Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7369

٢٨ – بَابُ
28. Bab

قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَأَمۡرُهُمۡ شُورَى بَيۡنَهُمۡ﴾ [الشورى: ٣٨]، ﴿وَشَاوِرۡهُمۡ فِي الۡأَمۡرِ﴾ [آل عمران: ١٥٩]. وَأَنَّ المُشَاوَرَةَ قَبۡلَ الۡعَزۡمِ وَالتَّبَيُّنِ، لِقَوۡلِهِ: ﴿فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى اللهِ﴾ [آل عمران: ١٥٩]. فَإِذَا عَزَمَ الرَّسُولُ ﷺ لَمۡ يَكُنۡ لِبَشَرٍ التَّقَدُّمُ عَلَى اللهِ وَرَسُولِهِ.
Firman Allah taala (yang artinya), “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (QS. Asy-Syura: 38). “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”(QS. Ali ‘Imran: 159). Dan bahwa musyawarah dilakukan sebelum ada kebulatan tekad dan kejelasan perkara berdasarkan firman Allah (yang artinya), “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 159). Maka, jika Rasul sudah membulatkan tekad, maka tidak boleh seorang pun mendahului Allah dan Rasul-Nya.
وَشَاوَرَ النَّبِيُّ ﷺ أَصۡحَابَهُ يَوۡمَ أُحُدٍ فِي الۡمُقَامِ وَالۡخُرُوجِ فَرَأَوۡا لَهُ الۡخُرُوجَ، فَلَمَّا لَبِسَ لَأۡمَتَهُ وَعَزَمَ قَالُوا: أَقِمۡ، فَلَمۡ يَمِلۡ إِلَيۡهِمۡ بَعۡدَ الۡعَزۡمِ وَقَالَ: (لَا يَنۡبَغِي لِنَبِيٍّ يَلۡبَسُ لَأۡمَتَهُ فَيَضَعُهَا، حَتَّى يَحۡكُمَ اللهُ). وَشَاوَرَ عَلِيًّا وَأُسَامَةَ فِيمَا رَمَى بِهِ أَهۡلُ الۡإِفۡكِ عَائِشَةَ فَسَمِعَ مِنۡهُمَا حَتَّى نَزَلَ الۡقُرۡآنُ، فَجَلَدَ الرَّامِينَ وَلَمۡ يَلۡتَفِتۡ إِلَى تَنَازُعِهِمۡ، وَلٰكِنۡ حَكَمَ بِمَا أَمَرَهُ اللهُ. وَكَانَتِ الۡأَئِمَّةُ بَعۡدَ النَّبِيِّ ﷺ يَسۡتَشِيرُونَ الۡأُمَنَاءَ مِنۡ أَهۡلِ الۡعِلۡمِ فِي الۡأُمُورِ الۡمُبَاحَةِ لِيَأۡخُذُوا بِأَسۡهَلِهَا، فَإِذَا وَضَحَ الۡكِتَابُ أَوِ السُّنَّةُ لَمۡ يَتَعَدَّوۡهُ إِلَى غَيۡرِهِ، اقۡتِدَاءً بِالنَّبِيِّ ﷺ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermusyawarah dengan para sahabatnya pada hari perang Uhud dalam hal tetap tinggal di Madinah atau keluar berperang. Lalu mereka memberi pendapat kepada beliau untuk keluar berperang. Maka, ketika Nabi telah memakai perlengkapan perang dan membulatkan tekad, para sahabat berkata: Tetaplah tinggal. Namun beliau tidak mengikuti kemauan mereka setelah membulatkan tekad dan beliau bersabda, “Tidak sepantasnya bagi Nabi yang memakai perlengkapan perangnya lalu ia meletakkannya sampai Allah menetapkan keputusan.” Beliau juga bermusyawarah dengan ‘Ali dan Usamah tentang tuduhan yang dilemparkan oleh penyebar berita dusta kepada ‘Aisyah. Beliau mendengar dari keduanya sampai ayat Alquran turun. Lalu beliau mencambuk para penuduh dan tidak menghiraukan perselisihan pendapat mereka, tetapi beliau menghukum dengan perintah Allah. Dan dahulu para imam sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak musyawarah para orang-orang yang tepercaya dari kalangan ulama tentang perkara-perkara mubah dengan tujuan mengambil yang paling mudahnya. Jika Alquran dan sunah telah jelas, maka mereka tidak beralih kepada selainnya dalam rangka mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وَرَأَى أَبُو بَكۡرٍ قِتَالَ مَنۡ مَنَعَ الزَّكَاةَ، فَقَالَ عُمَرُ: كَيۡفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ وَقَدۡ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أُمِرۡتُ أَنۡ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، فَإِذَا قَالُوا لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمۡ وَأَمۡوَالَهُمۡ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمۡ عَلَى اللهِ). فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: وَاللهِ لَأُقَاتِلَنَّ مَنۡ فَرَّقَ بَيۡنَ مَا جَمَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ تَابَعَهُ بَعۡدُ عُمَرُ. فَلَمۡ يَلۡتَفِتۡ أَبُو بَكۡرٍ إِلَى مَشُورَةٍ، إِذۡ كَانَ عِنۡدَهُ حُكۡمُ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي الَّذِينَ فَرَّقُوا بَيۡنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ، وَأَرَادُوا تَبۡدِيلَ الدِّينِ وَأَحۡكَامِهِ، وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَنۡ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقۡتُلُوهُ). وَكَانَ الۡقُرَّاءُ أَصۡحَابَ مَشُورَةِ عُمَرَ، كُهُولًا كَانُوا أَوۡ شُبَّانًا، وَكَانَ وَقَّافًا عِنۡدَ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Abu Bakr berpendapat untuk memerangi siapa saja yang tidak menunaikan zakat. Lalu ‘Umar mengatakan: Bagaimana engkau memerangi orang-orang, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah. Jadi, apabila mereka telah mengatakan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah, maka darah-darah dan harta-harta mereka akan terjaga dariku kecuali dengan haknya, sedangkan hisab mereka diserahkan kepada Allah.” Abu Bakr mengatakan: Demi Allah, aku benar-benar akan memerangi siapa saja yang memisahkan apa yang telah dipadukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian setelah itu ‘Umar mengikuti pendapat Abu Bakr. Abu Bakr tidak menoleh untuk melakukan musyawarah, karena di sisi beliau sudah ada hukum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang-orang yang memisahkan antara salat dengan zakat dan mereka menginginkan untuk menukar agama dan hukum-hukumnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menukar agama, maka bunuhlah.” Dahulu, para ahli baca Alquran adalah orang-orang yang diajak musyawarah oleh ‘Umar, baik mereka sudah berumur tengah baya atau masih muda. Dan ‘Umar adalah orang yang sangat perhatian dengan kitab Allah azza wajalla.
٧٣٦٩ - حَدَّثَنَا الۡأُوَيۡسِيُّ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: حَدَّثَنِي عُرۡوَةُ، وَابۡنُ الۡمُسَيَّبِ، وَعَلۡقَمَةُ بۡنُ وَقَّاصٍ، وَعُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، حِينَ قَالَ لَهَا أَهۡلُ الۡإِفۡكِ مَا قَالُوا، قَالَتۡ: وَدَعَا رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلِيَّ بۡنَ أَبِي طَالِبٍ وَأُسَامَةَ بۡنَ زَيۡدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا حِينَ اسۡتَلۡبَثَ الۡوَحۡيُ، يَسۡأَلُهُمَا وَهُوَ يَسۡتَشِيرُهُمَا فِي فِرَاقِ أَهۡلِهِ، فَأَمَّا أُسَامَةُ: فَأَشَارَ بِالَّذِي يَعۡلَمُ مِنۡ بَرَاءَةِ أَهۡلِهِ، وَأَمَّا عَلِيٌّ فَقَالَ: لَمۡ يُضَيِّقِ اللهُ عَلَيۡكَ، وَالنِّسَاءُ سِوَاهَا كَثِيرٌ، وَسَلِ الۡجَارِيَةَ تَصۡدُقۡكَ. فَقَالَ: (هَلۡ رَأَيۡتِ مِنۡ شَيۡءٍ يَرِيبُكِ؟). قَالَتۡ: مَا رَأَيۡتُ أَمۡرًا أَكۡثَرَ مِنۡ أَنَّهَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ، تَنَامُ عَنۡ عَجِينِ أَهۡلِهَا، فَتَأۡتِي الدَّاجِنُ فَتَأۡكُلُهُ، فَقَامَ عَلَى المِنۡبَرِ فَقَالَ: (يَا مَعۡشَرَ الۡمُسۡلِمِينَ، مَنۡ يَعۡذِرُنِي مِنۡ رَجُلٍ بَلَغَنِي أَذَاهُ فِي أَهۡلِي، وَاللهِ مَا عَلِمۡتُ عَلَى أَهۡلِي إِلَّا خَيۡرًا). فَذَكَرَ بَرَاءَةَ عَائِشَةَ. وَقَالَ أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ هِشَامٍ. [طرفه في: ٢٥٩٣].
7369. Al-Uwaisi telah menceritakan kepada kami: Ibrahim menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab: ‘Urwah, Ibnu Al-Musayyab, ‘Alqamah bin Waqqash, dan ‘Ubaidullah menceritakan kepadaku dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika para penyebar berita bohong menuduh beliau. ‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Ali bin Abu Thalib dan Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma ketika wahyu tidak kunjung turun. Beliau bertanya kepada keduanya dan beliau mengajak musyawarah keduanya perihal menceraikan istrinya. Adapun Usamah beliau memberi pendapat dengan pengetahuan beliau tentang kesucian diri istri Nabi. Adapun ‘Ali, beliau mengatakan: Allah tidak menyempitkan diri Anda. Wanita selain dia ada banyak. Bertanyalah kepada budak wanita, niscaya dia akan jujur kepadamu. Nabi bertanya (kepada budak wanita), “Apakah engkau melihat sesuatu yang membuatmu ragu?” Budak wanita itu menjawab: Aku tidak melihat apapun. Paling-paling beliau adalah seorang wanita yang masih muda umurnya. Dia pernah tertidur dari adonan tepung untuk suaminya, lalu seekor kambing piaraan datang dan memakan adonan tepung itu. Lalu Nabi berdiri di atas mimbar seraya bersabda, “Wahai sekalian kaum muslimin, siapa yang dapat membelaku dari seseorang yang gangguannya terhadap istriku sampai kepadaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali kebaikan pada istriku.” Beliau menyebutkan kebersihan diri ‘Aisyah. Abu Usamah berkata dari Hisyam.