الۡحَدِيثُ السَّابِعُ وَالۡعِشۡرُونَ
٢٧ – عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (الۡفِطۡرَةُ خَمۡسٌ: الۡخِتَانُ، وَالۡاسۡتِحۡدَادُ، وَقَصُّ الشَّارِبِ، وَتَقۡلِيمُ الۡأَظۡافِرِ، وَنَتۡفُ الۡإِبۡطِ)[1].
27. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Fitrah ada lima: khitan, mengerok rambut kemaluan, menggunting kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.”
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِيُّ:
يَذۡكُرُ أَبُو هُرَيۡرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: خَمۡسُ خِصَالٍ مِنۡ دِينِ الۡإِسۡلَامِ، الَّذِي فَطَرَ اللهُ النَّاسَ عَلَيۡهِ، فَمَنۡ أَتَى بِهَا، فَقَدۡ قَامَ بِخِصَالٍ عِظَامٍ مِنَ الدِّينِ الۡحَنِيفِ.
وَهٰذِهِ الۡخَمۡسُ الۡمَذۡكُورَةُ فِي هٰذَا الۡحَدِيثِ، مِنۡ جُمۡلَةِ النَّظَافَةِ، الَّتِي أَتَى بِهَا الۡإِسۡلَامُ.
أَوَّلُهَا: قَطۡعُ قُلۡفَةِ الذَّكَرِ، الَّتِي يُسَبِّبُ بَقَاؤُهَا تَرَاكُمَ النَّجَاسَاتِ وَالۡأَوۡسَاخِ فَتَحۡدُثُ الۡأَمۡرَاضُ وَالۡجُرُوحُ.
وَثَانِيهَا: حَلۡقُ الشُّعُورِ الَّتِي حَوۡلَ الۡفَرۡجِ، سَوَاءً أَكَانَ قُبُلًا أَمۡ دُبُرًا، لِأَنَّ بَقَاءَهَا فِي مَكَانِهَا يَجۡعَلُهَا مَعۡرِضَةً لِلتَّلَوُّثِ بِالنَّجَاسَاتِ، وَرُبَّمَا أَخَلَّتۡ بِالطَّهَارَةِ الشَّرۡعِيَّةِ.
وَثَالِثُهُمَا: قَصُّ الشَّارِبِ، الَّذِي بَقَائُهُ يُسَبِّبُ تَشۡوِيهَ الۡخِلۡقَةِ، وَيُكۡرِهُ الشَّرَابَ بَعۡدَ صَاحِبِهِ، وَهُوَ مِنَ التَّشَبُّهِ بِالۡمَجُوسِ.
وَرَابِعُهَا: تَقۡلِيمُ الۡأَظَافِرِ، الَّتِي يُسَبِّبُ بَقَاؤُهَا تَجَمُّعَ الۡأَوۡسَاخِ فِيهَا، فَتُخَالِطُ الطَّعَامَ، فَيَحۡدُثُ الۡمَرَضُ.
وَخَامِسُهَا: نَتۡفُ الۡإِبۡطِ، الَّذِي يَجۡلِبُ بَقَائَهُ الرَّائِحَةِ الۡكَرِيهَةِ.
وَبِالۡجُمۡلَةِ، فَإِزَالَةُ هٰذِهِ الۡأَشۡيَاءِ مِنۡ مَحَاسِنِ الۡإِسۡلَامِ، الَّذِي جَاءَ بِالنَّظَافَةِ وَالطَّهَارَةِ وَالتَّأۡدِيبِ وَالتَّهۡذِيبِ، لِيَكُونَ الۡمُسۡلِمُ عَلَى أَحۡسَنِ حَالٍ وَأَجۡمَلِ صُورَةٍ، فَإِنَّ النَّظَافَةَ مِنَ الۡإِيمَانِ.
Makna secara umum:
Abu Hurairah menyebutkan bahwa beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Lima perkara yang termasuk agama Islam, yang Allah ciptakan manusia di atas fitrah itu. Sehingga, barangsiapa yang melakukannya, maka sungguh ia telah mengerjakan perkara yang agung dari agama yang lurus ini. Lima perkara yang disebutkan dalam hadits ini adalah termasuk dari kumpulan perkara kebersihan yang Islam ajarkan.
- Memotong kulit ujung kemaluan laki-laki. Yaitu yang jika dibiarkan dapat menyebabkan terkumpulnya najis-najis dan kotoran-kotoran yang akhirnya mengakibatkan sakit dan luka.
- Mengerok rambut di sekitar kemaluan, sama saja baik yang ada di depan atau di belakang. Karena jika dibiarkan dapat menjadi tempat yang terkena najis sehingga terkadang dapat merusak thaharah yang syar’i.
- Menggunting kumis, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan buruk rupa, membuat minuman tidak enak bagi peminumnya, dan termasuk perbuatan menyerupai orang-orang Majusi.
- Memotong kuku yang apabila dibiarkan akan mengakibatkan terkumpulnya kotoran di kuku lalu bercampur dengan makanan sehingga menjadi penyakit.
- Mencabut bulu ketiak yang apabila dibiarkan menimbulkan bau yang tidak enak.
Secara umum, menghilangkan hal-hal tersebut merupakan keindahan Islam yang mengajarkan kebersihan, kesucian, pengajaran adab, dan menghilangkan kotoran. Agar muslim itu berada di keadaan yang paling baik dan bentuk yang paling indah. Karena sesungguhnya kebersihan termasuk iman.
مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:
١ – أَنَّ فِطۡرَةَ اللهِ تَعَالَى تَدۡعُو إِلَى كُلِّ خَيۡرٍ، وَتُبَعِّدُ عَنۡ كُلِّ شَرٍّ.
٢ – أَنَّ هٰذِهِ الۡخِصَالَ الۡخَمۡسَ الۡكَرِيمَةَ، مِنۡ فِطۡرَةِ اللهِ، الَّتِي يُحِبُّهَا وَيَأۡمُرُ بِهَا. وَجَبَلَ أَصۡحَابَ الۡأَذۡوَاقِ السَّلِيمَةِ عَلَيۡهَا وَنَفَّرَهُمۡ مِنۡ ضِدِّهَا.
٣ – أَنَّ الدِّينَ الۡإِسۡلَامِيَّ جَاءَ بِالنَّظَافَةِ وَالۡجَمَالِ وَالۡكَمَالِ.
٤ – مَشۡرُوعِيَّةُ تَعَاهُدِ هٰذِهِ الۡأَشۡيَاءِ، وَعَدَمِ الۡغَفۡلَةِ عَنۡهَا.
٥ – الۡعَدَدُ خَمۡسَةٌ هُنَا لَيۡسَ حَصۡرًا، فَإِنَّ مَفۡهُومَ الۡعَدَدِ لَيۡسَ بِحُجَّةٍ. وَقَدۡ جَاءَ فِي صَحِيحِ مُسۡلِمٍ: وَقَدۡ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَذۡكُرُ مِنۡ أَنۡوَاعِ الۡفِطۡرَةِ فِي كُلِّ مَوۡضِعٍ مَا يُنَاسِبُهُ.
٦ – قَالَ ابۡنُ حَجَرٍ: يَتَعَلَّقُ بِهٰذِهِ الۡخِصَالِ فَوَائِدُ دِينِيَّةٌ وَدُنۡيَوِيَّةٌ مِنۡهَا تَحۡسِينُ الۡهَيۡئَةِ وَتَنۡظِيفُ الۡبَدَنِ وَالۡاحۡتِيَاطُ لِلطَّهَارَةِ، وَمُخَالِفَةُ شِعَارِ الۡكُفَّارِ، وَامۡتِثَالُ أَمۡرِ الشَّارِعِ. اهـ.
٧ – أَنَّ مَا يَفۡعَلُهُ الۡآنَ الشَّبَّانُ الشَّابَّاتُ مِنۡ تَطۡوِيلِ الۡأَظَافِرِ، وَمَا يَفۡعَلُهُ الذُّكُورُ مِنۡ إِعۡفَاءِ الشَّوَارِبِ، مِنَ الۡأُمُورِ الۡمَمۡنُوعَةِ شَرۡعًا، الۡمُسۡتَقۡبِحَةُ عَقۡلًا وَذَوۡقًا. وَأَنَّ الدِّينَ الۡإِسۡلَامِيَّ لَا يَأۡمُرُ إِلَّا بِكُلِّ جَمِيلٍ وَلَا يَنۡهَى إِلَّا عَنۡ كُلِّ قَبِيحٍ، غَيۡرُ أَنَّ التَّقۡلِيدَ الۡأَعۡمَى لِلۡفَرَنۡجَةَ قَدۡ قَلَّبَ الۡحَقَائِقَ، وَحَسَّنَ الۡقَبِيحَ، وَنَفَرَ مِنَ الۡحُسۡنِ ذَوۡقًا وَعَقۡلًا وَشَرۡعًا.
Faidah hadits:
- Bahwa fitrah Allah ta’ala membawa kepada segala kebaikan dan menjauhkan dari segala kejelekan.
- Bahwa lima perkara yang mulia ini termasuk dari fitrah Allah yang Allah cintai dan perintahkan. Allah berikan orang yang mempunyai perasaan yang selamat terhadap perkara ini dan menjauhkan mereka dari lawan perkara ini.
- Bahwa agama Islam datang membawa kebersihan, keindahan, dan kesempurnaan.
- Disyariatkan untuk menjaga hal-hal ini dan tidak melalaikannya.
- Bilangan lima di sini bukan batasan, karena pemahaman bilangan bukanlah hujjah. Lagi pula telah datang di dalam Shahih Muslim: Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan jenis-jenis fitrah pada setiap tempat yang sesuai dengan keadaannya.
- Ibnu Hajar berkata: Faidah-faidah agama dan dunia terkait dengan perkara-perkara ini, di antaranya memperindah keadaan, membersihkan badan, dan lebih hati-hati dalam kesucian. Juga menyelisihi syiar-syiar orang kafir dan mengerjakan perintah Pembuat syariat.
- Bahwa yang dilakukan para pemuda dan pemudi pada zaman sekarang ini berupa memanjangkan kuku dan yang dilakukan para lelaki berupa memelihara kumis adalah termasuk perkara-perkara yang terlarang secara syariat dan menimbulkan keburukan secara akal dan perasaan. Dan bahwa agama Islam tidak memerintahkan kecuali seluruh keindahan dan tidak melarang kecuali dari segala yang buruk. Namun, taklid buta kepada negara-negara Eropa telah memutarbalikkan hakikat, menjadikan sesuatu yang buruk seakan bagus, dan menjauhkan dari kebaikan secara perasaan, akal, dan syariat.
اخۡتِلَافُ الۡعُلَمَاءِ:
اتَّفَقَ الۡعُلَمَاءُ عَلَى اسۡتِحۡبَابِ فِعۡلِ الۡأَشۡيَاءِ الۡمَذۡكُورَةِ عَدَا الۡخِتَانَ، فَقَدِ اخۡتَلَفُوا هَلۡ هُوَ مُسۡتَحَبٌّ أَوۡ وَاجِبٌ، وَمَتَى وَقۡتَ وُجُوبِهِ مِنۡ عُمُرِ الۡإِنۡسَانِ؟
وَهَلۡ هُوَ وَاجِبٌ عَلَى الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ، أَوۡ عَلَى الرِّجَالِ فَقَطۡ؟
وَالصَّحِيحُ مِنۡ هٰذِهِ الۡخِلَافَاتِ، أَنَّهُ وَاجِبٌ، وَأَنَّ وُجُوبَهُ عَلَى الرِّجَالِ دُونِ النِّسَاءِ، وَأَنَّ وَقۡتَ وُجُوبِهِ عِنۡدَ الۡبُلُوغِ، حَيۡنَمَا تَجِبُ عَلَيۡهِ الطَّهَارَةُ وَالصَّلَاةُ.
Perselisihan ulama:
Ulama bersepakat dalam disunnahkannya mengerjakan perkara yang disebutkan kecuali khitan. Mereka berselisih apakah khitan itu sunnah atau wajib dan umur berapa diwajibkannya. Dan apakah khitan itu wajib bagi laki-laki dan wanita atau wajib bagi laki-laki saja.
Yang benar dari perselisihan ini bahwa khitan itu wajib. Kewajibannya hanya untuk laki-laki saja, tidak wajib bagi wanita. Dan bahwa waktu wajibnya sampai baligh, yaitu ketika bersuci dan shalat telah wajib baginya.
فَائِدَةٌ: الۡخِتَانُ الشَّرۡعِيُّ هُوَ قَطۡعُ الۡقُلۡفَةِ السَّاتِرَةِ لِحَشَفَةِ الذَّكَرِ.
وَيُوجَدُ فِي الۡبِلَادِ الۡمُتَوَحِّشَةِ مَنۡ يَسۡلُخُونَ –وَالۡعِيَاذُ بِاللهِ- الۡجِلۡدَ الَّذِي يُحِيطُ بِالۡقُبُلِ كُلِّهِ، وَيَزۡعُمُونَ –جَهۡلًا- أَنَّ هٰذَا خِتَانٌ، وَمَا هٰذَا إِلَّا تَعۡذِيبٌ وَتَمۡثِيلٌ، وَمُخَالِفَةٌ لِلسُّنَّةِ الۡمُحَمَّدِيَّةِ، وَهُوَ مُحَرَّمٌ وَفَاعِلُهُ آثِمٌ.
وَفَّقَنَا اللهُ جَمِيعًا لِاتِّبَاعِ شَرۡعِهِ الطَّاهِرِ.
Faidah: Khitan yang syar’i adalah memotong kulit yang menutup ujung kemaluan laki-laki. Di beberapa negeri yang liar didapati ada orang-orang yang menguliti -wal ‘iyadzu billah- kulit yang meliputi kemaluan seluruhnya. Mereka menyangka –karena bodoh- bahwa inilah khitan. Padahal itu tidak lain hanyalah penyiksaan dan penganiayaan, serta menyelisihi sunnah Muhammad. Dan khitan seperti itu diharamkan dan pelakunya berdosa. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk mengikuti syariatNya yang suci.
[1] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٥٨٨٩) فِي اللِّبَاسِ، وَمُسۡلِمٌ (٢٥٧) فِي الطَّهَارَةِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا أَبُو دَاوُدَ (٤١٩٨) فِي التَّرَجُّلِ، وَالتِّرۡمِذِيُّ (٢٧٥٦) فِي الۡأَدَبِ، وَمَالِكٌ فِي (الۡمَوَطَّأِ) (٢/٢٩١) فِي صِفَةِ النَّبِيِّ ﷺ، وَالنَّسَائِيُّ (١/١٤، ١٥) فِي الطَّهَارَةِ، وَابۡنُ مَاجَه (٢٩٢) فِي الطَّهَارَةِ، وَأَحۡمَدُ فِي (الۡمُسۡنَدِ) (٢/٢٢٩، ٢٣٩، ٢٨٣، ٤١٠، ٤٨٩).