhinya syarat kelima -yaitu satu pelaku dengan 'amilnya- adalah ucapan engkau: جِئۡتُكَ لِمَحَبَّتِكَ إِيَّايَ (Aku mendatangimu karena kecintaanmu padaku). Di sini pelaku perbuatan datang adalah orang yang berbicara, sedangkan pelaku kecintaan adalah orang yang diajak bicara.
ثُمَّ اعۡلَمۡ أَنَّ الۡمَفۡعُولَ لِأَجۡلِهِ لَا يَجِبُ نَصۡبُهُ وَإِنِ اسۡتَوۡفَى الشُّرُوطُ، بَلۡ يَجُوزُ جَرُّهُ بِحَرۡفٍ يَدُلُّ عَلَى التَّعۡلِيلِ فَتَقُولُ فِي الۡمِثَالَيۡنِ الۡمُتَقَدِّمَيۡنِ: (قَامَ زَيۡدٌ لِإِجۡلَالٍ لِعَمۡرٍو) وَ(قَصَدۡتُكَ لِابۡتِغَاءِ مَعۡرُوفِكَ).
وَمِثَالُهُ مِنَ التَّنۡزِيلِ قَوۡلُهُ جَلَّ جَلَالُهُ: ﴿وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ خَشۡيَةِ ٱللهِ ۗ﴾ [البقرة: ٧٤] إِلَّا أَنَّهُ قَدۡ يَتَرَجَّحُ أَحَدُهُمَا عَلَى الۡآخَرِ، وَقَدۡ يَسۡتَوِيَانِ.
فَيَتَرَجَّحُ النَّصۡبُ عَلَى الۡجَرِّ إِذَا كَانَ مُجَرَّدًا مِنۡ (أَلۡ) وَمِنَ الۡإِضَافَةِ -كَالۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ فِي كَلَامِ الۡمُصَنِّفِ-.
وَيَتَرَجَّحُ عَكۡسُهُ إِذَا كَانَ مَقۡرُونًا بِـ(أَلۡ) نَحۡوُ: (ضَرَبۡتُ ابۡنِي لِلتَّأۡدِيبِ) وَيَجُوزُ (التَّأۡدِيبَ).
وَيَسۡتَوِي الۡأَمۡرَانِ إِذَا كَانَ مُضَافًا -كَالۡمِثَالِ الثَّانِي فِي كَلَامِ الۡمُصَنِّفِ-.
Kemudian, ketahuilah bahwa maf'ul li ajlih tidak wajib nashab meskipun telah terpenuhi syarat-syaratnya. Tetapi boleh dijarkan dengan sebuah huruf yang menunjukkan kepada sebab. Sehingga pada dua contoh yang terdahulu, engkau boleh untuk mengucapkan: قَامَ زَيۡدٌ لِإِجۡلَالٍ لِعَمۡرٍو dan قَصَدۡتُكَ لِابۡتِغَاءِ مَعۡرُوفِكَ. Adapun contoh dari Al-Qur`an adalah firman Allah jalla jalaaluh: وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ خَشۡيَةِ ٱللهِ (Dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah) (QS. Al-Baqarah: 74).
Hanya saja terkadang salah satu dari keduanya lebih kuat daripada yang lain dan terkadang sama kuat.
- Nashab lebih kuat daripada jar jika tidak ada alif lam dan bukan idhafah seperti di contoh pertama dalam ucapan penyusun.
- Kebalikannya lebih kuat jika diawali alif lam, contoh: ضَرَبۡتُ ابۡنِي لِلتَّأۡدِيبِ (Aku memukul putraku untuk mendidik) dan boleh dengan lafazh التَّأۡدِيبَ.
- Kedua hal tersebut sama kuat jika berupa idhafah seperti pada contoh kedua dalam ucapan penyusun.
فَائِدَةٌ: عَلَامَةُ الۡمَفۡعُولِ لَهُ وُقُوعُهُ فِي جَوَابِ (لِمَ فَعَلۡتَ؟). فَلَوۡ قَالَ قَائِلٌ فِي الۡمِثَالِ الۡأَوَّلِ: (لِمَ قَامَ زَيۡدٌ؟) لَكَانَ الۡجَوَابُ (إِجۡلَالًا لِعَمۡرٍو). وَقِسۡ عَلَيۡهِ مَا بَعۡدَهُ.
Faidah: Ciri-ciri maf'ul lahu adalah merupakan jawaban dari لِمَ فَعَلۡتَ؟ (Kenapa engkau melakukannya). Sehingga, bila seseorang bertanya pada contoh pertama: Mengapa Zaid berdiri? Tentu jawabnya adalah untuk memuliakan 'Amr. Dan kiaskan contoh setelahnya kepadanya.