Cari Blog Ini

Shahih Muslim hadits nomor 1406

١٩ – (١٤٠٦) – وَحَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ، عَنِ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيِّ، عَنۡ أَبِيهِ سَبۡرَةَ، أَنَّهُ قَالَ: أَذِنَ لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِالۡمُتۡعَةِ، فَانۡطَلَقۡتُ أَنَا وَرَجُلٌ إِلَى امۡرَأَةٍ مِنۡ بَنِي عَامِرٍ. كَأَنَّهَا بَكۡرَةٌ عَيۡطَاءُ، فَعَرَضۡنَا عَلَيۡهَا أَنۡفُسَنَا. فَقَالَتۡ: مَا تُعۡطِي؟ فَقُلۡتُ: رِدَائِي. وَقَالَ صَاحِبِي: رِدَائِي. وَكَانَ رِدَاءُ صَاحِبِي أَجۡوَدَ مِنۡ رِدَائِي، وَكُنۡتُ أَشَبَّ مِنۡهُ. فَإِذَا نَظَرَتۡ إِلَىٰ رِدَاءِ صَاحِبِي أَعۡجَبَهَا، وَإِذَا نَظَرَتۡ إِلَيَّ أَعۡجَبۡتُهَا. ثُمَّ قَالَتۡ: أَنۡتَ وَرِدَاؤُكَ يَكۡفِينِي، فَمَكَثۡتُ مَعَهَا ثَلَاثًا. ثُمَّ إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (مَنۡ كَانَ عِنۡدَهُ شَيۡءٌ مِنۡ هٰذِهِ النِّسَاءِ الَّتِي يَتَمَتَّعُ، فَلۡيُخَلِّ سَبِيلَهَا).
19. (1406). Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami, dari Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani, dari ayahnya yaitu Sabrah, bahwa beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengizinkan kami nikah mutah. Kemudian aku dan seseorang pergi menemui seorang wanita dari Bani ‘Amir. Wanita itu seakan-akan bagai unta betina muda yang berleher panjang. Kami pun menawarkan diri-diri kami kepadanya. Wanita itu bertanya: Apa yang akan engkau berikan? Aku mengatakan: Jubahku. Sahabatku juga mengatakan: Jubahku. Jubah sahabatku lebih bagus daripada jubahku namun aku lebih muda daripada dia. Ketika ia melihat jubah sahabatku, itu membuatnya senang. Namun ketika ia melihatku, aku membuatnya senang. Kemudian wanita itu mengatakan: Engkau dan jubahmu cukup untukku. Maka, aku pun tinggal bersamanya selama tiga hari. Kemudian sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang mempunyai wanita yang telah ia nikah mutah, maka ceraikanlah ia.”
٢٠ – (...) – حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ فُضَيۡلُ بۡنُ حُسَيۡنٍ الۡجَحۡدَرِيُّ: حَدَّثَنَا بِشۡرٌ – يَعۡنِي ابۡنَ مُفَضَّلٍ -: حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بۡنُ غَزِيَّةَ، عَنِ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ، أَنَّ أَبَاهُ غَزَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَتۡحَ مَكَّةَ. قَالَ: فَأَقَمۡنَا بِهَا خَمۡسَ عَشۡرَةَ. –ثَلَاثِينَ بَيۡنَ لَيۡلَةٍ وَيَوۡمٍ – فَأَذِنَ لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي مُتۡعَةِ النِّسَاءِ. فَخَرَجۡتُ أَنَا وَرَجُلٌ مِنۡ قَوۡمِي – وَلِي عَلَيۡهِ فَضۡلٌ فِي الۡجَمَالِ – وَهُوَ قَرِيبٌ مِنَ الدَّمَامَةِ. مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ مِنَّا بُرۡدٌ – فَبُرۡدِي خَلَقٌ، وَأَمَّا بُرۡدُ ابۡنِ عَمِّي فَبُرۡدٌ جَدِيدٌ، غَضٌّ – حَتَّىٰ إِذَا كُنَّا بِأَسۡفَلِ مَكَّةَ، أَوۡ بِأَعۡلَاهَا. فَتَلَقَّتۡنَا فَتَاةٌ مِثۡلُ الۡبَكۡرَةِ الۡعَنَطۡنَطَةِ. فَقُلۡنَا: هَلۡ لَكِ أَنۡ يَسۡتَمۡتِعَ مِنۡكِ أَحَدُنَا؟ قَالَتۡ: وَمَاذَا تَبۡذُلَانِ؟ فَنَشَرَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنَّا بُرۡدَهُ، فَجَعَلَتۡ تَنۡظُرُ إِلَى الرَّجُلَيۡنِ، وَيَرَاهَا صَاحِبِي تَنۡظُرُ إِلَىٰ عِطۡفِهَا. فَقَالَ: إِنَّ بُرۡدَ هٰذَا خَلَقٌ وَبُرۡدِي جَدِيدٌ غَضٌّ. فَتَقُولُ: بُرۡدُ هٰذَا لَا بَأۡسَ بِهِ. ثَلَاثَ مِرَارٍ أَوۡ مَرَّتَيۡنِ. ثُمَّ اسۡتَمۡتَعۡتُ مِنۡهَا، فَلَمۡ أَخۡرُجۡ حَتَّىٰ حَرَّمَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ.
20. Abu Kamil Fudhail bin Husain Al-Jahdari telah menceritakan kepada kami: Bisyr bin Mufadhdhal menceritakan kepada kami: ‘Umarah bin Ghaziyyah menceritakan kepada kami, dari Ar-Rabi’ bin Sabrah, bahwa ayahnya pernah berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Fathu Makkah. Beliau mengatakan: Kami tinggal di sana selama lima belas hari (tiga puluh antara malam dengan siang). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengizinkan kami untuk menikah mutah dengan wanita. Kemudian aku dan seseorang dari kaumku keluar. Aku lebih tampan daripada dia dan dia agak buruk rupa. Masing-masing kami memiliki jubah. Jubahku sudah usang, adapun jubah putra pamanku adalah jubah yang baru dan bagus. Sampai kami tiba di dataran rendah Makkah atau dataran tingginya, kami berjumpa dengan seorang wanita muda seperti unta betina muda yang berleher panjang. Kami mengatakan: Apakah engkau mau nikah mutah dengan salah seorang dari kami? Wanita itu mengatakan: Apa yang akan kalian berdua berikan? Masing-masing kami membentangkan jubahnya. Wanita itu pun memandang keduanya. Sahabatku melihat wanita itu ketika sedang menoleh ke sampingnya. Sahabatku mengatakan: Sesungguhnya jubah ini sudah usang, adapun jubahku masih baru dan bagus. Wanita itu mengatakan: Jubah yang ini tidak mengapa. (Tiga atau dua kali). Kemudian aku menikah mutah dengannya. Aku tidak keluar sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharamkan nikah mutah.
(...) – وَحَدَّثَنِي أَحۡمَدُ بۡنُ سَعِيدِ بۡنِ صَخۡرٍ الدَّارِمِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ: حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بۡنُ غَزِيَّةَ: حَدَّثَنِي الرَّبِيعُ بۡنُ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيُّ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ عَامَ الۡفَتۡحِ إِلَىٰ مَكَّةَ. فَذَكَرَ بِمِثۡلِ حَدِيثِ بِشۡرٍ.
وَزَادَ: قَالَتۡ: وَهَلۡ يَصۡلُحُ ذَاكَ؟ وَفِيهِ: قَالَ: إِنَّ بُرۡدَ هٰذَا خَلَقٌ مَحٌّ.
Ahmad bin Sa’id bin Shakhr Ad-Darimi telah menceritakan kepadaku: Abun-Nu’man menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami: ‘Umarah bin Ghaziyyah menceritakan kepada kami: Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani menceritakan kepadaku, dari ayahnya, beliau mengatakan: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu Makkah ke Makkah. Lalu beliau menyebutkan semisal hadis Bisyr.
Beliau menambahkan: Wanita itu mengatakan: Apakah hal itu boleh? Dan dalam riwayat tersebut: Beliau mengatakan: Sesungguhnya jubah ini sudah tua dan usang. 
٢١ – (...) – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنِي الرَّبِيعُ بۡنُ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيُّ، أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي قَدۡ كُنۡتُ أَذِنۡتُ لَكُمۡ فِي الۡاسۡتِمۡتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ، وَإِنَّ اللهَ قَدۡ حَرَّمَ ذٰلِكَ إِلَىٰ يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، فَمَنۡ كَانَ عِنۡدَهُ مِنۡهُنَّ شَيۡءٌ فَلۡيُخَلِّ سَبِيلَهُ وَلَا تَأۡخُذُوا مِمَّا آتَيۡتُمُوهُنَّ شَيۡئًا).
21. Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Umar menceritakan kepada kami: Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani menceritakan kepadaku, bahwa ayahnya menceritakan kepadanya, bahwa beliau pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah mengizinkan kalian untuk menikah mutah dan sungguh Allah telah mengharamkan hal itu sampai hari kiamat. Maka, siapa saja yang memiliki wanita yang ia nikah mutah, maka ceraikan. Dan janganlah kalian mengambil sedikitpun dari mahar yang telah mereka berikan.”
(...) – وَحَدَّثَنَاهُ أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدَةُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ عُمَرَ، بِهٰذَا الۡإِسۡنَادِ قَالَ: رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَائِمًا بَيۡنَ الرُّكۡنِ وَالۡبَابِ، وَهُوَ يَقُولُ بِمِثۡلِ حَدِيثِ ابۡنِ نُمَيۡرٍ.
Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan hadis tersebut kepada kami: ‘Abdah bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dari ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Umar dengan sanad ini. Beliau mengatakan: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiri di antara rukun Aswadi dengan pintu seraya mengatakan semisal hadis Ibnu Numair.
٢٢ – (...) – حَدَّثَنَا إسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: أَخۡبَرَنَا يَحۡيَى بۡنُ آدَمَ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ عَبۡدِ الۡمَلِكِ بۡنِ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيِّ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ جَدِّهِ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ، بِالۡمُتۡعَةِ، عَامَ الۡفَتۡحِ، حِينَ دَخَلۡنَا مَكَّةَ، ثُمَّ لَمۡ نَخۡرُجۡ مِنۡهَا حَتَّىٰ نَهَانَا عَنۡهَا.
22. Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Adam mengabarkan kepdaa kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami, dari ‘Abdul Malik bin Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani, dari ayahnya, dari kakeknya, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kami nikah mutah pada tahun Fathu Makkah, ketika kami telah masuk ke Makkah. Kemudian kami tidak keluar dari Makkah, sehingga beliau telah melarang kami darinya.
٢٣ – (...) – وَحَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ بۡنِ مَعۡبَدٍ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبِي، رَبِيعَ بۡنَ سَبۡرَةَ يُحَدِّثُ، عَنۡ أَبِيهِ سَبۡرَةَ بۡنِ مَعۡبَدٍ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ ﷺ، عَامَ فَتۡحِ مَكَّةَ، أَمَرَ أَصۡحَابَهُ بِالتَّمَتُّعِ مِنَ النِّسَاءِ. قَالَ: فَخَرَجۡتُ أَنَا وَصَاحِبٌ لِي مِنۡ بَنِي سُلَيۡمٍ حَتَّىٰ وَجَدۡنَا جَارِيَةً مِنۡ بَنِي عَامِرٍ، كَأَنَّهَا بَكۡرَةٌ عَيۡطَاءُ، فَخَطَبۡنَاهَا إِلَىٰ نَفۡسِهَا وَعَرَضۡنَا عَلَيۡهَا بُرۡدَيۡنَا، فَجَعَلَتۡ تَنۡظُرُ فَتَرَانِي أَجۡمَلَ مِنۡ صَاحِبِي، وَتَرَىٰ بُرۡدَ صَاحِبِي أَحۡسَنَ مِنۡ بُرۡدِي، فَآمَرَتۡ نَفۡسَهَا سَاعَةً، ثُمَّ اخۡتَارَتۡنِي عَلَىٰ صَاحِبِي، فَكُنَّ مَعَنَا ثَلَاثًا. ثُمَّ أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِفِرَاقِهِنَّ.
23. Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin Ar-Rabi’ bin Sabrah bin Ma’bad mengabarkan kepada kami, beliau mengatakan: Aku mendengar ayahku, Rabi’ bin Sabrah, menceritakan, dari ayahnya Sabrah bin Ma’bad, bahwa Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu Makkah, telah memerintahkan para sahabatnya untuk menikah mutah. Beliau mengatakan: Maka, aku dan seorang sahabatku dari Bani Sulaim keluar sampai kami bertemu dengan seorang anak wanita dari Bani ‘Amir. Wanita itu seakan-akan unta betina muda yang panjang lehernya. Kami pun melamarnya kepada dirinya sendiri dan kami tawarkan kepadanya kedua jubah kami. Wanita itu memandangi, lalu melihatku lebih tampan daripada sahabatku dan melihat jubah sahabatku lebih bagus daripada jubahku. Wanita itu mempertimbangkan sebentar kemudian wanita itu pun lebih memilihku daripada sahabatku. Para wanita yang dinikah mutah itu tinggal bersama kami selama tiga hari. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menceraikan mereka.
٢٤ – (...) – حَدَّثَنَا عَمۡرٌو النَّاقِدُ وَابۡنُ نُمَيۡرٍ. قَالَا: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنِ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَىٰ عَنۡ نِكَاحِ الۡمُتۡعَةِ.
24. ‘Amr An-Naqid dan Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami. Keduanya mengatakan: Sufyan bin ‘Uyainah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Ar-Rabi’ bin Sabrah, dari ayahnya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari nikah mutah.
٢٥ – (...) – وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ عُلَيَّةَ، عَنۡ مَعۡمَرٍ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنِ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَىٰ، يَوۡمَ الۡفَتۡحِ، عَنۡ مُتۡعَةِ النِّسَاءِ.
25. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Ulayyah menceritakan kepada kami, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Ar-Rabi’ bin Sabrah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang pada tahun Fathu Makkah dari nikah mutah.
٢٦ – (...) – وَحَدَّثَنِيهِ حَسَنٌ الۡحُلۡوَانِيُّ وَعَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ، عَنۡ يَعۡقُوبَ بۡنِ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ سَعۡدٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ شِهَابٍ، عَنِ الرَّبِيعِ بۡنِ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيِّ، عَنۡ أَبِيهِ، أَنَّهُ أَخۡبَرَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَى عَنِ الۡمُتۡعَةِ، زَمَانَ الۡفَتۡحِ، مُتۡعَةِ النِّسَاءِ، وَأَنَّ أَبَاهُ كَانَ تَمَتَّعَ بِبُرۡدَيۡنِ أَحۡمَرَيۡنِ.
26. Hasan Al-Hulwani dan ‘Abd bin Humaid telah menceritakan hadis tersebut kepadaku, dari Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’d: Ayahku menceritakan kepada kami, dari Shalih: Ibnu Syihab mengabarkan kepada kami, dari Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani, dari ayahnya, bahwa beliau mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari nikah mutah, pada zaman Fathu Makkah. Dan bahwa ayahnya dulu pernah nikah mutah dengan mahar dua jubah merah.
٢٧ – (...) – وَحَدَّثَنِي حَرۡمَلَةُ بۡنُ يَحۡيَىٰ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ. قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ، أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ الزُّبَيۡرِ قَامَ بِمَكَّةَ فَقَالَ: إِنَّ نَاسًا، أَعۡمَى اللهُ قُلُوبَهُمۡ كَمَا أَعۡمَىٰ أَبۡصَارَهُمۡ. يُفۡتُونَ بِالۡمُتۡعَةِ – يُعَرِّضُ بِرَجُلٍ -، فَنَادَاهُ فَقَالَ: إِنَّكَ لَجِلۡفٌ جَافٍ. فَلَعَمۡرِي، لَقَدۡ كَانَتِ الۡمُتۡعَةُ تُفۡعَلُ عَلَىٰ عَهۡدِ إِمَامِ الۡمُتَّقِينَ – يُرِيدُ رَسُولَ اللهِ ﷺ - فَقَالَ لَهُ ابۡنُ الزُّبَيۡرِ: فَجَرِّبۡ بِنَفۡسِكَ، فَوَاللّٰهِ لَئِنۡ فَعَلۡتَهَا لَأَرۡجُمَنَّكَ بِأَحۡجَارِكَ.
قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: فَأَخۡبَرَنِي خَالِدُ بۡنُ الۡمُهَاجِرِ بۡنِ سَيۡفِ اللهِ، أَنَّهُ بَيۡنَا هُوَ جَالِسٌ عِنۡدَ رَجُلٍ جَاءَهُ رَجُلٌ فَاسۡتَفۡتَاهُ فِي الۡمُتۡعَةِ، فَأَمَرَهُ بِهَا. فَقَالَ لَهُ ابۡنُ أَبِي عَمۡرَةَ الۡأَنۡصَارِيُّ: مَهۡلًا. قَالَ: مَا هِيَ؟ وَاللهِ، لَقَدۡ فُعِلَتۡ فِي عَهۡدِ إِمَامِ الۡمُتَّقِينَ.
قَالَ ابۡنُ أَبِي عَمۡرَةَ: إِنَّهَا كَانَتۡ رُخۡصَةً فِي أَوَّلِ الۡإِسۡلَامِ لِمَنِ اضۡطُرَّ إِلَيۡهَا. كَالۡمَيۡتَةِ وَالدَّمِ وَلَحۡمِ الۡخِنۡزِيرِ. ثُمَّ أَحۡكَمَ اللهُ الدِّينَ وَنَهَىٰ عَنۡهَا.
قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: وَأَخۡبَرَنِي رَبِيعُ بۡنُ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيُّ؛ أَنَّ أَبَاهُ قَالَ: قَدۡ كُنۡتُ اسۡتَمۡتَعۡتُ فِي عَهۡدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ امۡرَأَةً مِنۡ بَنِي عَامِرٍ، بِبُرۡدَيۡنِ أَحۡمَرَيۡنِ. ثُمَّ نَهَانَا رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ الۡمُتۡعَةِ.
قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: وَسَمِعۡتُ رَبِيعَ بۡنَ سَبۡرَةَ يُحَدِّثُ ذٰلِكَ عُمَرَ بۡنَ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ، وَأَنَا جَالِسٌ.
27. Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepadaku: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepadaku. Ibnu Syihab mengatakan: ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku, bahwa ‘Abdullah bin Az-Zubair berdiri di Makkah dan mengatakan: Sesungguhnya manusia, telah Allah butakan hati-hati mereka, sebagaimana Allah telah membutakan mata-mata mereka. Mereka berfatwa membolehkan nikah mutah. Beliau menyindir seseorang. Orang itu pun memanggilnya dan mengatakan: Sesungguhnya engkau orang yang kaku dan kasar. Demi umurku, sesungguhnya nikah mutah pernah dikerjakan pada masa imamnya para orang-orang yang bertakwa –yang dia maksud adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Ibnuz Zubair berkata kepadanya: Engkau cobalah sendiri, demi Allah, kalau engkau benar-benar melakukan nikah mutah, niscaya aku akan rajam engkau dengan bebatuanmu.
Ibnu Syihab mengatakan: Khalid bin Al-Muhajir bin Saifullah mengabarkan kepadaku, bahwa ketika beliau tengah duduk bersama seseorang, ada seseorang datang kepadanya meminta fatwa kepadanya tentang nikah mutah. Lalu beliau memerintahkannya. Lalu Ibnu Abu ‘Amrah Al-Anshari mengatakan kepadanya: Sebentar. Beliau mengatakan: Ada apa? Demi Allah, nikah mutah pernah dilakukan di masa imam orang-orang yang bertakwa.
Ibnu Abu ‘Amrah mengatakan: Nikah mutah adalah rukhsah pada awal-awal Islam bagi siapa saja yang sangat membutuhkannya. Sebagaimana bangkai, darah, dan daging babi. Kemudian Allah telah menetapkan agama ini dan mengharamkan nikah mutah.
Ibnu Syihab mengatakan: Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani mengabarkan kepadaku; Bahwa ayahnya mengatakan: Aku pernah nikah mutah di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seorang wanita dari Bani ‘Amir dengan mahar dua jubah merah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami dari nikah mutah.
Ibnu Syihab mengatakan: Aku mendengar Rabi’ bin Sabrah menceritakan itu kepada ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz ketika saya sedang duduk di situ. 
٢٨ - (...) – وَحَدَّثَنِي سَلَمَةُ بۡنُ شَبِيبٍ: حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ أَعۡيَنَ: حَدَّثَنَا مَعۡقِلٌ، عَنِ ابۡنِ أَبِي عَبۡلَةَ، عَنۡ عُمَرَ بۡنِ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ. قَالَ: حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بۡنُ سَبۡرَةَ الۡجُهَنِيُّ، عَنۡ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَىٰ عَنِ الۡمُتۡعَةِ. وَقَالَ: (أَلَا إِنَّهَا حَرَامٌ مِنۡ يَوۡمِكُمۡ هٰذَا إِلَىٰ يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ. وَمَنۡ كَانَ أَعۡطَىٰ شَيۡئًا فَلَا يَأۡخُذۡهُ).
28. Salamah bin Syabib telah menceritakan kepadaku: Al-Hasan bin A’yan menceritakan kepada kami: Ma’qil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abu ‘Ablah. Beliau mengatakan: Ar-Rabi’ bin Sabrah Al-Juhani menceritakan kepada kami, dari ayahnya; Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari nikah mutah. Beliau mengatakan, “Ketahuilah, bahwa nikah mutah itu haram sejak hari kalian ini sampai hari kiamat. Dan siapa saja yang telah memberikan suatu mahar, maka jangan dia ambil.”