Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7

٦ – بَابٌ
6. Bab

٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ الۡحَكَمُ بۡنُ نَافِعٍ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ بۡنِ مَسۡعُودٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ أَبَا سُفۡيَانَ بۡنَ حَرۡبٍ أَخۡبَرَهُ:
7. Abu Al-Yaman Al-Hakam bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas mengabarkan kepadanya: Bahwa Abu Sufyan bin Harb mengabarkan kepadanya:
أَنَّ هِرَقۡلَ أَرۡسَلَ إِلَيۡهِ فِي رَكۡبٍ مِنۡ قُرَيۡشٍ، وَكَانُوا تُجَّارًا بِالشَّأۡمِ فِي الۡمُدَّةِ الَّتِي كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَادَّ فِيهَا أَبَا سُفۡيَانَ وَكُفَّارَ قُرَيۡشٍ، فَأَتَوۡهُ وَهُمۡ بِإِيلِيَاءَ، فَدَعَاهُمۡ فِي مَجۡلِسِهِ، وَحَوۡلَهُ عُظَمَاءُ الرُّومِ، ثُمَّ دَعَاهُمۡ وَدَعَا بِتَرۡجُمَانِهِ،
Bahwa Hiraql (Heraklius) mengirim utusan kepada Abu Sufyan dalam rombongan dagang dari Quraisy. Mereka adalah para pedagang menuju Syam di masa gencatan senjata yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy (pada perjanjian Hudaibiyah). Utusan itu meminta agar rombongan Abu Sufyan datang kepada Heraklius ketika mereka berada di Iliya`. Heraklius memanggil mereka di majelisnya dan di sekitarnya ada para pembesar Romawi. Dia memanggil mereka dan penerjemahnya.
فَقَالَ: أَيُّكُمۡ أَقۡرَبُ نَسَبًا بِهَٰذَا الرَّجُلِ الَّذِي يَزۡعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ؟ فَقَالَ أَبُو سُفۡيَانَ: فَقُلۡتُ: أَنَا أَقۡرَبُهُمۡ نَسَبًا، فَقَالَ: أَدۡنُوهُ مِنِّي، وَقَرِّبُوا أَصۡحَابَهُ، فَاجۡعَلُوهُمۡ عِنۡدَ ظَهۡرِهِ، ثُمَّ قَالَ لِتَرۡجُمَانِهِ: قُلۡ لَهُمۡ إِنِّي سَائِلٌ هَٰذَا عَنۡ هَٰذَا الرَّجُلِ، فَإِنۡ كَذَبَنِي، فَكَذِّبُوهُ، فَوَاللّٰهِ لَوۡلَا الۡحَيَاءُ مِنۡ أَنۡ يَأۡثِرُوا عَلَيَّ كَذِبًا لَكَذَبۡتُ عَنۡهُ، ثُمَّ كَانَ أَوَّلَ مَا سَأَلَنِي عَنۡهُ أَنۡ قَالَ: كَيۡفَ نَسَبُهُ فِيكُمۡ؟ قُلۡتُ: هُوَ فِينَا ذُو نَسَبٍ، قَالَ: فَهَلۡ قَالَ هَٰذَا الۡقَوۡلَ مِنۡكُمۡ أَحَدٌ قَطُّ قَبۡلَهُ؟ قُلۡتُ: لَا، قَالَ: فَهَلۡ كَانَ مِنۡ آبَائِهِ مِنۡ مَلِكٍ؟ قُلۡتُ: لَا، قَالَ: فَأَشۡرَافُ النَّاسِ يَتَّبِعُونَهُ، أَمۡ ضُعَفَاؤُهُمۡ؟ فَقُلۡتُ: بَلۡ ضُعَفَاؤُهُمۡ، قَالَ: أَيَزِيدُونَ أَمۡ يَنۡقُصُونَ؟ قُلۡتُ: بَلۡ يَزِيدُونَ، قَالَ: فَهَلۡ يَرۡتَدُّ أَحَدٌ مِنۡهُمۡ سَخۡطَةً لِدِينِهِ بَعۡدَ أَنۡ يَدۡخُلَ فِيهِ؟ قُلۡتُ: لَا،
Heraklius bertanya, “Siapa di antara kalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku dirinya nabi?”
Abu Sufyan berkata: Aku katakan, “Aku yang paling dekat nasabnya.”
Heraklius berkata, “Dekatkan dia kepadaku! Dekatkan para sahabatnya dan posisikan mereka di dekat punggungnya.”
Kemudian Heraklius berkata kepada penerjemahnya, “Katakan kepada mereka bahwa aku bertanya kepadanya tentang lelaki ini. Jika dia dusta kepadaku, maka kalian (para sahabat Abu Sufyan) dustakan dia.” Demi Allah, kalau bukan karena malu mereka menudingku berdusta, tentu aku sudah berdusta kepadanya.
Kemudian hal pertama yang Heraklius tanyakan kepadaku yaitu dia bertanya, “Bagaimana nasabnya di tengah-tengah kalian?”
Aku jawab, “Dia orang yang memiliki nasab mulia di antara kami.”
Dia bertanya, “Apakah sudah pernah ada di antara kalian yang berbicara dengan ucapan dia sebelum ini?”
Aku jawab, “Tidak ada.”
Dia bertanya, “Apakah ada di antara ayah-ayahnya yang termasuk raja?”
Aku jawab, “Tidak ada.”
Dia bertanya, “Apakah orang-orang mulia atau orang-orang lemah yang mengikutinya?”
Aku jawab, “Bahkan orang-orang lemah.”
Dia bertanya, “Apakah mereka semakin bertambah atau berkurang jumlahnya?”
Aku jawab, “Bahkan mereka semakin banyak.”
Dia bertanya, “Apakah ada seseorang di antara mereka yang murtad karena benci dengan agamanya setelah dia memeluknya?”
Aku jawab, “Tidak ada.”
قَالَ: فَهَلۡ كُنۡتُمۡ تَتَّهِمُونَهُ بِالۡكَذِبِ قَبۡلَ أَنۡ يَقُولَ مَا قَالَ؟ قُلۡتُ: لَا، قَالَ: فَهَلۡ يَغۡدِرُ؟ قُلۡتُ: لَا، وَنَحۡنُ مِنۡهُ فِي مُدَّةٍ، لَا نَدۡرِي مَا هُوَ فَاعِلٌ فِيهَا - قَالَ: وَلَمۡ تُمۡكِنِّي كَلِمَةٌ أُدۡخِلُ فِيهَا شَيۡئًا غَيۡرُ هَٰذِهِ الۡكَلِمَةِ - قَالَ: فَهَلۡ قَاتَلۡتُمُوهُ؟ قُلۡتُ: نَعَمۡ، قَالَ: فَكَيۡفَ كَانَ قِتَالُكُمۡ إِيَّاهُ؟ قُلۡتُ: الۡحَرۡبُ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُ سِجَالٌ، يَنَالُ مِنَّا، وَنَنَالُ مِنۡهُ، قَالَ: مَاذَا يَأۡمُرُكُمۡ؟ قُلۡتُ: يَقُولُ: اعۡبُدُوا اللهَ وَحۡدَهُ، وَلَا تُشۡرِكُوا بِهِ شَيۡئًا، وَاتۡرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمۡ، وَيَأۡمُرُنَا بِالصَّلَاةِ، وَالصِّدۡقِ، وَالۡعَفَافِ، وَالصِّلَةِ،
Dia bertanya, “Apakah sebelum dia mengucapkan ucapannya ini, kalian dahulu pernah menuduhnya berdusta?”
Aku jawab, “Tidak.”
Dia bertanya, “Apakah dia memungkiri janji?”
Aku jawab, “Tidak. Dan kami sedang berada di dalam masa perjanjian dengannya. Kami tidak tahu apa yang dia perbuat dengan janjinya.” Abu Sufyan berkata: Aku tidak sanggup untuk menyisipkan suatu kalimat (untuk menjatuhkan beliau) kecuali kalimat ini.
Dia bertanya, “Apakah kalian memerangi dia?”
Aku jawab, “Iya.”
Dia bertanya, “Bagaimana perang yang kalian lakukan terhadapnya?”
Aku jawab, “Perang yang terjadi antara kami dengannya hasilnya silih berganti. Kadang dia yang menang, kadang kami yang menang.”
Dia bertanya, “Apa yang ia perintahkan kepada kalian?”
Aku jawab, “Dia mengucapkan: Sembahlah Allah semata dan jangan sekutukan sesuatupun dengan-Nya. Tinggalkan apa yang diucapkan oleh ayah-ayah kalian. Dia memerintahkan kami salat, jujur, ifah, dan silaturahmi.”
فَقَالَ لِلتَّرۡجُمَانِ: قُلۡ لَهُ: سَأَلۡتُكَ عَنۡ نَسَبِهِ، فَذَكَرۡتَ أَنَّهُ فِيكُمۡ ذُو نَسَبٍ، فَكَذٰلِكَ الرُّسُلُ تُبۡعَثُ فِي نَسَبِ قَوۡمِهَا، وَسَأَلۡتُكَ: هَلۡ قَالَ أَحَدٌ مِنۡكُمۡ هَٰذَا الۡقَوۡلَ؟ فَذَكَرۡتَ أَنۡ لَا، فَقُلۡتُ: لَوۡ كَانَ أَحَدٌ قَالَ هَٰذَا الۡقَوۡلَ قَبۡلَهُ لَقُلۡتُ: رَجُلٌ يَأۡتَسِي بِقَوۡلٍ قِيلَ قَبۡلَهُ، وَسَأَلۡتُكَ هَلۡ كَانَ مِنۡ آبَائِهِ مِنۡ مَلِكٍ؟ فَذَكَرۡتَ أَنۡ لَا، قُلۡتُ: فَلَوۡ كَانَ مِنۡ آبَائِهِ مِنۡ مَلِكٍ قُلۡتُ: رَجُلٌ يَطۡلُبُ مُلۡكَ أَبِيهِ، وَسَأَلۡتُكَ: هَلۡ كُنۡتُمۡ تَتَّهِمُونَهُ بِالۡكَذِبِ قَبۡلَ أَنۡ يَقُولَ مَا قَالَ؟ فَذَكَرۡتَ أَنۡ لَا، فَقَدۡ أَعۡرِفُ أَنَّهُ لَمۡ يَكُنۡ لِيَذَرَ الۡكَذِبَ عَلَى النَّاسِ، وَيَكۡذِبَ عَلَى اللهِ، وَسَأَلۡتُكَ: أَشۡرَافُ النَّاسِ اتَّبَعُوهُ أَمۡ ضُعَفَاؤُهُمۡ؟ فَذَكَرۡتَ أَنَّ ضُعَفَاءَهُمُ اتَّبَعُوهُ، وَهُمۡ أَتۡبَاعُ الرُّسُلِ، وَسَأَلۡتُكَ أَيَزِيدُونَ أَمۡ يَنۡقُصُونَ؟ فَذَكَرۡتَ أَنَّهُمۡ يَزِيدُونَ، وَكَذٰلِكَ أَمۡرُ الۡإِيمَانِ حَتَّى يَتِمَّ،
Heraklius berkata kepada penerjemah, “Katakan kepadanya: Aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, lalu engkau menyebutkan bahwa dia itu orang yang memiliki nasab mulia di antara kalian. Memang demikianlah para rasul diutus pada nasab kaumnya. Aku bertanya kepadamu apakah ada seorang di antara kalian yang mengucapkan dengan ucapan ini, lalu engkau menyebutkan tidak ada. Aku katakan: Andai ada seseorang yang telah ada mengatakan ucapan ini sebelumnya, tentu akan aku katakan: Ini adalah orang yang meniru ucapan yang telah diucapkan sebelum dia. Aku telah bertanya kepadamu apakah ada di antara ayah-ayahnya yang merupakan seorang raja, lalu engkau menyebutkan tidak ada. Aku katakan: Andai ada di antara ayah-ayahnya yang merupakan seorang raja, tentu aku katakan: Ini adalah orang yang menuntut kerajaan ayahnya. Aku telah bertanya kepadamu apakah kalian menuduhnya dengan kedustaan sebelum dia mengucapkan ucapannya tersebut, lalu engkau mengatakan tidak. Maka, sungguh aku mengetahui bahwa jika dia sekali-kali tidak membiarkan kedustaan kepada manusia, maka dia tidak akan berdusta atas nama Allah. Aku juga telah bertanya kepadamu apakah orang-orang mulia yang mengikutinya atau orang-orang yang lemah, lalu engkau sebutkan bahwa orang-orang lemah yang mengikutinya. Mereka memang para pengikut para rasul. Aku juga telah bertanya kepadamu apakah mereka bertambah jumlahnya atau berkurang, lalu engkau menyebutkan bahwa mereka bertambah banyak. Memang demikianlah perkara iman hingga menjadi sempurna.”
وَسَأَلۡتُكَ أَيَرۡتَدُّ أَحَدٌ سَخۡطَةً لِدِينِهِ بَعۡدَ أَنۡ يَدۡخُلَ فِيهِ؟ فَذَكَرۡتَ أَنۡ لَا، وَكَذٰلِكَ الۡإِيمَانُ حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ الۡقُلُوبَ، وَسَأَلۡتُكَ: هَلۡ يَغۡدِرُ؟ فَذَكَرۡتَ أَنۡ لَا، وَكَذٰلِكَ الرُّسُلُ لَا تَغۡدِرُ، وَسَأَلۡتُكَ: بِمَا يَأۡمُرُكُمۡ؟ فَذَكَرۡتَ أَنَّهُ يَأۡمُرُكُمۡ أَنۡ تَعۡبُدُوا اللهَ وَلَا تُشۡرِكُوا بِهِ شَيۡئًا، وَيَنۡهَاكُمۡ عَنۡ عِبَادَةِ الۡأَوۡثَانِ، وَيَأۡمُرُكُمۡ بِالصَّلَاةِ، وَالصِّدۡقِ، وَالۡعَفَافِ، فَإِنۡ كَانَ مَا تَقُولُ حَقًّا، فَسَيَمۡلِكُ مَوۡضِعَ قَدَمَيَّ هَاتَيۡنِ، وَقَدۡ كُنۡتُ أَعۡلَمُ أَنَّهُ خَارِجٌ، لَمۡ أَكُنۡ أَظُنُّ أَنَّهُ مِنۡكُمۡ، فَلَوۡ أَنِّي أَعۡلَمُ أَنِّي أَخۡلُصُ إِلَيۡهِ، لَتَجَشَّمۡتُ لِقَاءَهُ، وَلَوۡ كُنۡتُ عِنۡدَهُ لَغَسَلۡتُ عَنۡ قَدَمِهِ، ثُمَّ دَعَا بِكِتَابِ رَسُولِ اللهِ ﷺ الَّذِي بَعَثَ بِهِ دِحۡيَةُ إِلَى عَظِيمِ بُصۡرَى، فَدَفَعَهُ إِلَى هِرَقۡلَ، فَقَرَأَهُ فَإِذَا فِيهِ:
“Aku bertanya kepadamu apakah ada seseorang yang murtad karena benci terhadap agamanya setelah ia memeluknya, lalu engkau sebutkan tidak ada. Demikianlah iman ketika cahayanya telah merasuk ke hati. Aku bertanya kepadamu apakah dia pernah memungkiri janji, lalu engkau menyebutkan tidak. Memang demikian para rasul tidak memungkiri janji. Aku bertanya kepadamu apa yang ia perintahkan kepada kalian, lalu engkau menyebutkan bahwa dia memerintah kalian untuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya, dia melarang kalian dari beribadah kepada berhala, dia memerintahkan kalian salat, jujur, dan ifah. Jika yang engkau katakan memang sesuai kenyataan, niscaya dia akan menguasai tempat kedua kakiku ini. Aku sudah mengetahui bahwa ia akan keluar, namun aku tidak menyangka bahwa dia dari kalangan kalian. Andai aku mengetahui bahwa aku bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha sungguh-sungguh berjumpa dengannya. Dan andai aku sudah berada di sisinya, akan aku basuh kakinya.” Kemudian dia meminta didatangkan surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibawa oleh Dihyah kepada pembesar Bushra, lalu ia berikan kepada Heraklius. Lalu ia membacanya, ternyata isinya:
بِسۡمِ اللهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيمِ
مِنۡ مُحَمَّدٍ عَبۡدِ اللهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقۡلَ عَظِيمِ الرُّومِ، سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الۡهُدَى. أَمَّا بَعۡدُ، فَإِنِّي أَدۡعُوكَ بِدِعَايَةِ الۡإِسۡلَامِ، أَسۡلِمۡ تَسۡلَمۡ، يُؤۡتِكَ اللهُ أَجۡرَكَ مَرَّتَيۡنِ، فَإِنۡ تَوَلَّيۡتَ، فَإِنَّ عَلَيۡكَ إِثۡمَ الۡأَرِيسِيِّينَ وَ: ﴿يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ تَعَالَوۡا۟ إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَآءٍۭ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡـًٔا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوۡا۟ فَقُولُوا۟ ٱشۡهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ﴾ [آل عمران: ٦٤].
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Heraklius pembesar Romawi. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk. Amabakdu, sesungguhnya aku mengajak engkau kepada agama Islam. Berislamlah, niscaya engkau selamat. Allah akan memberimu pahala dua kali, namun jika engkau berpaling, maka dosa para rakyat itu akan menjadi tanggunganmu. Dan, “Wahai ahli kitab, kemarilah kalian kepada satu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dengan kalian, yaitu agar kita tidak menyembah kecuali Allah dan kita tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya; dan janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika kalian berpaling, maka katakanlah: Saksikanlah bahwasanya kami ini orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali ‘Imran: 64).
قَالَ أَبُو سُفۡيَانَ: فَلَمَّا قَالَ مَا قَالَ، وَفَرَغَ مِنۡ قِرَاءَةِ الۡكِتَابِ، كَثُرَ عِنۡدَهُ الصَّخَبُ، وَارۡتَفَعَتِ الۡأَصۡوَاتُ، وَأُخۡرِجۡنَا، فَقُلۡتُ لِأَصۡحَابِي حِينَ أُخۡرِجۡنَا: لَقَدۡ أَمِرَ أَمۡرُ ابۡنِ أَبِي كَبۡشَةَ، إِنَّهُ يَخَافُهُ مَلِكُ بَنِي الأَصۡفَرِ، فَمَا زِلۡتُ مُوقِنًا أَنَّهُ سَيَظۡهَرُ، حَتَّى أَدۡخَلَ اللهُ عَلَيَّ الۡإِسۡلَامَ، وَكَانَ ابۡنُ النَّاظُورِ - صَاحِبُ إِيلِيَاءَ وَهِرَقۡلَ - سُقُفًّا عَلَى نَصَارَى الشَّأۡمِ، يُحَدِّثُ أَنَّ هِرَقۡلَ حِينَ قَدِمَ إِيلِيَاءَ، أَصۡبَحَ يَوۡمًا خَبِيثَ النَّفۡسِ، فَقَالَ بَعۡضُ بَطَارِقَتِهِ: قَدِ اسۡتَنۡكَرۡنَا هَيۡئَتَكَ، قَالَ ابۡنُ النَّاظُورِ: وَكَانَ هِرَقۡلُ حَزَّاءً، يَنۡظُرُ فِي النُّجُومِ، فَقَالَ لَهُمۡ حِينَ سَأَلُوهُ: إِنِّي رَأَيۡتُ اللَّيۡلَةَ حِينَ نَظَرۡتُ فِي النُّجُومِ مَلِكَ الۡخِتَانِ قَدۡ ظَهَرَ، فَمَنۡ يَخۡتَتِنُ مِنۡ هَٰذِهِ الأُمَّةِ؟ قَالُوا: لَيۡسَ يَخۡتَتِنُ إِلَّا الۡيَهُودُ، فَلَا يُهِمَّنَّكَ شَأۡنُهُمۡ، وَاكۡتُبۡ إِلَى مَدَايِنِ مُلۡكِكَ، فَيَقۡتُلُوا مَنۡ فِيهِمۡ مِنَ الۡيَهُودِ،
Abu Sufyan berkata: Ketika dia sudah mengatakan apa yang ia ucapkan dan selesai dari membaca kitab, terdengar banyak teriakan dan suara-suara nyaring di dekatnya dan kami dikeluarkan. Aku berkata kepada para sahabatku ketika kami dikeluarkan: Telah menjadi besar urusan Ibnu Abu Kabsyah (Nabi Muhammad), sesungguhnya raja Bani Al-Ashfar (Romawi) takut kepadanya. Setelah itu, aku senantiasa yakin bahwa dia (Nabi Muhammad) akan menang sampai Allah memasukkan agama Islam kepadaku. Ketika itu, Ibnu An-Nazhur—pemimpin Iliya` dan teman Heraklius—tokoh sesepuh Nasrani Syam menceritakan tentang Heraklius ketika tiba di Iliya` bahwa dia pada pagi hari ini menjadi seorang yang buruk. Sebagian patriark berkata: Kami menganggap buruk keadaanmu. Ibnu An-Nazhur berkata: Heraklius adalah seorang dukun yang biasa melihat bintang-bintang. Dia berkata kepada mereka ketika mereka bertanya kepadanya: Sesungguhnya aku telah melihat tadi malam ketika aku melihat gemintang bahwa raja khitan telah menang. Siapakah yang melakukan khitan dari umat ini? Mereka berkata: Tidak ada yang melakukan khitan kecuali orang-orang Yahudi, jadi janganlah keadaan mereka merisaukanmu. Tulislah surat kepada kota-kota kerajaanmu agar pemimpin kota itu membunuh orang-orang Yahudi yang berada di daerah mereka.
فَبَيۡنَمَا هُمۡ عَلَى أَمۡرِهِمۡ، أُتِيَ هِرَقۡلُ بِرَجُلٍ أَرۡسَلَ بِهِ مَلِكُ غَسَّانَ، يُخۡبِرُ عَنۡ خَبَرِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَلَمَّا اسۡتَخۡبَرَهُ هِرَقۡلُ، قَالَ: اذۡهَبُوا فَانۡظُرُوا أَمُخۡتَتِنٌ هُوَ أَمۡ لَا؟ فَنَظَرُوا إِلَيۡهِ، فَحَدَّثُوهُ أَنَّهُ مُخۡتَتِنٌ، وَسَأَلَهُ عَنِ الۡعَرَبِ، فَقَالَ: هُمۡ يَخۡتَتِنُونَ، فَقَالَ هِرَقۡلُ: هَٰذَا مُلۡكُ هَٰذِهِ الۡأُمَّةِ قَدۡ ظَهَرَ، ثُمَّ كَتَبَ هِرَقۡلُ إِلَى صَاحِبٍ لَهُ بِرُومِيَةَ، وَكَانَ نَظِيرَهُ فِي الۡعِلۡمِ، وَسَارَ هِرَقۡلُ إِلَى حِمۡصَ، فَلَمۡ يَرِمۡ حِمۡصَ، حَتَّى أَتَاهُ كِتَابٌ مِنۡ صَاحِبِهِ، يُوَافِقُ رَأۡيَ هِرَقۡلَ عَلَى خُرُوجِ النَّبِيِّ ﷺ، وَأَنَّهُ نَبِيٌّ فَأَذِنَ هِرَقۡلُ لِعُظَمَاءِ الرُّومِ فِي دَسۡكَرَةٍ لَهُ بِحِمۡصَ، ثُمَّ أَمَرَ بِأَبۡوَابِهَا فَغُلِّقَتۡ، ثُمَّ اطَّلَعَ فَقَالَ: يَا مَعۡشَرَ الرُّومِ، هَلۡ لَكُمۡ فِي الۡفَلَاحِ وَالرُّشۡدِ وَأَنۡ يَثۡبُتَ مُلۡكُكُمۡ، فَتُبَايِعُوا هَٰذَا النَّبِيَّ؟ فَحَاصُوا حَيۡصَةَ حُمُرِ الۡوَحۡشِ إِلَى الۡأَبۡوَابِ، فَوَجَدُوهَا قَدۡ غُلِّقَتۡ، فَلَمَّا رَأَى هِرَقۡلُ نَفۡرَتَهُمۡ وَأَيِسَ مِنَ الۡإِيمَانِ، قَالَ: رُدُّوهُمۡ عَلَيَّ، وَقَالَ: إِنِّي قُلۡتُ مَقَالَتِي آنِفًا أَخۡتَبِرُ بِهَا شِدَّتَكُمۡ عَلَى دِينِكُمۡ، فَقَدۡ رَأَيۡتُ، فَسَجَدُوا لَهُ وَرَضُوا عَنۡهُ، فَكَانَ ذٰلِكَ آخِرَ شَأۡنِ هِرَقۡلَ.
Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, ada seseorang yang diutus oleh raja Ghassan datang kepada Heraklius. Dia mengabarkan tentang berita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Heraklius mendengar beritanya, dia berkata: Pergi dan periksalah apakah dia (utusan raja Ghassan) berkhitan atau tidak? Mereka pun memeriksanya, lalu mereka menceritakan kepadanya bahwa dia berkhitan. Dia juga bertanya tentang orang-orang Arab, lalu utusan itu berkata: Mereka orang-orang yang berkhitan. Heraklius berkata: Penguasa umat ini telah muncul. Kemudian Heraklius menulis surat kepada sahabatnya yang ada di Roma—sahabatnya ini ilmunya setingkat dengannya—. Heraklius menempuh perjalanan ke Homs namun dia belum sampai Homs sampai surat dari sahabatnya datang. Sahabatnya sependapat dengan pendapat Heraklius tentang munculnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bahwa beliau adalah seorang Nabi. Heraklius lalu mengundang kepada para pembesar Romawi di istananya di Homs, kemudian beliau memerintahkan agar pintu-pintunya dikunci. Kemudian beliau mulai berbicara: Wahai sekalian orang-orang Romawi, apakah kalian ingin berada di dalam keberuntungan dan kelurusan, serta kalian ingin kerajaan kalian tetap tegak? Jika ingin, maka berbaiatlah kepada nabi ini. Mereka pun kabur seperti larinya zebra menuju ke pintu-pintu, namun mereka mendapatinya terkunci. Ketika Heraklius melihat mereka kabur dan tidak ada harapan untuk beriman, dia berkata: Kembalikan mereka kepadaku. Lalu dia berkata: Sesungguhnya yang aku katakan tadi adalah untuk menguji keteguhan kalian di atas agama kalian. Sekarang aku telah melihatnya. Lalu mereka pun sujud kepadanya dan rida kepadanya. Dan itu adalah akhir cerita keadaan Heraklius.
رَوَاهُ صَالِحُ بۡنُ كَيۡسَانَ، وَيُونُسُ، وَمَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ.
[الحديث ٧ – أطرافه في: ٥١، ٢٦٨١، ٢٨٠٤، ٢٩٤١، ٢٩٧٨، ٣١٧٤، ٤٥٥٣، ٥٩٨٠، ٦٢٦٠، ٧١٩٦، ٧٥٤١].
Diriwayatkan oleh Shalih bin Kaisan, Yunus, dan Ma’mar dari Az-Zuhri.