Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1643

٧٩ – بَابُ وُجُوبِ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، وَجُعِلَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ
79. Bab wajibnya sai antara bukit Shafa dan Marwah dan hal itu dijadikan sebagian dari syiar-syiar Allah

١٦٤٣ – حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: قَالَ عُرۡوَةُ: سَأَلۡتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، فَقُلۡتُ لَهَا: أَرَأَيۡتِ قَوۡلَ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ فَمَنۡ حَجَّ الۡبَيۡتَ أَوِ اعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ يَطَّوَّفَ بِهِمَا﴾ [البقرة: ١٥٨] فَوَ اللهِ مَا عَلَى أَحَدٍ جُنَاحٌ أَنۡ لَا يَطَّوَّفَ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، قَالَتۡ: بِئۡسَ مَا قُلۡتَ يَا ابۡنَ أُخۡتِي، إِنَّ هٰذِهِ لَوۡ كَانَتۡ كَمَا أَوَّلۡتَهَا عَلَيۡهِ، كَانَتۡ: لَا حُنَاحَ عَلَيۡهِ أَنۡ لَا يَتَطَوَّفَ بِهِمَا، وَلَكِنَّهَا أُنۡزِلَتۡ فِي الۡأَنۡصَارِ، كَانُوا قَبۡلَ أَنۡ يُسۡلِمُوا، يُهِلُّونَ لِمَنَاةَ الطَّاغِيَةِ، الَّتِي كَانُوا يَعۡبُدُونَهَا عِنۡدَ الۡمُشَلَّلِ، فَكَانَ مَنۡ أَهَلَّ يَتَحَرَّجُ أَنۡ يَطُوفَ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَلَمَّا أَسۡلَمُوا، سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ ذٰلِكَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا كُنَّا نَتَحَرَّجُ أَنۡ نَطُوفَ بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَأَنۡزَلَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾ الآيَةَ. قَالَتۡ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: وَقَدۡ سَنَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ الطَّوَافَ بَيۡنَهُمَا، فَلَيۡسَ لِأَحَدٍ أَنۡ يَتۡرُكَ الطَّوَافَ بَيۡنَهُمَا. ثُمَّ أَخۡبَرۡتُ أَبَا بَكۡرِ بۡنَ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ فَقَالَ: إِنَّ هٰذَا لَعِلۡمٌ مَا كُنۡتُ سَمِعۡتُهُ، وَلَقَدۡ سَمِعۡتُ رِجَالًا مِنۡ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ يَذۡكُرُونَ: أَنَّ النَّاسَ – إِلَّا مَنۡ ذَكَرَتۡ عَائِشَةُ مِمَّنۡ كَانَ يُهِلُّ بِمَنَاةَ – كَانُوا يَطُوفُونَ كُلُّهُمۡ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَلَمَّا ذَكَرَ اللهُ تَعَالَى الطَّوَافَ بِالۡبَيۡتِ، وَلَمۡ يَذۡكُرِ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ فِي الۡقُرۡآنِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، كُنَّا نَطُوفُ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، وَإِنَّ اللهَ أَنۡزَلَ الطَّوَافَ بِالۡبَيۡتِ فَلَمۡ يَذۡكُرِ الصَّفَا، فَهَلۡ عَلَيۡنَا مِنۡ حَرَجٍ أَنۡ نَطَّوَّفَ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ؟ فَأَنۡزَلَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةَ مِنۡ شَعَائِرِ اللهِ﴾ الۡآيَةَ. قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: فَأَسۡمَعُ هٰذِهِ الۡآيَةَ نَزَلَتۡ فِي الۡفَرِيقَيۡنِ كِلَيۡهِمَا، فِي الَّذِينَ كَانُوا يَتَحَرَّجُونَ أَنۡ يَطُوفُوا بِالۡجَاهِلِيَّةِ بِالصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، وَالَّذِينَ يَطُوفُونَ ثُمَّ تَحَرَّجُوا أَنۡ يَطُوفُوا بِهِمَا فِي الۡإِسۡلَامِ، مِنۡ أَجۡلِ أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَ بِالطَّوَافِ بِالۡبَيۡتِ وَلَمۡ يَذۡكُرِ الصَّفَا حَتَّى ذَكَرَ ذٰلِكَ بَعۡدَ مَا ذَكَرَ الطَّوَافَ بِالۡبَيۡتِ.
[الحديث ١٦٤٣ – أطرافه في: ١٧٩٠، ٤٤٩٥، ٤٨٦١].
1643. Abul Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami, dari Az-Zuhri: ‘Urwah mengatakan: Aku bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, aku katakan kepadanya: Apa pendapatmu tentang firman Allah taala yang artinya, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah. Maka, siapa saja yang haji ke Baitullah atau umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya.” (QS. Al-Baqarah: 158). Demi Allah, itu berarti tidak ada dosa bagi seorang pun untuk tidak sai di Shafa dan Marwah. ‘Aisyah mengatakan: Ucapanmu jelek sekali wahai putra saudariku. Sesungguhnya ayat ini apabila engkau tafsirkan demikian tentu akan berarti tidak ada dosa bagi orang yang tidak mengerjakan sai antara keduanya, akan tetapi ayat ini turun tentang kaum Ansar. Mereka itu, sebelum masuk Islam, berihlal untuk berhala Manat sang Tagut yang mereka sembah di Musyallal. Maka, orang yang berihlal (berhaji) menghindari sai antara Shafa dan Marwah karena takut dosa. Ketika mereka masuk Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal itu. Mereka berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menghindari sai antara Shafa dan Marwah karena takut dosa. Maka, Allah taala menurunkan ayat yang artinya, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan sai antara keduanya, sehingga tidak boleh seorang pun meninggalkan sai antara keduanya. Kemudian aku mengabarkan kepada Abu Bakr bin ‘Abdurrahman, lalu beliau berkata: Sesungguhnya ini benar-benar suatu ilmu yang belum pernah aku dengar padahal aku telah mendengar beberapa ulama menyebutkan: Bahwa orang-orang –selain orang-orang yang disebutkan ‘Aisyah dari kalangan yang berihlal untuk Manat- mereka seluruhnya sai di Shafa dan Marwah. Ketika Allah taala menyebutkan tawaf di Kakbah dan tidak menyebutkan Shafa dan Marwah di dalam Alquran, mereka berkata: Wahai Rasulullah, kami dahulu sai di Shafa dan Marwah dan sungguh Allah telah menurunkan ayat tentang tawaf di Kakbah namun tidak menyebutkan Shafa. Apakah kami mendapatkan dosa apabila sai di Shafa dan Marwah? Lalu Allah taala menurunkan ayat, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah termasuk syiar-syiar Allah.” Abu Bakr mengatakan: Aku mendengar bahwa ayat ini turun pada masing-masing dua golongan itu. Yaitu golongan orang-orang yang dahulu di masa jahiliah menghindari sai di Shafa dan Marwah karena takut dosa dan golongan orang-orang yang di masa Islam menghindari sai antara keduanya di masa Islam karena takut dosa dengan alasan bahwa Allah taala memerintahkan tawaf di Kakbah namun tidak menyebutkan Shafa, sampai pada akhirnya Allah menyebutkannya setelah menyebutkan tawaf di Kakbah.