بَابُ التَّيَمُّمِ
التَّيَمُّمُ فِي اللُّغَةِ: الۡقَصۡدُ، قَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَا آمِّينَ الۡبَيۡتَ الۡحَرَامَ﴾ [المائدة: ٢].
ثُمَّ نَقَلَ –فِي عُرۡفِ الۡفُقَهَاءِ- إِلَى مَسۡحِ الۡوَجۡهِ وَالۡيَدَيۡنِ، بِشَيۡءٍ مِنَ الصَّعِيدِ، لِأَنَّ الۡمَاسِحَ قَصَدَ إِلَى الصَّعِيدِ. وَقَدۡ عَرَّفَهُ الۡعُلَمَاءُ بِقَوۡلِهِ: طَهَارَةٌ تُرَابِيَّةٌ تَشۡتَمِلُ عَلَى مَسۡحِ الۡوَجۡهِ وَالۡيَدَيۡنِ عِنۡدَ عَدَمِ الۡمَاءِ أَوۡ عَدَمِ الۡقُدۡرَةِ عَلَى اسۡتِعۡمَالِهِ.
Tayammum secara bahasa artinya adalah tujuan. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah.” (QS. Al-Maidah: 2).
Kemudian pengertian ini menurut istilah ahli fikih berubah menjadi mengusap wajah dan kedua tangan menggunakan sedikit tanah. Disebut tayammum karena orang yang mengusap (قَصَدَ إِلَى الصَّعِيدِ) akan menuju tanah. Dan para ulama memberi definisi untuk tayammum dengan: bersuci menggunakan tanah yang meliputi mengusap wajah dan kedua tangan ketika tidak ada air atau tidak bisa untuk menggunakan air.
وَهُوَ مِنۡ خَصَائِصِ هَٰذِهِ الۡأُمَّةِ الۡمُحَمَّدِيَّةِ الَّتِي يَسَّرَ اللهُ أُمُورَهَا، وَسَهَّلَ عَلَيۡهَا شَرِيعَتَهَا، وَجَعَلَ لَهَا مِنَ الۡحَرَجِ فَرَجًا، وَمِنَ الضَّيِّقِ مَخۡرَجًا، وَطَهَّرَ بَاطِنَهَا وَظَاهِرَهَا، بِبَرَكَةِ هَٰذَا النَّبِيِّ الۡكَرِيمِ ﷺ.
فَإِنَّ مِنۡ عَدَمِ الۡمَاءِ –الَّذِي هُوَ أَحَدُ أَصۡلَيۡ الۡحَيَاةِ- تُعَوَّضُ عَنۡهُ بِالۡأَصۡلِ الثَّانِي الَّذِي هُوَ التُّرَابُ، لِئَلَّا يَفۡقُدَ الطَّهَارَةُ إِطۡلَاقًا، فَإِنَّ طَهَارَةَ الۡمَاءِ تُطۡهِرُ الظَّاهِرَةَ وَالۡبَاطِنَ.
فَإِذَا عَدَمَتۡ هَٰذِهِ الۡأَدَاةُ الۡكَامِلَةُ، رَجَعۡنَا إِلَى صُورَةِ الطَّهَارَةِ بِأَدَاةِ التُّرَابِ، لِتَحۡصِيلِ الطَّهَارَةِ الۡبَاطِنَةِ.
Tayammum ini termasuk kekhususan umat Nabi Muhammad ini yang Allah telah mudahkan urusannya, Allah telah permudah syariatNya, dan Allah telah menjadikan untuk umat ini dari kesulitan ada kelapangan dan dari kesempitan ada jalan keluar. Serta Allah telah sucikan batin dan lahir umat ini dengan berkah Nabi yang mulia ini shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya disebabkan tidak adanya air –yang air itu merupakan salah satu dari dua asal-usul kehidupan- dapat digantikan dengan asal kehidupan yang kedua yaitu tanah. Agar jangan sampai tidak bersuci sama sekali. Karena sesungguhnya bersuci dengan air itu membersihkan lahir dan batin. Sehingga, apabila tidak ada alat bersuci yang sempurna ini, kita kembali ke bentuk bersuci menggunakan media tanah supaya dapat terwujud kesucian batin.
فَلَا شَكَّ فِي حِكۡمَتِهِ، وَلَا رَيۡبَ فِي فَائِدَتِهِ، لِمَنۡ رُزِقَ السَّعَادَةُ فِي الۡفَهۡمِ.
وَهُوَ ثَابِتٌ فِي الۡكِتَابِ الۡعَزِيزِ، وَالسُّنَّةِ الۡمُطَهَّرَةِ، وَإِجۡمَاعِ الۡأُمَّةِ الۡمُحَمَّدِيَّةِ الۡمَهۡدِيَّةِ وَيَقۡتَضِيهِ الۡقِيَاسُ الصَّحِيحُ.
Sehingga, tidak ada keraguan terhadap hikmah tayammum dan tidak ada kebimbangan terhadap faidahnya bagi siapa yang diberi rezeki berupa kelapangan dalam memahami.
Dan syariat tayammum ini telah tetap di dalam Al-Qur`an yang mulia, Sunnah yang suci, ijma’ umat Nabi Muhammad yang diberi petunjuk, dan konsekuensi dari kias yang benar.