Cari Blog Ini

Khudz 'Aqidatak - Jenis-jenis Syirik Akbar

أَنۡوَاعُ الشِّرۡكِ الۡأَكۡبَرِ

س٧ - : هَلۡ نَسۡتَغِيثُ بِالۡأَمۡوَاتِ أَوِ الۡغَائِبِينَ؟
ج٧ - : لَا نَسۡتَغِيثُ بِهِمۡ، قَالَ اللهُ تَعَالَى:
١ - ﴿وَٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَخۡلُقُونَ شَيۡـًٔا وَهُمۡ يُخۡلَقُونَ ۝٢٠ أَمۡوَ‌ٰتٌ غَيۡرُ أَحۡيَآءٍ ۖ وَمَا يَشۡعُرُونَ أَيَّانَ يُبۡعَثُونَ﴾ (سورة النحل).
٢ - ﴿إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ﴾ (سورة الأنفال).
وَقَالَ ﷺ: (يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، بِرَحۡمَتِكَ أَسۡتَغِيثُ) (حَسَنٌ رَوَاهُ التِّرۡمِذِيُّ).
Soal 7: Apakah kita boleh beristighatsah (memohon keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan) kepada orang-orang yang sudah mati atau tidak hadir?
Jawab 7: Kita tidak boleh beristighatsah kepada mereka. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesembahan yang mereka seru selain Allah, mereka itu tidak dapat menciptakan sesuatu pun, dan mereka itulah yang diciptakan. Mereka itu mati dan tidak hidup dan mereka tidak mengetahui kapankah (para penyembah mereka) akan dibangkitkan.” (QS. An-Nahl: 21). “(Ingatlah), ketika engkau beristighatsah kepada Rabb kalian lalu Dia mengabulkan permohonan kalian.” (QS. Al-Anfal: 9).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Berdiri Sendiri, hanya dengan rahmatMu aku memohon keselamatan.” (Hasan riwayat At-Tirmidzi).

س٨ - : هَلۡ تَجُوزُ الۡاسۡتِعَانَةُ بِغَيۡرِ اللهِ؟
ج٨ - : لَا تَجُوزُ، وَالدَّلِيلُ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾. وَقَوۡلُهُ ﷺ: (إِذَا سَأَلۡتَ فَاسۡأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسۡتَعَنۡتَ فَاسۡتَعِنۡ بِاللهِ) (حَسَنٌ صَحِيحٌ رَوَاهُ التِّرۡمِذِيُّ).
Soal 8: Apakah boleh isti’anah (meminta pertolongan) kepada selain Allah?
Jawab 8: Tidak boleh. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “Hanya kepadaMu lah kami beribadah dan hanya kepadaMu lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika engkau meminta, pintalah Allah. Dan jika engkau minta pertolongan, pintalah pertolongan kepada Allah.” (Hasan shahih riwayat At-Tirmidzi).

س٩ - : هَلۡ نَسۡتَعِينُ بِالۡأَحۡيَاءِ؟
ج٩ - : نَعَمۡ فِيمَا يَقۡدِرُونَ عَلَيۡهِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ﴾ (سورة المائدة).
وَقَالَ ﷺ: (وَاللهُ فِي عَوۡنِ الۡعَبۡدِ مَا كَانَ الۡعَبۡدُ فِي عَوۡنِ أَخِيهِ) (رَوَاهُ مُسۡلِمٌ).
Soal 9: Apakah boleh kita meminta pertolongan kepada orang yang masih hidup?
Jawab 9: Boleh pada perkara yang mereka mampu. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketakwaan.” (QS. Al-Maidah: 2). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan Allah selalu menolong hamba selama hamba tersebut selalu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

س١٠ - : هَلۡ يَجُوزُ النَّذۡرُ لِغَيۡرِ اللهِ؟
ج١٠ - : لَا يَجُوزُ النَّذۡرُ إِلَّا لِلهِ، لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿رَبِّ إِنِّى نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِى بَطۡنِى مُحَرَّرًا﴾ (سورة آل عمران).
وَقَوۡلُهُ ﷺ: (مَنۡ نَذَرَ أَنۡ يُطِيعَ اللهَ فَلۡيُطِعۡهُ، وَمَنۡ نَذَرَ أَنۡ يَعۡصِيَهُ، فَلَا يَعۡصِيهِ) (رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ).
Soal 10: Apakah boleh bernazar untuk selain Allah?
Jawab 10: Tidak boleh bernazar kecuali kepada Allah. Berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Wahai Rabbku, sesungguhnya aku bernazar kepadaMu anak yang ada di dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis).” (QS. Ali ‘Imran: 35). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa saja yang bernazar untuk mentaati Allah, maka taatilah Dia. Dan siapa saja yang bernazar untuk bermaksiat kepada Allah, maka janganlah ia bermaksiat kepadaNya.” (HR. Al-Bukhari).

س١١ - : هَلۡ يَجُوزُ الذَّبۡحُ لِغَيۡرِ اللهِ؟
ج١١ - : لَا يَجُوزُ، وَالدَّلِيلُ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ﴾ (سورة الكوثر) (انۡحَرۡ: اذۡبَحۡ لِلهِ).
وَقَالَ ﷺ: (لَعَنَ اللهُ مَنۡ ذَبَحَ لِغَيۡرِ اللهِ) (رَوَاهُ مُسۡلِمٌ).
Soal 11: Apakah boleh menyembelih untuk selain Allah?
Jawab 11: Tidak boleh. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “Maka shalatlah kepada Rabbmu dan berkorbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2). انۡحَرۡ artinya sembelihlah untuk Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat siapa saja yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR. Muslim).

س١٢ - : هَلۡ نَطُوفُ بِالۡقُبُورِ لِلتَّقَرُّبِ بِهَا؟
ج١٢ - : لَا نَطُوفُ إِلَّا بِالۡكَعۡبَةِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿وَلۡيَطَّوَّفُوا۟ بِٱلۡبَيۡتِ ٱلۡعَتِيقِ﴾ (سورة الحج).
وَقَالَ ﷺ: (مَنۡ طَافَ بِالۡبَيۡتِ سَبۡعًا وَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ كَانَ كَعِتۡقِ رَقَبَةٍ) (صَحِيحٌ رَوَاهُ ابۡنُ مَاجَهۡ).
Soal 12: Apakah kita boleh tawaf di kuburan dalam rangka mendekatkan diri?
Jawab 12: Kita tidak boleh tawaf kecuali di Ka’bah. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan hendaklah mereka tawaf di rumah yang tua itu (Ka’bah).” (QS. Al-Hajj: 29). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja tawaf di Baitullah tujuh kali lalu shalat dua raka’at seakan-akan membebaskan satu orang budak.” (Shahih riwayat Ibnu Majah).

س١٣ - : مَا حُكۡمُ السِّحۡرِ؟
ج١٣ - : السِّحۡرُ مِنَ الۡكُفۡرِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ﴾ (سورة البقرة).
وَقَالَ ﷺ: (اجۡتَنِبُوا السَّبۡعَ الۡمُوبِقَاتِ: الشِّرۡكُ بِاللهِ، وَالسِّحۡرُ...) (رَوَاهُ مُسۡلِمٌ).
Soal 13: Apa hukum sihir?
Jawab 13: Sihir termasuk kekufuran. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Akan tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 102). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan: menyekutukan Allah, sihir, …” (HR. Muslim).

س١٤ - : هَلۡ نُصَدِّقُ الۡعَرَّافَ وَالۡكَاهِنَ فِي عِلۡمِ الۡغَيۡبِ؟
ج١٤ - : لَا نُصَدِّقُهُمَا، لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَ‌ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا ٱللَّهُ﴾ (سورة النمل).
وَقَالَ ﷺ: (مَنۡ أَتَى عَرَّافًا أَوۡ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدۡ كَفَرَ بِمَا أُنۡزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ) (صَحِيحٌ رَوَاهُ أَحۡمَدُ).
Soal 14: Apakah kita boleh membenarkan tukang ramal dan dukun tentang ilmu gaib?
Jawab 14: Kita tidak boleh membenarkan mereka berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Katakanlah, setiap yang ada di langit dan bumi tidak mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu dia membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah mengingkari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad.” (Sahih riwayat Ahmad).

س١٥ - : هَلۡ يَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ أَحَدٌ؟
ج١٥ - : لَا يَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ أَحَدٌ إِلَّا مَنۡ أَطۡلَعَهُ اللهُ مِنَ الرُّسُلِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿عَـٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَىٰ غَيۡبِهِۦٓ أَحَدًا ۝٢٦ إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ﴾ (سورة الجن).
وَقَالَ ﷺ: (لَا يَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ إلَّا اللهُ).
Soal 15: Apakah ada seseorang yang mengetahui hal yang gaib?
Jawab 15: Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal yang gaib, kecuali rasul yang Allah beritahu. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dia mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan hal yang gaib itu kepada seorang pun. Kecuali kepada rasul yang Dia ridhai.” (QS. Al-Jin: 27). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang mengetahui hal yang gaib kecuali Allah.”

س١٦ - : هَلۡ نَلۡبِسُ الۡخَيۡطَ وَالۡحلقَةَ لِلشِّفَاءِ؟
ج١٦ - : لَا نَلۡبِسُهُمَا، لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ﴾ (سورة الأنعام).
وَقَوۡلِهِ ﷺ: (أَمَّا إِنَّهَا لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهۡنًا، انۡبِذۡهَا عَنۡكَ، فَإِنَّكَ لَوۡ مِتَّ مَا أَفۡلَحۡتَ أَبَدًا) (صَحِيحٌ رَوَاهُ الۡحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ وَوَافَقَهُ الذَّهَبِيُّ).
Soal 16: Apakah boleh kita memakai benang dan gelang untuk penyembuhan?
Jawab 16: Kita tidak boleh memakainya berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan apabila Allah menimpakan kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang mampu menghilangkannya kecuali Dia.” (QS. Al-An’am: 17). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebenarnya gelang itu tidak menambah kepadamu kecuali kelemahan. Lemparkan ia dari dirimu karena sesungguhnya kalau engkau meninggal masih memakainya, maka engkau tidak akan beruntung selama-lamanya.” (Sahih riwayat Al-Hakim, disahihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi). 

س١٧ - : هَلۡ نُعَلِّقُ الۡخَرَزَةَ وَالۡوَدَعَةَ وَنَحۡوَهَا؟
ج١٧ - : لَا نُعَلِّقُهَا مِنَ الۡعَيۡنِ، لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ﴾ (سورة الأنعام).
وَقَوۡلِهِ ﷺ: (مَنۡ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدۡ أَشۡرَكَ) (صَحِيحٌ رَوَاهُ أَحۡمَدُ) (التَّمِيمَةُ: الۡحَرَزَةُ أَوِ الۡوَدَعُ تُعَلَّقُ مِنَ الۡعَيۡنِ).
Soal 17: Apakah kita boleh menggantungkan kalung jimat dari permata atau rumah kerang atau sejenisnya?
Jawab 17: Kita tidak boleh menggantungkannya sebagai penangkal ‘ain berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan apabila Allah menimpakan kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang mampu menghilangkannya kecuali Dia.” (QS. Al-An’am: 17). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa saja yang menggantungkan tamimah (jimat), maka sungguh ia telah berbuat syirik.” (Sahih riwayat Ahmad). Tamimah adalah kalung dari permata atau rumah kerang yang digantungkan untuk menangkal ‘ain.

س١٨ - : مَا حُكۡمُ الۡعَمَلِ بِالۡقَوَانِينِ الۡمُخَالفَةِ لِلۡإِسۡلَامِ؟
ج١٨ - : الۡعَمَلُ بِالۡقَوَانِينِ الۡمُخَالَفَةِ لِلۡإِسۡلَامِ كُفۡرٌ إِذَا أَجَازَهَا أَوِ اعۡتَقَدَ صَلَاحِيَتَهَا.
قَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَن لَّمۡ يَحۡكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَـٰفِرُونَ﴾ (سورة المائدة).
وَقَالَ ﷺ: (وَمَا لَمۡ تَحۡكُمۡ أَئِمَّتُهُمۡ بِكِتَابِ اللهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنۡزَلَ اللهُ إِلَّا جَعَلَ اللهُ بَأۡسَهُمۡ بَيۡنَهُمۡ) (حَسَنٌ رَوَاهُ ابۡنُ مَاجَهۡ وَغَيۡرُهُ).
Soal 18: Apa hukum mengamalkan undang-undang yang menyelisihi Islam?
Jawab 18: Mengamalkan undang-undang yang menyelisihi Islam adalah kekufuran apabila ia membolehkannya atau meyakini kebaikannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan siapa saja yang tidak memutuskan menurut apa yang Allah turunkan, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah: 44). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan selama para pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan kitab Allah dan tidak memilih apa yang Allah turunkan, kecuali Allah akan jadikan permusuhan di antara mereka.” (Hasan riwayat Ibnu Majah dan selain beliau).

س١٩ - : كَيۡفَ نَرُدُّ سُؤَالَ الشَّيۡطَانِ: مَنۡ خَلَقَ اللهَ؟
ج١٩ - : إِذَا وَسۡوَسَ الشَّيۡطَانُ لِأَحَدِكُمۡ هَٰذَا السُّؤَالَ فَلۡيَسۡتَعِذۡ بِاللهِ. قَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ نَزۡغٌ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ﴾ (سورة فصلت).
وَعَلَّمَنَا الرَّسُولُ أَنۡ نَرُدَّ كَيۡدَ الشَّيۡطَانِ وَنَقُولُ: (آمَنۡتُ بِاللهِ وَرَسُولِهِ، اللهُ أَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ، لَمۡ يَلِدۡ وَلَم يُولَدۡ وَلَمۡ يَكُنۡ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ).
ثُمَّ لۡيَتۡفُلۡ عَنۡ يَسَارِهِ ثَلَاثًا، وَلۡيَسۡتَعِذۡ مِنَ الشَّيۡطَانِ، وَلۡيَنۡتَهِ فَإِنَّ ذٰلِكَ يُذۡهِبُ عَنۡهُ. (هَٰذِهِ خُلَاصَةُ الۡأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الۡوَارِدَةِ فِي الۡبُخَارِيِّ وَمُسۡلِمٍ وَأَحۡمَدَ وَأَبِي دَاوُدَ).
Soal 19: Bagaimana cara kita menangkal pertanyaan setan, Siapakah yang menciptakan Allah?
Jawab 19: Jika setan membisikkan pertanyaan ini kepada salah seorang dari kalian, maka hendaknya ia berlindung kepada Allah. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36). Dan Rasul telah mengajarkan kepada kita untuk menangkal tipu daya setan dengan cara kita katakan: “Aku beriman kepada Allah dan RasulNya. Allah Maha Esa. Allah lah tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Lalu hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali, berlindung kepada Allah dari setan, dan berhenti. Maka sesungguhnya cara yang demikian itu dapat menepisnya. (Ini adalah ringkasan hadits-hadits sahih yang terdapat dalam riwayat Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).

س٢٠ - : مَا هُوَ ضَرَرُ الشِّرۡكِ الۡأَكۡبَرِ؟
ج٢٠ - : الشِّرۡكُ الۡأَكۡبَرُ يُسَبِّبُ الۡخُلُودَ فِي النَّارِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٍ﴾ (سورة المائدة).
وَقَالَ ﷺ: (وَمَنۡ لَقِيَ اللهَ يُشۡرِكُ بِهِ شَيۡئًا دَخَلَ النَّارَ) (رَوَاهُ مُسۡلِمٌ).
Soal 20: Apa bahaya dari syirik akbar?
Jawab 20: Syirik akbar menyebabkan kekal di dalam neraka. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya siapa saja yang menyekutukan Allah, sungguh Allah haramkan surga baginya dan tempat dia adalah neraka dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 72). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja berjumpa Allah dalam keadaan menyekutukanNya dengan sesuatu, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Muslim no. 93).

س٢١ - : هَلۡ يَنۡفَعُ الۡعَمَلُ مَعَ الشِّرۡكِ؟
ج٢١ - : لَا يَنۡفَعُ الۡعَمَلُ مَعَ الشِّرۡكِ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَوۡ أَشۡرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُوا۟ يَعۡمَلُونَ﴾ (سورة الأنعام). وَقَالَ ﷺ: (قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا أَغۡنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرۡكِ مَنۡ عَمِلَ عَمَلًا أَشۡرَكَ مَعِي فِيهِ غَيۡرِي تَرَكۡتُهُ وَشِرۡكَهُ) (رَوَاهُ مُسۡلِمٌ).
Soal 21: Apakah amalan yang disertai kesyirikan dapat bermanfaat?
Jawab 21: Amalan yang disertai kesyirikan tidak bermanfaat. Berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman: Aku Zat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Siapa saja yang mengamalkan suatu amalan yang ia menjadikan selain Aku sebagai sekutu denganKu dalam amalan tersebut, Aku tinggalkan ia bersama sekutunya.” (HR. Muslim no. 2985).