أَنْوَاعُ الْبَدَلِ
وَهُوَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: بَدَلُ الشَّيْءِ مِنَ الشَّيْءِ، وَبَدَلُ الْبَعْضِ مِنَ الْكُلِّ، وَبَدَلُ الْإِشْتِمَالِ، وَبَدَلُ الْغَلَطِ، نَحْوُ قَوْلِكَ: (قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ، وَأَكَلْتُ الرَّغِيفَ ثُلُثَهُ، وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ، وَرَأَيْتُ زَيْدًا الْفَرَسَ)، أَرَدْتَ أَنْ تَقُولَ الْفَرَسَ فَغَلِطْتَ فَأَبْدَلْتَ زَيْدًا مِنْهُ.
Badal ada empat bagian:
- badal syai` min syai`, contohnya ucapanmu: قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ (Zaid, saudaramu telah berdiri).
- badal ba’dh min kull (sebagian dari keseluruhan), contohnya ucapanmu: أَكَلْتُ الرَّغِيفَ ثُلُثَهُ (Aku telah memakan roti, sepertiganya).
- badal isytimal, contohnya ucapanmu: نَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ (Telah memberi manfaat kepadaku Zaid, ilmunya).
- badal ghalath (keliru), contohnya ucapanmu: رَأَيْتُ زَيْدًا الْفَرَسَ (Aku telah melihat Zaid… kuda), engkau ingin katakan kuda tapi keliru, lalu engkau ganti Zaid dengannya.
وَأَقُولُ: الْبَدَلُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَنْوَاعٍ:
Badal ada empat macam:
النَّوْعُ الْأَوَّلُ: بَدَلُ الْكُلِّ مِنَ الْكُلِّ، وَيُسَمَّى الْبَدَلَ الْمُطَابِقَ، وَضَابِطُهُ: أَنْ يَكُونَ الْبَدَلُ عَيْنَ الْمُبْدَلِ مِنْهُ، نَحْوُ (زَارَنِي مُحَمَّدٌ عَمُّكَ).
Jenis pertama: badal kull min kull (keseluruhan dari keseluruhan), dinamakan juga badal muthabiq (sebanding). Ketentuannya adalah yang menjadi badal adalah zatnya sama dengan yang dibadali. Contoh: زَارَنِي مُحَمَّدٌ عَمُّكَ (Muhammad, pamanmu telah mengunjungiku).
النَّوْعُ الثَّانِي: بَدَلُ الْبَعْضِ مِنَ الْكُلِّ، وَضَابِطُهُ: أَنْ يَكُونَ الْبَدَلُ جُزْءً مِنَ الْمُبْدَلِ مِنْهُ، سَوَاءٌ أَكَانَ أَقَلَّ مِنَ الْبَاقِى أَمْ مُسَاوِيًا لَهُ أَمْ أَكْثَرُ مِنْهُ، نَحْوُ (حَفِظْتُ الْقُرْآنَ ثُلُثَهُ) أَوْ (نِصْفَهُ) أَوْ (ثُلُثَيْهِ) وَيَجِبُ فِي هَذَا النَّوْعِ أَنْ يُضَافَ إِلَى ضَمِيرٍ عَائِدٍ إِلَى الْمُبْدَلِ مِنْهُ، كَمَا رَأَيْتَ.
Jenis kedua: badal ba’dh min kull. Ketentuannya adalah yang menjadi badal adalah bagian dari yang dibadali. Sama saja apakah lebih sedikit daripada sisanya, sama, atau lebih banyak. Contoh: (حَفِظْتُ الْقُرْآنَ ثُلُثَهُ) أَوْ (نِصْفَهُ) أَوْ (ثُلُثَيْهِ) (Aku telah menghafal Al-Qur`an, sepertiganya, atau separuhnya, atau dua pertiganya). Dan pada jenis ini wajib diidhafahkan kepada dhamir yang kembali kepada isim yang dibadali sebagaimana yang Anda lihat.
النَّوْعُ الثَّالِثُ: بَدَلُ الْإِشْتِمَالِ، وَضَابِطُهُ: أَنْ يَكُونَ بَيْنَ الْبَدَلِ وَالْمُبْدَلِ مِنْهُ ارْتِبَاطٌ بِغَيْرِ الْكُلِّيَّةِ وَالْجُزْئِيَّةِ، وَيَجِبُ فِيهِ إِضَافَةُ الْبَدَلِ إِلَى ضَمِيرٍ عَائِدٍ إِلَى الْمُبْدَلِ مِنْهُ أَيْضًا، نَحْوُ (أَعْجَبَتْنِي الْجَارِيَةُ حَدِيثُهَا) وَ (نَفَعَنِي الْأُسْتَاذُ حُسْنُ أَخْلَاقِهِ).
Jenis ketiga: badal isytimal. Ketentuannya adalah antara badal dengan yang dibadali ada keterhubungan bukan dalam hal keseluruhan maupun parsialnya. Dan pada jenis ini juga wajib untuk mengidhafahkan badal kepada kata ganti yang kembali kepada isim yang dibadali. Contoh: أَعْجَبَتْنِي الْجَارِيَةُ حَدِيثُهَا (Anak perempuan ini telah mengagumkanku, ucapannya) dan نَفَعَنِي الْأُسْتَاذُ حُسْنُ أَخْلَاقِهِ (Ustadz ini telah memberi manfaat kepadaku, keindahan akhlaknya).
النَّوْعُ الرَّابِعُ: بَدَلُ الْغَلَطِ، وَهَذَا النَّوْعُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ:
١ - بَدَلُ الۡبَدَاءِ، وَضَابِطُهُ: أَنۡ تَقۡصُدَ شَيۡئًا فَتَقُولُهُ، ثُمَّ يَظۡهَرُ لَكَ أَنَّ غَيۡرَهُ أَفۡضَلُ مِنۡهُ فَتَعۡدِلُ إِلَيۡهِ، وَذٰلِكَ كَمَا لَوۡ قُلۡتَ: (هٰذِهِ الۡجَارِيَةُ بَدۡرٌ) ثُمَّ قُلۡتَ بَعۡدَ ذٰلِكَ: (شَمۡسٌ).
٢ - بَدَلُ النِّسۡيَانِ، وَضَابِطُهُ: أَنۡ تَبۡنِيَ كَلَامَكَ فِي الۡأَوَّلِ عَلَى ظَنٍّ، ثُمَّ تَعۡلَمَ خَطَأَهُ فَتَعۡدِلُ عَنۡهُ، كَمَا لَوۡ رَأَيۡتَ شَبَحًا مِنۡ بَعِيدٍ فَظَنَنۡتَهُ إِنۡسَانًا فَقُلۡتَ: (رَأَيۡتُ إِنۡسَانًا) ثُمَّ قَرُبَ مِنۡكَ فَوَجَدۡتَهُ (فَرَسًا) فَقُلۡتَ: (فَرَسًا).
٣ - بَدَلُ الۡغَلَطِ، وَضَابِطُهَا: أَنۡ تُرِيدَ كَلَامًا فَيَسۡبِقُ لِسَانُكَ إِلَى غَيۡرِهِ وَبَعۡدَ النُّطۡقِ تَعۡدِلُ إِلَى مَا أَرَدۡتَ أَوَّلًا، نَحۡوُ (رَأَيۡتُ مُحَمَّدًا الۡفَرَسَ).
Jenis keempat: badal ghalath. Jenis ini ada tiga macam:
- Badal bada`. Ketentuannya: engkau memaksudkan sesuatu lalu engkau katakan. Setelah itu, nampak padamu bahwa yang selain engkau katakan tadi lebih pantas. Maka engkau berpendapat dengannya. Hal tersebut seperti andai engkau katakan: هٰذِهِ الۡجَارِيَةُ بَدۡرٌ (Anak perempuan ini purnama), lalu engkau katakan setelahnya: شَمۡسٌ (matahari).
- Badal nisyan (lupa). Ketentuannya: engkau mendasari ucapanmu pada awal kali di atas sebuah persangkaan, lalu setelah itu engkau mengetahui kekeliruannya sehingga engkau mengoreksinya. Sebagaimana kalau engkau melihat satu sosok dari kejauhan. Engkau kira itu manusia, lalu engkau katakan: رَأَيۡتُ إِنۡسَانًا (Aku telah melihat seorang manusia) kemudian sosok itu mendekat kepadamu ternyata kuda, lalu engkau katakan: فَرَسًا.
- Badal ghalath. Ketentuannya: engkau inginkan suatu perkataan, akan tetapi lisanmu mendahului dengan selain keinginanmu. Setelah ucapan itu engkau koreksi kepada keinginanmu semula. Contoh: رَأَيۡتُ مُحَمَّدًا الۡفَرَسَ (Aku telah melihat Muhammad, kuda).