Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6228

٢ – بَابٌ
2. Bab

قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا۟ وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهْلِهَا ۚ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ۞ فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فِيهَآ أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّىٰ يُؤْذَنَ لَكُمْ ۖ وَإِن قِيلَ لَكُمُ ٱرْجِعُوا۟ فَٱرْجِعُوا۟ ۖ هُوَ أَزْكَىٰ لَكُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ۞ لَّيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَدْخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ فِيهَا مَتَـٰعٌ لَّكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ﴾ [النور: ٢٧-٢٩].
Firman Allah taala, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu) ingat. Jika kalian tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kalian masuk sebelum kalian mendapat izin. Dan jika dikatakan kepada kalian: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kalian kembali. Itu bersih bagi kalian dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Tidak ada dosa atas kalian memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluan kalian, dan Allah mengetahui apa yang kalian nyatakan dan apa yang kalian sembunyikan.” (QS. An-Nur: 27-29).
وَقَالَ سَعِيدُ بۡنُ أَبِي الۡحَسَنِ لِلۡحَسَنِ: إِنَّ نِسَاءَ الۡعَجَمِ يَكۡشِفۡنَ صُدُورَهُنَّ وَرُؤُوسَهُنَّ؟ قَالَ: اصۡرِفۡ بَصَرَكَ عَنۡهُنَّ، يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ﴾ [النور: ٣٠] وَقَالَ قَتَادَةُ: عَمَّا لَا يَحِلُّ لَهُمۡ. ﴿وَقُل لِّلْمُؤْمِنَـٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَـٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ﴾، [النور: ٣١] ﴿خَآئِنَةَ ٱلْأَعْيُنِ﴾ [غافر: ١٩] مِنَ النَّظَرِ إِلَى مَا نُهِيَ عَنۡهُ. وَقَالَ الزُّهۡرِيُّ فِي النَّظَرِ إِلَى الَّتِي لَمۡ تَحِضۡ مِنَ النِّسَاءِ: لَا يَصۡلُحُ النَّظَرُ إِلَى شَيۡءٍ مِنۡهُنَّ، مِمَّنۡ يُشۡتَهَى النَّظَرُ إِلَيۡهِنَّ، وَإِنۡ كَانَتۡ صَغِيرَةً، وَكَرِهَ عَطَاءٌ النَّظَرَ إِلَى الۡجَوَارِي يُبَعۡنَ بِمَكَّةَ إِلَّا أَنۡ يُرِيدَ أَنۡ يَشۡتَرِيَ.
Sa’id bin Abul Hasan berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri: Sesungguhnya wanita non-Arab menyingkap dada-dada dan kepala-kepala mereka. Beliau menanggapi: Palingkan pandanganmu dari mereka. Allah azza wajalla berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;” (QS. An-Nur: 30). Qatadah berkata: Dari apa saja yang tidak halal bagi mereka. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya” (QS. An-Nur: 31). “(Pandangan) mata yang khianat” (QS. Ghafir: 19) dari melihat yang dilarang. Az-Zuhri mengatakan tentang memandang kepada wanita yang belum haid: Tidak boleh memandang sesuatu dari kalangan wanita yang dapat membangkitkan hawa nafsu jika dipandang walaupun masih kecil. ‘Atha` membenci memandang budak-budak wanita yang dijual di Makkah kecuali apabila beliau hendak membeli.
٦٢٢٨ – حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سُلَيۡمَانُ بۡنُ يَسَارٍ: أَخۡبَرَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَرۡدَفَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الۡفَضۡلَ بۡنَ عَبَّاسٍ يَوۡمَ النَّحۡرِ خَلۡفَهُ عَلَى عَجُزِ رَاحِلَتِهِ، وَكَانَ الۡفَضۡلُ رَجُلًا وَضِيئًا، فَوَقَفَ النَّبِيُّ ﷺ لِلنَّاسِ يُفۡتِيهِمۡ، وَأَقۡبَلَتِ امۡرَأَةٌ مِنۡ خَثۡعَمَ وَضِيئَةٌ تَسۡتَفۡتِي رَسُولَ اللهِ ﷺ، فَطَفِقَ الۡفَضۡلُ يَنۡظُرُ إِلَيۡهَا، وَأَعۡجَبَهُ حُسۡنُهَا، فَالۡتَفَتَ النَّبِيُّ ﷺ وَالۡفَضۡلُ يَنۡظُرُ إِلَيۡهَا، فَأَخۡلَفَ بِيَدِهِ فَأَخَذَ بِذَقَنِ الۡفَضۡلِ، فَعَدَلَ وَجۡهَهُ عَنِ النَّظَرِ إِلَيۡهَا، فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فَرِيضَةَ اللهِ فِي الۡحَجِّ عَلَى عِبَادِهِ، أَدۡرَكَتۡ أَبِي شَيۡخًا كَبِيرًا، لَا يَسۡتَطِيعُ أَنۡ يَسۡتَوِيَ عَلَى الرَّاحِلَةِ، فَهَلۡ يَقۡضِي عَنۡهُ أَنۡ أَحُجَّ عَنۡهُ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). [طرفه في: ١٥١٣].
6228. Abul Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami, dari Az-Zuhri, beliau berkata: Sulaiman bin Yasar mengabarkan kepadaku: ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan kepadaku, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memboncengkan Al-Fadhl bin ‘Abbas di belakang beliau pada hari nahar di belakang tunggangan. Al-Fadhl adalah seorang lelaki tampan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di tengah-tengah manusia untuk memberi fatwa kepada mereka. Seorang wanita yang cantik dari Khats’am datang meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Fadhl mulai memandang kepadanya dan kecantikan wanita itu membuatnya kagum. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh ketika Al-Fadhl sedang memandang wanita itu. Maka, Nabi menjulurkan tangan beliau ke belakang, lalu memegang dagu Al-Fadhl dan memalingkan wajahnya dari memandang wanita itu. Wanita itu berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kewajiban Allah dalam ibadah haji atas para hamba-Nya berlaku ketika ayahku sudah tua renta sampai-sampai beliau tidak mampu untuk duduk tegak di atas tunggangan. Apakah apabila aku menghajikan untuknya, berarti sudah cukup untuknya? Beliau menjawab, “Ya.”