Cari Blog Ini

Syarh Al-Ajurrumiyyah - Bagian-bagian I'rab

أَقۡسَامُ الۡإِعۡرَابِ:
Bagian-bagian i’rab:
قَوۡلُهُ: (وَأَقۡسَامُهُ أَرۡبَعَةٌ: رَفۡعٌ، وَنَصۡبٌ، وَخَفۡضٌ، وَجَزۡمٌ؛ فَلِلۡأَسۡمَاءِ مِنۡ ذٰلِكَ: (الرَّفۡعُ، وَالنَّصۡبُ، وَالۡخَفۡضُ)، وَلَا جَزۡمَ فِيهَا، وَلِلۡأَفۡعَالِ مِنۡ ذَلِكَ: (الرَّفۡعُ، وَالنَّصۡبُ، وَالۡجَزۡمُ)، وَلَا خَفۡضَ فِيهَا).
Ucapan mualif, “Bagian-bagian i’rab ada empat, yaitu: rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Dari empat bagian itu, isim memiliki tiga keadaan saja, yaitu: rafa’, nashab, dan khafdh; tidak ada jazm pada isim. Adapun fiil memiliki tiga keadaan saja, yaitu: rafa’, nashab, dan jazm; tidak ada khafdh pada fiil.”
وَقَوۡلُهُ -رَحِمَهُ اللهُ-: (وَأَقۡسَامُهُ أَرۡبَعَةٌ)؛ أَقۡسَامُ الۡإِعۡرَابِ أَرۡبَعَةٌ، وَدَلِيلُ ذَلِكَ التَّتَبُّعُ وَالۡاسۡتِقۡرَاءُ، يَعۡنِي: أَنَّ الۡعُلَمَاءَ -رَحِمَهُمُ اللهُ- تَتَبَّعُوا وَاسۡتَقۡرَؤُوا كَلَامَ الۡعَرَبِ فَوَجَدُوا أَنَّ الۡإِعۡرَابَ لَا يَخۡرُجُ عَنۡ هَذِهِ الۡأَقۡسَامِ الۡأَرۡبَعَةِ: (رَفۡعٌ، وَنَصۡبٌ، وَخَفۡضٌ، وَجَزۡمٌ)، يَعۡنِي: مَا مِنۡ كَلِمَةٍ مِنۡ كَلِمَاتِ الۡعَرَبِ إِلَّا وَهِيَ: إِمَّا مَرۡفُوعَةٌ، أَوۡ مَنۡصُوبَةٌ، أَوۡ مَخۡفُوضَةٌ، أَوۡ مَجۡزُومَةٌ.
فَكُلُّ كَلَامِ الۡعَرَبِ لَا يَخۡرُجُ عَنۡ هَٰذَا، لِأَنَّ هَذَا التَّقۡسِيمَ عُلِمَ بِالتَّتَبُّعِ وَالۡاسۡتِقۡرَاءِ، وَالۡعُلَمَاءُ تَعِبُوا فِي تَدۡوِينِ اللُّغَةِ الۡعَرَبِيَّةِ، فَلَيۡسَ ذٰلِكَ بِأَمۡرٍ سَهۡلٍ.
الرَّفۡعُ: تَقُولُ: (قَامَ الرَّجُلُ)، وَالنَّصۡبُ: (أَكۡرَمۡتُ الرَّجُلَ)، وَالۡخَفۡضُ: (مَرَرۡتُ بِالرَّجُلِ)، وَالۡجَزۡمُ: (لَمۡ يَقُمۡ زَيۡدٌ).
Ucapan mualif rahimahullah, “Bagian-bagian i’rab ada empat”; Bagian-bagian i’rab ada empat; dalil hal itu adalah pengamatan dan penelitian. Yakni, sesungguhnya para ulama rahimahumullah mengamati dan meneliti ucapan-ucapan orang Arab, lalu mereka mendapati bahwa i’rab tidak keluar dari empat bagian ini, yaitu: rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Artinya, tidak ada satu kata pun dari perkataan orang Arab kecuali kata itu di-rafa’, di-nashab, di-khafdh, atau di-jazm.
Setiap ucapan orang Arab tidak keluar dari ini karena pembagian ini telah diketahui berdasarkan pengamatan dan penelitian, dan para ulama telah bersusah payah dalam menghimpun bahasa Arab, sehingga ini bukan perkara yang mudah.
Rafa’, engkau katakan “قَامَ الرَّجُلُ (Lelaki itu telah berdiri).” Nashab “أَكۡرَمۡتُ الرَّجُلَ (Aku telah memuliakan lelaki itu).” Khafdh “مَرَرۡتُ بِالرَّجُلِ (Aku melewati lelaki itu).” Jazm “لَمۡ يَقُمۡ زَيۡدٌ (Zaid tidak berdiri).”
لٰكِنۡ هَلۡ هٰذِهِ الۡأَقۡسَامُ الۡأَرۡبَعَةُ تَشۡمُلُ الۡاسۡمَ، وَالۡفِعۡلَ، وَالۡحَرۡفَ؟
الۡجَوَابُ: لَا؛ أَمَّا الۡحَرۡفُ فَغَيۡرُ دَاخِلٍ إِطۡلَاقًا، فَلَا يَقَعُ مَرۡفُوعًا، وَلَا مَنۡصُوبًا، وَلَا مَخۡفُوضًا، وَلَا مَجۡزُومًا؛ لِأَنَّهُ مَبۡنِيٌّ، قَالَ ابۡنُ مَالِكٍ:
وَكُلُّ حَرۡفٍ مُسۡتَحِقٌّ لِلۡبِنَا      …………………………
Tetapi, apakah empat bagian ini mencakup isim, fiil, dan huruf?
Jawab: Tidak. Adapun huruf, maka tidak masuk empat bagian ini secara mutlak. Huruf tidak bisa di-rafa’, tidak bisa di-nashab, tidak bisa di-khafdh, dan tidak bisa di-jazm. Karena huruf ini mabni. Ibnu Malik berkata, “Setiap huruf berhak untuk di-mabni …”
وَالۡمَبۡنِيُّ لَيۡسَ بِمُعۡرَبٍ، الۡمَبۡنِيُّ مِثۡلُ الۡمَيِّتِ، لَا يَتَحَرَّكُ، فَمَثَلًا (هَلۡ) حَرۡفٌ لَا تَتَغَيَّرُ أَبَدًا فِي كُلِّ كَلَامِ الۡعَرَبِ، سَوَاءٌ كَانَتۡ فِي أَوَّلِ الۡكَلَامِ، أَوۡ فِي وَسَطِهِ، أَوۡ فِي آخِرِهِ، لَا يُمۡكِنُ تَغۡيِيرُهَا.
وَلِهَذَا نَقُولُ: إِنَّ الۡحُرُوفَ كُلَّهَا لَا يَدۡخُلُ فِيهَا الۡإِعۡرَابُ، يَعۡنِي ثُلُثَ اللُّغَةِ الۡعَرَبِيَّةِ، يَبۡقَى عِنۡدَنَا الۡاسۡمُ وَالۡفِعۡلُ، فَهَلۡ هَذِهِ الۡأَقۡسَامُ الۡأَرۡبَعَةُ تَدۡخُلُ عَلَى الۡاسۡمِ وَالۡفِعۡلِ؟
الۡخَفۡضُ: يَدۡخُلُ عَلَى الۡاسۡمِ فَقَطۡ، وَلَا يَدۡخُلُ عَلَى الۡفِعۡلِ؛ لِأَنَّهُ مَرَّ عَلَيۡنَا أَنَّ مِنۡ عَلَامَاتِ الۡاسۡمِ الۡخَفۡضَ، فَإِذَا كَانَ مِنۡ عَلَامَاتِ الۡاسۡمِ الۡخَفۡضُ، فَمَعۡنَاهُ أَنَّنَا لَا نَجِدُ فِعۡلًا مَخۡفُوضًا.
وَالۡجَزۡمُ: خَاصٌّ بِالۡفِعۡلِ، فَلَا تَجِدُ اسۡمًا مَجۡزُومًا أَبَدًا.
Mabni artinya tidak bisa di-i’rab. Mabni itu semisal mayat tidak bisa bergerak. Contoh “هَلۡ” adalah sebuah huruf yang tidak bisa berubah selama-lamanya pada setiap ucapan orang Arab. Sama saja apakah di awal ucapan, di tengahnya, atau di akhirnya, tidak mungkin berubah.
Atas dasar ini, kita katakan: Sesungguhnya semua huruf tidak bisa dimasuki oleh i’rab. Berarti ini sepertiga bahasa Arab. Sisanya adalah isim dan fiil. Apakah empat bagian i’rab ini bisa masuk pada isim dan fiil?
Khafdh hanya masuk pada isim, tidak bisa masuk pada fiil. Karena telah kita lewati bahwa termasuk tanda-tanda isim adalah khafdh. Jika khafdh termasuk tanda isim, berarti maknanya bahwa kita tidak akan mendapati fiil yang di-khafdh.
Jazm khusus untuk fiil, sehingga engkau tidak akan mendapati satu isim pun yang di-jazm selama-lamanya.
فَإِذَا قَالَ قَائِلٌ: عِنۡدِي اسۡمٌ مَجۡزُومٌ قَرَأۡنَاهُ فِي كِتَابِ اللهِ: ﴿وَمِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ مَنۡ إِن تَأۡمَنۡهُ﴾ [آل عمران: ٧٥]، فَقَالَ: (مَنۡ) اسۡمٌ وَمَجۡزُومٌ آخِرُهُ السُّكُونُ.
نَقُولُ: هَذَا لَيۡسَ بِجَزۡمٍ، هَذَا بِنَاءٌ، وَالۡمَبۡنِيُّ لَيۡسَ لَهُ دَخۡلٌ بِالۡإِعۡرَابِ إِطۡلَاقًا، وَيُمۡكِنُكُمۡ أَنۡ تَقُولُوا: الۡمَبۡنِيُّ مَيِّتٌ لَا يَتَحَرَّكُ.
وَلِهَذَا فَأَنۡتَ تَقُولُ مَثَلًا: (جَاءَ مَنۡ نُحِبُّهُ) (مَنۡ) فَاعِلٌ، (أَكۡرِمۡ مَنۡ تُحِبُّهُ) (مَنۡ) مَفۡعُولٌ بِهِ، (انۡظُرۡ إِلَى مَنۡ تُحِبُّهُ) (مَنۡ) فِي مَحَلِّ جَرٍّ.
فَلَمۡ تَتَغَيَّرۡ (مَنۡ) فِي الۡأَمۡثِلَةِ الثَّلَاثَةِ، جَاءَتۡ فِي مَحَلِّ رَفۡعٍ فَلَمۡ تَتَغَيَّرۡ، وَجَاءَتۡ فِي مَحَلِّ نَصۡبٍ فَلَمۡ تَتَغَيَّرۡ، وَجَاءَتۡ فِي مَحَلِّ جَرٍّ فَلَمۡ تَتَغَيَّرۡ؛ لِأَنَّهُ مَبۡنِيٌّ.
(أَنَا أَجۡلِسُ فِي الۡبَيۡتِ): (أَجۡلِسُ) فِعۡلٌ مَرۡفُوعٌ، (الۡبَيۡتِ) اسۡمٌ مَجۡرُورٌ.
Jika ada yang mengatakan: Saya mendapati isim yang di-jazm yang bisa kita baca di Alquran, “وَمِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ مَنۡ إِن تَأۡمَنۡهُ (Di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu memercayakan kepadanya).” (QS. Ali ‘Imran: 75). Dia katakan, “مَنۡ adalah isim yang di-jazm, harakat huruf terakhirnya adalah sukun.”
Kita katakan: Ini bukan jazm. Ini adalah bina`. Dan mabni tidak dimasuki i’rab secara mutlak. Dan kalian mungkin saja mengatakan: Mabni adalah mayat, tidak bisa bergerak.
Atas dasar inilah, maka misal engkau katakan, “جَاءَ مَنۡ نُحِبُّهُ (Orang yang kita cintai telah datang).” مَنۡ adalah fa’il. “أَكۡرِمۡ مَنۡ تُحِبُّهُ (Muliakanlah orang yang engkau cintai).” مَنۡ adalah maf’ul bih. “انۡظُرۡ إِلَى مَنۡ تُحِبُّهُ (Lihatlah kepada orang yang engkau cintai).” مَنۡ pada kedudukan jarr.
Sehingga مَنۡ tidak berubah pada ketiga contoh tersebut. مَنۡ datang pada kedudukan rafa’, namun tidak berubah. مَنۡ datang pada kedudukan nashab, namun tidak berubah. مَنۡ juga datang pada kedudukan jarr, namun tetap tidak berubah. Hal ini karena مَنۡ adalah mabni.
“أَنَا أَجۡلِسُ فِي الۡبَيۡتِ (Aku duduk di dalam rumah).” أَجۡلِسُ adalah fiil yang di-rafa’. الۡبَيۡتِ adalah isim yang di-jarr.
إِذَنۡ: فِي بَابِ الۡإِعۡرَابِ سَقَطَتِ الۡحُرُوفُ، وَكُلُّ الۡمَبۡنِيَّاتِ مِنۡ الۡأَسۡمَاءِ وَالۡأَفۡعَالِ.
قَاعِدَةٌ:
١ - كُلُّ الۡحُرُوفِ مَبۡنِيَّةٌ، لَيۡسَ فِيهَا شَيۡءٌ مُعۡرَبٌ.
٢ - كُلُّ الۡأَفۡعَالِ الۡمَاضِيَةِ مَبۡنِيَّةٌ، لَيۡسَ فِيهَا شَيۡءٌ مُعۡرَبٌ.
٣ - كُلُّ أَفۡعَالِ الۡأَمۡرِ مَبۡنِيَّةٌ، لَيۡسَ فِيهَا شَيۡءٌ مُعۡرَبٌ.
٤ – الۡفِعۡلُ الۡمُضَارِعُ مُعۡرَبٌ، إِلَّا إِذَا اتَّصَلَ بِهِ نُونُ التَّوۡكِيدِ، أَوۡ نُونُ النِّسۡوَةِ.
Jadi, di dalam bab i’rab ini, gugurlah huruf dan setiap isim dan fiil yang mabni.
Kaidah:
  1. Setiap huruf adalah mabni, tidak ada yang bisa di-i’rab.
  2. Setiap fiil madhi adalah mabni, tidak ada yang bisa di-i’rab.
  3. Setiap fiil amr adalah mabni, tidak ada yang bisa di-i’rab.
  4. Fiil mudhari’ bisa di-i’rab kecuali apabila bersambung dengan huruf nun taukid atau nun niswah.