٨ – بَابُ بَيَانِ أَنَّ الدُّخُولَ فِي الصَّوۡمِ يَحۡصُلُ بِطُلُوعِ الۡفَحۡرِ وأَنَّ لَهُ الۡأَكۡلَ وَغَيۡرَهُ حَتَّى يَطۡلُعَ الۡفَجۡرُ وَبَيَانِ صِفَةِ الۡفَجۡرِ الَّذِي تَتَعَلَّقُ بِهِ الۡأَحۡكَامُ مِنَ الدُّخُولِ فِي الصَّوۡمِ وَدُخُولِ وَقۡتِ صَلَاةِ الصُّبۡحِ وَغَيۡرِ ذٰلِكَ
8. Bab penjelasan bahwa mulainya puasa terjadi dengan terbitnya fajar, bahwa boleh baginya untuk makan atau selainnya sampai fajar terbit, penjelasan sifat fajar yang berkaitan dengan hukum-hukum mulainya puasa dan masuknya waktu salat Subuh serta selain itu
٣٣ – (١٠٩٠) – حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ إِدۡرِيسَ، عَنۡ حُصَيۡنٍ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ عَدِيِّ بۡنِ حَاتِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتۡ: ﴿حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ﴾ [البقرة: ١٨٧]. قَالَ لَهُ عَدِيُّ بۡنُ حَاتِمٍ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي أَجۡعَلُ تَحۡتَ وِسَادَتِي عِقَالَيۡنِ: عِقَالًا أَبۡيَضَ وَعِقَالًا أَسۡوَدَ، أَعۡرِفُ اللَّيۡلَ مِنَ النَّهَارِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ وِسَادَتَكَ لَعَرِيضٌ، إِنَّمَا هُوَ سَوَادُ اللَّيۡلِ وَبَيَاضُ النَّهَارِ).
33. (1090). Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Idris menceritakan kepada kami, dari Hushain, dari Asy-Sya’bi, dari ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Ketika turun ayat “hingga terang bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar” (QS. Al-Baqarah: 187). ‘Adi bin Hatim berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menjadikan dua tali di bawah bantalku. Satu tali berwarna putih dan satu tali berwarna hitam. Aku mengetahui malam dari siang (menggunakan dua tali itu). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh bantalmu benar-benar lebar. Ayat itu sebenarnya bermakna hitamnya malam dan putihnya siang.”