Cari Blog Ini

Syarh Al-Ajurrumiyyah - Bagian-bagian I'rab 2

وَقَوۡلُهُ: (فَلِلۡأَسۡمَاءِ مِنۡ ذٰلِكَ: (الرَّفۡعُ، وَالنَّصۡبُ، وَالۡخَفۡضُ)، وَلَا جَزۡمَ فِيهَا، وَلِلۡأَفۡعَالِ مِنۡ ذٰلِكَ: (الرَّفۡعُ، وَالنَّصۡبُ، وَالۡجَزۡمُ)، وَلَا خَفۡضَ فِيهَا).
Ucapan mualif, “Dari empat bagian itu, isim memiliki tiga keadaan, yaitu: rafa’, nashab, dan khafdh; tidak ada jazm padanya. Dan dari empat bagian itu, fiil memiliki tiga keadaan, yaitu: rafa’, nashab, dan jazm; tidak ada khafdh padanya.”
اشۡتَرَكَتِ الۡأَسۡمَاءُ وَالۡأَفۡعَالُ فِي شَيۡئَيۡنِ مِنَ الۡأَقۡسَامِ الۡأَرۡبَعَةِ وَهُمَا: الرَّفۡعُ، وَالنَّصۡبُ، وَاخۡتَصَّتِ الۡأَسۡمَاءُ بِالۡخَفۡضِ، وَاخۡتَصَّتِ الۡأَفۡعَالُ بِالۡجَزۡمِ.
نَأۡتِي بِمِثَالٍ فِيهِ الرَّفۡعُ وَالنَّصۡبُ فِي الۡفِعۡلِ وَالۡاسۡمِ، تَقُولُ: (الرَّجُلُ يَقُومُ) الرَّجُلُ: اسۡمٌ مَرۡفُوعٌ، يَقُومُ: فِعۡلٌ مَرۡفُوعٌ، إِذَنۡ اشۡتَرَكَا فِي الرَّفۡعِ.
وَتَقُولُ: (لَنۡ نُكۡرِمَ الۡمُهۡمِلَ) (نُكۡرِمَ): فِعۡلٌ مَنۡصُوبٌ، (الۡمُهۡمِلَ): اسۡمٌ مَنۡصُوبٌ.
وَتَقُولُ: (لَنۡ أَلۡبِسَ الثَّوۡبَ) (أَلۡبِسَ): فِعۡلٌ مَنۡصُوبٌ، (الثَّوۡبَ): اسۡمٌ مَنۡصُوبٌ.
وَتَقُولُ: (لَا تَنۡظُرۡ إِلَى الۡمُهۡمِلِ) (تَنۡظُرۡ): فِعۡلٌ مَجۡزُومٌ، (الۡمُهۡمِلِ): اسۡمٌ مَخۡفُوضٌ، وَالۡخَفۡضُ خَاصٌّ بِالۡأَسۡمَاءِ، وَالۡجَزۡمُ خَاصٌّ بِالۡأَفۡعَالِ.
Isim dan fiil berserikat pada dua dari empat bagian i’rab, yaitu: rafa’ dan nashab. Adapun khafdh khusus untuk isim dan jazm khusus untuk fiil.
Kita akan bawakan contoh yang padanya ada rafa’ dan nashab pada fiil dan isim. Engkau katakan, “الرَّجُلُ يَقُومُ (Lelaki itu sedang berdiri).” الرَّجُلُ adalah isim yang di-rafa’. يَقُومُ adalah fiil yang di-rafa’. Jadi isim dan fiil sama-sama bisa di-rafa’.
Engkau katakan, “لَنۡ نُكۡرِمَ الۡمُهۡمِلَ (Kita tidak akan memuliakan orang yang lalai).” نُكۡرِمَ adalah fiil yang di-nashab. الۡمُهۡمِلَ adalah isim yang di-nashab.
Engkau katakan, “لَنۡ أَلۡبِسَ الثَّوۡبَ (Aku tidak akan memakai baju itu).” أَلۡبِسَ adalah fiil yang di-nashab. الثَّوۡبَ adalah isim yang di-nashab.
Engkau katakan, “لَا تَنۡظُرۡ إِلَى الۡمُهۡمِلِ (Janganlah engkau memandang kepada orang yang lalai).” تَنۡظُرۡ adalah fiil yang di-jazm. الۡمُهۡمِلِ adalah isim yang di-khafdh. Jadi khafdh khusus untuk isim dan jazm khusus untuk fiil.
فَإِنۡ قِيلَ: الۡفِعۡلُ (يَكُن) فِي قَوۡلِهِ ﴿لَمۡ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟﴾ [البينة: ١]، جَاءَ مُؤَخِّرُهُ كَسۡرَةً، فَكَيۡفَ هَذَا؟ قُلۡنَا: الۡكَسۡرَةُ فِي (يَكُنِ) لَيۡسَتۡ عَلَامَةَ إِعۡرَابٍ، وَلَكِنَّهَا كُسِرَتۡ لِالۡتِقَاءِ السَّاكِنَيۡنِ.
Jika ada yang berkata: Fiil “يَكُن” dalam firman Allah, “لَمۡ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟” (QS. Al-Bayyinah: 1). Huruf akhirnya berharakat kasrah. Bagaimana ini? Kita katakan: Harakat kasrah pada kata يَكُنِ bukanlah tanda i’rab. Akan tetapi kata tersebut dikasrah karena bertemunya dua sukun.
الۡخُلَاصَةُ: إِنَّ أَقۡسَامَ الۡإِعۡرَابِ أَرۡبَعَةٌ: رَفۡعٌ، وَنَصۡبٌ، وَخَفۡضٌ، وَجَزۡمٌ، وَإِنَّ الۡأَسۡمَاءَ وَالۡأَفۡعَالَ تَشۡتَرِكُ فِي الرَّفۡعِ وَالنَّصۡبِ، وَتَنۡفَرِدُ الۡأَسۡمَاءُ بِالۡخَفۡضِ، وَلَيۡسَ فِيهَا جَزۡمٌ، وَتَنۡفَرِدُ الۡأَفۡعَالُ بِالۡجَزۡمِ، وَلَيۡسَ فِيهَا خَفۡضٌ.
وَالۡحَرۡفُ لَا يَدۡخُلُ فِي هَٰذِهِ الۡأَقۡسَامِ؛ لِأَنَّهُ لَا يَتَغَيَّرُ.
وَكَذَلِكَ الۡأَسۡمَاءُ الۡمَبۡنِيَّةُ لَا تَدۡخُلُ فِيهَا؛ لِأَنَّ الۡمَبۡنِيَّ لَا يَتَغَيَّرُ.
وَكَذَلِكَ الۡأَفۡعَالُ الۡمَبۡنِيَّةُ لَا تَدۡخُلُ؛ لِأَنَّ الۡأَفۡعَالَ الۡمَبۡنِيَّةَ لَا تَتَغَيَّرُ.
إِذَنۡ لَا يَدۡخُلُ إِلَّا الۡأَسۡمَاءُ وَالۡأَفۡعَالُ الۡمُعۡرَبَةُ فَقَطۡ، وَلِهَذَا نَقُولُ: إِنَّ الۡإِعۡرَابَ تَغۡيِيرُ أَوَاخِرِ الۡكَلِمِ؛ لِاخۡتِلَافِ الۡعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيۡهَا، لَفۡظًا أَوۡ تَقۡدِيرًا.
Kesimpulan: Sesungguhnya bagian-bagian i’rab ada empat, yaitu: rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Isim dan fiil berserikat pada rafa’ dan nashab. Namun, isim bersendirian pada khafdh dan tidak ada jazm. Fiil bersendirian pada jazm dan tidak ada khafdh.
Huruf tidak masuk pada bagian-bagian ini karena huruf tidak berubah.
Demikian pula isim-isim yang mabni tidak masuk padanya karena mabni tidak berubah.
Demikian juga fiil-fiil yang mabni tidak masuk karena fiil-fiil yang mabni tidak berubah.
Jadi, i’rab hanya masuk pada isim-isim dan fiil-fiil yang bisa di-i’rab. Atas dasar ini, kita katakan: Sesungguhnya i’rab adalah perubahan akhir kata karena perbedaan ‘amil-‘amil yang masuk padanya, baik secara lafal atau secara taqdir.
أَمۡثِلَةٌ:
Contoh-contoh:
(قَامَ الرَّجُلُ).
(قَامَ): فِعۡلٌ مَاضٍ مَبۡنِيٌّ عَلَى الۡفَتۡحِ، وَكُلُّ الۡأَفۡعَالِ الۡمَاضِيَةِ مَبۡنِيَّةٌ، وَلَا نَقُولُ مَنۡصُوبٌ؛ لِأَنَّ النَّصۡبَ خَاصٌّ بِالۡمُعۡرَبَاتِ.
(الرَّجُلُ): فَاعِلٌ مَرۡفُوعٌ بِالضَّمَّةِ الظَّاهِرَةِ عَلَى آخِرِهِ. فَالۡفِعۡلُ (قَامَ) مَبۡنِيٌّ لِأَنَّهُ مَاضٍ، وَ(الرَّجُلُ) اسۡمٌ فِيهِ مِنۡ عَلَامَاتِ الۡإِعۡرَابِ الرَّفۡعُ.
“قَامَ الرَّجُلُ (Lelaki itu telah berdiri).”
قَامَ: fiil madhi mabni atas harakat fatah dan setiap fiil madhi adalah mabni. Sehingga kita tidak katakan di-nashab karena nashab hanya untuk kata yang bisa di-i’rab.
الرَّجُلُ: fa’il yang di-rafa’ dengan damah yang tampak di akhir kata. Jadi fiil قَامَ mabni karena fiil madhi dan الرَّجُلُ adalah isim yang padanya ada tanda i’rab rafa’.
(مَرَرۡتُ بِرَجُلٍ).
(مَرَرۡتُ): فِعۡلٌ مَاضٍ مَبۡنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ لِاتِّصَالِهِ بِتَاءِ الۡفَاعِلِ.
(رَجُلٍ): اسۡمٌ مَجۡرُورٌ؛ لِأَنَّهُ دَخَلَ عَلَيۡهَا حَرۡفُ الۡجَرِّ، فَحُرُوفُ الۡجَرِّ إِذَا دَخَلَتۡ عَلَى كَلِمَةٍ فَهِيَ اسۡمٌ، وَيَجِبُ جَرُّهَا.
“مَرَرۡتُ بِرَجُلٍ (Aku telah melewati seorang lelaki).”
مَرَرۡتُ: fiil madhi mabni atas harakat sukun karena bersambung dengan huruf ta fa’il.
رَجُلٍ: isim yang di-jarr karena diawali oleh huruf jarr. Jadi huruf jarr jika masuk pada sebuah kata, maka kata tersebut adalah isim dan wajib men-jarr-kannya. 
قَالَ اللهُ تَعَالَى عَنۡ نَفۡسِهِ: ﴿لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ﴾ [الإخلاص: ٣]، فَالَّذِي فِي الۡفِعۡلَيۡنِ مِنۡ أَقۡسَامِ الۡإِعۡرَابِ هُوَ الۡجَزۡمُ، وَالۡجَزۡمُ لَا يَدۡخُلُ فِي الۡأَسۡمَاءِ، لَوۡ قَالَ قَائِلٌ: (لَمۡ يَلِدَ) لَا يَصِحُّ؛ لِأَنَّهُ سَبَقَهُ حَرۡفٌ جَازِمٌ، وَهُوَ (لَمۡ) فَيَجِبُ جَزۡمُهُ. وَاللهُ أَعۡلَمُ.
Allah taala berfirman tentang Diri-Nya, “لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ (Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan).” (QS. Al-Ikhlash: 3). Bagian i’rab yang terdapat pada dua fiil tersebut adalah jazm dan jazm tidak masuk pada isim. Seandainya ada yang berkata, “لَمۡ يَلِدَ” ini tidak benar karena sebelumnya didahului oleh huruf yang men-jazm yaitu لَمۡ sehingga wajib men-jazm-kannya. Wallahu alam.