Cari Blog Ini

Shahih Muslim hadits nomor 2770

١٠ - بَابٌ فِي حَدِيثِ الۡإِفۡكِ، وَقَبُولِ تَوۡبَةِ الۡقَاذِفِ
10. Bab tentang kejadian berita bohong dan diterimanya tobat si penuduh

٥٦ - (٢٧٧٠) - حَدَّثَنَا حِبَّانُ بۡنُ مُوسَىٰ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡمُبَارَكِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ بۡنُ يَزِيدَ الۡأَيۡلِيُّ. (ح) وَحَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ الۡحَنۡظَلِيُّ وَمُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ وَعَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ. قَالَ ابۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا. وَقَالَ الۡآخَرَانِ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ. وَالسِّيَاقُ حَدِيثُ مَعۡمَرٍ مِنۡ رِوَايَةِ عَبۡدٍ وَابۡنِ رَافِعٍ. قَالَ يُونُسُ وَمَعۡمَرٌ. جَمِيعًا عَنِ الزُّهۡرِيِّ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ وَعُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ وَعَلۡقَمَةُ بۡنُ وَقَّاصٍ وَعُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ بۡنِ مَسۡعُودٍ، عَنۡ حَدِيثِ عَائِشَةَ، زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ.
56. (2770). Hibban bin Musa telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Al-Mubarak mengabarkan kepada kami: Yunus bin Yazid Al-Aili mengabarkan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali, Muhammad bin Rafi’, dan ‘Abd bin Humaid telah menceritakan kepada kami. Ibnu Rafi’ berkata: Telah menceritakan kepada kami. Dua orang yang lain berkata: ‘Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami. Konteks hadis ini adalah hadis Ma’mar dari riwayat ‘Abd dan Ibnu Rafi’. Yunus dan Ma’mar berkata, semuanya dari Az-Zuhri: Sa’id bin Al-Musayyab, ‘Urwah bin Az-Zubair, ‘Alqamah bin Waqqash, dan ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud mengabarkan kepadaku dari hadis ‘Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
حِينَ قَالَ لَهَا أَهۡلُ الۡإِفۡكِ مَا قَالُوا. فَبَرَّأَهَا اللهُ مِمَّا قَالُوا، وَكُلُّهُمۡ حَدَّثَنِي طَائِفَةً مِنۡ حَدِيثِهَا. وَبَعۡضُهُمۡ كَانَ أَوۡعَىٰ لِحَدِيثِهَا مِنۡ بَعۡضٍ، وَأَثۡبَتَ اقۡتِصَاصًا. وَقَدۡ وَعَيۡتُ عَنۡ كُلِّ وَاحِدٍ مِنۡهُمُ الۡحَدِيثَ الَّذِي حَدَّثَنِي، وَبَعۡضُ حَدِيثِهِمۡ يُصَدِّقُ بَعۡضًا. ذَكَرُوا: أَنَّ عَائِشَةَ، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَتۡ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا أَرَادَ أَنۡ يَخۡرُجَ سَفَرًا، أَقۡرَعَ بَيۡنَ نِسَائِهِ. فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهۡمُهَا، خَرَجَ بِهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ مَعَهُ.
Ketika penyebar berita bohong mengatakan terhadap ‘Aisyah dengan ucapan mereka, lalu Allah membersihkan beliau dari tuduhan yang mereka ucapkan. Mereka semua menceritakan kepadaku sebagian dari kisah beliau. Sebagian mereka lebih menghafal dan lebih merinci kisah beliau daripada sebagian lainnya. Dan aku menghafal setiap hadis yang mereka ceritakan kepadaku. Sebagian hadis mereka membenarkan hadis yang lain. Mereka menyebutkan: Bahwa ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila ingin keluar bepergian, beliau mengundi istri-istrinya. Mana di antara mereka yang keluar undian anak panahnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan bepergian bersamanya.
قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَأَقۡرَعَ بَيۡنَنَا فِي غَزۡوَةٍ غَزَاهَا. فَخَرَجَ فِيهَا سَهۡمِي. فَخَرَجۡتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ. وَذٰلِكَ بَعۡدَمَا أُنۡزِلَ الۡحِجَابُ. فَأَنَا أُحۡمَلُ فِي هَوۡدَجِي، وَأُنۡزَلُ فِيهِ، مَسِيرَنَا. حَتَّىٰ إِذَا فَرَغَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مِنۡ غَزۡوِهِ، وَقَفَلَ، وَدَنَوۡنَا مِنَ الۡمَدِينَةِ، آذَنَ لَيۡلَةً بِالرَّحِيلِ، فَقُمۡتُ حِينَ آذَنُوا بِالرَّحِيلِ. فَمَشَيۡتُ حَتَّى جَاوَزۡتُ الۡجَيۡشَ. فَلَمَّا قَضَيۡتُ مِنۡ شَأۡنِي أَقۡبَلۡتُ إِلَىٰ الرَّحۡلِ. فَلَمَسۡتُ صَدۡرِي فَإِذَا عِقۡدِي مِنۡ جَزۡعِ ظَفَارِ قَدِ انۡقَطَعَ. فَرَجَعۡتُ فَالۡتَمَسۡتُ عِقۡدِي فَحَبَسَنِي ابۡتِغَاؤُهُ. وَأَقۡبَلَ الرَّهۡطُ الَّذِينَ كَانُوا يَرۡحَلُونَ لِي فَحَمَلُوا هَوۡدَجِي. فَرَحَلُوهُ عَلَىٰ بَعِيرِيَ الَّذِي كُنۡتُ أَرۡكَبُ. وَهُمۡ يَحۡسِبُونَ أَنِّي فِيهِ.
‘Aisyah mengatakan: Beliau mengundi di antara kami di suatu perang yang beliau pimpin. Keluarlah anak panahku, sehingga aku keluar pergi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kejadian itu setelah diturunkan syariat hijab. Maka, aku diusung naik dan diturunkan di dalam sekedupku selama perjalanan kami. Sampai ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari perangnya dan kembali, kami sudah dekat dengan Madinah. Lalu di malam itu, beliau mengumumkan agar rombongan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Aku bangkit ketika mereka mengumumkan akan melanjutkan perjalanan. Aku berjalan sampai menjauh dari pasukan. Ketika aku sudah membuang hajatku, aku menuju tungganganku. Aku meraba dadaku. Ternyata kalungku yang terbuat dari batu mulia daerah Zhafar (nama daerah di Yaman) terputus. Aku kembali mencari kalungku, sehingga pencarianku menahanku beberapa waktu. Rombongan yang tadinya bersamaku berangkat dan mengusung sekedupku. Mereka mengangkat sekedupku ke atas untaku yang biasa aku tunggangi dalam keadaan mereka mengira bahwa aku ada di dalam sekedup itu.
قَالَتۡ: وَكَانَتِ النِّسَاءُ إِذۡ ذَاكَ خِفَافًا، لَمۡ يُهَبَّلۡنَ وَلَمۡ يَغۡشَهُنَّ اللَّحۡمُ. إِنَّمَا يَأۡكُلۡنَ الۡعُلۡقَةَ مِنَ الطَّعَامِ. فَلَمۡ يَسۡتَنۡكِرِ الۡقَوۡمُ ثِقَلَ الۡهَوۡدَجِ حِينَ رَحَلُوهُ وَرَفَعُوهُ. وَكُنۡتُ جَارِيَةً حَدِيثَةَ السِّنِّ. فَبَعَثُوا الۡجَمَلَ وَسَارُوا. وَوَجَدۡتُ عِقۡدِي بَعۡدَمَا اسۡتَمَرَّ الۡجَيۡشُ. فَجِئۡتُ مَنَازِلَهُمۡ وَلَيۡسَ بِهَا دَاعٍ وَلَا مُجِيبٌ. فَتَيَمَّمۡتُ مَنۡزِلِي الَّذِي كُنۡتُ فِيهِ. وَظَنَنۡتُ أَنَّ الۡقَوۡمَ سَيَفۡقِدُونِي فَيَرۡجِعُونَ إِلَيَّ. فَبَيۡنَا أَنَا جَالِسَةٌ فِي مَنۡزِلِي غَلَبَتۡنِي عَيۡنِي فَنِمۡتُ.
‘Aisyah mengatakan: Para wanita waktu itu, ringan tubuhnya. Daging mereka belum banyak, karena mereka hanya mengonsumsi sedikit makanan, sehingga orang-orang tidak menganggap ada yang aneh dengan bobot sekedupku ketika mereka usung dan angkat. Waktu itu aku adalah seorang gadis yang masih muda umurnya. Sehingga mereka pun menjalankan unta itu dan melanjutkan perjalanan. Aku menemukan kalungku setelah pasukan itu berlalu. Aku datang ke tempat mereka tadi, namun di sana sudah tidak ada seorangpun. Aku menuju tempat singgahku tadi dan aku mengira bahwa orang-orang akan kehilangan aku lalu mereka kembali menjemputku. Ketika aku duduk di tempat singgahku, aku mengantuk dan tertidur.
وَكَانَ صَفۡوَانُ بۡنُ الۡمُعَطَّلِ السُّلَمِيُّ، ثُمَّ الذَّكۡوَانِيُّ، قَدۡ عَرَّسَ مِنۡ وَرَاءِ الۡجَيۡشِ فَادَّلَجَ. فَأَصۡبَحَ عِنۡدَ مَنۡزِلِي. فَرَأَىٰ سَوَادَ إِنۡسَانٍ نَائِمٍ. فَأَتَانِي فَعَرَفَنِي حِينَ رَآنِي. وَقَدۡ كَانَ يَرَانِي قَبۡلَ أَنۡ يُضۡرَبَ الۡحِجَابُ عَلَيَّ. فَاسۡتَيۡقَظۡتُ بِاسۡتِرۡجَاعِهِ حِينَ عَرَفَنِي. فَخَمَّرۡتُ وَجۡهِي بِجِلۡبَابِي. وَوَاللهِ، مَا يُكَلِّمُنِي كَلِمَةً وَلَا سَمِعۡتُ مِنۡهُ كَلِمَةً غَيۡرَ اسۡتِرۡجَاعِهِ. حَتَّىٰ أَنَاخَ رَاحِلَتَهُ. فَوَطِئَ عَلَىٰ يَدِهَا فَرَكِبۡتُهَا. فَانۡطَلَقَ يَقُودُ بِيَ الرَّاحِلَةَ. حَتَّىٰ أَتَيۡنَا الۡجَيۡشَ، بَعۡدَمَا نَزَلُوا مُوغِرِينَ فِي نَحۡرِ الظَّهِيرَةِ. فَهَلَكَ مَنۡ هَلَكَ فِي شَأۡنِي. وَكَانَ الَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أُبَيٍّ ابۡنُ سَلُولَ.
Shafwan bin Al-Mu’aththal As-Sulami kemudian Adz-Dzakwani, beliau berhenti istirahat di akhir malam, berada di belakang pasukan. Dia pun melanjutkan perjalanan di akhir malam, lalu ketika subuh dia berada di dekat tempat singgahku. Dia melihat ada bayangan hitam seseorang yang sedang tidur. Dia pun mendekatiku dan mengenaliku ketika melihatku. Dia pernah melihatku sebelum aku dipakaikan hijab. Aku bangun dengan sebab ucapan istirja’-nya (bacaan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika mengenaliku. Aku langsung menutupi wajahku dengan jilbabku. Demi Allah, dia tidak mengajak bicara aku satu kata pun dan aku tidak mendengar darinya sepatah katapun kecuali ucapan istirja’-nya. Sampai dia menderumkan tunggangannya. Aku menapak tangan unta itu dan menaikinya. Dia pun menuntun tungganganku sampai kami dapat menyusul pasukan. Yaitu setelah mereka singgah ketika hari sangat panas di waktu awal pertengahan siang. Maka, binasalah siapa saja yang binasa terhadap keadaanku. Dan orang yang mengambil bagian terbesar dalam penyebaran berita bohong itu adalah ‘Abdullah bin Ubayy bin Salul.
فَقَدِمۡنَا الۡمَدِينَةَ، فَاشۡتَكَيۡتُ - حِينَ قَدِمۡنَا الۡمَدِينَةَ – شَهۡرًا. وَالنَّاسُ يُفِيضُونَ فِي قَوۡلِ أَهۡلِ الۡإِفۡكِ. وَلَا أَشۡعُرُ بِشَيۡءٍ مِنۡ ذٰلِكَ. وَهُوَ يَرِيبُنِي فِي وَجَعِي أَنِّي لَا أَعۡرِفُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ اللُّطۡفَ الَّذِي كُنۡتُ أَرَىٰ مِنۡهُ حِينَ أَشۡتَكِي. إِنَّمَا يَدۡخُلُ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَيُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُولُ: (كَيۡفَ تِيكُمۡ؟) فَذَاكَ يَرِيبُنِي. وَلَا أَشۡعُرُ بِالشَّرِّ.
Kami tiba di Madinah, lalu aku jatuh sakit ketika telah sampai di Madinah selama sebulan. Orang-orang larut dengan ucapan penyebar berita bohong, namun aku tidak menyadarinya sama sekali. Ada yang membuatku bingung ketika sakitku, yaitu aku tidak merasakan kelembutan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang biasa aku lihat dari beliau ketika aku sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya masuk, memberi salam, kemudian bertanya, “Bagaimana dia?” Hal itu membuatku bingung, namun aku tidak menyadari ada berita buruk itu.
حَتَّىٰ خَرَجۡتُ بَعۡدَمَا نَقَهۡتُ وَخَرَجَتۡ مَعِي أُمُّ مِسۡطَحٍ قِبَلَ الۡمَنَاصِعِ. وَهُوَ مُتَبَرَّزُنَا. وَلَا نَخۡرُجُ إِلَّا لَيۡلًا إِلَىٰ لَيۡلٍ، وَذٰلِكَ قَبۡلَ أَنۡ نَتَّخِذَ الۡكُنُفَ قَرِيبًا مِنۡ بُيُوتِنَا. وَأَمۡرُنَا أَمۡرُ الۡعَرَبِ الۡأُوَلِ فِي التَّنَزُّهِ. وَكُنَّا نَتَأَذَّىٰ بِالۡكُنُفِ أَنۡ نَتَّخِذَهَا عِنۡدَ بُيُوتِنَا. فَانۡطَلَقۡتُ أَنَا وَأُمُّ مِسۡطَحٍ، وَهِيَ بِنۡتُ أَبِي رُهۡمِ بۡنِ الۡمُطَّلِبِ بۡنِ عَبۡدِ مَنَافٍ. وَأُمُّهَا ابۡنَةُ صَخۡرِ بۡنِ عَامِرٍ، خَالَةُ أَبِي بَكۡرٍ الصِّدِّيقِ. وَابۡنُهَا مِسۡطَحُ بۡنُ أُثَاثَةَ بۡنِ عَبَّادِ بۡنِ الۡمُطَّلِبِ.
Sampai aku keluar setelah merasa mendingan bersama Ummu Misthah menuju Manashi’ (di luar kota Madinah). Yaitu tempat kami buang hajat. Kami tidak keluar kecuali malam hari. Hal itu sebelum kami membuat tempat buang hajat yang dekat dengan rumah-rumah kami. Keadaan kami ketika itu adalah sesuai kebiasaan orang Arab dahulu dalam hal pergi menjauhi rumah-rumah untuk buang hajat. Kami dahulu merasa risi membuat tempat buang hajat di dekat rumah-rumah kami. Aku berangkat pergi bersama Ummu Misthah. Dia adalah putri Abu Ruhm bin Al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf. Ibunya adalah putri Shakhr bin ‘Amir, bibi (dari jalur ibu) Abu Bakr Ash-Shiddiq. Putranya adalah Misthah bin Utsatsah bin ‘Abbad bin Al-Muththalib.
فَأَقۡبَلۡتُ أَنَا وَبِنۡتُ أَبِي رُهۡمٍ قِبَلَ بَيۡتِي، حِينَ فَرَغۡنَا مِنۡ شَأۡنِنَا. فَعَثَرَتۡ أُمُّ مِسۡطَحٍ فِي مِرۡطِهَا. فَقَالَتۡ: تَعِسَ مِسۡطَحٌ. فَقُلۡتُ لَهَا: بِئۡسَ مَا قُلۡتِ. أَتَسُبِّينَ رَجُلًا قَدۡ شَهِدَ بَدۡرًا. قَالَتۡ: أَيۡ هَنۡتَاهۡ، أَوَ لَمۡ تَسۡمَعِي مَا قَالَ؟ قُلۡتُ: وَمَاذَا قَالَ؟ قَالَتۡ: فَأَخۡبَرَتۡنِي بِقَوۡلِ أَهۡلِ الۡإِفۡكِ. فَازۡدَدۡتُ مَرَضًا إِلَىٰ مَرَضِي. فَلَمَّا رَجَعۡتُ إِلَىٰ بَيۡتِي، فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ. فَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: (كَيۡفَ تِيكُمۡ؟) قُلۡتُ: أَتَأۡذَنُ لِي أَنۡ آتِيَ أَبَوَيَّ؟ قَالَتۡ: وَأَنَا حِينَئِذٍ أُرِيدُ أَنۡ أَتَيَقَّنَ الۡخَبَرَ مِنۡ قِبَلِهِمَا. فَأَذِنَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ.
Aku dan putri Abu Ruhm menuju ke rumahku ketika kami telah selesai dengan keperluan kami. Ummu Misthah jatuh karena pakaiannya, lalu dia mengatakan: Celaka Misthah. Aku berkata kepadanya: Jelek sekali ucapanmu. Apakah engkau mencela seseorang yang telah mengikuti perang Badr. Ummu Misthah berkata: Wahai Anda ini, tidakkah engkau mendengar apa yang ia ucapkan? Aku bertanya: Apa yang ia katakan? Ummu Misthah berkata mengabarkan kepadaku ucapan para penyebar berita bohong. Sakitku jadi bertambah. Ketika aku kembali ke rumahku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemuiku, mengucapkan salam, kemudian bertanya, “Bagaimana dia?” Aku berkata: Apakah engkau mengizinkan aku untuk mendatangi kedua orangtuaku? ‘Aisyah mengatakan: Aku ketika itu ingin meyakinkan kabar dari sisi mereka berdua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkanku.
فَجِئۡتُ أَبَوَيَّ فَقُلۡتُ لِأُمِّي: يَا أُمَّتَاهۡ، مَا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ؟ فَقَالَتۡ: يَا بُنَيَّةُ، هَوِّنِي عَلَيۡكِ. فَوَاللّٰهِ، لَقَلَّمَا كَانَتِ امۡرَأَةٌ قَطُّ وَضِيئَةٌ عِنۡدَ رَجُلٍ يُحِبُّهَا، وَلَهَا ضَرَائِرُ، إِلَّا كَثَّرۡنَ عَلَيۡهَا. قَالَتۡ: قُلۡتُ: سُبۡحَانَ اللهِ، وَقَدۡ تَحَدَّثَ النَّاسُ بِهَٰذَا؟ قَالَتۡ: فَبَكَيۡتُ تِلۡكَ اللَّيۡلَةَ حَتَّىٰ أَصۡبَحۡتُ لَا يَرۡقَأُ لِي دَمۡعٌ وَلَا أَكۡتَحِلُ بِنَوۡمٍ. ثُمَّ أَصۡبَحۡتُ أَبۡكِي،
Aku datang kepada kedua orangtuaku. Aku bertanya kepada ibuku: Wahai ibu, apa yang diceritakan orang-orang? Ibuku menjawab: Wahai putriku, jangan engkau hiraukan. Demi Allah, alangkah sedikit ada seorang wanita yang baik lagi rupawan di sisi seorang suami yang mencintainya, sementara ia punya banyak madu, kecuali akan banyak digunjing. ‘Aisyah mengatakan: Aku berkata: Mahasuci Allah, orang-orang benar-benar telah bercerita tentang ini. ‘Aisyah mengatakan: Aku menangis malam itu sampai subuh. Air mataku tidak berhenti dan aku tidak tidur semalaman. Kemudian keesokan harinya aku masih menangis. 
وَدَعَا رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلِيَّ بۡنَ أَبِي طَالِبٍ وَأُسَامَةَ بۡنَ زَيۡدٍ حِينَ اسۡتَلۡبَثَ الۡوَحۡيُ. يَسۡتَشِيرُهُمَا فِي فِرَاقِ أَهۡلِهِ. قَالَتۡ: فَأَمَّا أُسَامَةُ بۡنُ زَيۡدٍ، فَأَشَارَ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِالَّذِي يَعۡلَمُ مِنۡ بَرَاءَةِ أَهۡلِهِ، وَبِالَّذِي يَعۡلَمُ فِي نَفۡسِهِ لَهُمۡ مِنَ الۡوُدِّ. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هُمۡ أَهۡلُكَ وَلَا نَعۡلَمُ إِلَّا خَيۡرًا. وَأَمَّا عَلِيُّ بۡنُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ: لَمۡ يُضَيِّقِ اللهُ عَلَيۡكَ. وَالنِّسَاءُ سِوَاهَا كَثِيرٌ. وَإِنۡ تَسۡأَلِ الۡجَارِيَةَ تَصۡدُقۡكَ. قَالَتۡ: فَدَعَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بَرِيرَةَ فَقَالَ: (أَيۡ بَرِيرَةُ، هَلۡ رَأَيۡتِ مِنۡ شَيۡءٍ يَرِيبُكِ مِنۡ عَائِشَةَ؟) قَالَتۡ لَهُ بَرِيرَةُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالۡحَقِّ، إِنۡ رَأَيۡتُ عَلَيۡهَا أَمۡرًا قَطُّ أَغۡمِصُهُ عَلَيۡهَا، أَكۡثَرَ مِنۡ أَنَّهَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ، تَنَامُ عَنۡ عَجِينِ أَهۡلِهَا، فَتَأۡتِي الدَّاجِنُ فَتَأۡكُلُهُ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Ali bin Abu Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu tidak kunjung turun. Beliau bermusyawarah dengan keduanya tentang menceraikan istrinya. ‘Aisyah mengatakan: Adapun Usamah bin Zaid, beliau memberikan pendapat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pengetahuannya terhadap kebersihan diri istri beliau dan dengan pengetahuannya terhadap kecintaan pada diri Nabi kepada mereka. Usamah mengatakan: Wahai Rasulullah, mereka adalah istri Anda dan kami tidak mengetahui kecuali kebaikan. Adapun ‘Ali bin Abu Thalib, beliau mengatakan: Allah tidak menyempitkan Anda dan wanita selain dia ada banyak. Jika engkau bertanya kepada budak wanita itu, niscaya dia akan jujur kepadamu. ‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Barirah lalu berkata, “Wahai Barirah, apakah engkau melihat suatu hal yang membuatmu ragu pada diri ‘Aisyah?” Barirah berkata kepada beliau: Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, tidaklah aku melihat suatu perkara yang aku anggap sebagai celaan terhadapnya, paling-paling karena dia adalah seorang wanita yang masih muda umurnya, dia pernah tertidur setelah menyiapkan adonan tepung untuk suaminya, lalu ada kambing piaraan datang dan memakan adonan tepung itu.
قَالَتۡ: فَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى الۡمِنۡبَرِ. فَاسۡتَعۡذَرَ مِنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أُبَيٍّ ابۡنِ سَلُولَ. قَالَتۡ: فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَهُوَ عَلَىٰ الۡمِنۡبَرِ: (يَا مَعۡشَرَ الۡمُسۡلِمِينَ، مَنۡ يَعۡذِرُنِي مِنۡ رَجُلٍ قَدۡ بَلَغَ أَذَاهُ فِي أَهۡلِ بَيۡتِي؟ فَوَاللّٰهِ، مَا عَلِمۡتُ عَلَىٰ أَهۡلِي إِلَّا خَيۡرًا. وَلَقَدۡ ذَكَرُوا رَجُلًا مَا عَلِمۡتُ عَلَيۡهِ إِلَّا خَيۡرًا. وَمَا كَانَ يَدۡخُلُ عَلَىٰ أَهۡلِي إِلَّا مَعِي). فَقَامَ سَعۡدُ بۡنُ مُعَاذٍ الۡأَنۡصَارِيُّ فَقَالَ: أَنَا أَعۡذِرُكَ مِنۡهُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنۡ كَانَ مِنَ الۡأَوۡسِ ضَرَبۡنَا عُنُقَهُ. وَإِنۡ كَانَ مِنۡ إِخۡوَانِنَا الۡخَزۡرَجِ أَمَرۡتَنَا فَفَعَلۡنَا أَمۡرَكَ. قَالَتۡ: فَقَامَ سَعۡدُ بۡنُ عُبَادَةَ، وَهُوَ سَيِّدُ الۡخَزۡرَجِ، وَكَانَ رَجُلًا صَالِحًا، وَلَٰكِنِ اجۡتَهَلَتۡهُ الۡحَمِيَّةُ. فَقَالَ لِسَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ: كَذَبۡتَ. لَعَمۡرُ اللهِ، لَا تَقۡتُلُهُ وَلَا تَقۡدِرُ عَلَىٰ قَتۡلِهِ. فَقَامَ أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرٍ، وَهُوَ ابۡنُ عَمِّ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ، فَقَالَ لِسَعۡدِ بۡنِ عُبَادَةَ: كَذَبۡتَ. لَعَمۡرُ اللهِ، لَنَقۡتُلَنَّهُ. فَإِنَّكَ مُنَافِقٌ تُجَادِلُ عَنِ الۡمُنَافِقِينَ، فَثَارَ الۡحَيَّانِ: الۡأَوۡسُ وَالۡخَزۡرَجُ، حَتَّىٰ هَمُّوا أَنۡ يَقۡتَتِلُوا. وَرَسُولُ اللهِ ﷺ قَائِمٌ عَلَى الۡمِنۡبَرِ، فَلَمۡ يَزَلۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُخَفِّضُهُمۡ حَتَّىٰ سَكَتُوا وَسَكَتَ.
‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar. Beliau meminta pembelaan terhadap tuduhan ‘Abdullah bin Ubayy bin Salul. ‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di atas mimbar, “Wahai sekalian kaum muslimin, siapa yang dapat menolongku dari seseorang yang telah memberikan gangguan kepada ahli baitku? Demi Allah, aku tidak mengetahui pada keluargaku kecuali kebaikan. Dan mereka juga menyebutkan seseorang (yaitu Shafwan) yang aku tidak mengetahui pada dirinya kecuali kebaikan dan dia tidak pernah masuk menemui keluargaku kecuali bersamaku.” Sa’d bin Mu’adz Al-Anshari berdiri dan mengatakan: Saya yang menolongmu dari orang itu, wahai Rasulullah. Jika orang itu dari suku Aus, akan kami penggal lehernya. Dan jika orang itu dari saudara kami suku Khazraj, maka silakan perintahkan kami, niscaya kami akan kerjakan perintahmu. ‘Aisyah mengatakan: Sa’d bin ‘Ubadah berdiri—beliau adalah tokoh Khazraj dan beliau adalah seorang yang saleh namun fanatisme kesukuan membuatnya jahil—lalu berkata kepada Sa’d bin Mu’adz: Engkau dusta. Aku bersumpah, engkau tidak membunuhnya dan tidak akan mampu membunuhnya. Usaid bin Hudhair berdiri—dia adalah saudara sepupu Sa’d bin Mu’adz—lalu berkata kepada Sa’d bin ‘Ubadah: Engkau dusta. Aku bersumpah, kami akan benar-benar membunuhnya. Sungguh engkau adalah seorang munafik yang membela orang-orang munafik. Maka, dua suku itu, yaitu Aus dan Khazraj, bangkit kemarahannya dan saling berhadapan sampai-sampai mereka ingin berperang. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih berdiri di atas mimbar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus-menerus menenangkan mereka sampai mereka diam dan beliau pun diam. 
قَالَتۡ: وَبَكَيۡتُ يَوۡمِي ذٰلِكَ لَا يَرۡقَأُ لِي دَمۡعٌ وَلَا أَكۡتَحِلُ بِنَوۡمٍ. ثُمَّ بَكَيۡتُ لَيۡلَتِيَ الۡمُقۡبِلَةَ، لَا يَرۡقَأُ لِي دَمۡعٌ وَلَا أَكۡتَحِلُ بِنَوۡمٍ، وَأَبَوَايَ يَظُنَّانِ أَنَّ الۡبُكَاءَ فَالِقٌ كَبِدِي. فَبَيۡنَمَا هُمَا جَالِسَانِ عِنۡدِي، وَأَنَا أَبۡكِي اسۡتَأۡذَنَتۡ عَلَيَّ امۡرَأَةٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، فَأَذِنۡتُ لَهَا، فَجَلَسَتۡ تَبۡكِي. قَالَتۡ: فَبَيۡنَا نَحۡنُ عَلَىٰ ذٰلِكَ دَخَلَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ. فَسَلَّمَ ثُمَّ جَلَسَ. قَالَتۡ: وَلَمۡ يَجۡلِسۡ عِنۡدِي مُنۡذُ قِيلَ لِي مَا قِيلَ. وَقَدۡ لَبِثَ شَهۡرًا لَا يُوحَىٰ إِلَيۡهِ فِي شَأۡنِي بِشَيۡءٍ.
‘Aisyah mengatakan: Aku menangis di hari itu. Air mata ini tidak bisa berhenti dan aku tidak bisa tidur semalaman. Kemudian aku menangis malam besoknya. Air mataku belum juga berhenti dan aku masih tidak bisa tidur semalaman. Sampai-sampai kedua orangtuaku mengira bahwa tangisan itu memecah hatiku. Ketika kedua orangtuaku sedang duduk di dekatku dan aku sedang menangis, ada seorang wanita ansar yang meminta izin masuk menemuiku. Aku mengizinkannya. Lalu wanita itu duduk dan ikut menangis. ‘Aisyah mengatakan: Ketika kami sedang dalam keadaan demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui kami. Beliau mengucapkan salam kemudian duduk. ‘Aisyah berkata: Beliau tidak pernah duduk di dekatku sejak ada perkataan miring tentangku. Sudah satu bulan tidak ada wahyu turun kepada beliau tentang keadaanku.
قَالَتۡ: فَتَشَهَّدَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ جَلَسَ ثُمَّ قَالَ: (أَمَّا بَعۡدُ. يَا عَائِشَةُ، فَإِنَّهُ قَدۡ بَلَغَنِي عَنۡكِ كَذَا وَكَذَا. فَإِنۡ كُنۡتِ بَرِيئَةً فَسَيُبَرِّئُكِ اللهُ. وَإِنۡ كُنۡتِ أَلۡمَمۡتِ بِذَنۡبٍ، فَاسۡتَغۡفِرِي اللهَ وَتُوبِي إِلَيۡهِ. فَإِنَّ الۡعَبۡدَ إِذَا اعۡتَرَفَ بِذَنۡبٍ ثُمَّ تَابَ، تَابَ اللهُ عَلَيۡهِ) قَالَتۡ: فَلَمَّا قَضَىٰ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَقَالَتَهُ، قَلَصَ دَمۡعِي حَتَّىٰ مَا أُحِسُّ مِنۡهُ قَطۡرَةً. فَقُلۡتُ لِأَبِي: أَجِبۡ عَنِّي رَسُولَ اللهِ ﷺ فِيمَا قَالَ. فَقَالَ: وَاللهِ، مَا أَدۡرِي مَا أَقُولُ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ. فَقُلۡتُ لِأُمِّي: أَجِيبِي عَنِّي رَسُولَ اللهِ ﷺ. فَقَالَتۡ: وَاللهِ مَا أَدۡرِي مَا أَقُولُ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ. فَقُلۡتُ - وَأَنَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ، لَا أَقۡرَأُ كَثِيرًا مِنَ الۡقُرۡآنِ -: إِنِّي، وَاللهِ، لَقَدۡ عَرَفۡتُ أَنَّكُمۡ قَدۡ سَمِعۡتُمۡ بِهَٰذَا حَتَّىٰ اسۡتَقَرَّ فِي نُفُوسِكُمۡ وَصَدَّقۡتُمۡ بِهِ. فَإِنۡ قُلۡتُ لَكُمۡ إِنِّي بَرِيئَةٌ، وَاللهُ يَعۡلَمُ أَنِّي بَرِيئَةٌ، لَا تُصَدِّقُونِي بِذٰلِكَ. وَلَئِنِ اعۡتَرَفۡتُ لَكُمۡ بِأَمۡرٍ، وَاللهُ يَعۡلَمُ أَنِّي بَرِيئَةٌ، لَتُصَدِّقُونَنِي. وَإِنِّي، وَاللهِ، مَا أَجِدُ لِي وَلَكُمۡ مَثَلًا إِلَّا كَمَا قَالَ أَبُو يُوسُفَ: ﴿فَصَبۡرٌ جَمِيلٌ وَاللهُ الۡمُسۡتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ﴾ [يوسف: ١٨].
‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersyahadat ketika telah duduk, kemudian beliau bersabda, “Amabakdu. Wahai ‘Aisyah, telah sampai berita kepadaku tentang engkau demikian. Jika dirimu bersih, niscaya Allah akan membersihkanmu dari tuduhan itu. Dan jika engkau terjerumus dalam dosa, maka mohon ampunlah kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya. Karena seorang hamba jika mengakui suatu dosa lalu bertobat, niscaya Allah akan menerima tobatnya.” ‘Aisyah mengatakan: Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyelesaikan ucapannya, air mataku berhenti bercucuran sampai aku tidak merasakan ada satu tetespun. Aku berkata kepada ayahku: Jawablah ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untukku. Namun ayahku berkata: Demi Allah, aku tidak tahu apa yang akan aku katakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata kepada ibuku: Tolong jawablah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untukku. Ibuku juga berkata: Demi Allah, aku tidak tahu apa yang akan aku ucapkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata—aku adalah seorang wanita yang masih muda umurnya dan aku belum banyak membaca Alquran—: Sesungguhnya aku, demi Allah, benar-benar mengetahui bahwa kalian mendengar berita ini sampai-sampai hal itu menetap di jiwa-jiwa kalian dan kalian mempercayainya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku ini bersih dan Allah mengetahui bahwa aku memang bersih, niscaya kalian tidak mempercayaiku. Namun jika aku mengakui suatu hal dan Allah mengetahui bahwa aku ini bersih, niscaya kalian malah mempercayaiku. Dan sesungguhnya aku, demi Allah, tidak mendapatkan permisalan untukku dan kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh ayahnya Nabi Yusuf (yang artinya), “Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.” (QS. Yusuf: 18).
قَالَتۡ: ثُمَّ تَحَوَّلۡتُ فَاضۡطَجَعۡتُ عَلَىٰ فِرَاشِي. قَالَتۡ: وَأَنَا، وَاللهِ، حِينَئِذٍ أَعۡلَمُ أَنِّي بَرِيئَةٌ. وَأَنَّ اللهَ مُبَرِّئِي بِبَرَاءَتِي. وَلَٰكِنۡ، وَاللهِ، مَا كُنۡتُ أَظُنُّ أَنۡ يُنۡزَلَ فِي شَأۡنِي وَحۡيٌ يُتۡلَىٰ. وَلَشَأۡنِي كَانَ أَحۡقَرَ فِي نَفۡسِي مِنۡ أَنۡ يَتَكَلَّمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيَّ بِأَمۡرٍ يُتۡلَىٰ. وَلَٰكِنِّي كُنۡتُ أَرۡجُو أَنۡ يَرَىٰ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّوۡمِ رُؤۡيَا يُبَرِّئُنِي اللهُ بِهَا. قَالَتۡ: فَوَاللّٰهِ، مَا رَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَجۡلِسَهُ، وَلَا خَرَجَ مِنۡ أَهۡلِ الۡبَيۡتِ أَحَدٌ، حَتَّىٰ أَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَىٰ نَبِيِّهِ ﷺ. فَأَخَذَهُ مَا كَانَ يَأۡخُذُهُ مِنَ الۡبُرَحَاءِ عِنۡدَ الۡوَحۡيِ. حَتَّىٰ إِنَّهُ لَيَتَحَدَّرُ مِنۡهُ مِثۡلُ الۡجُمَانِ مِنَ الۡعَرَقِ، فِي الۡيَوۡمِ الشَّاتِ، مِنۡ ثِقَلِ الۡقَوۡلِ الَّذِي أُنۡزِلَ عَلَيۡهِ.
‘Aisyah mengatakan: Kemudian aku berpindah tempat dan aku berbaring di atas pembaringanku. ‘Aisyah mengatakan: Aku, demi Allah, ketika itu, mengetahui bahwa aku ini bersih dan sesungguhnya Allah yang akan membersihkanku dari tuduhan itu. Tetapi, demi Allah, aku tidak menyangka akan turun wahyu yang akan dibaca mengenai keadaanku ini. Menurutku, keadaanku ini tidak pantas untuk Allah azza wajalla bicarakan dalam wahyu yang akan dibaca oleh orang-orang. Akan tetapi aku berharap bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermimpi Allah membersihkan diriku dari tuduhan. ‘Aisyah mengatakan: Demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam belum sampai pergi dari tempat duduknya dan belum ada satu orang pun yang keluar, hingga Allah azza wajalla menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengalami demam hebat ketika wahyu turun sehingga berkeringat. Sampai keringat beliau seakan-akan mutiara di hari yang dingin saking beratnya wahyu yang turun kepada beliau.
قَالَتۡ: فَلَمَّا سُرِّيَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَهُوَ يَضۡحَكُ، فَكَانَ أَوَّلَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بِهَا أَنۡ قَالَ: (أَبۡشِرِي. يَا عَائِشَةُ، أَمَّا اللهُ فَقَدۡ بَرَّأَكِ)، فَقَالَتۡ لِي أُمِّي: قُومِي إِلَيۡهِ. فَقُلۡتُ: وَاللهِ، لَا أَقُومُ إِلَيۡهِ، وَلَا أَحۡمَدُ إِلَّا اللهَ. هُوَ الَّذِي أَنۡزَلَ بَرَاءَتِي. قَالَتۡ: فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ الَّذِينَ جَآءُوا بِالۡإِفۡكِ عُصۡبَةٌ مِنۡكُمۡ﴾ [النور: ١١] عَشۡرَ آيَاتٍ. فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَٰؤُلَاءِ الۡآيَاتِ بَرَاءَتِي. قَالَتۡ: فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ، وَكَانَ يُنۡفِقُ عَلَىٰ مِسۡطَحٍ لِقَرَابَتِهِ مِنۡهُ وَفَقۡرِهِ: وَاللهِ، لَا أُنۡفِقُ عَلَيۡهِ شَيۡئًا أَبَدًا، بَعۡدَ الَّذِي قَالَ لِعَائِشَةَ. فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَلَا يَأۡتَلِ أُولُو الۡفَضۡلِ مِنۡكُمۡ وَالسَّعَةِ أَنۡ يُؤۡتُوا أُولِي الۡقُرۡبَىٰ﴾ [النور: ٢٢] إِلَىٰ قَوۡلِهِ: ﴿أَلَا تُحِبُّونَ أَنۡ يَغۡفِرَ اللهُ لَكُمۡ﴾ [النور: ٢٢].
‘Aisyah mengatakan: Ketika wahyu telah selesai turun pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tertawa. Awal kalimat yang beliau ucapkan adalah, “Bergembiralah wahai ‘Aisyah. Sesungguhnya Allah telah membersihkanmu (dari tuduhan).” Ibuku berkata kepadaku: Berdirilah kepadanya. Aku berkata: Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya dan aku tidak memuji kecuali Allah. Dialah yang menurunkan wahyu tentang kesucian diriku. ‘Aisyah mengatakan: Allah azza wajalla menurunkan ayat (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga.” (QS. An-Nur: 11) sebanyak sepuluh ayat. Allah azza wajalla menurunkan ayat-ayat itu untuk menjelaskan kesucian diriku. ‘Aisyah mengatakan: Abu Bakr berkata—beliau dahulu biasa memberi nafkah kepada Misthah karena hubungan kekerabatan dan kemiskinan Misthah—: Demi Allah, aku tidak akan memberi nafkah apapun lagi kepadanya selama-lamanya. Hal itu setelah ucapan Misthah terhadap ‘Aisyah. Allah azza wajalla menurunkan ayat (yang artinya), “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya),” (QS. An-Nur: 22) sampai firman-Nya (yang artinya), “Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?” (QS. An-Nur: 22).
قَالَ حِبَّانُ بۡنُ مُوسَىٰ: قَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡمُبَارَكِ: هَٰذِهِ أَرۡجَىٰ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللهِ.
فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: وَاللهِ، إِنِّي لَأُحِبُّ أَنۡ يَغۡفِرَ اللهُ لِي. فَرَجَعَ إِلَىٰ مِسۡطَحٍ النَّفَقَةَ الَّتِي كَانَ يُنۡفِقُ عَلَيۡهِ. وَقَالَ: لَا أَنۡزِعُهَا مِنۡهُ أَبَدًا.
Hibban bin Musa berkata: ‘Abdullah bin Al-Mubarak berkata: Ini adalah ayat yang paling memberikan harapan di dalam kitab Allah.
Abu Bakr mengatakan: Demi Allah, sesungguhnya aku ingin agar Allah mengampuniku. Beliau pun kembali memberikan nafkah kepada Misthah sebagaimana yang biasa beliau berikan. Dan beliau mengatakan: Aku tidak akan menghentikan nafkah ini darinya selama-lamanya.
قَالَتۡ عَائِشَةُ: وَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ سَأَلَ زَيۡنَبَ بِنۡتَ جَحۡشٍ، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ عَنۡ أَمۡرِي: (مَا عَلِمۡتِ؟ أَوۡ مَا رَأَيۡتِ؟) فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَحۡمِي سَمۡعِي وَبَصَرِي. وَاللهِ، مَا عَلِمۡتُ إِلَّا خَيۡرًا.
قَالَتۡ عَائِشَةُ: وَهِيَ الَّتِي كَانَتۡ تُسَامِينِي مِنۡ أَزۡوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ. فَعَصَمَهَا اللهُ بِالۡوَرَعِ. وَطَفِقَتۡ أُخۡتُهَا حَمۡنَةُ بِنۡتُ جَحۡشٍ تُحَارِبُ لَهَا. فَهَلَكَتۡ فِيمَنۡ هَلَكَ.
‘Aisyah mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Zainab binti Jahsy, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang perkaraku, “Apa yang engkau ketahui? Atau apa pendapatmu?” Zainab menjawab: Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku. Aku tidak mengetahui kecuali kebaikan.
‘Aisyah mengatakan: Zainablah yang menyaingiku di antara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah memeliharanya dengan sifat warak. Saudarinya, yaitu Hamnah binti Jahsy, mendebatnya sehingga ia binasa dalam golongan orang-orang yang binasa.
قَالَ الزُّهۡرِيُّ: فَهَٰذَا مَا انۡتَهَى إِلَيۡنَا مِنۡ أَمۡرِ هَٰؤُلَاءِ الرَّهۡطِ.
وَقَالَ فِي حَدِيثِ يُونُسَ: احۡتَمَلَتۡهُ الۡحَمِيَّةُ.
[البخاري: كتاب الشهادات، باب إذا عدَّل رجل رجلًا فقال: لا نعلم إلا خيرًا...، رقم: ٢٦٣٧].
Az-Zuhri berkata: Inilah perkara beberapa orang yang sampai kepada kami.
Beliau berkata di dalam hadis Yunus: Fanatisme kesukuan yang mendorongnya.
٥٧ - (...) - وَحَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِيعِ الۡعَتَكِيُّ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ. (ح) وَحَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ عَلِيٍّ الۡحُلۡوَانِيُّ وَعَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ. قَالَا: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ سَعۡدٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحِ بۡنِ كَيۡسَانَ. كِلَاهُمَا عَنِ الزُّهۡرِيِّ، بِمِثۡلِ حَدِيثِ يُونُسَ وَمَعۡمَرٍ. بِإِسۡنَادِهِمَا.
وَفِي حَدِيثِ فُلَيۡحٍ: اجۡتَهَلَتۡهُ الۡحَمِيَّةُ. كَمَا قَالَ مَعۡمَرٌ.
وَفِي حَدِيثِ صَالِحٍ: احۡتَمَلَتۡهُ الۡحَمِيَّةُ كَقَوۡلِ يُونُسَ.
57. Abu Ar-Rabi’ Al-‘Ataki telah menceritakan kepadaku: Fulaih bin Sulaiman menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Al-Hasan bin ‘Ali Al-Hulwani dan ‘Abd bin Humaid telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Shalih bin Kaisan. Masing-masing keduanya dari Az-Zuhri semisal hadis Yunus dan Ma’mar melalui sanad keduanya.
Di dalam hadis Fulaih: Fanatisme kesukuan membuatnya jahil. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ma’mar.
Di dalam hadis Shalih: Fanatisme kesukuan yang mendorongnya. Seperti ucapan Yunus.
وَزَادَ فِي حَدِيثِ صَالِحٍ: قَالَ عُرۡوَةُ: كَانَتۡ عَائِشَةُ تَكۡرَهُ أَنۡ يُسَبَّ عِنۡدَهَا حَسَّانُ. وَتَقُولُ: فَإِنَّهُ قَالَ:
فَإِنَّ أَبِي وَوَالِدَهُ وَعِرۡضِي         لِعِرۡضِ مُحَمَّدٍ مِنۡكُمۡ وِقَاءُ
وَزَادَ أَيۡضًا: قَالَ عُرۡوَةُ: قَالَتۡ عَائِشَةُ: وَاللهِ، إِنَّ الرَّجُلَ الَّذِي قِيلَ لَهُ مَا قِيلَ لَيَقُولُ: سُبۡحَانَ اللهِ، فَوَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ، مَا كَشَفۡتُ عَنۡ كَنَفِ أُنۡثَى قَطُّ. قَالَتۡ: ثُمَّ قُتِلَ بَعۡدَ ذٰلِكَ شَهِيدًا فِي سَبِيلِ اللهِ.
Beliau menambahkan di dalam hadis Shalih: ‘Urwah berkata: ‘Aisyah dahulu tidak suka jika Hassan dicela di dekatnya. ‘Aisyah mengatakan: Karena Hassan berkata: Sesungguhnya ayahku, ayahnya ayahku, dan harga diriku adalah pelindung untuk harga diri Muhammad dari kalian.
Beliau juga menambahkan: ‘Urwah berkata: ‘Aisyah mengatakan: Demi Allah, sesungguhnya pria yang telah dituduh itu (yaitu Shafwan) benar-benar berkata: Mahasuci Allah, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak pernah menyingkap tabir seorang perempuan sama sekali. Kemudian ‘Aisyah mengatakan: Kemudian dia terbunuh setelah itu sebagai syahid di jalan Allah.
وَفِي حَدِيثِ يَعۡقُوبَ بۡنِ إِبۡرَاهِيمَ: مُوعِرِينَ فِي نَحۡرِ الظَّهِيرَةِ.
وقَالَ عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: مُوغِرِينَ.
قَالَ عَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ: قُلۡتُ لِعَبۡدِ الرَّزَّاقِ: مَا قَوۡلُهُ: مُوغِرِينَ؟ قَالَ: الۡوَغۡرَةُ شِدَّةُ الۡحَرِّ.
Di dalam hadis Ya’qub bin Ibrahim: Dalam keadaan kepayahan dalam perjalanan di awal waktu siang.
‘Abdurrazzaq berkata: Ketika hari sangat panas.
‘Abd bin Humaid berkata: Aku bertanya kepada ‘Abdurrazzaq: Apa maksud ucapan beliau: mughirin? Beliau menjawab: Waghrah adalah sangat panas.
٥٨ - (...) - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَمُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ. قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ، قَالَتۡ: لَمَّا ذُكِرَ مِنۡ شَأۡنِي الَّذِي ذُكِرَ، وَمَا عَلِمۡتُ بِهِ، قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ خَطِيبًا فَتَشَهَّدَ. فَحَمِدَ اللهَ وَأَثۡنَىٰ عَلَيۡهِ بِمَا هُوَ أَهۡلُهُ. ثُمَّ قَالَ: (أَمَّا بَعۡدُ، أَشِيرُوا عَلَيَّ فِي أُنَاسٍ أَبَنُوا أَهۡلِي. وَايۡمُ اللهِ، مَا عَلِمۡتُ عَلَىٰ أَهۡلِي مِنۡ سُوءٍ قَطُّ. وَأَبَنُوهُمۡ، بِمَنۡ، وَاللهِ مَا عَلِمۡتُ عَلَيۡهِ مِنۡ سُوءٍ قَطُّ وَلَا دَخَلَ بَيۡتِي قَطُّ إِلَّا وَأَنَا حَاضِرٌ. وَلَا غِبۡتُ فِي سَفَرٍ إِلَّا غَابَ مَعِي)... وَسَاقَ الۡحَدِيثَ بِقِصَّتِهِ.
58. Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: Ketika disebutkan keadaanku sementara aku belum mengetahuinya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhotbah. Beliau membaca syahadat, memuji Allah, dan menyanjung dengan sanjungan yang layak untuk-Nya. Kemudian beliau bersabda, “Amabakdu, berilah pendapat kepadaku tentang orang-orang yang telah menuduh keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui ada suatu keburukan sama sekali pada keluargaku. Dan mereka juga menuduh orang yang—demi Allah—aku tidak mengetahuinya ada suatu kejelekan sama sekali. Dia juga sama sekali tidak masuk ke rumahku kecuali ada aku. Dan tidak pula aku pergi dalam suatu perjalanan kecuali dia ikut pergi bersamaku…” Beliau melanjutkan hadis itu dengan kisahnya.
وَفِيهِ: وَلَقَدۡ دَخَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بَيۡتِي فَسَأَلَ جَارِيَتِي. فَقَالَتۡ: وَاللهِ، مَا عَلِمۡتُ عَلَيۡهَا عَيۡبًا، إِلَّا أَنَّهَا كَانَتۡ تَرۡقُدُ حَتَّىٰ تَدۡخُلَ الشَّاةُ فَتَأۡكُلَ عَجِينَهَا. أَوۡ قَالَتۡ: خَمِيرَهَا، شَكَّ هِشَامٌ. فَانۡتَهَرَهَا بَعۡضُ أَصۡحَابِهِ فَقَالَ: اصۡدُقِي رَسُولَ اللهِ ﷺ، حَتَّىٰ أَسۡقَطُوا لَهَا بِهِ. فَقَالَتۡ: سُبۡحَانَ اللهِ، وَاللهِ، مَا عَلِمۡتُ عَلَيۡهَا إِلَّا مَا يَعۡلَمُ الصَّائِغُ عَلَى تِبۡرِ الذَّهَبِ الۡأَحۡمَرِ.
وَقَدۡ بَلَغَ الۡأَمۡرُ ذٰلِكَ الرَّجُلَ الَّذِي قِيلَ لَهُ، فَقَالَ: سُبۡحَانَ اللهِ، وَاللهِ، مَا كَشَفۡتُ عَنۡ كَنَفِ أُنۡثَىٰ قَطُّ.
قَالَتۡ عَائِشَةُ: وَقُتِلَ شَهِيدًا فِي سَبِيلِ اللهِ.
Dan di dalamnya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah masuk ke rumahku lalu bertanya kepada budak perempuanku. Ia berkata: Demi Allah, aku tidak mengetahui padanya ada satu aib pun kecuali bahwa dia pernah tidur sehingga seekor kambing masuk dan memakan adonan tepungnya. Atau beliau mengatakan: adonan tepung berkhamir, Hisyam ragu. Namun sebagian sahabat Nabi mencelanya dan berkata: Engkau jujur saja kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga mereka menyalahkan budak perempuan itu dengan sebab perkataannya. Budak itu mengatakan: Mahasuci Allah, demi Allah, aku tidak mengetahuinya kecuali seperti pandai emas mengetahui bijih emas merah.
Dan berita itu sampai kepada pria yang dituduh itu (yaitu Shafwan), lalu beliau berkata: Mahasuci Allah, demi Allah, aku tidak pernah menyingkap tabir seorang perempuan sama sekali.
‘Aisyah mengatakan: Dia pun terbunuh sebagai syahid di jalan Allah.
وَفِيهِ أَيۡضًا مِنَ الزِّيَادَةِ: وَكَانَ الَّذِينَ تَكَلَّمُوا بِهِ مِسۡطَحٌ وَحَمۡنَةُ وَحَسَّانُ. وَأَمَّا الۡمُنَافِقُ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أُبَيٍّ فَهُوَ الَّذِي كَانَ يَسۡتَوۡشِيهِ وَيَجۡمَعُهُ. وَهُوَ الَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُ، وَحَمۡنَةُ.
[البخاري: كتاب الاعتصام بالكتاب والسنة، باب قول الله تعالى: ﴿وأمرهم شورى بينهم﴾، رقم: ٧٣٦٩].
Di dalamnya juga ada tambahan: Orang-orang yang dahulu juga membicarakan berita itu adalah Misthah, Hamnah, dan Hassan. Adapun si munafik, yaitu ‘Abdullah bin Ubayy, dialah yang mengungkit-ungkit dan menyebarkannya. Dialah yang punya andil terbesar padanya. Begitu pula Hamnah.