٥ - بَابُ تَفۡسِيرِ التَّوۡحِيدِ وَشَهَادَةِ أَنۡ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
5. Bab Tafsir Tauhid dan Syahadat bahwa Tidak Ada Sesembahan yang Berhak Diibadahi kecuali Allah
وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالىَ: ﴿أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورًا﴾ [الإسراء: ٥٧].
Firman Allah taala (yang artinya), “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Rabbmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra`: 57).
وَقَوۡلِهِ: ﴿وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ ٢٦ إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ﴾ [الزخرف: ٢٦-٢٧].
Dan firman-Nya (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya: Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah kecuali yang telah menciptakanku karena sesungguhnya Dia yang akan memberiku petunjuk.” (QS. Az-Zukhruf: 26-27).
وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَـٰنَهُمۡ أَرۡبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓا۟ إِلَـٰهًا وَٰحِدًا ۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبۡحَـٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ﴾ [التوبة: ٣١].
Dan firman Allah taala (yang artinya), “Mereka menjadikan para alim dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. Demikian pula Al-Masih ‘Isa bin Maryam. Padahal mereka tidak diperintah kecuali agar mereka menyembah sesembahan yang esa, yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka sekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ﴾ [البقرة: ١٦٥].
Dan firman Allah taala (yang artinya), “Dan di antara manusia ada orang yang menjadikan tandingan-tandingan dari selain Allah. Mereka mencintai tandingan-tandingan itu seperti cintanya kepada Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165).
وَفِي الصَّحِيحِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: (مَنۡ قَالَ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعۡبَدُ مِنۡ دُونِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ).
Di dalam kitab Shahih, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Siapa saja yang mengucapkan: tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah; dan mengingkari segala apa yang diibadahi selain Allah, maka harta dan darahnya terjaga. Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah azza wajalla.”[1]
وَشَرۡحُ هَٰذِهِ التَّرۡجَمَةِ مَا بَعۡدَهَا مِنَ الۡأَبۡوَابِ.
Penjelasan bab ini ada pada bab-bab setelah ini.
فِيهِ مَسَائِلُ:
فِيهِ أَكۡبَرُ الۡمَسَائِلِ وَأَهَمُّهَا، وَهِيَ تَفۡسِيرُ التَّوۡحِيدِ، وَتَفۡسِيرُ الشَّهَادَةِ، وَبَيَّنَهَا بِأُمُورٍ وَاضِحَةٍ.
Di dalam keterangan di atas ada beberapa permasalahan:
Pada uraian di atas ada permasalahan yang terbesar dan terpenting, yaitu penjelasan tauhid dan penjelasan syahadat. Allah menerangkannya dengan perkara-perkara yang gamblang.
مِنۡهَا آيَةُ الۡإِسۡرَاءِ: بَيَّنَ فِيهَا الرَّدَّ عَلَى الۡمُشۡرِكِينَ الَّذِينَ يَدۡعُونَ الصَّالِحِينَ؛ فَفِيهَا: بَيَانُ أَنَّ هَٰذَا هُوَ الشِّرۡكُ الۡأَكۡبَرُ.
Di antaranya adalah ayat di dalam surah Al-Isra`. Allah menjelaskan di dalam ayat tersebut bantahan terhadap orang-orang musyrik yang berdoa kepada orang-orang saleh. Sehingga di ayat tersebut ada keterangan bahwa perbuatan ini adalah syirik akbar.
وَمِنۡهَا آيَةُ بَرَاءَةَ: بَيَّنَ فِيهَا أَنَّ أَهۡلَ الۡكِتَابِ اتَّخَذُوا أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَانَهُمۡ أَرۡبَابًا مِنۡ دُونِ اللهِ، وَبَيَّنَ أَنَّهُمۡ لَمۡ يُؤۡمَرُوا إِلَّا بِأَنۡ يَعۡبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا، مَعَ أَنَّ تَفۡسِيرَهَا الَّذِي لَا إِشۡكَالَ فِيهِ: طَاعَةُ الۡعُلَمَاءِ وَالۡعُبَّادِ فِي غَيۡرِ الۡمَعۡصِيَةِ، لَا دُعَاؤُهُمۡ إِيَّاهُمۡ.
Di antaranya adalah ayat di dalam surah Bara`ah. Allah menjelaskan di dalam ayat tersebut bahwa ahli kitab menjadikan para alim dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. Allah menjelaskan bahwa mereka tidak diperintah kecuali agar beribadah kepada Tuhan yang Esa. Juga menjelaskan bahwa tafsirnya yang tidak ada kemuskilan padanya adalah menaati para ulama dan ahli ibadah dalam hal selain maksiat dan tidak boleh berdoa kepada mereka.
وَمِنۡهَا قَوۡلُ الۡخَلِيلِ عَلَيۡهِ السَّلَامُ لِلۡكُفَّارِ: ﴿إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ ٢٦ إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى﴾ [الزخرف: ٢٦-٢٧]، فَاسۡتَثۡنَى مِنَ الۡمَعۡبُودِينَ رَبَّهُ، وَذَكَرَ سُبۡحَانَهُ أَنَّ هَٰذِهِ الۡبَرَاءَةَ وَهَٰذِهِ الۡمُوَالَاةِ: هِيَ تَفۡسِيرُ شَهَادَةِ أَنۡ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ: فَقَالَ: ﴿وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۢ بَاقِيَةً فِى عَقِبِهِۦ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ﴾ [الزخرف: ٢٨].
Di antaranya adalah ucapan khalil Allah ‘alaihis salam kepada orang-orang kafir, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali (Allah) yang telah menciptakanku.” (QS. Az-Zukhruf: 26-27). Ibrahim mengecualikan Rabb-nya dari sesembahan yang lain. Allah yang Mahasuci menyebutkan bahwa berlepas diri (dari sesembahan selain Allah) dan setia kepada (Allah) adalah tafsir syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah. Maka, Allah berfirman yang artinya, “Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf: 28).
وَمِنۡهَا آيَةُ الۡبَقَرَةِ فِي الۡكُفَّارِ الَّذِينَ قَالَ اللهُ فِيهِمۡ: ﴿وَمَا هُم بِخَـٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ﴾ [البقرة: ١٦٧]؛ ذَكَرَ أَنَّهُمۡ يُحِبُّونَ أَنۡدَادَهُمۡ كَحُبِّ اللهِ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُمۡ يُحِبُّونَ اللهَ حُبًّا عَظِيمًا وَلَمۡ يُدۡخِلۡهُمۡ فِي الۡإِسۡلَامِ؛ فَكَيۡفَ بِمَنۡ أَحَبَّ النِّدَّ أَكۡثَرَ مِنۡ حُبِّ اللهِ؟! فَكَيۡفَ بِمَنۡ لَمۡ يُحِبَّ إِلَّا النِّدَّ وَحۡدَهُ؟ وَلَمۡ يُحِبَّ اللهَ؟!
Di antaranya adalah ayat di dalam surah Al-Baqarah tentang orang-orang kafir yang Allah berfirman tentang mereka (yang artinya), “Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari neraka.” (QS. Al-Baqarah: 167). Allah menyebutkan bahwa mereka mencintai tandingan-tandingan selain Allah seperti cintanya kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mencintai Allah dengan cinta yang besar namun hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam agama Islam. Lalu bagaimana dengan orang yang lebih mencintai tandingan selain Allah daripada Allah?! Lalu bagaimana dengan orang yang hanya mencintai tandingan itu semata dan tidak mencintai Allah?!
وَمِنۡهَا قَوۡلُهُ ﷺ: (مَنۡ قَالَ: لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعۡبَدُ مِنۡ دُونِ اللهِ؛ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ)، وَهَٰذَا مِنۡ أَعۡظَمِ مَا يُبَيِّنُ مَعۡنَى (لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ)، فَإِنَّهُ لَمۡ يَجۡعَلِ التَّلَفُّظَ بِهَا عَاصِمًا لِلدَّمِ وَالۡمَالِ، بَلۡ وَلَا مَعۡرِفَةَ مَعۡنَاهَا مَعَ لَفۡظِهَا، بَلۡ وَلَا الۡإِقۡرَارَ بِذٰلِكَ، بَلۡ وَلَا كَوۡنُهُ لَا يَدۡعُو إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، بَلۡ لَا يَحۡرُمُ مَالُهُ وَدَمُهُ حَتَّى يُضِيفَ إِلَى ذٰلِكَ الۡكُفۡرَ بِمَا يُعۡبَدُ مِنۡ دُونِ اللهِ. فَإِنۡ شَكَّ أَوۡ تَوَقَّفَ لَمۡ يَحۡرُمۡ مَالُهُ وَدَمُهُ. فَيَالَهَا مِنۡ مَسۡأَلَةٍ مَا أَعۡظَمَهَا وَأَجَلَّهَا! وَيَالَهُ مِنۡ بَيَانٍ مَا أَوۡضَحَهُ! وَحُجَّةٍ مَا أَقۡطَعَهَا لِلۡمُنَازِعِ!
Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa saja yang mengucapkan: Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah; dan mengingkari segala yang diibadahi selain Allah, maka harta dan darahnya terjaga. Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah.” Ini termasuk hadis yang paling agung yang menjelaskan makna “tidak sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah”. Yang menjadikan dia terjaga darah dan hartanya:
- bukan karena melafalkan saja,
- bukan pula hanya mengetahui makna dan melafalkannya saja,
- bukan hanya menetapkan itu,
- bukan hanya dia tidak berdoa kecuali kepada Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bahkan tidak terjaga harta dan darahnya sampai dia mengingkari segala yang diibadahi selain Allah. Jika dia ragu atau tidak menentukan sikap dalam masalah ini, maka harta dan darahnya tidak terlindung. Duhai, alangkah agung dan mulianya permasalahan ini. Alangkah jelasnya keterangan ini. Betapa argumen ini sangat membungkam orang yang suka mendebat.
[1] HR. Muslim nomor 23.